Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh Berbagai Jenis Garam Terhadap Rasa Pahit Pada Pare

(Momordica charantia L.)

Karya Ilmiah Remaja

Jasmine Nafeesa Pramahendra

IX-L/16

NIS/NISN : 20980 / 0086162900

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sidoarjo

Jl. Ponti Sidoarjo Telepon 031-8941179 Fax. 031-8946621

Sidoarjo 612111 Jawa Timur

Website. www.smpn1sda.sch.id E-mail. Smpn1sidoarjo@yahoo.co.id


Pengajuan Judul KIR

Judul : Pengaruh Berbagai Jenis Garam Terhadap Rasa Pahit Pada Pare
(Momordica charantia L.)

Rumusan Masalah :

Bagaimana pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare
(Momordica charantia L.)

Tujuan :

Menguji pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare
(Momordica charantia L.)

Manfaat :

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, sebagai berikut :


a. Bagi diri sendiri : Membuktikan secara langsung bahwa garam dapat
menghilangkan rasa pahit pada pare.
b. Bagi orang lain : Agar masyarakat lebih menyukai pare, karena selama ini
banyak orang yang kurang menyukai pare karena rasa pahitnya.
c. Bagi ilmu pengetahuan : Dapat menjadi kajian lebih lanjut tentang
menghilangkan rasa pahit pada pare dengan garam.

Variabel Kontrol

 Massa pare yang digunakan (500 g)


 Massa masing-masing garam (250 g)
 Jenis pare (pare gajih)

Variabel Manipulasi :

 Jenis garam yang digunakan sebagai bahan uji (garam dapur, garam laut,
dan garam himalaya)

Variabel Respon :

 Rasa pare yang dihasilkan dari pengaruh berbagai jenis garam (15 orang
responden).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pare merupakan tumbuhan menjalar yang memiliki buah dengan
rasa pahit. Rasa pahit pada pare ini disebabkan oleh zat momordicin.
Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis dan mudah dibudidayakan. Buah
pare merupakan bagian dari tumbuhan pare yang paling sering
dimanfaatkan manusia untuk diolah menjadi berbagai produk pangan
seperti teh dan manisan maupun dimasak menjadi sayuran. Rasa buahnya
yang pahit menjadikan beberapa masyarakat masih enggan
mengkonsumsinya (Riyadi, Ishartani, & Purbasari, 2015).
Sebelum memasak buah ini, masyarakat biasanya mengurangi rasa
pahitnya dengan menggunakan garam. Meskipun rasa pahitnya tidak dapat
hilang sepenuhnya, tetapi penggunaan garam ini dipercaya dapat
mengurangi rasa pahit yang ada. Buah pare mengandung antioksidan
dengan ditemukannya flavonoid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid
(Agus, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini saya akan meneliti pengaruh berbagai jenis garam
terhadap rasa pahit pada Pare (Momordica charantia L.) yang akan
dibuktikan melalui penelitian secara ilmiah, sehingga penelitian ini
menjawab pertanyaan pertanyaan tentang :

1. Bagaimana pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare?

1.3 Tujuan penelitian


1. Menguji pengaruh berbagai jenis garam terhadap rasa pahit pada pare.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagi diri sendiri
Membuktikan secara langsung bahwa garam dapat menghilangkan rasa
pahit pada pare.
2. Bagi orang lain
Agar masyarakat lebih menyukai pare, karena selama ini banyak orang
yang kurang menyukai pare karena rasa pahitnya.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Dapat menjadi kajian lebih lanjut tentang menghilangkan rasa pahit pada
pare dengan garam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Penggaraman
Penggaraman adalah metode untuk mengawetkan ikan,
daging, sayuran,dan buah seperti asam jawa, mangga muda, lemon,
beri, cabai hijau, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan konsentrasi
garam pada air bahan lebih tinggi dari yang terdapat pada sel bakteri
sehingga membran sel bakteri tidak dapat menyerap air dan bahkan
kehilangan air dalam selnya. Kandungan sodium dalam garam juga
dapat mengurangi rasa pahit pada sayuran (Ismail, 2004).
Beberapa macam sayuran mentah akan memerlukan
penggaraman untuk mengekstrak kelebihan kandungan air. Cara
penggaraman yang umum digunakan ada 2 macam, yaitu metode
penggaraman kering (dry-salting) dan penggaraman basah (wet-
salting). Pada penggaraman kering, sayuran ditempatkan pada
wadah non-metalik, kemudian ditaburi garam secara merata dan
dibiarkan dalam selang waktu tertentu serta diaduk sekali-sekali.
Pada penggaraman basah, sayuran direndam dalam larutan
garam dan dibiarkan dalam selang waktu tertentu. Setelah
penggaraman, sayuran dibilas beberapa kali untuk membuang
seluruh garam dan dikeringkan atau ditiriskan dengan menggunakan
kertas tisu (Picklenet, 2001).
Ada 2 alasan untuk melakukan penggaraman, yaitu (1)
penggaraman dapat menghilangkan sebagian rasa pahit dan (2)
penggaraman dapat mempertahankan bentuk dalam beberapa tipe
seperti penggorengan atau pemanggangan (Topel, 2003).
2.1.2 Garam
Garam merupakan benda padat berbentuk kristal, berwarna
putih dan merupakan kumpulan senyawa dengan nama kimianya
sodium klorida (NaCl). NaCl ini mengandung yodium dan ketika
ditambahkan ke dalam bahan pangan dapat menambah nutrisi
pada tubuh. Selain memberi nutrisi pada tubuh juga berpengaruh
pada cita rasa, dan dapat membentuk tekstur menjadi renyah.
Jumlah garam yang ditambahkan tergantung banyaknya makanan
yang disiapkan dan yang akan dikonsumsi. Namun, apabila
dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi dapat meningkatkan
tekanan darah sehingga mengganggu kesehatan tubuh
(Bennion dan Scheule, 2004).
Garam memiliki sifat higroskopis atau mudah menyerap air.
Penambahan garam pada bahan pangan dapat bertujuan sebagai
pengawetan makanan karena kadar garam yang tinggi berarti
menghasilkan tekanan osmotik yang tinggi dengan aktivitas air
rendah. Kondisi seperti ini memungkinkan mikroorganisme tidak
dapat hidup (Taufiq, Putra, & Hartati, 2016).

1. Garam Dapur

Gambar 1 (Garam Dapur)

Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat


rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum
adalah Natrium Klorida (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut.
Garam dalam bentuk alaminya adalah mineral kristal yang
dikenal sebagai batu garam atau halite.
Tabel 1 Kandungan Sodium pada Garam Dapur
Kandungan Gizi Jumlah
Sodium 39,1%
2. Garam Laut

Gambar 2 (Garam Laut)

Garam laut adalah garam yang dihasilkan dari penguapan


air laut. Garam laut memiliki banyak kegunaan, diantaranya
sebagai bumbu masak dan kosmetika. Ilmu pembuatan garam
laut telah dilakukan sejak zaman prasejarah. Berbagai juru
masak mempercayai bahwa garam laut memiliki rasa yang lebih
baik dibandingkan garam tambang. Meski disebut garam laut,
tetapi pengumpulan tidak selamanya dilakukan di laut.
Beberapa dilakukan di danau air asin.
Tabel 2 Kandungan Sodium pada Garam Laut
Kandungan Gizi Jumlah

Sodium 30,8%

3. Garam Himalaya

Gambar 3 (Garam Himalaya)


Garam Himalaya adalah garam gunung berbentuk kristal
yang ditambang dari pertambangan garam di Khewra, distrik
Jhelum di Punjab, Pakistan. Tambang ini merupakan kawasan
pertambangan garam tertua dan salah satu yang terbesar di
dunia.
Tabel 3 Kandungan Sodium pada Garam Himalaya
Kandungan Gizi Jumlah
Sodium 36,8%

2.1.3 Pare (Momordica charantia L.)

Gambar 4 (Pare)

Pare atau dapat disebut “paria” (Momordica charantia L.)


merupakan tumbuhan menjalar dengan bunga kecil dan memiliki
buah seperti mentimun tetapi memiliki permukaan berbintil dan
rasanya pahit. Buah pare merupakan bagian tanaman pare yang
paling sering dimanfaatkan, biasanya diolah menjadi sayuran.
Tumbuhan pare dapat hidup di dataran rendah dan termasuk
tanaman tropis. Pembudidayaannya cukup mudah karena dapat
ditanam di ladang maupun di halaman luas dengan cara dirambatkan
pada pohon, pagar atau bambu yang sudah dirancang khusus.
Tanaman ini juga dapat digunakan sebagai tempat teduh. Tanaman
pare juga merupakan tanaman obat karena kandungan gizinya yang
cukup banyak dan memiliki berbagai manfaat kesehatan
(Dalimartha, 2008).
1. Klasifikasi Pare (Momordica charantia L.)

Tabel 4 Klasifikasi Pare

Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Kelas Dicotiledonae
Ordo Cucurbitales
Family Cucurbitaceae
Genus Momordica
Spesies Momordica charantia

2. Morfologi Pare (Momordica charantia L.)


Pare (Momordica charantiaL) Sinonim Momordica
balsamina Blanco, Momordica balsamina Descourt, Momordica
cylindrica Blanco, Momordica jagorana C.Koch, Momordica
operculata Vell, 10 Cucumis africanus Lindl. Banyak terdapat
di daerah tropis, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat
ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan,
dibudidayakan atau ditanaman di pekarangan dengan
dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya (Widyaningrum
2011).
Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari,
sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak
terlindung. Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan
alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang,
berbau tidak enak. Daun tunggal, bentuknya bulat panjang,
pangkal berbentuk jantung, berwarna hijau tua. Taju bergigi
kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal. berkelamin
dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning.
Buah bulat memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, rasanya
pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah
dengan 3 katup. Biji banyak. cokelat kekuningan, bentuknya
pipih memamnjang keras (Widyaningrum 2011).

3. Jenis Pare
Berikut jenis pare yang disukai konsumen serta banyak
diusahakan oleh petani antara lain antara lain yaitu pare taiwan,
pare gajih dan pare ayam/pare hijau (Nazaruddin 1995) :
A. Pare taiwan berasal dari taiwan. Nama aslinya adalah chu
mi. Oleh karena ada yang berwarna putih dan ada yang
hijau, maka namanya menjadi chu mi putih dan chu mi
hijau. Penampilan buah amat 11 menarik. Lonjong. agak
bulat dan besar. Permukaan kulit tanpa bintil. halus dengan
sedikit alur. Warnanya putih kehijauan dan rasanya tak
terlalu pahit. Pare ini tergolong jenis hibrida yang tak baik
dibibitkan sendiri. Benihnya masih diimpor.
B. Pare gajih Nama lainnya pare mentega atau pare putih.
Warna pare ini memang putih kekuningan sehingga diberi
nama tersebut. Permukaan buah berbintil-bintil besar.
Panjang buah sekitar 30-50 cm dan agak langsing. Daging
buah tebal. Berat per buah mencapai 250-500 g.
C. Pare ayam/pare hijau Warna pare ini memang paling hijau
dari pada jenis pare lainnya. Penampilan buah kecil.
pendek. Pada bagian yang banyak mengandung biji
membulat, sehingga sering pangkalnya langsing akan
tetapi bagian bawahnya bulat. Pare ini tergolong “pare
kampung” yang sering ditanam secara sambilan di
pekarangan rumah atau pagar. Bahkan banyak petani yang
membiarkan tanaman pare ayamnya tumbuh tanpa
rambatan. Buahnya yang kecil tetap akan berproduksi
asalkan diberi alas atau mulsa.
4. Kandungan Pare

Tabel 4 Kandungan gizi tiap 100 gram pare

Buah Pare
No Kandungan Gizi
1) 2)
1 Kalori (energi) 22.00 kal 29.00 kal
2 Protein 0.90 g 1.10 g
3 Lemak 0.40 g 0.30 g
4 Karbohidrat 4.60 g 6.60 g
5 Serat 0.90 g -
6 Abu 0.70 mg -
7 Kalsium 32.00 mg 45.00 mg
8 Zat besi 0.90 mg 1.40 mg
9 Natrium 2.00 mg -
10 Niasin 0.03 mg -
11 Fosfor 32.00 mg 64.00 mg
12 Kalium 211.00 mg -
13 Vitamin A 335.00 SI 180.00 SI
14 Vitamin B1 0.06 mg 0.08 mg
15 Vitamin B2 0.03 mg -
16 Vitamin C 55.00 mg 52.00 mg
17 Air 93.34 g 91.20 g
18 Bagian yang dapat dimakan - 77.00%
Sumber : 1) Food Composition (1946) Handbook No.1 Manila
(Knott JE & Deanon JR) (1976);
2) Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam :
Rukmana (1977)

5. Manfaat Pare
Khasiat yang dimiliki buah pare juga baik digunakan untuk
tubuh. Beberapa diantaranya yaitu mengendalikan gula darah,
meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan mata,
meredakan asma dan gangguan pernapasan lainnya, mengobati
masalah kulit, membantu mengobati HIV dan Herpes,
meningkatkan kesehatan tulang dan penyembuhan luka,
meningkatkan kesehatan pencernaan, dsb.

6. Budidaya Pare
a. Penanaman

Tanaman pare dikembangkan dengan menggunakan biji.


Kebutuhan benih untuk luas lahan 100 m² sebanyak 70 gram.
Sebelum ditanam benih diseleksi dengan memasukkan air ke
dalam benih. Benih yang mengambang harus dibuang,
sedangkan benih yang tenggelam dapat ditanam. Benih bisa
langsung ditanam dilahan atau disemai dahulu.

Lahan yang akan ditanami pare dicangkul hingga gembur, lalu


dibuat bedengan dengan lebar 1,5 m, tinggi 25 cm dan panjang
menyesuaikan lahan. Tanah dicampur dengan pupuk kandang
sebanyak 1 kuintal untuk lahan 100 m². jarak tanam 0,75 m x
0,75 m. Lubang tanaman ditugal dengan kedalaman 3-5 cm.
Benih dimasukkan ke dalam lubang tanaman sebanyak 2-3 biji
pare. Setelah itu ditutup dengan tanah. Selang 4-7 hari setelah
tanam biji pare dapat tumbuh.

b. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Namun apabila curah hujan tinggi harus diperhatikan
selokannya agar air tidak menggenang dilahan. Setelah berumur
dua minggu atau tinggi tanaman mencapai 50 cm, dibuat para-
para setinggi 1,5 - 2 meter. Hal ini dibuat dengan tujuan untuk
merambatkan sulur- sulur tanaman. Perambatan pare dapat pula
dilakukan dengan ajir atau lanjaran yang bisa terbuat dari
bambu.
Setelah berumur tiga minggu, tanaman pare sudah bercabang
dan sebaiknya cabang-cabang tersebut dipotong atau dilakukan
pemangkasan agar tunas tumbuh menyebar sehingga bisa
produksi lebih banyak. Pilih dua cabang yang paling besar dan
sehat. Sisa cabang lainnya yang tumbuh di batang hingga
ketinggian 1,5 m dari permukan tanah harus dipangkas.
Pemangkasan kedua bisa dilakukan pada saat umur 6 minggu
dengan memangkas cabang yang telah tua dan tidak tumbuh lagi
serta daun-daun tua maupun cabang yang rusak karena hama
penyakit.
Selain pupuk organik, pupuk buatan juga diberikan pada
tanaman pare. Bisa diberikan pupuk NPK sebanyak 2-3 kg per
100 m² atau menggunakan Urea, TSP, KCl dengan
perbandingan 1:2:2 sebanyak 15 gram tiap tanaman (3 gram
Urea, 6 gram TSP dan 6 gram KCl). Pemupukan dilakukan
dengan cara menimbun pupuk disekeliling tanaman sejauh 10
cm dari batangnya. Sebaiknya pemupukan dilakukan pada saat
tanaman berumur satu bulan bersamaan dengan penyiangan.
Setelah tanaman berumur 1,5-2 bulan pare mulai berbunga dan
bunga betina yang muncul dapat menjadi buah. Bunga pare
berwarna kuning dan bertangkai panjang.
Tanaman pare jarang terserang hama penyakit, namun ada
beberapa hama dan penyakit yang dapat meyerang pare
diantaranya adalah :

1. Hama lembing atau oteng-oteng (Epilachma sparsa). Hama


ini berbentuk lembing bulat, warnanya merah dengan
bercak hitam sebanyak 12 – 26 buah. Hama ini menyerang
daun dan pada serangan yang parah daun habis sehingga
yang tersisa hanya tulang daunnya saja. Cara
pengendaliannaya antara lain dapat dilakukan dengan
memungut telur,larva atau lembingnya ditangkap lalu
dimatikan. Dapat pula dilakukan dengan rotasi tanaman.
Apabila sudah parah dapat diaplikasikan insectisida
berbahan aktif karbaril ( Sevin 85 SP, Truper 3 GR).
2. Penyakit embun bulu (Pseudoperenospora cubensis).
Gejalanya terlihat apabila daun bagian atas terdapat bercak
kuning, sementara daun bagian bawah terdapat bulu-bulu
berwarna ungu. Langkah pencegahan adalah dengan
menjaga kondisi lahan agar tidak terlalu lembab. Apabila
sudah parah dapat diaplikasikan fungisida dengan bahan
aktif propineb (Trivia 73 WP), mandipropamid (Revus 250
SC), metalaksil (Metalax 35 SD).
3. Lalat buah (Dacus cucurbitae Cog). Lalat buah menyerang
pare dengan cara meletakkan telurnya di dalam buah.
Setelah menetas, ulatnya memakan buah sehingga menjadi
rusak. Daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan
berair dengan ratusan belatung. Tampak luar daging buah
sehat tapi setelah dibuka terlihat daging buah penuh dengan
belatung. Apabila menyerang batang, maka batang akan
membengkak seperti bisul. Untuk mencegah hama tersebut
dapat dilakukan pembungkusan buah muda dengan
mengunakan kertas atau daun pisang kering. Dapat juga
dengan menggunakan insect trap yang ditaruh disekitar
tanaman pare, sehingga lalat buah yang ada disekitar dapat
ditangkap dan mati dalam tangkapan tersebut. Melakukan
penyiangan dan pembubunan serta memelihara kebersihan
sekitar tanaman dari gulma dan sisa tanaman yang
membusuk, harus dilakukan sebab kondisi seperti itu sesuai
dengan tumbuh dan berkembang-nya lalat buah. Apabila
sudah ada serangan dapat dikendalikan dengan jalan
menyemprotkan insectisida berbahan aktif deltametrin
(Decis 25 EC), Profenofos (Curacron 500 EC),
imidakloprid (Winder 25 WP).

c. Panen dan Pasca Panen


Buah pare dapat dipenen sekitar umur 2,5 bulan setelah tanam.
Buah pare yang dipanen sebaiknya tidak terlalu tua karena akan
mempengaruhi rasa. Tanaman pare yang siap panen apabila
buahnya sudah memiliki bintil-bintil dan keriputnya masih agak
rapat serta alurnya belum melebar. Pemanenan pare yang
terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan.
Cara memanen pare adalah dengan dengan memotong tangkai
buah menggunakan pisau atau gunting. Tanaman yang terawat
dapat menghasilkan 30 buah pare setiap pohonnya. Penanganan
pacsca panen dilakukan dengan mengumpulkan pare kedalam
keranjang bambu secara teratur dan rapi. Agar kulit pare tidak
rusak, diusahakan jangan terlalu banyak gesekan, termasuk
dalam pengangukutan diusahakan jangan sampai terjadi
guncangan yang keras. Agar tahan lama, pare dapat dismpan
pada suhu 10-20º C. Panen pare dapat dilakukan dengan interval
5-7 hari hingga umur 4 bulan.

2.2 Kerangka Berfikir


Rasa pahit yang terdapat pada pare menjadi salah satu penyebab masyarakt
tidak menyukainya. Oleh karena itu, untuk menanggulangi masalah tersebut
diperlukan suatu upaya untuk mengurangi rasa pahit pada pare tersebut.
Garam merupakan salah satu bahan yang dapat mengurangi rasa pahit pada
pare. Dalam penelitian ini dilakukan proses penggaraman menggunakan
garam dapur, laut, dan Himalaya yang diharapkan dapat mengurangi rasa
pahit pada pare.
Rasa pahit pada pare membuat sebagian besar masyarakat
kurang menyukainya.

Diperlukan upaya untuk mengurangi rasa pahit pada pare


tersebut.

Proses penggaraman menggunakan garam dapur, laut, dan


Himalaya yang diharapkan dapat mengurangi rasa pahit
pada pare.

2.3 Hipotesis
Penggaraman menggunakan garam dapur lebih efektif dilakukan untuk
mengurangi rasa pahit pada pare daripada menggunakan garam Laut dan
Himalaya karena kandungan sodium pada garam dapur lebih tinggi
dibandingkan garam Laut dan Himalaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian untuk meneliti pengaruh berbagai jenis garam terhadap
rasa pahit pada pare. Kegiatannya meliputi : Pertama, memototong bagian
tengah pare dan mencucinya hingga bersih. Kedua, melakukan proses
penggaraman dengan ketiga garam yang berbeda. Ketiga, membilas pare
dengan air mengalir lalu merebusnya selama 10 menit. Mencatat hasil
percobaan pada pare yang dicoba oleh responden. Terakhir, menyimpulkan
hasil sesuai penelitian.

3.2 Objek Penelitian


Variabel Kontrol : Alat dan bahan, Pare Gajih,
Variabel Manipulasi : Jenis Garam
Variabel Respon : Rasa Pare

3.3 Instrumen Penelitian


1. 3 buah pare
2. Garam dapur (30 g)
3. Garam laut (30 g)
4. Garam himalaya (30 g)
5. Air (430-450 ml)
6. Tepung beras (300 g)
7. Tepung tapioka (150 g)
8. Tepung terigu (70-100 g)
9. 1 butir telur
10. 1 sachet royco
11. 1/2 sdt bubuk kunyit
12. 1/2 sdt bubuk kencur
13. 1/2 sdt bubuk lada
14. 5-10 lembar daun jeruk, iris halus.
15. 5-7 siung bawang putih
16. 1 sdm garam dapur
17. 1 sdm ketumbar
18. 4 butir kemiri
19. Minyak
20. Air dingin

Sedangkan peralatan yang digunakan untuk penelitian ini antara


lain, sebagai berikut :
1. 3 buah baskom
2. 1 buah sendok
3. 1 buah panci
4. 1 buah wajan
5. 1 buah capitan
6. 1 buah saringan penggorengan
7. 1 buah pisau
8. 1 buah gunting
9. 3 buah piring

3.4 Prosedur Kerja


Setelah peralatan dan bahan-bahan tersedia maka dimulailah proses
penelitian, sebagai berikut:

1) Proses Penggaraman pada Pare


1. Cuci pare yang akan digunakan.
2. Belah pare menjadi 2 bagian.
3. Buang biji dibagian tengahnya.
4. Kerok bagian dalam pare dengan sendok atau pisau sampai bagian
putih di tengahnya hilang.
5. Potong-potong pare sesuai kebutuhan menggunakan pisau.
6. Tuangkan garam dapur pada pare yang telah dipotong-potong,
tambahkan air kedalam baskom. Rendam selama 20 menit. Remas-
remas pare menggunakan tangan, bila dirasa sudah cukup bilas pare
menggunakan air mengalir.
7. Lakukan langkah no. 6 sampai 3 kali.
8. Terakhir, bilas kembali pare dengan air bersih lalu sisihkan pare di
piring.
9. Melakukan hal yang sama pada proses penggaraman menggunakan
garam laut dan Himalaya.

2) Proses Perebusan pada Pare


1. Rebus air didalam panci. Setelah mendidih matikan api kompor.
2. Masukkan pare yang sudah melalui proses penggaraman
menggunakan garam dapur.
3. Tunggu sekitar 5 menit.
4. Angkat lalu tiriskan.
5. Bilas pare menggunakan air dingin sambal diremas-remas. Lakukan
proses ini 2-3 kali.
6. Melakukan hal yang sama pada proses perebusan pare menggunakan
pare yang sudah melalui proses penggaraman menggunakan garam
laut dan himalaya.

3) Proses Penggorengan pada Pare


1. Haluskan 5-7 siung bawang putih, 1 sdm ketumbar, 4 butir kemiri,
dan 1 sdm garam.
2. Campurkan 300 g tepung beras, 150 g tepung tapioka, 70-100 g
tepung terigu, dan bumbu yang sudah dihaluskan.
3. Tambahkan 1 sachet royko,1/2 sdt bubuk kunyit, dan 1/2 sdt bubuk
kencur, 1/2 sdt lada bubuk, dan 5-10 lembar daun jeruk purut yang
sudah di iris halus. Lalu aduk dengan rata.
4. Berikan air sekitar 430-450 ml kedalam adonan, serta masukkan 1
butir telur. Aduk hingga rata.
5. Panaskan minyak goreng didalam wajan.
6. Masukkan pare kedalam adonan. Pastikan semua bagian pare terkena
adonan.
7. Masukkan pare yang sudah dilumuri adonan kedalam wajan. Goreng
dengan api sedang.
8. Goreng pare sambil diaduk-aduk agar pare tidak menempel. Goreng
sampai berwarna kuning keemasan.
9. Jika pare sudah matang, angkat lalu tiriskan.
10. Melakukan hal yang sama pada pare yang sudah melalui proses
proses perebusan menggunakan garam laut dan himalaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Melakukan wawancara dengan meminta pendapat responden terhadap
rasa pare.
2. Mencatat dalam bentuk tabel seperti dibawah ini.
Pare dengan Garam Pare dengan Garam Pare dengan Garam
No. Nama Dapur Laut Himalaya
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Keterangan :
1. Tidak pahit
2. Agak pahit
3. Pahit

3.6 Jadwal dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengikuti dan disesuaikan dengan kalender akademik
SMPN 1 Sidoarjo. Lokasi penelitian ini bertempat di rumah peneliti, hal ini
dikarenakan adanya pandemic COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai