Anda di halaman 1dari 41

Daftar Isi

BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Fokus Penelitian...................................................................................................7
C. Rumusan Penelitian.............................................................................................7
D. Pertanyaan Penelitian..........................................................................................8
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................................8
F. Manfaat Penelitian...............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................11
KAJIAN TEORI..............................................................................................................11
A. Profil Tunarungu...............................................................................................11
1. Pengertian Profil............................................................................................11
2. Penyandang Tunarungu................................................................................12
B. Hakikat Prestasi.................................................................................................16
1. Pengertian prestasi.........................................................................................16
2. Faktor yang mempengaruhi prestasi............................................................17
C. Pengertian duta wisata.......................................................................................18
D. Kriteria Duta Wisata.........................................................................................19
E. Pengertian ajang pemilihan Uda Uni Duta Wisata..........................................22
F. Kerangka konseptual.........................................................................................25
BAB III............................................................................................................................28
METODE PENELITIAN.................................................................................................28
A. Latar Entri..........................................................................................................28
B. Jenis Penelitian...................................................................................................28
C. Tempat Penelitian..............................................................................................29
D. Subyek Penelitian...............................................................................................29
E. Sumber Data.......................................................................................................30
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................................30
G. Teknik Analisis Data......................................................................................34
H. Teknik Keabsahan Data.................................................................................37

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada hakikatnya, manusia itu diciptakan oleh Tuhan dengan

kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Manusia terlahir ke dunia

dalam berbagai kondisi, ada yang terlahir dengan sempurna tanpa

kekurangan satu apapun, ada pula yang terlahir dengan berkebutuhan

khusus. Tugas kita adalah untuk mengetahui segala kelebihan dan

kekurangan kita supaya kita dapat memaksimalkannya sehingga dapat

memperoleh berbagai kemudahan dalam hidup. Ini juga berlaku terhadap

saudara kita yang terlahir memiliki kebutuhan khusus ataupun yang

awalnya terlahir dengan sempurna, lalu mengalami musibah yang

memunculkan suatu kebutuhan khusus.

Kebutuhan khusus sendiri ada bermacam-macam. Namun tidak

sedikit dari mereka yang justru memiliki potensi yang jauh lebih baik

dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kekurangan satu

apapun. Bahkan dengan kekurangan yang mereka miliki, mereka justru

jauh lebih unggul dalam prestasi dibanding dengan kebanyakan orang.

Kesempatan selalu terbuka luas bagi siapapun yang ingin mencoba untuk

berkompetisi tanpa terkecuali dengan anak berkebutuhan khusus.

Belakangan ini, sudah banyak sekali anak berkebutuhan khusus yang

berhasil mengukir prestasi dalam bidang yang dianggap oleh kebanyakan

orang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Juga tak bisa dipungkiri,

2
3

tidak sedikit pula dari mereka yang memiliki hambatan memilih

untuk pasrah dengan keadaan dan tidak melakukan apapun untuk

memperbaiki hidupnya, merasa rendah diri, lalu berhenti menggali potensi

diri dan malah merasa nyaman hidup dengan bergantung keorang lain.

Pada kasus ini, peneliti telah berjumpa dengan seorang remaja

tunarungu dengan inisial “I” yang sangat berprestasi. Awal perjumpaan

terjadi saat peneliti sedang melaksanakan Praktik Lapangan Kependidikan

(PLK) di SLB YPAC SUMBAR tahun 2019. Ia pada saat itu sedang

berkunjung kembali ke YPAC dalam rangka libur beberapa hari saat kelas

XII sedang melaksanakan ujian pada tanggal 2 April 2019. Dari

pembicaraan singkat dengan beliau, peneliti mengetahui bahwasanya dulu

beliau merupakan salah satu murid pada SLB tersebut, namun beliau

memilih untuk pindah mengikuti orangtuanya ke Kota Padang Panjang

pada tahun 2009 setelah kejadian gempa bumi hebat melanda provinsi

SUMBAR dan sekitarnya.

Saat peneliti mengajar praktik tari daerah, I juga ikut serta

menyimak juga menari bersama dengan peneliti dan siswa-siwa di kelas

tempat peneliti mengajar. Di akhir jam pelajaran peneliti bertukar kontak

sosial media dengan I. Dari sanalah komunikasi via chat sering terjadi, dan

belakangan peneliti mengetahui bahwa I merupakan salah satu pemenang

terpilih pada ajang pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Padang Panjang

tahun 2018. Ia berhasil membuktikan diri bahwa dengan keterbatasannya

mampu mengalahkan para pesaingnya yang merupakan remaja normal.


4

Hal ini merupakan sejarah bagi banyak pihak karena ini merupakan

yang pertama sepanjang sejarah pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota

Padang Panjang bahkan dalam ajang pemilihan duta wisata provinsi

SUMBAR, seorang remaja tunarungu dinobatkan sebagai salah satu

pemenang ajang tersebut. Sementara kita mafhum bahwasanya ajang

pemilihan duta wisata merupakan suatu ajang untuk menunjuk putra dan

putri terbaik perwakilan dari daerahnya untuk bekerjasama dengan pihak

Dinas Pariwisata dalam mempromosikan semua potensi wisata yang

dimiliki oleh daerah tersebut melalui sosial media, brosur, spanduk, dan

sebagainya, tidak lupa pula dengan sosialisasi langsung kepada para

wisatawan.

Duta wisata ditentukan berdasarkan berbagai kriteria dan banyak

tahapan seleksi yang ketat. Kriteria pemilihan duta wisata tidak hanya

ditentukan oleh aspek keindahan ragawi (beauty), akan tetapi juga

mempertimbangkan aspek kecerdasan intelektual (brain) dan kecerdasan

emosional yang berdampak pada tindakan (behavior) secara proporsional. Ketiga

aspek tersebutlah yang menjadi modal duta wisata untuk mendukung kemajuan

pariwisata nasional berdasarkan prinsip Sapta Pesona. Prinsip tersebut merupakan

suatu kondisi yang harus dicapai guna menggenjot kunjungan wisatawan, yaitu:

aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan (Wibowo, 2012).

Adapun penjelasan dari 3B (Brain,Beauty,Behaviour) sebagai berikut:

1. Duta wisata akan sering bertemu dengan orang banyak, sehingga

diperlukan intelektualitas (brain) yang baik dalam memposisikan dirinya

sebagai seorang duta.


5

2. Beauty Ini bukan berarti seorang duta harus tampan/cantik , atau memiliki

tubuh yang ideal, namun yang terpenting adalah seorang duta wisata harus

dapat menampilkan diri dengan baik ke publik

melalui kebersihan diri, kerapihan penampilan, dan tentunya senyum sebagai

salah satu bahasa komunikasi yang penting untuk memberikan kesan baik

pada orang lain.

3. Seorang duta budaya harus memiliki perilaku (behavior) yang baik karena

duta wisata akan menggambarkan kriteria masyarakat setempat.

Terkait dengan kebutuhan khusus yang dimilikinya, Anak

tunarungu umumnya mengalami beberapa permasalahan yang dikarenakan

keterbatasannya dalam berkomunikasi dan sosialisasi. Anak tunarungu

juga mengalami permasalahan yaitu tidak mempunyai kemampuan

berbahasa sesungguhnya, yang mana kemampuan berbahasa adalah

prasyarat dari kemampuan kognisi apabila kita pelajari lebih jauh.

Sedangkan kemampuan kognisi berkaitan erat dengan berpikir. Dan dapat

kita simpulkan bahwa anak tunarungu akan mengalami kesulitan dalam

berpikir dan memahami. (Wasito, Sarwindah and Sulistiani, 2010)

Dalam hal perkembangan, anak tunarungu mengalami

perkembangan sama seperti anak pada umumnya kecuali dari segi

komunikasi verbal. Mereka juga akan tumbuh menjadi remaja dengan

tugas perkembangan yang juga sama dengan anak normal yaitu melakukan

penyesuaian diri dan sosial. Namun,dikarenakan hambatannya tersebut,

tugas perkembangan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan


6

sosial tersebut menjadi lebih berat pada remaja tunarungu. Karena proses

interaksi sosial menuntut adanya komunikasi yang tentu saja tidak dapat

dihindari oleh remaja tunarungu. Tunarungu pada umumnya

berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, namun tidak semua orang

bisa dan memahami bahasa isyarat tersebut dan ini juga memicu terjadi

miss-komunikasi yang mengakibatkan kesalahpahaman. Dari sinilah

munculnya berbagai permasalahan penyerta lainnya seperti gangguan

emosi, penyimpangan seksual, kecemasan dan menarik diri dari

lingkungan.

Dan seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa tunarungu

mengalami hambatan dalam hal komunikasi, tetapi (I) justru mengubah

prespektif semua orang dengan kekurangannya tersebut dengan meraih

prestasi yang gemilang dalam bidang yang bertentangan dengan kebutuhan

khusus yang dimilikinya. Hal ini tentunya membuka banyak kesempatan

untuk remaja berkebutuhan khusus lainnya untuk tidak menyerah dalam

menggapai prestasi dan juga sebagai bukti nyata bahwa kebutuhan khusus

sama sekali bukan hambatan untuk berprestasi.

Berdasarkan kasus yang peneliti temukan di lapangan, maka

peneliti sangat tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai sosok remaja

tunarungu “I” yang berprestasi ini. Peneliti juga ingin mendalami

mengenai kelebihan juga prestasi lainnya yang telah diraihnya. Penulis

mengangkat topik ini sebagai penelitian dengan judul “Profil Uni Duta

Wisata Kota Padang panjang Tahun 2018 Penyandang Tuna Rungu”


7

B. Fokus Penelitian

Dalam tulisan ini, Penulis menetapkan fokus penelitian dengan

tujuan supaya penelitian dapat dilakukan dengan efektif, efisien,dan

terarah. Fokus penelitian dirincikan sebagai berikut:

1. Riwayat pendidikan tunarungu I pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata

Kota Padang Panjang Tahun 2018

2. Kegigihan tunarungu I dalam bersaing pada pemilihan Uda Uni Duta

Wisata Kota Padang Panjang Tahun 2018 dalam menyelesaikan

masalah

3. Sarana dan prasarana yang mendukung tunarungu I dalam mengikuti

ajang pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Padang Panjang Tahun

2018

4. Keahlian pendukung yang dimiliki tunarungu I sehingga ia dapat

meraih prestasi pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Padang

Panjang Tahun 2018

5. Lingkungan sosial tunarungu I pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata

Kota Padang Panjang Tahun 2018

6. Hal yang memotivasi tunarungu I dalam bersaing pada pemilihan Uda

Uni Duta Wisata Kota Padang Panjang Tahun 2018

C. Rumusan Penelitian

Berdasarkan penjabaran peneliti dalam latar belakang dan fokus

penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam proposal penelitian ini

adalah apa saja faktor yang menjadi pendorong tunarungu I dalam meraih
8

prestasi pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Padang Panjang Tahun

2018

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dan fokus penelitian guna

mengetahui “Apa saja faktor yang mendorong tunarungu I dalam meraih

prestasi pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Padangpanjang

Tahun 2018” terbentuklah sub-sub pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana riwayat pendidikan tunarungu I ?

2. Seperti apa kegigihan tunarungu I dalam bersaing pada ajang tersebut?

3. Seperti apakah sarana dan prasarana pendukung yang didapatkan

tunarungu I selama berkompetisi?

4. Apa saja keahlian pendukung yang dimiliki tunarungu I ?

5. Seperti apa lingkungan sosial tunarungu I ?

6. Apa hal yang memotivasi tunarungu I ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih

jauh profil dari tunarungu I dalam meraih prestasi pada pemilihan Uda Uni

Duta Wisata Kota Padang Panjang Tahun 2018, yang meliputi:

1. Mendeskripsikan riwayat pendidikan tunarungu I

2. Mendeskripsikan kegigihan tunarungu I dalam bersaing

3. Mendeskripsikan sarana dan prasarana pendukung yang didapatkan

tunarungu I dalam berkompetisi pada ajang tersebut


9

4. Mendeskripsikan keahlian pendukung yang dimiliki tunarungu I

5. Mendeskripsikan lingkungan sosial tunarungu I

6. Mendeskripsikan motivasi tunarungu I dalam berprestasi

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan

memberikan manfaat yang besar bagi banyak pihak baik itu bagi peneliti

sendiri dan pihak terkait lainnya, yang antara lain sebagai berikut:

1. Bagi tenaga pendidik, hendaknya dapat dijadikan acuan dalam

memberikan pelayanan dan sarana prasarana agar dapat

meningkatkan, mengembangkan juga menggali potensi yang ada pada

diri peserta didik khususnya tunarungu

2. Bagi pemerintah dan lembaga terkait, supaya dapat memberikan

kesempatan seluas-luasnya bagi siapapun tanpa terkecuali untuk

berkompetisi, juga lebih mengapresiasi setiap prestasi yang diraih oleh

warganya, terlebih yang memiliki kebutuhan khusus

3. Bagi orangtua dan keluarga, dengan adanya penelitian ini agar lebih

memperhatikan, memfasilitasi, mendukung, juga mengapresiasi setiap

prestasi yang ada pada diri anak, juga terus berusaha mengembangkan

semua potensinya

4. Bagi peneliti, agar dapat menambah wawasan juga membuka

cakrawala bahwasanya di dunia ini Allah SWT selalu menciptakan

segala kekurangan pasti disertai dengan kelebihan, juga untuk

mempelajari bagaimana cara yang tepat untuk membimbing dan


10

memotivasi peserta didik supaya potensi juga bakatnya dapat

tersalurkan dengan maksimal.

