Dosen Pengampu :
Oleh :
TINGKAT II A
2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan karunia-Nya yang
telah diberikan kepada penulis sehingga laporan studi kasus dengan judul Kelainan Struktur
Genetalia.tanpa nikmat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan tugas ini . Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi
Muhammad. Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman seperjuangan semua
mendapatkan syafaatnya nanti. Akhir kata, penulis mengharapkan agar tugas Asuhan
Keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua, semoga Allah SWT memberikan rahmad dan
hidayah kepada kita semua. Amin. Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.
PENDAHULUAN
Ambiguous genitalia merupakan indikasi umum dari congenital adrenal hyperplasia (CAH) pada
bayi dengan kromosom 46,XX. Dalam kenyataannya, bayi dengan ambiguous genitalia
memunculkan keraguan dalam penentuan jenis kelamin: apakah bayi ini akan dibesarkan sebagai
laki-laki atau perempuan. Paparan ini akan menjelaskan hasil riset dan pengalaman klinis penulis
mengenai dampak psikologis ambiguous genitalia pada anak, disepanjang rentang kehidupannya
(kanak-kanak hingga dewasa), problem psikologis yang dihadapi oleh orangtua dari anak dengan
ambiguous genitalia (dari sejak anak lahir hingga dewasa), treatment yang dapat dijalani dan
dampaknya jika tidak menjalani treatment, serta peran penting psikologi untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita.
Ambiguous genitalia adalah suatu kondisi dimana alat kelamin individu tidak terbentuk dengan
sempurna sebagaimana laki-laki atau perempuan pada umumnya. Dalam istilah Bahasa
Indonesia, seringkali digunakan padanan istilah kerancuan kelamin atau kelamin ganda. Istilah
kelamin ganda sesungguhnya kurang tepat dan seringkali justru menimbulkan salah persepsi
karena seolah individu memiliki kedua alat kelamin laki-laki dan perempuan, padahal
sesungguhnya tidaklah demikian kondisinya. Di kalangan klinisi medis, istilah ambiguous
genitalia, intersex, ataupun hermaphrodite diganti dengan istilah baru, yakni
Disorders/Differentiation of Sex Development atau disingkat DSD (Hughes, 2008; Lee, Houk,
Ahmed, & Hughes, 2006).
BAB 2
PENATALAKSANAAN
2.1 DEFINISI
Ambiguous Genitalia
Ambiguous genitalia merupakan salah satu kondisi langka, di mana genitalia dari bayi tidak
dapat ditentukan secara jelas. Pada bayi dengan ambiguous genitalia, kelamin dapat tidak
berkembang dengan sempurna atau dapat memiliki karakteristik dari kedua jenis kelamin. Juga
dapat terjadi ketidaksesuaian antara organ seksual eksternal dan organ seksual internal atau status
seksual secara genetik.
Ambiguous genitalia bukanlah merupakan suatu penyakit, namun merupakan suatu kelainan
perkembangan seksual. Umumnya, ambiguous genitalia dapat tampak pada saat lahir, dan dapat
menimbulkan distres bagi anggota keluarga.
Tim medis yang menangani kasus ini akan menginvestigasi penyebab dari ambiguous genitalia
dan memberikan informasi. Selanjutnya akan memberikan konseling yang dapat membantu
memandu pembuatan keputusan terkait jenis kelamin bayi dan penanganan yang dibutuhkan.
2.2 Etiologi
Kurangnya hormon pria pada janin dengan struktur genetik laki-laki dapat menyebabkan
terjadinya ambiguous genitalia. Sedangkan ekspos terhadap hormon pria saat perkembangan
dapat menyebabkan terjadinya ambiguous genitalia pada janin dengan struktur genetik
perempuan.
Mutasi pada gen tertentu dapat memengaruhi perkembangan seksual dari janin dan
menyebabkan ambiguous genitalia.
Abnormalitas kromosom, seperti tidak adanya satu kromosom seksual atau terdapat satu
kromosom seksual yang berlebih, juga dapat menyebabkan ambiguous genitalia.
Pada sebagian kasus, penyebab dari ambiguous genitalia belum dapat ditentukan.
Penyebab dari ambiguous genitalia pada janin yang memiliki struktur genetik perempuan dapat
berupa:
Hiperplasia adrenal kongenital. Sebagian jenis dari kondisi genetik ini dapat menyebabkan
kelenjar adrenal memproduksi hormon pria (androgen) yang berlebih.
Ekspos terhadap hormon pria pada saat kehamilan. Beberapa jenis pengobatan dapat
mengandung hormon pria atau menstimulasi produksi hormon pria pada wanita hamil, yang
dapat menyebabkan genitalia janin perempuan untuk menjadi lebih maskulin. Janin yang
sedang berkembang juga dapat terekspos terhadap hormon pria yang berlebih apabila ibu
memiliki penyakit atau kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
Pada sebagian kecil kasus, tumor pada ibu dapat memproduksi hormon pria.
Penyebab dari ambiguous genitalia pada janin yang memiliki struktur genetik laki-laki dapat
berupa:
Perkembangan testis yang terganggu. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari abnormalitas
genetik atau penyebab yang tidak diketahui.
Sindrom insensitivitas androgen. Pada kondisi ini, jaringan genital yang berkembang tidak
menunjukkan respons yang normal terhadap hormon yang diproduksi oleh testis.
Kelainan pada testis atau testosteron. Serangkaian kelainan dapat memengaruhi aktivitas dari
testis. Hal ini dapat mencakup kelainan struktural dari testis, masalah pada produksi hormon
testosteron pada pria, atau masalah pada reseptor selular yang memberikan respons terhadap
testosteron.
Riwayat keluarga dapat memiliki peran dalam terjadinya ambiguous genitalia, karena banyak
gangguan perkembangan seksual dapat terjadi sebagai akibat dari abnormalitas genetik yang
diturunkan.
Beberapa kemungkinan faktor risiko untuk ambiguous genitalia mencakup riwayat kondisi
kesehatan pada keluarga sebagai berikut:
Karakteristik dari kondisi ini dapat memiliki derajat keparahan yang bervariasi, bergantung dari
pada tahap manakah selama perkembangan genitalia masalah mulai timbul serta penyebab dari
kelainan tersebut.
Bayi yang memiliki struktur genetik perempuan (dengan dua kromosom X) dapat memiliki tanda
dan gejala sebagai berikut:
Bayi yang memiliki struktur genetik laki-laki (dengan satu kromosom X dan satu kromosom Y)
dapat memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
Kondisi di mana uretra, yakni saluran tipis yang menghantarkan urine dan air mani, tidak
terbentuk hingga ujung penis (hipospadia)
Ukuran penis yang sangat kecil dengan ujung uretra mendekati skrotum
Tidak adanya satu atau kedua testis pada struktur yang menyerupai skrotum
Skrotum yang tidak disertai testis dengan bentuk menyerupai labia dengan atau tanpa adanya
mikropenis, atau penis yang berukuran sangat kecil
Labia (bibir kemaluan) tertutup atau labia yang terlipat dan menyerupai skrotum (kantung
zakar).
Hipospadia, yaitu kondisi di mana lubang saluran kencing dan air mani (uretra) tidak
berada di bawah penis (normalnya berada di ujung penis).
Penis yang kecil dengan uretra terbuka dekat dengan skrotum.
Tidak adanya salah satu atau kedua testis (buah zakar) dalam kantung zakar.
Testis tidak turun dari rongga perut dan skrotum yang kosong sehingga memiliki
tampilan seperti labi
Seorang remaja 12 tahun dirawat di ruang perawatan di sebuah rumah sakit. Anak
menderita ambiguous genetalian, dimana alat kelaminnya tidak spesifik baik laki-laki maupun
perempuan. Remaja ini dirawat dalam rangka menjalani serangkaian pemeriksaan untuk
menentukan jenis kelaminnya yang pasti. Saat ini status anak sebagai perempuan. Namun anak
lebih nyaman berpenampilan dan berperilaku sebagai laki-laki.
I. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama :A
b. Usia : 12 tahun
c. Jenis kelamin : ambigu
2. Data Objektif
Kondisi pasien : saat ini klien dinyatakan sebagai seorang wanita
3. Data Subjektif
Klien menyatakan lebih nyaman untuk berpenampilan dan berperilaku laki-laki.
3 DO : Ansietas
Klien terlihat tidak fokus ketika ditanyakan
keinginannya
DS :
Menurut ibu klien, paman dari kakek suaminya
pernah mengalami kasus serupa.
4 DO : Gangguan fungsi
klien merupakan anak ketiga dari tiga keluarga
bersaudara. Kedua kakaknya adalah laki-laki.
DS :
Adanya perbedaan keinginan antara klien dan
orangtua (ibu)
ibu klien menyatakan bahwa ia menginginkan
anak perempuan dan memperlakukan klien
seperti anak perempuan
5 DO : Gangguan identitas diri
Saat pemeriksaan klien memakai pakaian
perempuan.
Sikap dan perilaku klien terlihat seperti laki-
laki.
.Klien saat ini dinyatakan wanita
Hasil lab : terdapat hormon androgen dalam
jumlah melebih normal
DS :
Menurut ibu klien, paman dari kakek suaminya
pernah mengalami kasus serupa.
6 DO : Harga diri rendah
Klien terlihat tidak percaya diri ketika situasional
mengungkapkan keinginannya
DS :
klien tidak ingin masuk sekolah karena malu
akan keadaannya saat ini.
7 DO : Gangguan interaksi sosial
Klien
DS :
Klien menyatakan bahwa ia tidak memiliki teman
dekat di sekolahnya.
c. Tujuan
Klien akan mengimplementasikan mekanisme koping baru dan
mendemonstrasikan penerimaan klien terhadap penampilannya.
Indikator :
1) Mendemonstrasikan kesediaan dan kemampuan untuk merawat diri.
2) Memulai baru atau membangun kembali kontak dengan sistem pendukung
yang ada
2. Defisit Pengetahuan
a. Karakteristik
1) Verbalisasi dari masalah
2) Perilaku tidak tepat atau berlebihan ( histeris,bermusuhan, gelisah, atau apatis)
3) Tindak lanjut dari instruksi tidak akurat
4) Uji kinerja gagal
b. Faktor yang berhubungan
1) Keterbatasan kognitif
2) Ketidakpahaman akan informasi
3) Kurangnya paparan
4) Kurangnya minat belajar
5) Pemahaman dengan sumber daya informasi
c. Tujuan
Akan kembali menunjukkan (pengetahuan spesifik tentang defisit aktivitas)
d. Intervensi pada anak
1) Tentukan apakah ada ambiguitas dalam pikiran orang tua atau anak.
Rasional : Klarifikasi dan verifikasi akan memastikan kemungkinan yang
lebih besar tentang memahami dan menilai aspek penting untuk mengajar pasien.
2) Mengidentifikasi kemampuan belajar untuk pasien dan keluarga.
Rasional : Kapasitas realistis untuk pembelajaran harus menjadi faktor
utama
dalam mengajar pasien, karena berfungsi sebagai salah satu utama parameter
dalam harapan pembelajaran.
3) Menentukan cakupan dan presentasi yang sesuai untuk pasien dan keluarga
berdasarkan tindakan sebelumnya, ditambah perkembangan krisis.
Rasional : Kebutuhan perkembangan dari semua yang terlibat akan
berfungsi sebagai kerangka penting untuk mengajar pasien dan keluarga. Potensi
dan kapasitas untuk penggunaan semua aspek sensori dan persepsi terhadap
kognitif harus dieksplorasi dan digunakan untuk memastikan kesempatan terbaik
untuk mengajar efektif.
4) Mengevaluasi efektivitas dari pengalaman belajar-mengajar oleh:
a) Catatan verbal untuk memberikan data konkret
b) Catatan tertulis pemeriksaan yang menunjukkan kemajuan
c) Observasi keterampilan mengenai perawatan
d) Membiarkan anak untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan
boneka
Rasional : Evaluasi merupakan indikator efektifitas mengajar dan belajar.
Ini berfungsi sebagai aspek penting dari mengajar pasien, dengan fokus yang tepat
pada individualisasi, dengan menunjukkan daerah yang perlu diajarkan kembali.
3. Ansietas
a. Karakteristik (Data Mayor)
1) Fisiologis
a) Ketakutan c) Gugup
b) Ketidakberdayaan
d) Kurangnya kepercayaan
diri
e) Tegang
f) Ketidakmampuan untuk rileks
g) Antisipasi kemalangan
3) Kognitif
a) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
b) Kurangnya kesadaran lingkungan
c) Orientasi masa
d) kebingungan
23
e) Lihat anak-anak yang memanifestasikan gangguan penghindaran,
cemas berlebih, kegelisahan pemisahan, dan fobia sekolah para ahli
kesehatan mental.
24
d. Intervensi Umum
NIC (Keterlibatan Keluarga, Promosi, Koping, Perangkat tambahan,
Integritas Keluarga, Terapi, Konseling).
1) Kaji faktor penyebab dan faktor yang terkait dengan penyakit
a) Penyakit tidak terduga
b) Masalah kronis
c) Gejala yang menciptakan perubahan dalam penampilan fisik
d) Stigma sosial yang terkait dengan penyakit
2) Faktor-faktor yang terkait dengan perilaku sakit anggota keluarga.
a) Menolak untuk bekerja sama dengan intervensi yang diperlukan
b) Terlibat dalam perilaku sosial menyimpang terkait dengan
penyakit: percobaan bunuh diri, kekerasan, penyalahgunaan zat
c) Mengisolasi diri dari keluarga
3) Faktor-faktor terkait dengan fungsi keluarga keseluruhan
a) Perasaan bersalah, menyalahkan, permusuhan, kecemburuan
b) Pola komunikasi Tidak efektif di antara anggota
c) Perubahan harapan peran dan ketegangan
d) Tidak jelas batas-batas peran
4) Faktor-faktor terkait dengan Masyarakat
a) Kurangnya dukungan dari sumber-sumber spiritual (filosofis,
keagamaan, atau keduanya)
b) Kurangnya sumber daya pendidikan kesehatan yang relevan
Kurangnya teman yang mendukung
c) Kurangnya sumber daya perawatan kesehatan masyarakat yang
memadai (misalnya, jangka panjang tindak lanjut, rumah sakit,
istirahat)
Rational : sumber stres keluarga adalah sebagai berikut (Carlson
& Smith DiJulio, 2006) :
Sumber eksternal stres : satu anggota mengalami
Sumber eksternal stres : mempengaruhi unit keluarga
Pemicu stresor
25
Stres situsional (misalnya, sakit, rawat inap, pemisahan,
pengasuhan tanggung jawab)
5) Promosikan Kohesivitas.
a) Pendekatan keluarga dengan kehangatan, rasa hormat, dan
dukungan.
b) Hindari saran yang tidak jelas, membingungkan dan klise
c) Jauhkan anggota keluarga mengikuti perubahan kondisi anggota
yang sakit ketika tepat.
d) Hindari membicarakan apa yang menyebabkan masalah atau
menyalahkan.
e) Memfasilitasi komunikasi.
f) Dorong verbalisasi perasaan bersalah, marah, menyalahkan
permusuhan, dan dan pengakuan selanjutnya perasaan sendiri
pada anggota keluarga.
Rational : Tidak ada keluarga yang 100% fungsional, namun
menciptakan keluarga sehat dengan kebutuhan masing-masing dan
mendorong ekspresi perasaan (Varcarolis, Carson, & Shoemaker,
2006).
6) Membantu Keluarga untuk Menilai Situasi.
a) Dorong keluarga untuk memiliki perspektif yang realistis dengan
memberikan informasi yang akurat dan jawaban atas pertanyaan.
Pastikan semua anggota keluarga memiliki masukan.
b) Membantu keluarga untuk mengatur kembali peran di rumah dan
prioritas ditetapkan untuk menjaga keluarga integritas dan
mengurangi stres.
c) Memulai diskusi tentang perawatan stres (fisik, emosi, lingkungan,
dan keuangan).
d) Pendekatan Keluarga yang berorientasi termasuk membantu
wawasan keuntungan keluarga dan membuat perubahan perilaku
yang
paling sukses (Varcarolis, Carson, & Shoemaker, 2006, hal. 746).
7) Promosikan Batas yang jelas antara Individu dalam Keluarga.
a) Pastikan semua anggota keluarga berbagi keprihatinan mereka
b) Memperoleh tanggung jawab setiap anggota
26
c) Mengakui perbedaan
Rasional : Sebuah emosional klien, fungsi sosial dan fisik secara
langsung berkaitan dengan seberapa jelas / nya perannya adalah
dibedakan dalam keluarga (Varcarolis, Carson, & Shoemaker, 2006).
8) Memulai Pengajaran Kesehatan yang diperlukan.
a) Sertakan anggota keluarga dalam sesi pendidikan kelompok.
b) Memfasilitasi keterlibatan keluarga dengan dukungan sosial.
c) Membantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi teman dapat
diandalkan (misalnya, pendeta, orang lain yang signifikan);
mendorong mencari bantuan (Emosional, teknis) bila perlu.
d) Mintalah bantuan profesional lainnya (pekerjaan sosial, terapis,
psikiater, perawat sekolah).
Rasioanal : Keluarga akan membutuhkan dorongan ekstra untuk
berpartisipasi dalam perawatan diri atau masyarakat lainnya lembaga
(Murray, Zenter, & Yakimo, 2009).
27
Tumbuh Kembang
28
Indikator :
1) Mengidentifikasi sumber ancaman bagi harga diri dan bekerja melalui
masalah itu.
2) Mengidentifikasi aspek positif diri.
3) Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya.
4) Identifikasi satu aspek positif dari perubahan.
d. Intervensi umum
NIC : mendengar aktif, konseling, restrukturisasi kognitif , dukungan
keluarga dan grup serta peningkatan koping individu.
1) Membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
a) Jadilah empatik, tidak menghakimi.
b) Mendengarkan. Jangan mematahkan semangat ekspresi marah,
menangis, dan sebagainya.
c) Tanyakan apa yang terjadi ketika ia mulai merasa cara ini.
d) Memperjelas hubungan antara peristiwa kehidupan.
Rasional : penerimaan diri dapat ditingkatkan dengan klarifikasi dari
perasaan dan pikiran.
2) Membantu Client untuk mengidentifikasi positif dirinya
a) Bagaimana dia menangani krisis lainnya?
b) Bagaimana dia mengelola kecemasan-melalui olahraga,
penarikan/minum obat, berbicara?
c) Memperkuat mekanisme koping adaptif.
d) Memeriksa dan memperkuat kemampuan dan sifat-sifat positif
(misalnya, hobi, keterampilan, sekolah, hubungan, penampilan,
kesetiaan, kerajinan).
e) Membantu klien menerima baik perasaan positif dan negatif.
f) Jangan menghadapi pertahanan.
g) Berkomunikasi.
h) Libatkan klien penetapan tujuan bersama.
i) Apakah klien menulis pernyataan positif tentang diri sejati (untuk nya
atau matanya saja); klien telah membaca daftar hari sebagai bagian dari
rutinitas normal.
29
j) Memperkuat penggunaan harga-gedung latihan (afirmasi diri, citra,
meditasi / doa, relaksasi, menggunakan
humor).
