Anda di halaman 1dari 38

KELAINAN STUKTUR GENETALIA

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu :

Oleh :

Wulan Putri Setiawan 10520012

Yanuar Cahya Wiguna 10520018

Siti Lutfiah Khoeriah 10520021

Rizanka Difa Agiza 10520026

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TINGKAT II A
2021/2022

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan karunia-Nya yang
telah diberikan kepada penulis sehingga laporan studi kasus dengan judul Kelainan Struktur
Genetalia.tanpa nikmat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan tugas ini . Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi
Muhammad. Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman seperjuangan semua
mendapatkan syafaatnya nanti. Akhir kata, penulis mengharapkan agar tugas Asuhan
Keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua, semoga Allah SWT memberikan rahmad dan
hidayah kepada kita semua. Amin. Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.

Bandung,18 oktober 2021


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ambiguous genitalia merupakan indikasi umum dari congenital adrenal hyperplasia (CAH) pada
bayi dengan kromosom 46,XX. Dalam kenyataannya, bayi dengan ambiguous genitalia
memunculkan keraguan dalam penentuan jenis kelamin: apakah bayi ini akan dibesarkan sebagai
laki-laki atau perempuan. Paparan ini akan menjelaskan hasil riset dan pengalaman klinis penulis
mengenai dampak psikologis ambiguous genitalia pada anak, disepanjang rentang kehidupannya
(kanak-kanak hingga dewasa), problem psikologis yang dihadapi oleh orangtua dari anak dengan
ambiguous genitalia (dari sejak anak lahir hingga dewasa), treatment yang dapat dijalani dan
dampaknya jika tidak menjalani treatment, serta peran penting psikologi untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita.

Ambiguous genitalia adalah suatu kondisi dimana alat kelamin individu tidak terbentuk dengan
sempurna sebagaimana laki-laki atau perempuan pada umumnya. Dalam istilah Bahasa
Indonesia, seringkali digunakan padanan istilah kerancuan kelamin atau kelamin ganda. Istilah
kelamin ganda sesungguhnya kurang tepat dan seringkali justru menimbulkan salah persepsi
karena seolah individu memiliki kedua alat kelamin laki-laki dan perempuan, padahal
sesungguhnya tidaklah demikian kondisinya. Di kalangan klinisi medis, istilah ambiguous
genitalia, intersex, ataupun hermaphrodite diganti dengan istilah baru, yakni
Disorders/Differentiation of Sex Development atau disingkat DSD (Hughes, 2008; Lee, Houk,
Ahmed, & Hughes, 2006).

BAB 2
PENATALAKSANAAN

2.1 DEFINISI

Ambiguous Genitalia

Ambiguous genitalia merupakan salah satu kondisi langka, di mana genitalia dari bayi tidak
dapat ditentukan secara jelas. Pada bayi dengan ambiguous genitalia, kelamin dapat tidak
berkembang dengan sempurna atau dapat memiliki karakteristik dari kedua jenis kelamin. Juga
dapat terjadi ketidaksesuaian antara organ seksual eksternal dan organ seksual internal atau status
seksual secara genetik.

Ambiguous genitalia bukanlah merupakan suatu penyakit, namun merupakan suatu kelainan
perkembangan seksual. Umumnya, ambiguous genitalia dapat tampak pada saat lahir, dan dapat
menimbulkan distres bagi anggota keluarga.

Tim medis yang menangani kasus ini akan menginvestigasi penyebab dari ambiguous genitalia
dan memberikan informasi. Selanjutnya akan memberikan konseling yang dapat membantu
memandu pembuatan keputusan terkait jenis kelamin bayi dan penanganan yang dibutuhkan.

2.2 Etiologi

Penyebab Ambiguous Genitalia


Ambiguous genitalia utamanya dapat terjadi apabila ketidakseimbangan hormon pada saat
kehamilan mengganggu perkembangan organ seksual dari janin. Gangguan dari tahapan yang
menentukan jenis kelamin pada janin dapat menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara
penampakan genitalia eksternal pada bayi dengan organ seksual internal atau status seksual
secara genetik (XX atau XY).

Beberapa dugaan penyebab dari kondisi ini di antaranya:

 Kurangnya hormon pria pada janin dengan struktur genetik laki-laki dapat menyebabkan
terjadinya ambiguous genitalia. Sedangkan ekspos terhadap hormon pria saat perkembangan
dapat menyebabkan terjadinya ambiguous genitalia pada janin dengan struktur genetik
perempuan.
 Mutasi pada gen tertentu dapat memengaruhi perkembangan seksual dari janin dan
menyebabkan ambiguous genitalia.
 Abnormalitas kromosom, seperti tidak adanya satu kromosom seksual atau terdapat satu
kromosom seksual yang berlebih, juga dapat menyebabkan ambiguous genitalia.
 Pada sebagian kasus, penyebab dari ambiguous genitalia belum dapat ditentukan.
Penyebab dari ambiguous genitalia pada janin yang memiliki struktur genetik perempuan dapat
berupa:

 Hiperplasia adrenal kongenital. Sebagian jenis dari kondisi genetik ini dapat menyebabkan
kelenjar adrenal memproduksi hormon pria (androgen) yang berlebih.
 Ekspos terhadap hormon pria pada saat kehamilan. Beberapa jenis pengobatan dapat
mengandung hormon pria atau menstimulasi produksi hormon pria pada wanita hamil, yang
dapat menyebabkan genitalia janin perempuan untuk menjadi lebih maskulin. Janin yang
sedang berkembang juga dapat terekspos terhadap hormon pria yang berlebih apabila ibu
memiliki penyakit atau kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
 Pada sebagian kecil kasus, tumor pada ibu dapat memproduksi hormon pria.

Penyebab dari ambiguous genitalia pada janin yang memiliki struktur genetik laki-laki dapat
berupa:

 Perkembangan testis yang terganggu. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari abnormalitas
genetik atau penyebab yang tidak diketahui.
 Sindrom insensitivitas androgen. Pada kondisi ini, jaringan genital yang berkembang tidak
menunjukkan respons yang normal terhadap hormon yang diproduksi oleh testis.
 Kelainan pada testis atau testosteron. Serangkaian kelainan dapat memengaruhi aktivitas dari
testis. Hal ini dapat mencakup kelainan struktural dari testis, masalah pada produksi hormon
testosteron pada pria, atau masalah pada reseptor selular yang memberikan respons terhadap
testosteron.