5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi dan acuan untuk

melaksanakan ataupun melanjutkan penelitian tentang prestasi yang

diraih oleh anak dengan kebutuhan khusus pada umumnya, dan

tunarungu pada khususnya.


BAB II

KAJIAN TEORI
A. Profil Tunarungu

1. Pengertian Profil

Kata profil berasal dari bahasa Italia, profilo dan profilare yang

berarti gambaran garis besar. Arti profil menurut KBBI (Kamus Besar

Bahasa Indonesia) adalah pandangan dari samping (tentang wajah

orang); lukisan (gambar) orang dari samping; sketsa biografis;

penampang (tanah, gunung, dan sebagainya); grafik atau ikhtisar yang

memberikan fakta tentang hal-hal khusus.

Adapun berbagai pendapat para ahli mengenai hakikat profil yaitu

menurut Sri Mulyani (1983: 1) profil adalah pandangan sisi, garis

besar, atau biografi dari diri seseorang atau kelompok yang memiliki

usia yang sama. Menurut (Devira, Hasanuddin, & Zulfadhli, 2017)

profil adalah pengertian yang sering kali dipergunakan di dalam kajian

psikologi, yaitu personality atau kepribadian. Istilah menunjukkan

suatu susunan dari aspek tingkah laku yang saling berhubungan di

dalam diri individu.

Menurut Victoria Neufeld 1996, dalam (Susiani, 2009) profil

merupakan grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan suatu

keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu. Dari

11
berbagai pengertian profil dan pendapat para ahli bisa dapat dimengerti

bahwa profil adalah suatu gambaran secara garis besar tergantung dari

12
13

segi mana memandangnya.Misalkan dari segi seninya, profil juga

dapat diartikan sebagai gambaran atau sketsa wajah seseorang dari

samping (Rusilowati, 2006)

Adapun pengertian profil tunarungu yang dimaksud pada penelitian

ini yaitu berupa biografi yang menjelaskan tentang diri seorang

tunarungu (I) yang meraih prestasi pada bidang non akademik yaitu

dengan meraih predikat pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota

Padang Panjang Tahun 2018, dan secara mendetail mengungkap fakta

hal-hal khusus dalam diri tunarungu I mengenai factor pendukung

keberhasilannya. Yang dapat dilihat melalui riwayat pendidikan,bakat

yang dimiliki, prestasi lain yang pernah diraih, motivasi, serta

lingkungan sosial

2. Penyandang Tunarungu

Dalam panca indera, pendengaran juga memiliki peranan teramat

penting dalam kehidupan karena ia berkaitan dengan kemampuan

berkomunikasi, dan komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting

untuk menjalani kehidupan dan berinteraksi antar manusia yang satu

dengan yang lainnya. Namun, ada juga manusia yang terlahir dengan

keterbatasan dalam pendengarannya baik itu mengalami kelainan, atau

tidak berfungsi sama sekali dan tentu saja berdampak langsung pada

kemampuannya menerima dan menyampaikan informasi dalam

kehidupannya.
14

a. Pengertian Tunarungu

Tunarungu bisa diartikan sebagai sebuah keadaan hilangnya

fungsi pendengaran yang mengakibatkan seseorang kurang atau

bahkan tidak dapat menangkap dan merespon terhadap rangsangan

suara dari sekitarnya. Istilah tunarungu sendiri berasal dari kata tuna

dan rungu, dimana tuna memiliki arti kurang dan rungu memiliki arti

pendengaran sehingga dapat dimaknai bahwa tunarungu merupakan

orang yang tidak mampu atau kurang dalam mendengar suara

(Winarsih, 2007)

Tunarungu juga dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang kehilangan pendengaran yang mengakibatkan

hilangnya kemampuan seseorang dalam menangkap berbagai

rangsangan terutama melalui indera pendengaran. (Khairani &

Sopandi, 2018)

(Salim & Soemarsono, 1984) menyimpulkan bahwa anak

tunarungu adalah anak yang memiliki kekurangan atau kehilangan

kemampuan indera pendengarannya dalam memperoleh informasi

berupa suara yang diakibatkan oleh kekurangan atau kerusakan atau

malfungsi sebagian, bahkan keseluruhan organ pendengarannya

sehingga ia terhambat pada perkembangan bahasa.

Berdasarkan batasan-batasan diatas, bisa kita simpulkan jika

tunarungu adalah individu yang kehilangan pendengarannya baik

sebagian (hard of hearing) ataupun seleruhnya (deaf) yang


15

mengakibatkan pendengarannya tidak bernilai fungsional dalam

kehidupannya

b. Klasifikasi Tunarungu

Setiap individu pasti memiliki tingkat kemampuan yang

berbeda. Begitu pula dengan individu yang memiliki hambatan

pendengaran, mereka dikelompokkan berdasarkan taraf kehilangan

pendengaran yang umumnya ditunjukkan dengan satuan desibel (dB)

(Hartanti, 2015). Pengelompokan terbagi menjadi :

1. Tunarungu sangat ringan (27-40 dB)

Individu yang tergolong pada tunarungu sangat ringan ini

umumnya masih dapat mendengar bunyi dalam jarak yang dekat

dengan intensitas 27 – 40 dB

2. Tunarungu ringan (41-55 dB)

Individu dalam kelompok ini dapat mendengar bunyi dalam

intensitas 41-55 dB namun, mereka hanya dapat mendengar bunyi

dalam jarak dekat, sekitar 3 kaki dengan catatan keadaan

pembicara harus saling berhadapan

3. Tunarungu sedang (50-76 dB)

Individu yang tergolong dalam kelompok ini masih dapat

mendengarkan bunyi dalam intensitas 50-76 dB. Dalam

kesehariannya, mereka memerlukan alat bantu dengar guna

memaksimalkan sisa pendengaran yang mereka miliki


16

4. Tunarungu berat (71-90 dB)

Individu yang tergolong dalam kelompok ini masih mampu

mendengarkan suara dalam intensitas 71-90 dB. Hanya saja,

dalam berkomunikasi mereka memerlukan semacam teknik-

teknik khusus. Dalam ranah edukatif, individu dalam golongan ini

lah yang disebut tuli sehingga mereka memerlukan alat bantu

dengan juga bantuan bina bicara secara intensif.

5. Tunarungu parah / tuli/ ekstrim (di atas 90 dB)

Individu yang tergolong dalam kelompok ini hanya mampu

mendengarkan suara dalam intensitas suara diatas 90 dB. Mereka

yang termasuk dalam golongan ini akan lebih mengandalkan

indera penglihatannya dan mereka mengenali bunyi melalui

getaran yang dihasilkan.

c. Karakteristik Tunarungu

Permasalahan utama yang disebabkan oleh ketunarunguan

adalah masalah bahasa dan bicara, dan berdampak pada sulitnya

mereka berkomunikasi dengan lingkungannya. Apabila seorang anak

mengalami kondisi tunarungu sejak lahir, maka mereka tidak

mengalami proses penguasaan bahasa secara spontan. Lalu kondisi

ini berakibat pada terhambatnya perkembangan sosial mereka.

Kesulitan serta hambatan yang mereka miliki berawal dari

terbatasnya kemampuan mendengar yang mereka miliki, serta

sulitnya pemahaman makna kata dan kalimat apabila kata dan


17

kalimat itu merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Namun, dari

segi kecerdasan (IQ) sesungguhnya anak tunarungu memiliki

kecerdasan yang sama dengan anak pada umunya. Anak tunarungu

terlihat memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah diakibatkan

oleh ketunarunguannya.

Berikut ini adalah karakteristik anak tunarungu menurut

Departemen Pendidikan Nasional (Indonesia, 2003), yaitu:

1. Kemampuan verbal (verbal IQ lebih rendah apabila

dibandingkan dengan anak mendengar)

2. Performa IQ sama dengan anak mendengar

3. Memori jangka pendek lebih rendah terlebih pada informasi

yang bersifat beruntun

4. Tidak ditemukan perbedaan pada informasi serempak antara

anak mendengar dan anak tunarungu

5. Hampir tidak ditemukannya perbedaan pada memori jangka

panjang meskipun prestasi akhirnya tetap lebih rendah.

B. Hakikat Prestasi

1. Pengertian prestasi

Kata prestasi berasal dari bahasa belanda “Prestasic” yang

artinya hasil usaha. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) prestasi berarti sesuatu yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Prestasi merupakan hasil

yang diraih oleh seseorang setelah melakukan suatu kegiatan.


18

Berdasarkan keterangan diatas, prestasi diri adalah hasil atas suatu

usaha yang telah dilakukan oleh seseorang. Suatu prestasi bisa

diraih dengan mengandalkan segala kemampuan yang kita miliki

diantaranya ketahanan diri, kemampuan sosial, emosional, spiritual

guna menghadapi situasi dalam segala aspek pada kehidupan.

Karakter dari orang yang berprestasi yaitu mencintai apa yang ia

kerjakan, memiliki kreatifitas dan inisiatif, bersungguh-sungguh

dalam melaksanakan pekerjaan, serta pantang menyerah (Darmadi,

2017).

Dapat kita simpulkan, bahwa prestasi itu merupakan suatu

kecakapan atau hasil konkrit yang dicapai pada kurun waktu atau

periode tertentu setelah melakukan suatu usaha

2. Faktor yang mempengaruhi prestasi

Tiap individu yang berprestasi, pasti tak terlepas dari faktor-

faktor yang mempengaruhinya terbagi menjadi dua, yaitu faktor

yang datangnya dari dalam diri individu tersebut (faktor internal)

maupun faktor yang berasal dari luar individu tersebut (faktor

eksternal) sehingga capaian prestasinya pun berbeda-beda. Dengan

adanya faktor tersebut, maka semangat seorang individu dalam

meraih prestasi dapat menjadi lebih tinggi. Berdasarkan garis besar

faktor yang mempengaruhi prestasi, beberapa contoh faktor internal

diantaranya yaitu :
19

a. Minat

b. Motif dalam berprestasi

c. Keberanian mengambil resiko

d. Ketekunan dalam menghadapi tantangan

e. Kegigihan dalam hal menyelesaikan permasalahan yang

muncul.

Sedangkan, beberapa contoh faktor eksternal atau dari

lingkungan baik itu keluaraga, orang tua, masyarakat, serta teman.

Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang dalam

meraih prestasi diantaranya yaitu :

a. Adanya kesempatan besar untuk mengembangkan diri

b. Tersedianya saran dan prasarana yang menyokong dalam meraih

prestasi

c. Adanya dorongan serta motivasi dari keluarga serta teman

d. Lingkungan tempat tinggal

e. Pola asuh dari orang tua (Kurniawan, 2009)

C. Pengertian duta wisata

Duta wisata ialah ikon pariwisata kebudayaan yang terdiri dari

sepasang anak muda yang telah terpilih melalui berbagai tahapan seleksi

yang dikemas dalam bentuk pemilihan serupa dengan kontes kecantikan

(Andryan, Effendi, Santoso, & Hidayat, 2018). Idealnya, duta wisata

didefinisikan sebagai remaja dalam rentang usia antara 16 hingga 26

tahun yang dapat diikuti oleh Warga Negara Indonesia (WNI).


20

Mereka diharapkan sebagai citra teladan generasi muda yang

kreatif, dinamis juga cerdas. Sekaligus mengemban peran sebagai ujung

tombak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata guna mempromosikan segala

potensi pariwisata yang ada yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah

kunjungan dari para wisatawan baik lokal maupun internasional

(Wulandari, Saraswati, & Putra, 2017).

Penyelenggaraan pemilihan duta wisata adalah bagian integral dari

pembangunan dunia pariwisata juga pelestarian unsur seni dan budaya

nasional seiring waktu berjalan kriteria penilaian duta wisata akan selalu

ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman guna menigkatkan

kualitas dari mereka yang terpilih kelak dengan menitikberatkan pada

penilaian menyeluruh terhadap perpaduan seluruh komponen, hal itu

terkait perpaduan terbaik atas aspek mencakup pengetahuan umum

pemerintah pusat dan daerah; pengetahuan sejarah dan kebudayaan

daerah; pariwisata dan public speaking etika dalam berbusana dan

penguasaan bahasa; psikologi dan pengembangan diri

D. Kriteria Duta Wisata

Dalam pelaksanaan pemilihan duta wisata, ada beberapa kriteria

yang dijadikan parameter penilian. Kriteria tersebut tidak hanya dari segi

keindahan ragawi (beauty), namun juga mempertimbangkan aspek

kecerdasan intelektual (brain), serta aspek kecerdasan emosional yang

diwujudkan dalam sikap dan tindakan (behavior) secara presisi dan

proporsional. Ketiga aspek tersebut yang merupakan modal para duta


21

wisata demi meningkatkan kemajuan dari sektor pariwisata nasional yang

berlandaskan prinsip Sapta Pesona. Prinsip tersebut merupakan sebuah

kondisi yang ditargetkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Prinsip sapta pesona yaitu: aman, bersih, tertib, indah, sejuk, ramah

tamah, serta kenangan (m hidayat putra 2017)

Ketiga kriteria tersebut juga kita kenal dengan istilah “3B”. Berikut

merupakan penjelasan dari 3B (brain, beauty, behavior), yaitu:

1. Terkait dengan tugas seorang duta wisata yang menuntut mereka

untuk bertemu dengan orang banyak, maka dari itu mereka harus

memiliki intelektualitas (Brain) yang baik guna memposisikan

dirinya sebagai duta.

2. Beauty yang dimaksud dalam kriteria ini bukan berarti bahwa

seorang duta harus tampan/ cantik, maupun memiliki postur tubuh

ideal, namun yang terpenting dari itu semua adalah seorang duta

wisata harus mampu menampilkan dirinya dengan baik kehadapan

publik melalui kerapihan penampilan, kebersihan diri, dan yang

paling penting, senyum sebagai salah satu bahsa komunikasi agar

dapat memberikan kesan yang baik kepada orang lain

3. Seorang duta juga dituntut berperilaku yang baik (behavior) karena

duta wisata merupakan perwakilan masyarakat yang dianggap

mampu mewakilkan kondisi dari masyarakat di daerahnya tersebut

Namun, tidak berhenti pada ketiga aspek tersebut, tolak ukur

penilaian dalam ajang pemilihan duta wisata lainnya yaitu :


22

1. Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi

2. Mampu berpikir secara rasional

3. Memiliki pengetahuan umum yang luas

4. Memiliki kepedulian sosial tinggi

5. Berwawasan luas terkait sektor pariwisata

Adapun persyaratan dalam mengikuti ajang pemilihan duta

wisata pada umumnya adalah:

1. Tercatat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI)

2. Usia dalam rentang 18-25 tahun

3. Lajang (belum menikah)

4. Tinggi badan minimum 160 cm

5. Berat badan yang seimbang dengan tinggi badan

6. Berasal dari daerah yang diwakilinya

7. Memiliki pengetahuan umum dan wawasan luas terkait pariwisata

dan kebudayaan dari daerah yang diwakili

8. Berpenampilan menarik, cantik/tampan, berkepribadian, dan cerdas

9. Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing merupakan suatu nilai

tambah bagi peserta

10. Diutamakan memiliki keahlian khusus/prestasi pada suatu bidang

(misalnya; musik, tari daerah, vocal, bahasa, kepemimpinan, dan lain

lain)
23

Dapat kita simpulkan berdasarkan persyaratan dan kriteria

penilaian tersebut, peran sebagai duta wisata memiliki tahapan

persaingan yang begitu ketat demi memastikan bahwasanya putra putri

terbaik dari daerah tersebutlah yang kelak akan membawa nama

daerahnya agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. (ypi)

E. Pengertian ajang pemilihan Uda Uni Duta Wisata

Setiap daerah di Indonesia menyelenggarakan kegiatan pemilihan

duta wisata, begitu juga dengan Provinsi Sumetera Barat. Sumatera Barat

adalah salah satu provinsi di nusantara yang amat kaya akan potensi

wisata yang menawan juga warisan budaya dan adat istiadatnya yang

masih terpelihara dengan amat baik sejak dahulu kala, sehingga layaklah

bila Sumatera Barat lebih dikenal di dunia luar. Sebagai salah satu bentuk

usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memelihara dan memajukan

promosi wisata dan budaya yang ada di Sumatera Barat tersebut

khususnya oleh generasi muda.

Berawal dari Pemilihan Duta Wisata Sumatera Barat pada tahun

1971, dan diprakarsai oleh istri dari gubernur Sumatera barat saat itu,

Harun Zain, yaitu Ny. Hj. Ratna Sari Harun Zain. Ajang ini ditujukan

guna memunculkan potensi “urang mudo” atau kita sebut dengan “anak

muda” dalam bahasa Indonesia. Pemuda pemudi tersebut berasal dari

kabupaten dan kota madya yang ada di Sumatera Barat lalu ditugaskan

sebagai duta dari Sumatera Barat dalam bidang pariwisata, maka ketika

itu, mulai lah pihak pemerintah daerah melakukan seleksi yang amat
24

ketat dan didasarkan pada kriteria yang menjadi pedoman dalam memilih

duta wisata.

Pemilihan duta wisata Sumatera Barat pada mulanya bernama

“Pemilihan Bujang Kacinduan dan Gadih Rantih” lalu pada tahun 1983

berganti menjadi pemilihan Uda Uni Duta Wisata Sumatera Barat, atau

sekarang lebih dikenal dengan Uda Uni SUMBAR. Perubahan ini masih

terus berjalan hingga saat ini. Kota Padang Panjang sebagai salah satu

kota yang memiliki potensi wisata budaya yang amat beragam juga ambil

bagian pada pemilihan duta wisata. Seperti halnya uda uni sumatera

barat, Uda Uni Padang Panjang merupakan sebutan bagi duta wisata dari

Kota Padang Panjang. Uda Uni mengemban tugas sebagai promotor

wisata juga informan di kota Padang Panjang juga diharapkan dapat

memperkenalkan serta mempromosikan budaya dan pariwisata di Kota

Padang Panjang.

Uda Uni diharapkan dapat mewakili Kota Padang Panjang pada

upaya promosi potensi wisata, selain itu Uda Uni juga diharapkan dapat

menjadi sosok kreatif, inovatif, percaya diri, berpengalaman dan berjati

diri. Hal ini disokong dengan penampilan yang simpatik dan diarahkan

untuk mencapai terwujudnya generasi yang berkualitas, berdedikasi, dan

santun dalam setiap usaha pelestarian budaya juga memiliki peranan aktif

dalam promosi wisata.

Uda Uni sendiri merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh

DISBUDPAR Kota Padang Panjang dalam periode sekali dalam 1 tahun.


25

Event ini amat menarik antusiasme kalangan muda sekitar untuk turut

serta dalam bidang promosi wisata Kota Padang Panjang, namun dalam

menentukan siapa yang nantinya akan terpilih sebagai Uda Uni Kota

Padang Panjang, setiap muda mudi harus terlebih dahulu melewati

tahapan seleksi yang cukup panjang.

Adapun kedepannya tujuan dari dinas pariwisata dan kebudayaan

menyelenggarakan event ini adalah supaya nantinya para uda uni yang

terpilih dapat membantu mempromosikan dan memasarkan segala

potensi wisata yang ada di kota Padang Panjang karena pada hakikatnya

duta wisata terpilih adalah putra/putri terbaik daerah yang kelak dijadikan

contoh oleh muda mudi yang memiliki intelegtual yang baik juga

penampilan menarik bagi masyarakat yang memiliki kerapian,

kebersihan, juga senyum dan menjalin komunikasi yang memberikan

kesan baik terhadap masyarakat serta yang paling penting adalah

berkepribadian baik juga didukung dengan kemampuan dalam menguasai

kebudayaan daerah (Achnes & Randa, 2015)

Perlu diketahui serupa dengan ajang pemilihan duta wisata ajang

pemilihan uda uni kota Padang adalah atraksi wisata yang ditujukan

untuk melestarikan budaya daerah. Juga merupakan sarana untuk

mengembangkan potensi bakat, kreatifitas, kecerdasan generasi muda

untuk menjadi figur yang dapat berperan dalam mempromosikan

kekayaan seni budaya dan pariwisata serta menghilangkan citra sebagai

pelengkap kegiatan atau sebatas perjuangan saja. Melalui ajang ini para
26

finalis diharapkan dapat memiliki disiplin, dedikasi, dan tanggung jawab

tinggi dalam membantu pemerintah daerah nya memamerkan juga

mempromosikan keanekaragaman budaya daerah pada para wisatawan

selanjutnya tugas mereka sebagai duta wisata tidak hanya

mempromosikan dunia wisata daerahnya namun, sekaligus membantu

pemerintah daerah mengajak masyarakat menjaga budaya bersih indah

dan tertib serta mengayomi masyarakat untuk terus berpegang teguh pada

semboyan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.

Pada akhirnya partisipasi mereka dapat menjadikan masyarakat

yang bersih, bermoral serta bermental baik sesuai dengan ketentuan dan

aturannya berlandaskan pada adat dan khitab allah, seperti julukan kota

Padang Panjang yaitu “Kota Serambi Mekah”. Khususnya terhadap

generasi muda uda uni terpilih dapat menjadi inspirator dan motivator

dalam menjalankan peran dan fungsinya dilingkungan masyarakat

dengan memastikan bahwa yang kelak terpilih sebagai uda uni adalah

remaja yang mempunyai knowledge, skill, dan attitude, yang mempuni

untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual berupa pola pikir peneliti atau acuan peneliti

dalam melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual penulis dalam

penelitian ini adalah saat penulis berjumpa dengan seorang tunarungu “I”

yang berhasil meraih prestasi pada pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota
27

Padang Panjang Tahun 2018, yang saat ini berstatus sebagai pelajar aktif

di SMAN 3 Padang Panjang.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil prestasi pada individu

adalah motivasi dan lingkungan sosialnya. Apabila lingkungan sosial

individu tersebut mendukung juga memberi contoh yang baik pada diri

individu dalam mencapai sesuatu, maka motivasi yang dimiliki oleh

individu tersebut juga akan baik, dan motivasi merupakan pendorong

terkuat seseorang untuk meraih apapun yang mereka inginkan. Dari sini

dapat kita simpulkan, jika motivasi yang dimiliki individu tersebut kuat,

maka kemungkinan prestasi yang akan mereka raih juga baik. Hal yang

memotivasi seseorang dalam meraih sesuatu sudah pasti berbeda, namun

semakin kuat motivasi seseorang maka akan lebih terdorong ia dalam

meraih prestasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menjalankan penelitian

terhadap tunarungu I yang berprestasi pada pemilihan Uda Uni Duta

Wisata Kota Padang Panjang Tahun 2018, khususnya pada lingkungan

sosial, riwayat pendidikan, bakat, prestasi, motivasi. Sehingga hal – hal

yang akan dikaji pada penelitian yang kelak dilaksanakan yaitu mengenai

Bagaimana riwayat pendidikan tunarungu I, Apa saja keahlian

pendukung yang dimiliki oleh tunarungu I, Apa saja prestasi lain yang

pernah diraih oleh tunarungu I, Seperti apakah lingkungan sosial

tunarungu I, Apa saja yang memotivasi tunarungu I untuk meraih prestasi


28

Data yang kelak diperoleh akan dideskripsikan secara lugas supaya

lebih mudah untuk dippahami, dan diperoleh hasil yang valid. Dari hasil

akumulasi data tersebut, barulah ditemukan satu jawaban atas pertanyaan

penelitian yang dirumuskan

Berikut kerangka konseptual dari penelitian ini :

Riwayat pendidikan tunarungu I

Kegigihan tunarungu I dalam

bersaing

Sarana dan prasarana yang

mendukung tunarungu I dalam

berkompetisi

Profil Uni duta wisata


penyandang tuna rungu Keahlian pendukung yang dimiliki
tunarungu I sehingga ia dapat
meraih prestasi

Lingkungan sosial tunarungu I

Hal yang memotivasi tunarungu I


dalam bersaing
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Latar Entri

Penelitian ini akan dilaksanakan pada kediaman tunarungu I dengan

alamat Jln. Lintas padang panjang- bukit tinggi, Jorong Pincuran tinggi,

panyalaian No.65

Penelitian yang akan dilakukan penulis dalam kesempatan ini

adalah guna mengetahui apa-apa saja yang mendorong tunarungu I dalam

berkompetisi dan meraih prestasi dalam ajang pemilihan uda uni duta

wisata kota padang panjang tahun 2018.

Dalam mengamati, penulis akan melaksanakannya dengan alamiah

dan terbuka. Penulis akan memperhatikan kondisi alamiah dari tunarungu I

dalam kesehariannya di rumah maupun di sekolah. Lalu, pengamatan

terbuka yang akan pene;liti lakukan yaitu dengan mengamati secara nyata

dengan sepengetahuan tunarungu I sebagai subjek penelitian ini dan

sepengetahuan dari responden penelitian, diantaranya keluarga, dan teman-

temannya, peneliti juga akan mengamati tunarungu I secara diam-diam .

B. Jenis Penelitian

Sebelum memulai sebuah penelitian, haruslah kita memperhatikan

jenis penelitian yang akan kita laksanakan. Jenis penelitian harus

disesuaikan dengan masalah yang diteliti, dan dalam penelitian ini

29
diggunakan jenis penelitian studi kasus yang termasuk dalam pendekatan

kualitatif. Studi kasus adalah suatu penelitian dimana sang peneliti

30
31

menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan

kegiatan seperti even, program, proses, fenomena sosial, dan sebagainya,

lalu mengumpulkan data berupa informasi secara rinci serta mendalam

menggunakan berbagai metode pengumpulan data dalam waktu tertentu

(Kusmarni, 2012)

Dalam penelitian ini, penulis akan melihat fenomena atau kejadian

yang sesungguhnya secara menyeluruh dan mendalam mengenai profil

remaja tunarungu I yang berprestasi dalam pemilihan uda uni duta wisata

padang panjang 2018. Serta gambaran yang diperoleh dari hasil

pengamatan terhadap segala fenomena-fenomena alami yang terjadi akan

dideskripsikan

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dilaksanaknnya rangkaian

kegiatan penelitian yang merupakan objek untuk dapat memperoleh data

yang dibutuhkan guna mendukung tujuan penelitian. Adapun tempat

penelitian yang akan dilaksanakan yaitu di lingkungan tempat tinggal

tunarungu I dengan alamat : pincuran tinggi padang panjang, lingkungan

sekolah tunarungu I yaitu SMAN3 Padang Panjang

D. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah seorang remaja tunarungu yang

lahir di Tanah Datar, 12 mei 2001. Kondisi ketunaannya sudah ia miliki

sejak lahir. Saat ini tunarungu I tercatat sebagai pelajar aktif kelas XII

SMAN 3 padang panjang. Prestasi yang pernah ia raih dalam ajang


32

pemilihan uda uni duta wisata kota padang panjang tahun 2018.

Prestasinya inilah yang menjadikan penulis sangat tertarik untuk

menjadikannya sebagai subjek penelitian yang akan dilaksanakan.

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber digunakan ada dua, yaitu sumber data

utama dan sumber data pendukung. Yang menjadi sumber data utama

adalah remaja tunarungu, guna memperoleh informasi berupa kata-kata

serta tindakan terkait riwayat pendidikan, hal yang memotivasi, keahlian

pendukung, serta pengalaman dalam mengikuti ajang pemilihan Uda Uni

Duta Wisata Kota Padang panjang Tahun 2018

Adapun sumber data pendukung dalam penelitian ini yaitu

keluarga remaja tunarungu I. Karena keluargalah yang menjadi lingkungan

pertama dan utama tunarungu I, rekan-rekan sesama uda uni duta wisata,

dan yang mendampingi saat remaja tunarungu I mengikuti pemilihan Uda

Uni Duta Wisata Kota Padang panjang Tahun 2018, pihak sekeliling yang

dapat memberikan informasi tambahan terkait lingkungan sosial, prestasi

dan riwayat pendidikan berkaitan dengan prestasi yang diraih.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, hendaklah kita berpedoman

pada teknik pengumpulan data. Dalam suatu penelitian, teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dan apabila

peneliti tak memahami teknik pengumpulan data, maka besar


33

kemungkinan data yang diperoleh tidak memenuhi standar data yang telah

ditetapkan atau bahkan tidak lengkap. (sugiyono, 2015)

Guna mengumpulkan data yang ada di lapangan untuk menjawab

pertanyaan yang ada dalam penelitian, maka penulis akan turun langsung

ke lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara

lain:

1. Observasi (pengamatan)

Marshall (1995) menyatakan bahwa ”through observation, the

researcher learn about behavior and the meaning attached to those

behavior”. Dapat kita telaah, pernyataan tersebut memiliki makna

bahwa dengan observasi, peneliti belajar mengenai peilaku dan makna

dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2015).

Observasi sendiri diklasifikasikan menjadi:

a) Observasi partisipatif

Observasi partisipatif dilaksanakan dengan cara peneliti ikut serta

dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh objek yang sedang diamati.

Tak terkecuali kegiatan kesehariannya dan tentu saja sambil melakukan

pengamatan. Gunanya yaitu untuk merasakan segala suka duka yang

dialami oleh objek yang diteliti. Melalui observasi partisipatif ini, data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam bahkan sampai pada tingkat

mengetahui makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2015).

b) Observasi terus terang atau tersamar


34

Pada jenis observasi ini, peneliti harus menyatakan secara terus

terang pada sumber data bahwasanya ia sedang melakukan pengumpulan

data. Sehingga mereka yang diteliti mafhum sejak awal hingga akhir

mengenai aktivitas yang dilakukan oleh peneliti.

Namun ada saat dimana peneliti harus melakukan pengamatan

secara tersamar atau tidak terus terang. Ini dimaksudkan untuk

menghindari apabila suatu data yang dicari adalah data yang masih

dirahasiakan, karena apabila dilangsungkan secara terus terang

dikhawatirkan peneliti tidak diijinkan untuk melakukan pengamatan

(Sugiyono, 2015).

c) Observasi tak berstruktur

Dalam penelitian kualitatif, pengamatan dilakukan dengan tak

terstruktur dikarenakan fokus penelitian yang belum jelas. Seiring

kegiatan pengamatan berlangsung maka fokus pengamatan akan

berkembang. Barulah pengamatan dapat dilakukan secara terstruktur

setelah jelas masalah penelitian dengan menggunakan pedoman

observasi.

Observasi tak terstruktur merupakan pengamatan yang tidak

dipersiapkan secara sistematis mengenai hal apa yang akan diamati. Hal

ini karena peneliti tidak mengetahui secara pasti mengenai apa yang

akan ia amati sehingga dalam pengamatan, peneliti tidak menggunakan

instrumen baku, melainkan hanya rambu-rambu pengamatan (Sugiyono,

2015).
35

Terkait teori di atas dapat kita simpulkan bahwa pengamatan yang

digunakan seacara langsung untuk mengamati dan melihat keadaan yang

sesungguhnya dan apa adanya, dan dalam penelitian ini, peneliti akan

mengamati tentang motivasi, lingkungan sosial, riwayat pendidikan,

keahlian pendukung serta prestasi yang diraih oleh remaja tunarungu I

sehingga ia dapat memperoleh prestasi pada ajang pemilihan uda uni

duta wisata kota padang panjang tahun 2018

2. Wawancara / interview

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak

yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan maksud tertentu

(Moleong, n.d.). Lincoln dan guba menyebutkan bahwa tujuan dari

wawancara yaitu mengkonstruksi mengenai orang, perasaan, kejadian,

organisasi, motivasi, tuntutan, kepedulian dan sebagainya (Moleong,

n.d.).

Wawancara ini digunakan guna memperoleh informasi verbal dari

sumber data secara langsung dari narasumber. Untuk memperoleh

seluruh informasi mengenai motivasi, lingkungan sosial, riwayat

pendidikan, prestasi lainnya serta keahlian pendukung agar memperoleh

keterangan dan penjelasan serta segala bentuk informasi mengenai hal-

hal yang kemungkinan belum dijumpai dalam observasi dan juga

dokumentasi. Wawancara akan dilakukan secara informal, dengan alat

bantu kamera untuk merekam video selama proses wawancara


36

berlangsung juga kertas dan alat tulis guna mengantisipasi adanya

misskomunikasi.

Dalam proses wawancara, akan ada saat dimana narasumber tidak

menyadari dan tidak mengetahui bahwasanya ia sedang diwawancarai

dalam pengumpulan data penelitian karena wawancara yang

dilangsungkan dalam suasana biasa dan wajar dalam keseharian dan akan

ada saat dimana narasumber menyadari jika ia sedang diwawancarai

(Moleong, n.d.).

3. Teknik pengumpulan data dengan dokumen

Dokumen adalah catatan mengenai peristiwa yang telah berlalu.

Dokumen itu ada yang berbentuk tulisan, gambar atau kerya monumental

dari seseorang. Studi dokumen menjadi pendukung dari observasi atau

wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi

atau wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh

sejarah pribadi, sekolah, organisasi dan sebagainya. Hasil penelitian juga

semakin kredibel jika didukung dengan foto-foto atau karya tulis dan seni

yang telah ada (Sugiyono, 2015)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu upaya yng dilakukan dengan cara

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, menyeleksinya hingga

terbentuk kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan hal penting dan yang bissa dipelajari lebih
37

jauh, juga menyimpulkan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

(Moleong, n.d.).

Dari pengertian ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwa analisis

data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, mengorganisir

menyederhanakan, dan mengabstraksikan data secara sistematis dan

rasional guna menyajikan data-data yang dapat dimanfaatkan dalam

menyusun jawaban dari tujuan peneliti.

Tahapan yang akan dilakukan yaitu tahap memasuki lapangan

dengan grand tour dan minitour question, menggunakan analisis domain

untuk analisa data, lalu menetapkan fokus. Barulah peneliti menarik

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah

diperoleh dari lapangan. Selanjutnya, pemeliti juga menggunakan

triangulasi dimana peneliti memperoleh data dan informasi dari sumber

lain dengan tujuan memperkuat hasil penelitian sehingga analisis data

penelitian dilakukan secara interaktif melalui proses berurutan.

Adapun tahap-tahap dalam analisis data pada penelitian ini yaitu:

1. Mencatat hasil penelitian dalam bentuk naskah tulisan dari bentuk

awal berupa rekaman suara maupun video yang diperoleh dalam

kegiatan observasi, wawancara serta dalam pengumpulan data melalui

dokumen mengenai riwayat pendidikan, motivasi, lingkungan sosial,

prestasi yang pernah diraih serta keahlian pendukung yang dimiliki

oleh tuna rungu I. Data yang telah diperoleh akan dibaca dan diteliti

secara berulang-ulang guna memastikan validitasnya.


38

2. Mengklasifikasikan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara

dan pengumpulan data melalui dokumen terkait riwayat pendidikan,

motivasi, lingkungan sosial, prestasi yang pernah diraih serta keahlian

pendukung yang dimiliki oleh remaja tuna rungu. Pengelompokan

data tersebut juga mencakup mengenai bagaimana riwayat pendidikan

tunarungu I, Apa saja keahlian pendukung yang dimiliki oleh

tunarungu I, prestasi lain yang pernah diraih oleh tunarungu I,

gambaran lingkungan sosial tunarungu I, dan hal yang memotivasi

tunarungu I untuk meraih prestasi dan berkompetisi dalam ajang

tersebut.

3. Menganalisis data yang telah diperoleh. Data yang telah dikumpulkan

terkait bagaimana riwayat pendidikan tunarungu I, Apa saja keahlian

pendukung yang dimiliki oleh tunarungu I, prestasi lain yang pernah

diraih oleh tunarungu I, gambaran lingkungan sosial tunarungu I, dan

hal yang memotivasi tunarungu I untuk meraih prestasi dan

berkompetisi dalam ajang tersebut terlebih dahulu diseleksi,

disederhanakan serta diorganisasikan secara sistematis dan rasional

4. Menginterpretasikan data yang telah diperoleh. Yaitu menafirkan dan

memaknai data yang telah didapat dari tahap analisis mengenai

Bagaimana riwayat pendidikan tunarungu I, Apa saja keahlian

pendukung yang dimiliki oleh tunarungu I, prestasi lain yang pernah

diraih oleh tunarungu I, gambaran lingkungan sosial tunarungu I, dan


39

hal yang memotivasi tunarungu I untuk meraih prestasi dan

berkompetisi dalam ajang tersebut.

5. Menyimpulkan adalah menganalisis sajian data yang telah terorganisir

kedalam bentuk pertanyaan, format atau kalimat singkat namun padat

dan mengandung pengertian yang luas mengenai profil tunarungu I

Uni Duta Wisata Kota Padangpanjang Tahun 2018, khususnya pada

riwayat pendidikan, keahlian pendukung yang dimiliki, prestasi lain

yang pernah diraih, lingkungan sosial, dan hal yang memotivasi

tunarungu I untuk meraih prestasi

H. Teknik Keabsahan Data

Setiap data yang telah didapatkan dari lapangan, perlu untuk diuji

terlebih dahulu keabsahan datanya. Ada beberapa teknik untuk memeriksa

keabsahan data yang terkait dengan masalah seberapa jauh kebenaran dan

kenetralan dari hasil penelitian ini diperoleh melalui kegiatan berikut :

1. Perpanjangan keikutsertaan

Di dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Dimana

dalam pengumpulan data, yang memegang peranan penting dan sangat

menentukan adalah keikutsertaan peneliti. Keikutsertaan tersebut tidak

hanya dilakukan dalam waktu singkat, tapi keikutsertaan peneliti

mestilah dilakukan dalam rentang waktu yang panjang dalam latar

penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan derajat

kepercayaan atau kekeliruan informasi terkait riwayat pendidikan,

keahlian pendukung yang dimiliki, prestasi lain yang pernah diraih,


40

lingkungan sosial, dan hal yang memotivasi remaja tunarungu I untuk

meraih prestasi

2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan adalah menemukan unsur-unsur dan ciri-

ciri pada suatu situasi yang begitu relevan dengan persoalan yang

dicari lalu kemudian memfokuskan diri pada hal tersebut dengan rinci.

Dengan kata lain, apabila perpanjangan keikutsertaan menyediakan

lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman

informasi.

Peneliti dapat mengecek lagi mengenai validitas data yang

diperoleh dengan meningkatkan ketekunan pengamatan. Sehingga,

peneliti bisa mendeskripsikan data yang diperoleh secara akurat dan

sistematis mengenai objek yang diamati. Dengan begitu, informasi

yang didapat valid, mendalam dan sebenarnya.peneliti mengamati

secara tekun dan cermat terhadap riwayat pendidikan, keahlian

pendukung yang dimiliki, prestasi lain yang pernah diraih, lingkungan

sosial, dan hal yang memotivasi remaja tunarungu I untuk meraih

prestasi (Moleong, n.d.)

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang sifatnya

menggabungkan berbagai teknik juga sumber data yang ada. Apabila

peneliti mengumpulkan data dengan triangulasi, maka itu berarti

peneliti tak hanya mengumpulkan data tapi sekaligus menguji


41

kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data dan berbagai sumber (Sugiyono, 2015).

Dengan begitu, maka triangulasi yang dimaksud yaitu mengecek

kembali dan membandingkan keabsahan data maupun derajat

kepercayaan yang telah didapatkan dengan berbagai teknik

pengumpulan data yang telah digunakan melalui berbagai cara, waktu

serta sumber. Teknik yang digunakan melalui sumber yaitu

membandingkan derajat kepercayaan dari hasil yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara dengan tunarungu I sendiri serta pihak

terkait lainnya, lalu didukung dengan data dokumentasi agar

didapatkanlah kebenarannya.

4. Diskusi dengan orang lain

Diskusi dengan orang lain bertujuan untuk membicarakan

mengenai masalah yang dijumpai, berdiskusi mengenai jalan keluar

masalah tersebut, dan untuk bertukar pikiran mengenai hal-hal yang

mungkin luput dari pengamatan.

5. Mengadakan audit dengan dosen pembimbing

Kegiatan ini ditujukan untuk mengecek kelengkapan data serta

ketelitian dalam pengamatan sehingga menguatkan keyakinan

bahwasanya data yang telah diperoleh sudah mencapai kebenaran

yang sesungguhnya seperti yang diperlukan terkait penelitian yang

dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai