OLEH:
I WAYAN WIMARTAMA
1913041009
V A PENDIDIKAN BIOLOGI
2. Dasar Teori
Komunitas adalah seluruh populasi jenis yang hidup dalam ruang dân waktu yang sama (Begon et al., 2006; Magurran, 1994
dalam Winarsih, 2015). Menurut Odum (1993) dalam Winarsih, 2015, komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup pada
lingkungan tertentu, saling berinteraksi dan bersama-sama membentuk tingkat tropik dan metaboliknya. Sebagai suatu kesatuan,
komunitas mempunyai seperangkat karakteristik yang hanya mencerminkan keadaan dalam komunitas saja, bukan pada masing-
masing organisme pendukungnya saja. Komunitas burung adalah kelompok dari beberapa individu jenis burung yang hidup
bersama dalam waktu dan ruang yang sama (Wiens, 1989 dalam Winarsih, 2015). Komunitas burung dipengaruhi faktor
topografi, sejarah dan pengaruh dari pulau biogeografi, perubahan musim sumberdaya alam dan iklim, keanekaragaman habitat,
perubahan habitat dan pengaruh pesaingnya seperti burung dan kelompok hewan lain (Rahayuningsih et al., 2007 dalam
Winarsih, 2015). Menurut Kerbs (2013) dalam Winarsih, 2015, struktur komunitas memiliki lima tipologi atau karakteristik,
yaitu keanekaragaman, dominasi, bentuk dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif serta struktur trofik. Kaban (2013) dalam
Winarsih, 2015, menemukan komunitas burung di tegakan puspa yang tersusun dari 11 kategori kelompok guild. Kategori
kelompok guild tersebut adalah pemakan daging, pemakan buah dibagian tajuk, pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai
hutan, pemakan biji-bijian, pemakan serangga di bagian tajuk pohon, pemakan serangga di bagian dahan atau ranting, pemakan
serangga di serasah atau lantai hutan, pemakan serangga sambil melayang, pemakan serangga dan penghisap nektar, pemakan
serangga dan buah-buahan, pemakan invertebrate dan vertebrata.
Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Sukmantoro et al (2007) dalam Winarsih, 2015
menyebutkan jumlah burung di Indonesia mencapai 1598 jenis dengan 372 jenis status endemik Indonesia. Hal ini telah
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat endemisitas tertinggi di dunia (Sujatnika et al 1995 dalam Winarsih,
2015). Di pulau Kalimantan tercatat 522 jenis burung dengan 4 jenis berstatus endemik Indonesia dan 1 jenis endemik region
(Sukmantoro et al 2007 dalam Winarsih, 2015). Burung merupakan komponen penting ekosistem hutan. Satwaliar berperan
dalam menjaga kelestarian huta terutama sebagai pengontrol hama, pemencar biji, dan penyerbuk (polinator). Burung juga
merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya (Rombang dan
Rudyanto, 1999 dalam Winarsih, 2015).
Alikodra (2002) dalam Winarsih, 2015, menjelaskan bahwa tingginya keanekaragaman jenis burung di suatu tempat
didukung oleh keanekaragaman habitat. Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk
istirahat, main, kawin, bersarang, bertengger, dan berlindung. Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan,
komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk habitat. Burung merasa betah tinggal di suatu tempat
apabila terpenuhi tuntutan hidupnya antara lain habitat yang mendukung dan aman dari gangguan (Hernowo, 1985 dalam
Winarsih, 2015). Keberadaan burung di suatu habitat sangat berkaitan erat dengan faktor- faktor fisik seperti tanah, air,
temperatur, cahaya matahari serta faktor-faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya (Welty dan Baptista, 1988
dalam Winarsih, 2015). Alikodra (2002) dalam Winarsih, 2015, menjelaskan, bahwa habitat merupakan kawasan yang terdiri
dari berbagai komponen, baik secara fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup
serta berkembang biaknya satwa liar.
3. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum ini diuraikan sebagai berikut.
Camera Smartphone
Alat tulis
4. Prosedur Kerja
Pergi ke area Desa Manduang untuk mengamati komunitas burung
Komunitas burung yang ditemukan difoto dan diidentifikasi suara, morfologi, interaksinya, dan nama spesiesnya
5. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Komunitas Burung di Area Desa Manduang, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung,
Bali.