Riwayat keluarga dapat memiliki peran dalam terjadinya ambiguous genitalia, karena banyak
gangguan perkembangan seksual dapat terjadi sebagai akibat dari abnormalitas genetik yang
diturunkan.

Beberapa kemungkinan faktor risiko untuk ambiguous genitalia mencakup riwayat kondisi
kesehatan pada keluarga sebagai berikut:

 Kematian pada masa bayi yang tidak diketahui penyebabnya


 Infertilitas, tidak mengalami menstruasi, atau rambut wajah yang berlebih pada wanita
 Abnormalitas genital
 Kelainan perkembangan fisik selama pubertas
 Hiperplasia adrenal kongenital, yakni sekelompok kelainan genetik bawaan yang
memengaruhi kelenjar adrenal

2.3 Tanda dan Gejala


Gejala Ambiguous Genitalia
Tim medis yang menangani pasien dengan ambiguous genitalia dapat mengenali kondisi ini
pertama kali sesaat setelah bayi dilahirkan. Terkadang, ambiguous genitalia dapat dicurigai
sebelum kelahiran saat dilakukan pemeriksaan penunjang tertentu.

Karakteristik dari kondisi ini dapat memiliki derajat keparahan yang bervariasi, bergantung dari
pada tahap manakah selama perkembangan genitalia masalah mulai timbul serta penyebab dari
kelainan tersebut.

Bayi yang memiliki struktur genetik perempuan (dengan dua kromosom X) dapat memiliki tanda
dan gejala sebagai berikut:

 Klitoris yang membesar, yang dapat menyerupai penis


 Labia yang tertutup, atau labia yang disertai lipatan dan menyerupai skrotum
 Benjolan yang teraba seperti testis pada labia yang menutup

Bayi yang memiliki struktur genetik laki-laki (dengan satu kromosom X dan satu kromosom Y)
dapat memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

 Kondisi di mana uretra, yakni saluran tipis yang menghantarkan urine dan air mani, tidak
terbentuk hingga ujung penis (hipospadia)
 Ukuran penis yang sangat kecil dengan ujung uretra mendekati skrotum
 Tidak adanya satu atau kedua testis pada struktur yang menyerupai skrotum
 Skrotum yang tidak disertai testis dengan bentuk menyerupai labia dengan atau tanpa adanya
mikropenis, atau penis yang berukuran sangat kecil

ambiguous genitalia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Klitoris yang besar dapat menyerupai penis.

 Labia (bibir kemaluan) tertutup atau labia yang terlipat dan menyerupai skrotum (kantung
zakar).

 Benjolan yang terasa seperti testis dari labia.


Sementara, bayi yang secara genetik laki-laki (kromosom seks XY) dengan ambiguous
genitalia memiliki ciri-ciri:

 Hipospadia, yaitu kondisi di mana lubang saluran kencing dan air mani (uretra) tidak
berada di bawah penis (normalnya berada di ujung penis).
 Penis yang kecil dengan uretra terbuka dekat dengan skrotum.

 Tidak adanya salah satu atau kedua testis (buah zakar) dalam kantung zakar.
 Testis tidak turun dari rongga perut dan skrotum yang kosong sehingga memiliki
tampilan seperti labi

2.4 Anatami Fisiologi

1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora
7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris.
2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar
(labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, semantara bagian lateral dan 7 anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah.
c. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya
dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan
serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
d. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.
e. Perinium
f. Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di
keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen.

2. Alat genitalia wanita bagian dalam


2.5 Patways
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS AMBIGUOUS GENETALIA

Seorang remaja 12 tahun dirawat di ruang perawatan di sebuah rumah sakit. Anak
menderita ambiguous genetalian, dimana alat kelaminnya tidak spesifik baik laki-laki maupun
perempuan. Remaja ini dirawat dalam rangka menjalani serangkaian pemeriksaan untuk
menentukan jenis kelaminnya yang pasti. Saat ini status anak sebagai perempuan. Namun anak
lebih nyaman berpenampilan dan berperilaku sebagai laki-laki.

I. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama :A
b. Usia : 12 tahun
c. Jenis kelamin : ambigu
2. Data Objektif
Kondisi pasien : saat ini klien dinyatakan sebagai seorang wanita
3. Data Subjektif
Klien menyatakan lebih nyaman untuk berpenampilan dan berperilaku laki-laki.

Berdasarkan pengkajian awal di atas, perawat perlu melakukan pengkajian lanjut


yang mana pengkajian tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi masalah
keperawatan. Hal tersebut untuk menegakkan masalah keperawatan dan rencana
keperawatan pada klien. Pengkajian lebih lanjut untuk klien yaitu anamnesa lebih
lanjut, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Setelah di lakukan anamnesai
dan observasi lebih lanjut pada anak dan orang tua ditemuakan data sebagai berikut
data objektif tambahan
 klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya adalah
laki-laki.
 Saat pemeriksaan klien memakai pakaian perempuan.
 Sikap dan perilaku klien terlihat seperti laki-laki.
 Klien terlihat tidak percaya diri ketika mengungkapkan keinginannya.
 Klien terlihat tidak fokus ketika ditanyakan keinginannya.
 Adanya perbedaan keinginan antara klien dan orangtua (ibu)
 Berdasarkan hasil test hormon klien, terdapat hormon androgen yang melebih
jumlah normal.
 Pertumbuhan tendarke yang lambat dan klien belum mengalami menstruasi
1. data subjektif tambahan
 ibu klien menyatakan bahwa ia menginginkan anak perempuan dan
memperlakukan klien seperti anak perempuan.
 klien tidak ingin masuk sekolah karena malu akan keadaannya saat ini.
 Klien menyatakan bahwa ia tidak memiliki teman dekat di sekolahnya.
 Menurut ibu klien, berdasarkan keluarga suaminya pernah ada yang
mengalami kasus serupa seperti anaknya. Paman dari kakek suaminya pernah
mengalami hal tersebut.
 Ibu klien menyatakan tidak terlalu memperhatikan masalah menstruasi pada
anaknya.
II. Analisa Data

No Data Masalah keperawatan


1 DO : Gangguan Citra Tubuh
 Klien saat ini dinyatakan wanita
 Hasil lab : terdapat hormon androgen dalam
jumlah melebih normal
 Pertumbuhan tendarke yang lambat dan klien
belum mengalami menstruasi

DS :
 Menurut ibu klien, paman dari kakek suaminya
pernah mengalami kasus serupa.
2 DO : Defisit pengetahuan

DS :
 Ibu klien menyatakan tidak terlalu
memperhatikan masalah menstruasi pada
anaknya

3 DO : Ansietas
 Klien terlihat tidak fokus ketika ditanyakan
keinginannya

DS :
Menurut ibu klien, paman dari kakek suaminya
pernah mengalami kasus serupa.
4 DO : Gangguan fungsi
 klien merupakan anak ketiga dari tiga keluarga
bersaudara. Kedua kakaknya adalah laki-laki.
DS :
 Adanya perbedaan keinginan antara klien dan
orangtua (ibu)
 ibu klien menyatakan bahwa ia menginginkan
anak perempuan dan memperlakukan klien
seperti anak perempuan
5 DO : Gangguan identitas diri
 Saat pemeriksaan klien memakai pakaian
perempuan.
 Sikap dan perilaku klien terlihat seperti laki-
laki.
 .Klien saat ini dinyatakan wanita
 Hasil lab : terdapat hormon androgen dalam
jumlah melebih normal
DS :
Menurut ibu klien, paman dari kakek suaminya
pernah mengalami kasus serupa.
6 DO : Harga diri rendah
 Klien terlihat tidak percaya diri ketika situasional
mengungkapkan keinginannya

DS :
 klien tidak ingin masuk sekolah karena malu
akan keadaannya saat ini.
7 DO : Gangguan interaksi sosial
 Klien
DS :
Klien menyatakan bahwa ia tidak memiliki teman
dekat di sekolahnya.

III. Rencana dan penatalaksanaan keperawatan


1. Gangguan citra tubuh
a. Karakteristik
1) Data mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal kepada perubahan struktur dan/atau
fungsi tubuh yang actual (contohnya, malu, shame, bersalah dan revulsion).
2) Data minor
a) Tidak melihat dan menyentuh bagian tubuh
b) Menghindari ekspos berlebihan pada bagian tubuh
c) Perubahan sosial involvement
d) Perasaan negatif terhadap tubuh: putus asa, tidak sanggup dan
vulnerability.
e) Menolak untuk menerima perubahan
f) Depersonalisasi terhadap bagian yang hilang.
g) Perilaku destruktif diri (mutilasi, bunuh diri, overakting)

b. Faktor yang berhubungan


Persepsi tidak nyata terhadap penampilan sekunder : efek dari penampilan,

c. Tujuan
Klien akan mengimplementasikan mekanisme koping baru dan
mendemonstrasikan penerimaan klien terhadap penampilannya.
Indikator :
1) Mendemonstrasikan kesediaan dan kemampuan untuk merawat diri.
2) Memulai baru atau membangun kembali kontak dengan sistem pendukung
yang ada

d. Intervensi Umum 547


1) Membangun hubungan terapeutik Perawat-Klien
a) Mendorong orang untuk mengungkapkan perasaan, terutama tentang cara
ia merasa, berpikir, atau pandangan terhadap dirinya.
b) Anjurkan klien untuk mengakui perasaan kesedihan, ketakutan, dan
ketergantungan; mengajarkan strategi menghadapi emosi.
c) Kaji sistem kepercayaan (misalnya, apakah hukuman rasa sakit,
penderitaan, kehilangan)
d) Mendorong klien untuk bertanya tentang masalah kesehatan, pengobatan,
dan kemajuan prognosis.
e) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya dan memperkuat informasi
yang telah diberikan.
f) Mengklarifikasi kesalahpahaman tentang diri, perawatan.
g) Menghindari kritik.
h) Memberikan privasi dan lingkungan yang aman.
i) Gunakan sentuhan terapeutik, dengan persetujuan orang tersebut.
j) Dorong klien untuk berhubungan dengan keyakinan spiritual dan nilai-
nilai mengenai kekuatan yang lebih tinggi.
Rasional : Sering kontak dengan perawat menunjukkan penerimaan dan dapat
memfasilitasi kepercayaan. Klien mungkin ragu-ragu untuk mendekati
perawat karena konsep diri negatif, perawat harus menjangkau.
2) Anjurkan interaksi sosial
a) Membantu klien untuk menerima bantuan orang lain.
b) Hindari overproteksit.
c) Mendorong gerakan bagi klien.
d) Siapkan orang lain yang mendukung untuk perubahan fisik dan emosional
klien.
e) Dukungan keluarga untuk adaptasi klien.
f) Mendorong kunjungan dari teman sebaya dan orang lain.
g) Mendorong keterlibatan klien dalam kegiatan.
h) Memberikan kesempatan untuk berbagi dengan orang melalui pengalaman
yang sama.
i) Diskusikan pentingnya mengkomunikasikan nilai klien.
Rasional : interaksi sosial dapat menegaskan kembali bahwa orang tersebut
dapat diterima dan bahwa sistem dukungan sebelumnya masih utuh. Isolasi
dapat meningkatkan perasaan bersalah, ketakutan dan malu.

3) Menyediakan Intervensi khusus dalam Situasi Terpilih


Psikologi : Lihat Kebingungan untuk informasi spesifik dan intervensi.
Memulai Pengajaran Kesehatan, Dinyatakan
a) Ajarkan sumber daya masyarakat yang tersedia, jika diperlukan (misalnya,
pusat kesehatan mental)
Rasional :
 Konseling Profesional diindikasikan untuk klien dengan kekuatan ego
yang buruk dan tidak memadai mengatasi sumber daya.
 Peningkatan interaksi sosial melalui keterlibatan dalam kelompok
memungkinkan seseorang untuk menerima dan sosial stimulasi
intelektual, yang meningkatkan harga diri.
b) Ajarkan strategi kesehatan.

Intervensi tambahan untuk Remaja


1) Diskusikan dengan orang tua kebutuhan remaja yang tepat untuk anaknya:
a) Jangan mengabaikan kekhawatiran terlalu cepat.
b) Bersikaplah fleksibel dan kompromi bila memungkinkan
c) Negosiasikan jangka waktu untuk berpikir tentang pilihan dan alternatif
(misalnya, 4 sampai 5 minggu).
d) Memberikan alasan untuk menolak permintaan. Memperoleh alasan remaja.
Kompromi jika mungkin
(Misalnya, orang tua ingin jam malam pada pukul 11:00; remaja ingin 12:00;
kompromi 11:30).
2) Memberikan kesempatan untuk membahas keprihatinan ketika orang tua tidak
hadir.
Persiapan untuk perubahan perkembangan yang akan datang.
Rasional : Peluang untuk dialog terbuka, pilihan dan keberhasilan meningkatkan
harga diri dan mengatasi.

2. Defisit Pengetahuan
a. Karakteristik
1) Verbalisasi dari masalah
2) Perilaku tidak tepat atau berlebihan ( histeris,bermusuhan, gelisah, atau apatis)
3) Tindak lanjut dari instruksi tidak akurat
4) Uji kinerja gagal
b. Faktor yang berhubungan
1) Keterbatasan kognitif
2) Ketidakpahaman akan informasi
3) Kurangnya paparan
4) Kurangnya minat belajar
5) Pemahaman dengan sumber daya informasi
c. Tujuan
Akan kembali menunjukkan (pengetahuan spesifik tentang defisit aktivitas)
d. Intervensi pada anak
1) Tentukan apakah ada ambiguitas dalam pikiran orang tua atau anak.
Rasional : Klarifikasi dan verifikasi akan memastikan kemungkinan yang
lebih besar tentang memahami dan menilai aspek penting untuk mengajar pasien.
2) Mengidentifikasi kemampuan belajar untuk pasien dan keluarga.
Rasional : Kapasitas realistis untuk pembelajaran harus menjadi faktor
utama
dalam mengajar pasien, karena berfungsi sebagai salah satu utama parameter
dalam harapan pembelajaran.
3) Menentukan cakupan dan presentasi yang sesuai untuk pasien dan keluarga
berdasarkan tindakan sebelumnya, ditambah perkembangan krisis.
Rasional : Kebutuhan perkembangan dari semua yang terlibat akan
berfungsi sebagai kerangka penting untuk mengajar pasien dan keluarga. Potensi
dan kapasitas untuk penggunaan semua aspek sensori dan persepsi terhadap
kognitif harus dieksplorasi dan digunakan untuk memastikan kesempatan terbaik
untuk mengajar efektif.
4) Mengevaluasi efektivitas dari pengalaman belajar-mengajar oleh:
a) Catatan verbal untuk memberikan data konkret
b) Catatan tertulis pemeriksaan yang menunjukkan kemajuan
c) Observasi keterampilan mengenai perawatan
d) Membiarkan anak untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan
boneka
Rasional : Evaluasi merupakan indikator efektifitas mengajar dan belajar.
Ini berfungsi sebagai aspek penting dari mengajar pasien, dengan fokus yang tepat
pada individualisasi, dengan menunjukkan daerah yang perlu diajarkan kembali.

3. Ansietas
a. Karakteristik (Data Mayor)
1) Fisiologis

a) Peningkatan jantung e) Sering buang air kecil


dan tekanan darah Kelelahan dan kelemahan
Peningkatan f) Insomnia
b) Diaforesis g) Mulut kering
c) Suara tremor h) Flushing atau pucat
d) Mual atau muntah i) Gelisah
j) Parestesia Anoreksia

2) Emosional , Klien menyatakan perasaan:

a) Ketakutan c) Gugup
b) Ketidakberdayaan
d) Kurangnya kepercayaan
diri
e) Tegang
f) Ketidakmampuan untuk rileks
g) Antisipasi kemalangan
3) Kognitif
a) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
b) Kurangnya kesadaran lingkungan
c) Orientasi masa
d) kebingungan

b. Faktor yang mempengaruhi


1) Patofisiologi : Setiap faktor yang mengganggu kebutuhan dasar
manusia (makanan, udara, kenyamanan, dan keamanan).
2) Situasional (Personal, Lingkungan) :Terkait ancaman terhadap konsep diri
sekunder untuk: Perubahan status dan prestise; Kurangnya pengakuan dari
orang lain.
3) Pada Remaja terkait dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder :
perubahan perkembangan seksual.

c. Intervensi pada anak


1) Tanda-tanda kecemasan pada anak sangat bervariasi tergantung pada tahap
perkembangan, temperamen, pengalaman masa lalu, dan keterlibatan
orangtua (Hockenberry & Wilson, 2009). Tanda paling umum pada anak-
anak dan
remaja peningkatan aktivitas motorik. Tanda-tanda kecemasan tercermin
dalam cara berikut:
a) 6 sampai 12 tahun: verbalisasi yang berlebihan, perilaku kompulsif
(misalnya, mengulang tugas)
b) Masa remaja: Mirip dengan 6 sampai 12 tahun ditambah perilaku
negative
c) Pemisahan dari orang tua, perubahan rutinitas biasa, lingkungan yang
aneh, prosedur menyakitkan, dan kecemasan orang tua dapat
meningkatkan kecemasan (Hockenberry & Wilson, 2009). Kaji
perubahan dalam pola kesehatan fungsional untuk mendeteksi
kecemasan.
d) Sumber-sumber kecemasan bagi anak dan remaja terkait dengan
sekolah (misalnya, kinerja, tekanan teman sebaya), pemisahan, situasi
sosial, dan keluarga.

23
e) Lihat anak-anak yang memanifestasikan gangguan penghindaran,
cemas berlebih, kegelisahan pemisahan, dan fobia sekolah para ahli
kesehatan mental.

4. Gangguan fungsi keluarga


a. Karakteristik
1) Mayor

Sistem keluarga tidak dapat atau tidak:

a) Beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis


b) Berkomunikasi secara terbuka dan efektif antara anggota keluargal
2) Minor
Sistem keluarga tidak dapat atau tidak:
a) Memenuhi kebutuhan fisik dari semua anggotanya
b) Memenuhi kebutuhan emosional dari semua anggotanya
c) Memenuhi kebutuhan rohani semua anggotanya
d) Menerima berbagai perasaan
e) Mencari atau menerima bantuan tepat

b. Faktor yang berhubungan


1) Situasional (Personal, Lingkungan)
2) Bencana
a) Terkait dengan konflik (moral, tujuan, budaya)
b) Terkait dengan pelanggaran kepercayaan antara anggota
c) Terkait dengan penyimpangan sosial oleh anggota keluarga
(misalnya, kejahatan)

c. Tujuan : Keluarga akan mempertahankan sistem fungsional


yang saling mendukung satu sama lain
NOC (Koping keluargag, lingkungan keluarga: Internal Keluarga,
Normalisasi, Parenting).
Indikator
1) Verbalisasi perasaan sering ditujukkan satu sama lain.
2) Mengidentifikasi sumber eksternal yang sesuai tersedia.

24
d. Intervensi Umum
NIC (Keterlibatan Keluarga, Promosi, Koping, Perangkat tambahan,
Integritas Keluarga, Terapi, Konseling).
1) Kaji faktor penyebab dan faktor yang terkait dengan penyakit
a) Penyakit tidak terduga
b) Masalah kronis
c) Gejala yang menciptakan perubahan dalam penampilan fisik
d) Stigma sosial yang terkait dengan penyakit
2) Faktor-faktor yang terkait dengan perilaku sakit anggota keluarga.
a) Menolak untuk bekerja sama dengan intervensi yang diperlukan
b) Terlibat dalam perilaku sosial menyimpang terkait dengan
penyakit: percobaan bunuh diri, kekerasan, penyalahgunaan zat
c) Mengisolasi diri dari keluarga
3) Faktor-faktor terkait dengan fungsi keluarga keseluruhan
a) Perasaan bersalah, menyalahkan, permusuhan, kecemburuan
b) Pola komunikasi Tidak efektif di antara anggota
c) Perubahan harapan peran dan ketegangan
d) Tidak jelas batas-batas peran
4) Faktor-faktor terkait dengan Masyarakat
a) Kurangnya dukungan dari sumber-sumber spiritual (filosofis,
keagamaan, atau keduanya)
b) Kurangnya sumber daya pendidikan kesehatan yang relevan
Kurangnya teman yang mendukung
c) Kurangnya sumber daya perawatan kesehatan masyarakat yang
memadai (misalnya, jangka panjang tindak lanjut, rumah sakit,
istirahat)
Rational : sumber stres keluarga adalah sebagai berikut (Carlson
& Smith DiJulio, 2006) :
 Sumber eksternal stres : satu anggota mengalami
 Sumber eksternal stres : mempengaruhi unit keluarga
 Pemicu stresor

25
 Stres situsional (misalnya, sakit, rawat inap, pemisahan,
pengasuhan tanggung jawab)
5) Promosikan Kohesivitas.
a) Pendekatan keluarga dengan kehangatan, rasa hormat, dan
dukungan.
b) Hindari saran yang tidak jelas, membingungkan dan klise
c) Jauhkan anggota keluarga mengikuti perubahan kondisi anggota
yang sakit ketika tepat.
d) Hindari membicarakan apa yang menyebabkan masalah atau
menyalahkan.
e) Memfasilitasi komunikasi.
f) Dorong verbalisasi perasaan bersalah, marah, menyalahkan
permusuhan, dan dan pengakuan selanjutnya perasaan sendiri
pada anggota keluarga.
Rational : Tidak ada keluarga yang 100% fungsional, namun
menciptakan keluarga sehat dengan kebutuhan masing-masing dan
mendorong ekspresi perasaan (Varcarolis, Carson, & Shoemaker,
2006).
6) Membantu Keluarga untuk Menilai Situasi.
a) Dorong keluarga untuk memiliki perspektif yang realistis dengan
memberikan informasi yang akurat dan jawaban atas pertanyaan.
Pastikan semua anggota keluarga memiliki masukan.
b) Membantu keluarga untuk mengatur kembali peran di rumah dan
prioritas ditetapkan untuk menjaga keluarga integritas dan
mengurangi stres.
c) Memulai diskusi tentang perawatan stres (fisik, emosi, lingkungan,
dan keuangan).
d) Pendekatan Keluarga yang berorientasi termasuk membantu
wawasan keuntungan keluarga dan membuat perubahan perilaku
yang
paling sukses (Varcarolis, Carson, & Shoemaker, 2006, hal. 746).
7) Promosikan Batas yang jelas antara Individu dalam Keluarga.
a) Pastikan semua anggota keluarga berbagi keprihatinan mereka
b) Memperoleh tanggung jawab setiap anggota
26
c) Mengakui perbedaan
Rasional : Sebuah emosional klien, fungsi sosial dan fisik secara
langsung berkaitan dengan seberapa jelas / nya perannya adalah
dibedakan dalam keluarga (Varcarolis, Carson, & Shoemaker, 2006).
8) Memulai Pengajaran Kesehatan yang diperlukan.
a) Sertakan anggota keluarga dalam sesi pendidikan kelompok.
b) Memfasilitasi keterlibatan keluarga dengan dukungan sosial.
c) Membantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi teman dapat
diandalkan (misalnya, pendeta, orang lain yang signifikan);
mendorong mencari bantuan (Emosional, teknis) bila perlu.
d) Mintalah bantuan profesional lainnya (pekerjaan sosial, terapis,
psikiater, perawat sekolah).
Rasioanal : Keluarga akan membutuhkan dorongan ekstra untuk
berpartisipasi dalam perawatan diri atau masyarakat lainnya lembaga
(Murray, Zenter, & Yakimo, 2009).

5. Gangguan identitas personal


a. Karakteristik
1) Tidak menyadari muncul atau ketidaktertarikan pada orang lain atau
kegiatan mereka
2) Tidak dapat mengidentifikasi bagian-bagian tubuh atau sensasi tubuh
3) Berlebihan meniru kegiatan atau kata-kata
4) Gagal untuk membedakan orang tua / pengasuh sebagai manusia
seutuhnya
5) Menjadi tekanan ketika kontak badan dengan orang lain
6) Menghabiskan waktu yang lama dalam diri
7) Kebutuhan perilaku ritualistik dan kesamaan untuk mengendalikan
kecemasan.

b. Faktor yang berhubungan


patofisiologi :
1) Terkait dengan ketidakseimbangan biokimia
2) Terkait dengan perkembangan neurologis gangguan atau disfungsi

27
Tumbuh Kembang

1) Terkait dengan kegagalan untuk mengembangkan perilaku.


2) Terkait terganggu atau belum proses pemisahan yang ekstrim.
3) Cemas

Catatan : diagnose di atas dapat menggunakan fokus keperawatan kegelisahan dan


/ atau gangguan Interaksi Sosial

6. Harga diri situasional


a. Karakteristik (Levner et al, 1994; Norris & Kunes-Connell, 1987)
1) Mayor
a) Penilaian negative diri dalam menanggapi peristiwa kehidupan dalam
diri seseorang terhadap evaluasi positif diri sebelumnya.
b) Verbalisasi perasaan negatif tentang diri (tidak berdaya, tidak berguna)
2) Minor
a) Meniadakan verbalisasi diri
b) Ekspresi malu / bersalah
c) Mengevaluasi diri sebagai tidak dapat menangani situasi / peristiwa
d) Kesulitan membuat keputusan
b. Faktor yang berhubungan
1) Patofisiologi : Terkait dengan perubahan dalam penampilan sekunder
terhadap kehilangan bagian tubuh, kehilangan fungsi tubuh,
ketidakseimbangan biokimia / neurofisiologis .
2) Situasional : kebutuhan ketergantungan yang belum terpenuhi,
perasaan ditinggalkan, sejarah hubungan efektif dengan orang tua, sejarah
hubungan yang kasar, harapan yang tidak realistis anak oleh orang tua,
harapan yang tidak realistis dari diri, harapan yang tidak realistis dari
orang tua dengan anak, penolakan orang tua, sejarah kegagalan.
3) Tumbuh kembang remaja : hilangnya kemerdekaan dan otonomi
sekunder, gangguan hubungan peer,masalah skolastik, dan kerugian orang
lain yang signifikan
c. Tujuan
Orang tersebut akan mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan
dan melanjutkanya.

28
Indikator :
1) Mengidentifikasi sumber ancaman bagi harga diri dan bekerja melalui
masalah itu.
2) Mengidentifikasi aspek positif diri.
3) Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya.
4) Identifikasi satu aspek positif dari perubahan.
d. Intervensi umum
NIC : mendengar aktif, konseling, restrukturisasi kognitif , dukungan
keluarga dan grup serta peningkatan koping individu.
1) Membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
a) Jadilah empatik, tidak menghakimi.
b) Mendengarkan. Jangan mematahkan semangat ekspresi marah,
menangis, dan sebagainya.
c) Tanyakan apa yang terjadi ketika ia mulai merasa cara ini.
d) Memperjelas hubungan antara peristiwa kehidupan.
Rasional : penerimaan diri dapat ditingkatkan dengan klarifikasi dari
perasaan dan pikiran.
2) Membantu Client untuk mengidentifikasi positif dirinya
a) Bagaimana dia menangani krisis lainnya?
b) Bagaimana dia mengelola kecemasan-melalui olahraga,
penarikan/minum obat, berbicara?
c) Memperkuat mekanisme koping adaptif.
d) Memeriksa dan memperkuat kemampuan dan sifat-sifat positif
(misalnya, hobi, keterampilan, sekolah, hubungan, penampilan,
kesetiaan, kerajinan).
e) Membantu klien menerima baik perasaan positif dan negatif.
f) Jangan menghadapi pertahanan.
g) Berkomunikasi.
h) Libatkan klien penetapan tujuan bersama.
i) Apakah klien menulis pernyataan positif tentang diri sejati (untuk nya
atau matanya saja); klien telah membaca daftar hari sebagai bagian dari
rutinitas normal.

29
j) Memperkuat penggunaan harga-gedung latihan (afirmasi diri, citra,
meditasi / doa, relaksasi, menggunakan
humor).
3) Membantu mengidentifikasi distorsi kognitif yang meningkatkan penilaian
negatif terhadap diri sendiri
a) Ajarkan untuk fokus pada setiap peristiwa
b) Ajarkan untuk mengevaluasi apakah klien benar-benar bertanggung
jawab dan mengapa.
c) Menyarankan untuk mengklarifikasi secara lisan apa yang dia sedang
terjadi
d) Mengidentifikasi tanggapan positif dari orang lain
e) Ajarkan untuk merespon dengan berterima Kasih
Rasional : Ini memperkuat distorsi kognitif negatif, persepsi yang tidak
akurat tentang diri dan dunia (Varcarlois, 2006)
4) Menilai sistem pendukung
a) Kaji klien : Apakah dia hidup sendiri? Apakah ia bekerja? Apakah
dia memiliki teman yang tersedia dan keluarga? Apakah agama
dukungan? Apakah dia sebelumnya digunakan sumber daya
masyarakat?
b) Membantu klien untuk melibatkan diri dengan organisasi relawan lokal
(warga senior pekerjaan, kakek angkat, lokal dukungan kelompok).
Atur kelanjutan dari penelitian sekolah bagi siswa.
Rasional : dukungan akal meningkat Sosial, harga diri(Dirsken, 2000).
5) Membantu klien untuk belajar koping baru
1) Praktek self-talk (Murray, 2000):
 Tulis deskripsi singkat tentang perubahan dan konsekuensinya.
 Tulis tiga hal yang mungkin berguna tentang situasi ini.
 Komunikasikan bahwa orang tersebut dapat menangani perubahan.
 Tantang orang membayangkan masa depan yang positif dan hasil.
 Mendorong uji coba perilaku baru.
 Memperkuat keyakinan bahwa orang tersebut memiliki kendali
atas situasi.
 Mendapatkan komitmen untuk tindakan.

30
Rasional : Self-talk tidak berarti mengarah ke perubahan, namun
membantu seseorang menemukan manfaat potensial dari perubahan
(Murray, 2000).

Intervensi anak :
1) Intervensi Berikan kesempatan kepada anak untuk menjadi sukses dan
dibutuhkan.
2) Personalisasi lingkungan anak dengan gambar dan kerajinan ia dibuat.
3) Memberikan bermain terstruktur dan tidak terstruktur.
4) Memastikan kelanjutan dari pengalaman akademik di rumah sakit dan
rumah.
5) Menyediakan waktu tanpa gangguan untuk sekolah.

7. Gangguan interaksi sosial


a. Karakteristik
1) Data mayor
a) Mengutarakan perasaan kesendirian atau penolakan
b) Menginginkan lebih banyak kontak dengan orang
c) Laporan ketidakamanan dalam situasi sosial
d) Menjelaskan kurangnya hubungan yang bermakna
2) Data minor
a) Waktu berlalu sangat lama ("Senin begitu lama bagi saya.")
b) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan
c) Perasaan tidak berguna dan penolakan
d) Underactivity (fisik atau lisan)
e) Tertekan, cemas, atau marah
f) Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain di dekatnya
g) Sedih, pendiam, menghindari kontak mata
h) Sibuk dengan pikirannya sendiri dan kenangan
b. Faktor yang berhubungan
1) Patofisiologi
Terkait dengan malu; mobilitas fisik terbatas; kehilangan fungsi tubuh dari
bagian tubuh yang sakit; Keterbelakangan mental; Penyakit kronis.

31
2) Situasional (Personal, Lingkungan) : terkait dengan keterasingan dari
orang lain; cemas tingkat tinggi, ruminasi, halusinasi, perilaku manipulasi,
perilaku impulsif, perilaku depresif, ketidakpercayaan, emosional tidak
stabil, respon agresif dan egois.
3) Anak / Remaja
a) Terkait dengan rangsangan indra yang tidak memadai
b) Terkait dengan penampilan yang berubah
c) Terkait dengan kesulitan berbicara

c. Tujuan
Klien/keluarga klien akan melaporkan kepuasan peningkatan sosialisasi.
Indikator:
1) Mengidentifikasi perilaku bermasalah yang menghalangi sosialisasi.
2) Perilaku konstruktif pengganti untuk perilaku sosial yang mengganggu.
3) Menjelaskan strategi untuk mempromosikan sosialisasi yang efektif.

d. Intervensi umum
NIC : bimbingan antisipatif, modifikasi perilaku, promosi integritas
keluarga, Konseling, manajemen perilaku, dukungan keluarga.
1) Memberikan dukungan untuk keterampilan menjaga hubungan sosial dan
Mengurangi Isolasi Sosial
a) Individu, supportive relationship
 Membantu klien untuk mengelola stres kehidupan.
 Fokus pada saat ini dan realitas.
 Membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana masalah stress.
 Mendukung pertahanan kesehatatan klien.
 Membantu klien untuk mengidentifikasi program alternatif tindakan.
 Membantu klien untuk menganalisis cara yang terbaik.
Rasional : Klien membutuhkan dorongan terus-menerus untuk
keterampilan sosial yang baru dan mengeksplorasi situasi sosial yang
baru.
b) Terapi Kelompok Pendukung
 Fokus pada saat ini.

32
 Menetapkan norma-norma kelompok yang mencegah perilaku
tidak pantas.
 Mendorong pengujian perilaku sosial baru.
 Gunakan makanan ringan atau kopi untuk mengurangi kecemasan
selama sesi.
 Model tertentu perilaku sosial yang diterima (misalnya,
menanggapi sapaan ramah bukan mengabaikannya).
 Pengembangan hubungan di antara anggota melalui keterbukaan
diri dan kerendahan.
 Gunakan pertanyaan dan pengamatan untuk mendorong orang
dengan keterampilan interaksi terbatas.
 Mendorong anggota untuk memvalidasi persepsi mereka dengan
orang lain.
 Mengidentifikasi kekuatan antara anggota dan mengabaikan
kelemahan yang dipilih.
 Kegiatan kelompok dan drop-in center sosialisasi dapat digunakan
untuk beberapa klien.
Rasional : keterampilan sosial yang tepat dan menggunakan
terapi kelompok sebagai contoh lain dari keterampilan sosial.
4) Menyediakan Pengembangan Keterampilan Sosial
a) Identifikasi lingkungan di mana interaksi sosial tersebut terjadi
penurunan nilai hidup, belajar, dan bekerja.
b) Memberikan instruksi dalam lingkungan di mana klien diharapkan
fungsi, jika mungkin
c) Mengembangkan program keterampilan individual sosial. Contoh
beberapa keterampilan sosial kebersihan tubuh, postur tubuh, gaya
berjalan, kontak mata, mulai percakapan, mendengarkan, dan berakhir
percakapan.
d) Kombinasikan petunjuk verbal dengan demonstrasi dan praktek
e) Tegas dalam menetapkan parameter perilaku sosial yang tepat, seperti
ketepatan waktu, kehadiran, mengelola, penyakit, dan berpakaian.
f) Gunakan kelompok sebagai metode membahas pekerjaan yang
berhubungan dengan masalah.

33
g) Berikan umpan balik positif, pastikan itu adalah khusus dan rinci.
Fokus pada tidak lebih dari tiga perilaku
h) koneksi pada satu waktu; umpan balik terlalu panjang menambah
kebingungan dan kecemasan meningkat.
Rasional : keterampilan sosial yang efektif dapat dipelajari dengan
bimbingan, demonstrasi, praktek, dan umpan balik (Stuart &Sundeen,
2001).
i) Menyampaikan sikap bisa melakukan.
Permainan peran aspek interaksi sosial (McFarland et al, 1996.):
 Bagaimana memulai percakapan
 Bagaimana untuk melanjutkan percakapan
 Bagaimana mengakhiri percakapan
 Bagaimana menolak permintaan
 Bagaimana meminta sesuatu
 Bagaimana wawancara pekerjaan
 Bagaimana meminta seseorang untuk berpartisipasi dalam
suatu kegiatan (misalnya, pergi ke bioskop)
Rasional : Memainkan peran memberikan kesempatan untuk
berlatih isu dan menerima umpan balik.
Rasional : Model keperawatan keterampilan sosial yang tepat
dan menggunakan terapi kelompok sebagai contoh lain dari
keterampilan sosial.
3) Anggota Keluarga dan Masyarakat sebagai support sistem
a) Menyediakan fakta-fakta mengenai penyakit mental, pengobatan, dan
kemajuan untuk anggota keluarga. Dengan lembut membantu keluarga
menerima penyakit.
b) Validasi perasaan anggota keluarga 'frustrasi dalam menghadapi
masalah sehari-hari.
c) Memberikan panduan mengenai overstimulasi atau understimulasi
lingkungan.
d) mendiskusikan perasaan bersalah keluarga dan bagaimana perilaku
mereka mempengaruhi klien.
e) Dukungan grup, jika tersedia

34
f) Mengembangkan aliansi dengan keluarga.
g) Mengatur perawatan yang cukup periodik.
Rasional : Intervensi untuk keluarga sangat penting untuk kesuksesan
rehabilitasi dari anggota keluarga dengan kronis penyakit mental (Mohr,
2007).
Rasional : Kedua individu dan keluarga berada di bawah stres. Perilaku
klien yang terlalu menuntut perilaku, penarikan sosial, kurangnya
percakapan, dan kepentingan rekreasi minimal.Keluarga juga
mempengaruhi kemampuan klien untuk bertahan hidup di masyarakat
dengan baik.
4) Memulai Pengajaran Kesehatan dan Arahan (McFarland et al, 1996.):
Tanggung jawab peran sebagai klien (membuat permintaan diketahui
dengan jelas, berpartisipasi dalam terapi):
a) Focus pada kegiatan hari dan pencapaian klien
b) Bagaimana mendekati orang lain untuk berkomunikasi
c) Mengidentifikasi interaksi dengan orang lain untuk memberinya atau
pertimbangan dan rasa hormat
d) Mengidentifikasi bagaimana ia dapat berpartisipasi dalam merumuskan
peran keluarga dan tanggung jawab untuk mematuhi.
e) Mengenali tanda-tanda kecemasan dan metode meringankannya.
f) Mengidentifikasi perilaku positif dan mengalami kepuasan diri dalam
memilih pilihan yang konstruktif
g) Terapi keluarga yang mendukung seperti yang ditunjukkan.
h) Menyediakan nomor untuk layanan intervensi krisis.
Rasional : pasif atau kurangnya motivasi adalah bagian dari penyakit,
dengan demikian, perawat tidak boleh hanya menerimanya. Pengasuh
harus menggunakan pendekatan tegas di mana pengobatan tersebut
"dibawa ke klien" daripada
menunggu dia untuk berpartisipasi (Varcarolis, 2006).
Rasional : sumber daya masyarakat adalah penting untuk keberhasilan
pengelolaan dan dukungan.

Intervensi pada anak


1) Intervensi Jika Pengendalian Impulse:

35
a) Jangan menguliahi.
b) Berikan batas sederhana dan kembalikan pada mereka.
c) Menjaga rutinitas.
d) Batasi bermain pada satu teman bermain untuk belajar
keterampilan bermain yang sesuai (misalnya, relatif, dewasa,
anak tenang).
e) Secara bertahap meningkatkan jumlah teman bermain.
f) Memberikan umpan balik segera dan konstan.
Rasional : Kegagalan untuk mengendalikan dorongan mengganggu
sosialisasi (misalnya, keluarga, teman sebaya, sekolah; Johnson, 1995).
2) Diskusikan Parenting Skill Selektif
a) Reward sedikit demi sedikit perilaku yang diinginkan.
b) Kontrak yang sesuai berkaitan dengan usia konsekuensi
(misalnya, time-out, hilangnya aktivitas [penggunaan mobil,
sepeda]).
c) Hindari kritik yang keras.
d) Ketidaksetujuan di depan anak.
e) Menetapkan kontak mata sebelum memberikan instruksi dan
meminta anak untuk mengulang kembali apa yang dikatakan.
f) Ajarkan anak yang lebih tua untuk monitor diri perilaku dan
mengembangkan kemandirian.
Rasional : Keluarga dapat dibantu untuk mempelajari keterampilan
pengasuhan yang efektif untuk meningkatkan keberhasilan anak
(Hockenberry& Wilson, 2009).
3) Perilaku antisosial hadir, berikan bantuan untuk:
a) Jelaskan perilaku yang mengganggu sosialisasi.
b) Batasi lingkaran sosial untuk mengelola ukuran.
c) Alternatif respon role model
d) Mintalah umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negatif.
Rasional : Keterampilan yang mengurangi defisit sosial dapat
meningkatkan penerimaan sosial, kontrol, dan harga diri.
4) Membantu Remaja untuk Penurunan Defisit Sosial
a) Manajemen mengatasi Kemarahan
b) Keterampilan pemecahan masalah penolakan
36
c) Manajemen stres
Rasional : Keterampilan yang mengurangi defisit sosial dapat
meningkatkan penerimaan sosial, kontrol, dan harga diri.
Rasional : Kegagalan untuk mengendalikan dorongan mengganggu
sosialisasi (misalnya, keluarga, teman sebaya, sekolah; Johnson, 1995).

BAB 4
37
PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2010). Nursing Diagnosis : Apllication to Clinical Practice, 13th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Newfield, S.A. et all (2007), Cox’s clinical applications of nursing diagnosis : adult,
child, women’s, mental health,gerontic and home health considerations, 5th ed.
Danvers: F. A. Davis.

38

Anda mungkin juga menyukai