3) Membantu mengidentifikasi distorsi kognitif yang meningkatkan penilaian
negatif terhadap diri sendiri
a) Ajarkan untuk fokus pada setiap peristiwa
b) Ajarkan untuk mengevaluasi apakah klien benar-benar bertanggung
jawab dan mengapa.
c) Menyarankan untuk mengklarifikasi secara lisan apa yang dia sedang
terjadi
d) Mengidentifikasi tanggapan positif dari orang lain
e) Ajarkan untuk merespon dengan berterima Kasih
Rasional : Ini memperkuat distorsi kognitif negatif, persepsi yang tidak
akurat tentang diri dan dunia (Varcarlois, 2006)
4) Menilai sistem pendukung
a) Kaji klien : Apakah dia hidup sendiri? Apakah ia bekerja? Apakah
dia memiliki teman yang tersedia dan keluarga? Apakah agama
dukungan? Apakah dia sebelumnya digunakan sumber daya
masyarakat?
b) Membantu klien untuk melibatkan diri dengan organisasi relawan lokal
(warga senior pekerjaan, kakek angkat, lokal dukungan kelompok).
Atur kelanjutan dari penelitian sekolah bagi siswa.
Rasional : dukungan akal meningkat Sosial, harga diri(Dirsken, 2000).
5) Membantu klien untuk belajar koping baru
1) Praktek self-talk (Murray, 2000):
Tulis deskripsi singkat tentang perubahan dan konsekuensinya.
Tulis tiga hal yang mungkin berguna tentang situasi ini.
Komunikasikan bahwa orang tersebut dapat menangani perubahan.
Tantang orang membayangkan masa depan yang positif dan hasil.
Mendorong uji coba perilaku baru.
Memperkuat keyakinan bahwa orang tersebut memiliki kendali
atas situasi.
Mendapatkan komitmen untuk tindakan.
30
Rasional : Self-talk tidak berarti mengarah ke perubahan, namun
membantu seseorang menemukan manfaat potensial dari perubahan
(Murray, 2000).
Intervensi anak :
1) Intervensi Berikan kesempatan kepada anak untuk menjadi sukses dan
dibutuhkan.
2) Personalisasi lingkungan anak dengan gambar dan kerajinan ia dibuat.
3) Memberikan bermain terstruktur dan tidak terstruktur.
4) Memastikan kelanjutan dari pengalaman akademik di rumah sakit dan
rumah.
5) Menyediakan waktu tanpa gangguan untuk sekolah.
31
2) Situasional (Personal, Lingkungan) : terkait dengan keterasingan dari
orang lain; cemas tingkat tinggi, ruminasi, halusinasi, perilaku manipulasi,
perilaku impulsif, perilaku depresif, ketidakpercayaan, emosional tidak
stabil, respon agresif dan egois.
3) Anak / Remaja
a) Terkait dengan rangsangan indra yang tidak memadai
b) Terkait dengan penampilan yang berubah
c) Terkait dengan kesulitan berbicara
c. Tujuan
Klien/keluarga klien akan melaporkan kepuasan peningkatan sosialisasi.
Indikator:
1) Mengidentifikasi perilaku bermasalah yang menghalangi sosialisasi.
2) Perilaku konstruktif pengganti untuk perilaku sosial yang mengganggu.
3) Menjelaskan strategi untuk mempromosikan sosialisasi yang efektif.
d. Intervensi umum
NIC : bimbingan antisipatif, modifikasi perilaku, promosi integritas
keluarga, Konseling, manajemen perilaku, dukungan keluarga.
1) Memberikan dukungan untuk keterampilan menjaga hubungan sosial dan
Mengurangi Isolasi Sosial
a) Individu, supportive relationship
Membantu klien untuk mengelola stres kehidupan.
Fokus pada saat ini dan realitas.
Membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana masalah stress.
Mendukung pertahanan kesehatatan klien.
Membantu klien untuk mengidentifikasi program alternatif tindakan.
Membantu klien untuk menganalisis cara yang terbaik.
Rasional : Klien membutuhkan dorongan terus-menerus untuk
keterampilan sosial yang baru dan mengeksplorasi situasi sosial yang
baru.
b) Terapi Kelompok Pendukung
Fokus pada saat ini.
32
Menetapkan norma-norma kelompok yang mencegah perilaku
tidak pantas.
Mendorong pengujian perilaku sosial baru.
Gunakan makanan ringan atau kopi untuk mengurangi kecemasan
selama sesi.
Model tertentu perilaku sosial yang diterima (misalnya,
menanggapi sapaan ramah bukan mengabaikannya).
Pengembangan hubungan di antara anggota melalui keterbukaan
diri dan kerendahan.
Gunakan pertanyaan dan pengamatan untuk mendorong orang
dengan keterampilan interaksi terbatas.
Mendorong anggota untuk memvalidasi persepsi mereka dengan
orang lain.
Mengidentifikasi kekuatan antara anggota dan mengabaikan
kelemahan yang dipilih.
Kegiatan kelompok dan drop-in center sosialisasi dapat digunakan
untuk beberapa klien.
Rasional : keterampilan sosial yang tepat dan menggunakan
terapi kelompok sebagai contoh lain dari keterampilan sosial.
4) Menyediakan Pengembangan Keterampilan Sosial
a) Identifikasi lingkungan di mana interaksi sosial tersebut terjadi
penurunan nilai hidup, belajar, dan bekerja.
b) Memberikan instruksi dalam lingkungan di mana klien diharapkan
fungsi, jika mungkin
c) Mengembangkan program keterampilan individual sosial. Contoh
beberapa keterampilan sosial kebersihan tubuh, postur tubuh, gaya
berjalan, kontak mata, mulai percakapan, mendengarkan, dan berakhir
percakapan.
d) Kombinasikan petunjuk verbal dengan demonstrasi dan praktek
e) Tegas dalam menetapkan parameter perilaku sosial yang tepat, seperti
ketepatan waktu, kehadiran, mengelola, penyakit, dan berpakaian.
f) Gunakan kelompok sebagai metode membahas pekerjaan yang
berhubungan dengan masalah.
33
g) Berikan umpan balik positif, pastikan itu adalah khusus dan rinci.
Fokus pada tidak lebih dari tiga perilaku
h) koneksi pada satu waktu; umpan balik terlalu panjang menambah
kebingungan dan kecemasan meningkat.
Rasional : keterampilan sosial yang efektif dapat dipelajari dengan
bimbingan, demonstrasi, praktek, dan umpan balik (Stuart &Sundeen,
2001).
i) Menyampaikan sikap bisa melakukan.
Permainan peran aspek interaksi sosial (McFarland et al, 1996.):
Bagaimana memulai percakapan
Bagaimana untuk melanjutkan percakapan
Bagaimana mengakhiri percakapan
Bagaimana menolak permintaan
Bagaimana meminta sesuatu
Bagaimana wawancara pekerjaan
Bagaimana meminta seseorang untuk berpartisipasi dalam
suatu kegiatan (misalnya, pergi ke bioskop)
Rasional : Memainkan peran memberikan kesempatan untuk
berlatih isu dan menerima umpan balik.
Rasional : Model keperawatan keterampilan sosial yang tepat
dan menggunakan terapi kelompok sebagai contoh lain dari
keterampilan sosial.
3) Anggota Keluarga dan Masyarakat sebagai support sistem
a) Menyediakan fakta-fakta mengenai penyakit mental, pengobatan, dan
kemajuan untuk anggota keluarga. Dengan lembut membantu keluarga
menerima penyakit.
b) Validasi perasaan anggota keluarga 'frustrasi dalam menghadapi
masalah sehari-hari.
c) Memberikan panduan mengenai overstimulasi atau understimulasi
lingkungan.
d) mendiskusikan perasaan bersalah keluarga dan bagaimana perilaku
mereka mempengaruhi klien.
e) Dukungan grup, jika tersedia
34
f) Mengembangkan aliansi dengan keluarga.
g) Mengatur perawatan yang cukup periodik.
Rasional : Intervensi untuk keluarga sangat penting untuk kesuksesan
rehabilitasi dari anggota keluarga dengan kronis penyakit mental (Mohr,
2007).
Rasional : Kedua individu dan keluarga berada di bawah stres. Perilaku
klien yang terlalu menuntut perilaku, penarikan sosial, kurangnya
percakapan, dan kepentingan rekreasi minimal.Keluarga juga
mempengaruhi kemampuan klien untuk bertahan hidup di masyarakat
dengan baik.
4) Memulai Pengajaran Kesehatan dan Arahan (McFarland et al, 1996.):
Tanggung jawab peran sebagai klien (membuat permintaan diketahui
dengan jelas, berpartisipasi dalam terapi):
a) Focus pada kegiatan hari dan pencapaian klien
b) Bagaimana mendekati orang lain untuk berkomunikasi
c) Mengidentifikasi interaksi dengan orang lain untuk memberinya atau
pertimbangan dan rasa hormat
d) Mengidentifikasi bagaimana ia dapat berpartisipasi dalam merumuskan
peran keluarga dan tanggung jawab untuk mematuhi.
e) Mengenali tanda-tanda kecemasan dan metode meringankannya.
f) Mengidentifikasi perilaku positif dan mengalami kepuasan diri dalam
memilih pilihan yang konstruktif
g) Terapi keluarga yang mendukung seperti yang ditunjukkan.
h) Menyediakan nomor untuk layanan intervensi krisis.
Rasional : pasif atau kurangnya motivasi adalah bagian dari penyakit,
dengan demikian, perawat tidak boleh hanya menerimanya. Pengasuh
harus menggunakan pendekatan tegas di mana pengobatan tersebut
"dibawa ke klien" daripada
menunggu dia untuk berpartisipasi (Varcarolis, 2006).
Rasional : sumber daya masyarakat adalah penting untuk keberhasilan
pengelolaan dan dukungan.
35
a) Jangan menguliahi.
b) Berikan batas sederhana dan kembalikan pada mereka.
c) Menjaga rutinitas.
d) Batasi bermain pada satu teman bermain untuk belajar
keterampilan bermain yang sesuai (misalnya, relatif, dewasa,
anak tenang).
e) Secara bertahap meningkatkan jumlah teman bermain.
f) Memberikan umpan balik segera dan konstan.
Rasional : Kegagalan untuk mengendalikan dorongan mengganggu
sosialisasi (misalnya, keluarga, teman sebaya, sekolah; Johnson, 1995).
2) Diskusikan Parenting Skill Selektif
a) Reward sedikit demi sedikit perilaku yang diinginkan.
b) Kontrak yang sesuai berkaitan dengan usia konsekuensi
(misalnya, time-out, hilangnya aktivitas [penggunaan mobil,
sepeda]).
c) Hindari kritik yang keras.
d) Ketidaksetujuan di depan anak.
e) Menetapkan kontak mata sebelum memberikan instruksi dan
meminta anak untuk mengulang kembali apa yang dikatakan.
f) Ajarkan anak yang lebih tua untuk monitor diri perilaku dan
mengembangkan kemandirian.
Rasional : Keluarga dapat dibantu untuk mempelajari keterampilan
pengasuhan yang efektif untuk meningkatkan keberhasilan anak
(Hockenberry& Wilson, 2009).
3) Perilaku antisosial hadir, berikan bantuan untuk:
a) Jelaskan perilaku yang mengganggu sosialisasi.
b) Batasi lingkaran sosial untuk mengelola ukuran.
c) Alternatif respon role model
d) Mintalah umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negatif.
Rasional : Keterampilan yang mengurangi defisit sosial dapat
meningkatkan penerimaan sosial, kontrol, dan harga diri.
4) Membantu Remaja untuk Penurunan Defisit Sosial
a) Manajemen mengatasi Kemarahan
b) Keterampilan pemecahan masalah penolakan
36
c) Manajemen stres
Rasional : Keterampilan yang mengurangi defisit sosial dapat
meningkatkan penerimaan sosial, kontrol, dan harga diri.
Rasional : Kegagalan untuk mengendalikan dorongan mengganggu
sosialisasi (misalnya, keluarga, teman sebaya, sekolah; Johnson, 1995).
BAB 4
37
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2010). Nursing Diagnosis : Apllication to Clinical Practice, 13th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Newfield, S.A. et all (2007), Cox’s clinical applications of nursing diagnosis : adult,
child, women’s, mental health,gerontic and home health considerations, 5th ed.
Danvers: F. A. Davis.
38