No. Jam Foto Morfologi Interaksi Jml Habitat Keterangan
1. 17.40 Burung Cerukcuk Di alam liar ketika 2 Burung A = Kepala
Wita F (Pycnonotus goiavier) cerukcuk betina cerukcuk B = Badan
masuk dalam kategori mempunyai (Pycnonotus C = Ekor
E A burung berukuran anakan. Burung goiavier) D = Sayap
sedang. Panjang cerukcuk jantan adalah jenis E = Mata
D
B tubuhnya antara 19 akan berkicau pada burung yang F = Paruh
sampai 20,5 cm dengan jam 4 atau 8 pagi. menyukai
C berat badannya sekitar Setelah itu, burung hidup di
24 sampai 37 gram. jantan akan turun tempat-tempat
Warna bulu burung dari sarangnya terbuka, semak
cerukcuk biasanya untuk mencari belukar, hutan
Burung Cerukcuk didominasi oleh tiga makan. Setelah itu sekunder, area
(Pycnonotus goiavier) warna dasar, seperti burung jantan akan perkebunan,
cokelat, hitam dan kembali ke sarang hingga tepian
putih. Bagian punggung pada jam 12 siang jalan.
dan ekor berwarna dan kembali Kecenderunga
coklat, jambul di kepala berkicau. nnya dalam
bagian atasnya hidup
berwarna agak gelap berkelompok
kehitaman, serta sisi dapat dilihat
matanya berwarna putih ketika
dan garis mata bertengger
berwarna hitam, hingga
sedangkan sisi bawah mencari
dari tenggorokan
hingga perut berwarna
putih.
6. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunitas burung yang ada di area Desa Manduang,
Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali adalah burung cerukcuk, burung merpati, burung pipit, burung koreo padi,
burung puyuh, dan burung blekok.
Daftar Pustaka
Paradict. 2013. Mengenali perilaku burung di alam liar. Kaskus. Tersedia pada :
https://www.kaskus.co.id/thread/516a3c852575b43637000000/mengenali-perilaku-burung-di-alam-liar/. Diakses pada 17
Desember 2021.
Rimba. 2019. Burung Trucukan – Taksonomi, Ciri, Morfologi, Habitat, Reproduksi dan Pakan. Rimbakita.com. Tersedia pada :
https://rimbakita.com/burung-trucukan/. Diakses pada 17 Desember 2021.
Rimba. 2019. Burung Dara – Asal, Habitat, Taksonomi, Morfologi & Jenis Merpati. Rimbakita.com. Tersedia pada :
https://rimbakita.com/burung-dara/. Diakses pada 17 Desember 2021.
Rimba. 2019. Burung Pipit – Taksonomi, Morfologi, Habitat, Makanan, Jenis & Fakta Unik Emprit. Rimbakita.com. Tersedia pada :
https://rimbakita.com/burung-pipit/. Diakses pada 17 Desember 2021.
Sujatnika, Jepson P, Soehartono T.R, Crosby M.J., Mardiastuti A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayat Indonesia:
Pendekatan Daerah Burung Endemik. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Jakarta.
Sukmantoro W., Irham M., Novarino W., Hasudungan F., Kemp N., & Muchtar M. 2007. Daftar Burung Indonesia no. 2. Bogor:
Indonesian Ornithologists’ Union
Taman, M.B. 2020. Kareo Padi: Klasifikasi, Ciri-ciri, dan Penyebaran. Generasi Biologi. Tersedia pada :
https://generasibiologi.com/2018/02/kareo-padi-klasifikasi-ciri-ciri-penyebaran.html. Diakses pada 17 Desember 2021.
Taman, M.B. 2020. Klasifikasi, Nama Latin, dan Deskripsi Burung Blekok Sawah (Ardeola speciosa). Tersedia pada :
https://generasibiologi.com/2016/11/deskripsi-burung-blekok-sawah-ardeola-speciosa.html. Diakses pada 17 Desember 2021.
Winarsih, A.I. 2015. Komunitas Burung di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayattulah.