Anda di halaman 1dari 4

Nama : Almira Maryam Syajidah

NIM : P17410213062

Kelas : 1B

1. Jelaskan arti dari definisi antibiotika ! 


Jawab:  
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri. Persoalannya, sampai saat ini masih ada kesalahan pemahaman dan
kekeliruan terhadap penggunaan antibiotika. Secara umum, antibiotik digunakan pada
infeksi selain bakteri, misalnya virus, jamur, atau penyakit lain yang non infeksi.
Penggunaan antibiotika yang tidak tepat selain menjadi pemborosan secara ekonomi
juga berbahaya secara klinis, yaitu resistensi bakteri terhadap antibiotika. Resistensi
terjadi saat bakteri mengalami kekebalan dalam merespons antibiotika yang awalnya
sensitif dalam pengobatan.

2. Berilah contoh antibiotika generik dan paten!


Jawab:
 Generik : Amoxicillin
Paten : Amobiotic, Amoxicillin Trihydrate, Amoxsan, Betamox, Erlamoxy,
Etamox, Holimox, Hufanoxil, Omemox, Pehamoxil, Pritamox,
Supramox, Topcillin.
 Generik : Ampicillin
Paten : Ambiopi, Ampicillin, Ampicillin Trihydrate, Binotal, Phapin,
Sanpicillin, Viccillin.
 Generik : Cefadroxil
Paten : Cefat, Droxal, Droxefa, Lapicef, Lostacef, Netfad, Renasistin,
Roksicap, Staforin, Vocefa, Vocefa Forte, Yaricef.
 Generik : Cefuroxime
Paten : Anbacim, Celocid, Cefuroxime Axetil, Cefuroxime Sodium,
Oxtercid, Situroxime, Sharox, Zinnat.
 Generik : Gentamicin
Paten : Bioderm, Betasin, Cendo Gentason, Garapon, Ikagen, Konigen,
Sagestam, Salticin, Ximex Konigen.
 Generik : Amikacin
Paten : Alostil, Amikacin, Amiosin, Glybotic, Mikaject, Mikasin, Simikan,
Verdix.
 Generik : Doxycycline
Paten : Dohixat, Doxicor, Doxycycline hyclate, Dumoxin, Interdoxin,
Pushrob, Siclidon,Viadoxin.
 Generik : Tetracycline HCl
Paten : Conmycin, Itracycline, Novabiotic, Novacycline, Samtetra, Super
Tetra, Tetracycline HCL, Tetrasanbe, Trifacyclin, Unicyclin.
 Generik : Erythromycin
Paten : Dothrocyn, Duramycin, Erymed, Erythromycin, Trovilon.
 Generik : Azithromycin
Paten : Azithromycin Dihydrate, Infimycin, Zithromax IV, Zithrolan, Zistic,
Mezatrin 500, Zithromax, Zitromed, Zibramax.
 DLL

3. Sebutkan jenis-jenis antibiotika yang beredar di pasar Indonesia!


Jawab:
a. Penisilin, dapat digunakan untuk mengobati infeksi Streptococcus, meningitis,
gonore, pneumonia, atau endocarditis.
b. Sefalosporin, beberapa kondisi yang dapat diobati menggunakan sefalosporin
adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.
c. Aminoglikosida, adalah jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk mengatasi
penyakit infeksi bakteri seperti tuberkulosis, infeksi sendi, atau peritonitis.
d. Tetrasiklin, digunakan untuk mengobati beberapa kondisi, di antaranya sifilis,
anthrax, periodontitis, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin jenis tertentu tidak
dapat digunakan pada anak usia di bawah 8 tahun.
e. Makrolid, beberapa kondisi yang dapat diobati menggunakan antibiotik makrolid
adalah bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, faringitis, dan sinusitis.
f. Quinolone, digunakan untuk mengatasi antraks, infeksi tulang, cystitis, servisitis,
dan infeksi kulit.
g. Sulfa atau Sulfonamida, obat antibiotik golongan sulfa bisa digunakan untuk
menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih,
bronkitis, meningitis bakterial, pneumonia, serta infeksi mata atau telinga.
h. Lincosamide, digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat infeksi bakteri,
di antaranya infeksi saluran pernapasan, infeksi tulang dan sendi, jerawat, dan
infeksi vagina (bacterial vaginosis).
i. Glicopeptide, adalah jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk mengatasi
infeksi kulit, endokarditis, enterokolitis, pneumonia, dan meningitis.
j. Carbapenem, obat antibiotik golongan carbapenem bisa digunakan untuk
menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti pneumonia, infeksi
tulang, dan infeksi ginjal.

4. Jelaskan mengapa bisa terjadi resistansi obat? (sebutkan contoh kasusnya)


Jawab:
Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas dan
irrasional (kurang tepat). Resistensi diawali dengan adanya penggunaan antibiotik
yang tidak sampai habis sehingga menyebabkan bakteri tidak mati secara keseluruhan
namun masih ada yang bertahan hidup. Bakteri yang masih bertahan hidup tersebut
dapat menciptakan bakteri baru yang resisten. Bakteri yang resisten dapat menyebar
dan penyebaran ini dipermudah oleh lemahnya kontrol infeksi dan penggunaan
antibiotika yang luas. Terdapat beberapa faktor penyebab resistensi:

a. Penggunaannya yang irrasional


Terapi antibiotik yang kurang tepat merupakan salah satu pemicu resistensi
antibiotik. Antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan tubuh namun diminum
karena peresepan yang tidak tepat justru dapat menyebabkan kekebalan kuman
terhadap bakteri. Hal ini tentunya merugikan karena diperlukan antibiotik baru
yang dapat menggantikan antibiotik yang telah resisten, padahal perkembangan
resistensi antibiotik lebih cepat dibanding dengan penelitian antibiotik dan
antibiotik baru tersebut biasanya jauh lebih mahal.
b. Pengetahuan pasien
Pasien dengan pengetahuan yang salah akan cenderung menganggap wajib
diberikan antibiotik dalam penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus,
misalnya flu, batuk-pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat meskipun
tanpa resep dokter.
c. Penggunaan terapi tunggal
Penggunaan terapi tunggal lebih memungkinkan terjadinya kekebalam kuman
terhadap antibiotik. Kombinasi terapi dari dokter dimaksudkan untuk membasmi
kuman lebih baik.
d. Penelitian
Kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan antibiotika
baru. Kejadian resistensi antibiotik berlangsung lebih cepat dibanding dengan
penelitian antibiotik baru.
e. Pengawasan
Lemahnya penngawasan dari pemerintah mengenai distribusi dan penggunaan
antibiotik. Misalnya mudahnya masyarakat untuk mendapatkan antibiotik walau
tanpa resep dokter. Selain itu, komitmen pihak terkait mengenai meningkatkan
mutu obat dan pengendalian infeksi.
f. Kemajuan transportasi dan globalisasi
Kemudahan transportasi dan globalisasi sangat memudahkan penyebaran bakteri
resisten antar daerah, negara, bahkan lintas benua. Semua hal tersebut pada
akhirnya meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi dalam komunitas.

Conton kasus resistensi obat:

Infeksi saluran kemih yang dialami oleh Kelly Strudwick awalnya masih bisa
ditangani dengan antibiotik biasanya. Namun, pada infeksi saluran kemih berikutnya,
bakteri E.coli yang menyerangnya memiliki resistensi antibiotik yang memicu infeksi
ESBL.

Gadis yang berusia 25 tahun tersebut diberikan antibiotik meropenem yang tidak
efektif dan membuatnya tidak mampu berjalan dan mengalami sakit perut yang parah.
Kelly langsung dibawa ke UGD.
Akan tetapi, infeksi ESBL yang dialami memicu sepsis atau menyebarnya infeksi
bakteri ke dalam darah. Meskipun telah diberikan obat antibiotik meropenem dan
doxycycline, kondisi Kelly tidak kunjung membaik.

Bahkan, Kelly mulai berhalusinasi dan menganggap bahwa dirinya dijadikan kelinci
percobaan dari suatu penelitian. Untungnya, setelah kejadian tersebut, kondisi gadis
tersebut mulai membaik dan 10 hari setelahnya, ia sudah bisa keluar dari rumah sakit.

Setelah keluar dari rumah sakit, Kelly masih terus diberikan antibiotik ertapenem
melalui pembuluh darah oleh perawat selama 10 hari berturut-turut di rumahnya.
Namun, bakteri E.coli yang menjangkitinya bisa muncul sewaktu-waktu.

Kelly membutuhkan waktu tiga bulan untuk dapat kembali bekerja, meskipun
kejadian yang dialami di rumah sakit mengakibatkan trauma yang membuatnya takut
terhadap kegelapan.

Umumnya, bakteri infeksi ESBL adalah bakteri E.coli dan Klebsiella. Keduanya
dapat diobati dengan antibiotik biasa, tetapi E.coli dan Klebsiella yang sudah
memiliki resistensi antibiotik tidak mampu lagi ditangani dengan antibiotik biasa,
seperti penisilin dan sefalosporin.

5. Sebutkan klasifikasi antibiotik? Dan contoh obatnya


Jawab:
a. Penicillin
Contohnya: penicillin G, ampicillin, nafcillin, oxacycline, flucloxacillin, dan
amoxicillin.
b. Cephalosporin
Contohnya: cefaclor, cefixime, cefotetan, cefadroxil, cefalexin, cefpirome, dan
cefepime.
c. Aminoglycoside,
Contohnya: gentamicin, amikacin, kanamycin, neomycin, dan tobramycin.
d. Macrolide
Contohnya: erythromycin, azithromycin, clarithromycin, clindamycin, dan
dirithromycin.
e. Carbapenem
Contohnya: ertapenem, emienem, dan meropenem.
f. Monobactam
Contohnya: Aztreonam.
g. Quinolones
Contohnya: ciprofloxacin, levofloxacin, dan norfloxacin.
h. Golongan lainnya : Tetracyclines, doxycycline, minocycline, sulfonamides,
trimethoprim (co-trimoxazole), rifampin, dan metronidazole.

Anda mungkin juga menyukai