IX-L/16
Judul : Pengaruh Berbagai Jenis Garam Terhadap Rasa Pahit Pada Pare
(Momordica charantia L.)
Rumusan Masalah :
Bagaimana pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare
(Momordica charantia L.)
Tujuan :
Menguji pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare
(Momordica charantia L.)
Manfaat :
Variabel Kontrol
Variabel Manipulasi :
Jenis garam yang digunakan sebagai bahan uji (garam dapur, garam laut,
dan garam himalaya)
Variabel Respon :
Rasa pare yang dihasilkan dari pengaruh berbagai jenis garam (15 orang
responden).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pare merupakan tumbuhan menjalar yang memiliki buah dengan
rasa pahit. Rasa pahit pada pare ini disebabkan oleh zat momordicin.
Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis dan mudah dibudidayakan. Buah
pare merupakan bagian dari tumbuhan pare yang paling sering
dimanfaatkan manusia untuk diolah menjadi berbagai produk pangan
seperti teh dan manisan maupun dimasak menjadi sayuran. Rasa buahnya
yang pahit menjadikan beberapa masyarakat masih enggan
mengkonsumsinya (Riyadi, Ishartani, & Purbasari, 2015).
Sebelum memasak buah ini, masyarakat biasanya mengurangi rasa
pahitnya dengan menggunakan garam. Meskipun rasa pahitnya tidak dapat
hilang sepenuhnya, tetapi penggunaan garam ini dipercaya dapat
mengurangi rasa pahit yang ada. Buah pare mengandung antioksidan
dengan ditemukannya flavonoid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid
(Agus, 2008).
1. Bagaimana pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare?
1. Garam Dapur
Sodium 30,8%
3. Garam Himalaya
Gambar 4 (Pare)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Kelas Dicotiledonae
Ordo Cucurbitales
Family Cucurbitaceae
Genus Momordica
Spesies Momordica charantia
3. Jenis Pare
Berikut jenis pare yang disukai konsumen serta banyak
diusahakan oleh petani antara lain antara lain yaitu pare taiwan,
pare gajih dan pare ayam/pare hijau (Nazaruddin 1995) :
A. Pare taiwan berasal dari taiwan. Nama aslinya adalah chu
mi. Oleh karena ada yang berwarna putih dan ada yang
hijau, maka namanya menjadi chu mi putih dan chu mi
hijau. Penampilan buah amat 11 menarik. Lonjong. agak
bulat dan besar. Permukaan kulit tanpa bintil. halus dengan
sedikit alur. Warnanya putih kehijauan dan rasanya tak
terlalu pahit. Pare ini tergolong jenis hibrida yang tak baik
dibibitkan sendiri. Benihnya masih diimpor.
B. Pare gajih Nama lainnya pare mentega atau pare putih.
Warna pare ini memang putih kekuningan sehingga diberi
nama tersebut. Permukaan buah berbintil-bintil besar.
Panjang buah sekitar 30-50 cm dan agak langsing. Daging
buah tebal. Berat per buah mencapai 250-500 g.
C. Pare ayam/pare hijau Warna pare ini memang paling hijau
dari pada jenis pare lainnya. Penampilan buah kecil.
pendek. Pada bagian yang banyak mengandung biji
membulat, sehingga sering pangkalnya langsing akan
tetapi bagian bawahnya bulat. Pare ini tergolong “pare
kampung” yang sering ditanam secara sambilan di
pekarangan rumah atau pagar. Bahkan banyak petani yang
membiarkan tanaman pare ayamnya tumbuh tanpa
rambatan. Buahnya yang kecil tetap akan berproduksi
asalkan diberi alas atau mulsa.
4. Kandungan Pare
Buah Pare
No Kandungan Gizi
1) 2)
1 Kalori (energi) 22.00 kal 29.00 kal
2 Protein 0.90 g 1.10 g
3 Lemak 0.40 g 0.30 g
4 Karbohidrat 4.60 g 6.60 g
5 Serat 0.90 g -
6 Abu 0.70 mg -
7 Kalsium 32.00 mg 45.00 mg
8 Zat besi 0.90 mg 1.40 mg
9 Natrium 2.00 mg -
10 Niasin 0.03 mg -
11 Fosfor 32.00 mg 64.00 mg
12 Kalium 211.00 mg -
13 Vitamin A 335.00 SI 180.00 SI
14 Vitamin B1 0.06 mg 0.08 mg
15 Vitamin B2 0.03 mg -
16 Vitamin C 55.00 mg 52.00 mg
17 Air 93.34 g 91.20 g
18 Bagian yang dapat dimakan - 77.00%
Sumber : 1) Food Composition (1946) Handbook No.1 Manila
(Knott JE & Deanon JR) (1976);
2) Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam :
Rukmana (1977)
5. Manfaat Pare
Khasiat yang dimiliki buah pare juga baik digunakan untuk
tubuh. Beberapa diantaranya yaitu mengendalikan gula darah,
meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan mata,
meredakan asma dan gangguan pernapasan lainnya, mengobati
masalah kulit, membantu mengobati HIV dan Herpes,
meningkatkan kesehatan tulang dan penyembuhan luka,
meningkatkan kesehatan pencernaan, dsb.
6. Budidaya Pare
a. Penanaman
b. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Namun apabila curah hujan tinggi harus diperhatikan
selokannya agar air tidak menggenang dilahan. Setelah berumur
dua minggu atau tinggi tanaman mencapai 50 cm, dibuat para-
para setinggi 1,5 - 2 meter. Hal ini dibuat dengan tujuan untuk
merambatkan sulur- sulur tanaman. Perambatan pare dapat pula
dilakukan dengan ajir atau lanjaran yang bisa terbuat dari
bambu.
Setelah berumur tiga minggu, tanaman pare sudah bercabang
dan sebaiknya cabang-cabang tersebut dipotong atau dilakukan
pemangkasan agar tunas tumbuh menyebar sehingga bisa
produksi lebih banyak. Pilih dua cabang yang paling besar dan
sehat. Sisa cabang lainnya yang tumbuh di batang hingga
ketinggian 1,5 m dari permukan tanah harus dipangkas.
Pemangkasan kedua bisa dilakukan pada saat umur 6 minggu
dengan memangkas cabang yang telah tua dan tidak tumbuh lagi
serta daun-daun tua maupun cabang yang rusak karena hama
penyakit.
Selain pupuk organik, pupuk buatan juga diberikan pada
tanaman pare. Bisa diberikan pupuk NPK sebanyak 2-3 kg per
100 m² atau menggunakan Urea, TSP, KCl dengan
perbandingan 1:2:2 sebanyak 15 gram tiap tanaman (3 gram
Urea, 6 gram TSP dan 6 gram KCl). Pemupukan dilakukan
dengan cara menimbun pupuk disekeliling tanaman sejauh 10
cm dari batangnya. Sebaiknya pemupukan dilakukan pada saat
tanaman berumur satu bulan bersamaan dengan penyiangan.
Setelah tanaman berumur 1,5-2 bulan pare mulai berbunga dan
bunga betina yang muncul dapat menjadi buah. Bunga pare
berwarna kuning dan bertangkai panjang.
Tanaman pare jarang terserang hama penyakit, namun ada
beberapa hama dan penyakit yang dapat meyerang pare
diantaranya adalah :
2.3 Hipotesis
Penggaraman menggunakan garam dapur lebih efektif dilakukan untuk
mengurangi rasa pahit pada pare daripada menggunakan garam Laut dan
Himalaya karena kandungan sodium pada garam dapur lebih tinggi
dibandingkan garam Laut dan Himalaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN