Anda di halaman 1dari 52

psikiatri

Randy Richter
Catatan Koas | Ilmu Kedokteran Jiwa

N.1I (Olfaktorius)
Aksis Sensorik
Gangguan jiwa yang terdapat dalam blok F0Hidung
sampai F9
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Gangguan kepribadian (F60 dan F61) atau ciri kepribadian dan
Aksis II Otot-otot mata (selain m. oblique
retardasi mental (F7)
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
AksisN.4
III (Troklearis)
Kondisi medis umumMotorik Muskulus oblique superior
Aksis IV (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Stressor / masalah psikososial dan lingkungan
N.5
Motorik Otot mastikasi
Penilaian fungsi secara global/GAF, dalam kaitannya sebagai
AksisN.6
V (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
makhluk sosial dan okupasional
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
GAF Scale :
 91-100  orang-orang tidak memiliki masalah (normal)
 81-90  orang-orang yang hanya sedikit saja gejalanya atau bahkan
tanpa gejala + fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis yang masih baik
 71-80  gejala ringan/masalahnya ada, tetapi hanya bersifat sementara,
disabilitas hanya ringan
 61-70  disabilitas masih ringan, tetapi gejala/masalahnya sudah
menetap + fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis yang masih baik
 51-60  disabilitas sedang, gejala/masalahnya menetap
 41-50  disabilitas berat, gejala/masalahnya berat dan mulai muncul
hendaya (ketidakmampuan melakukan sesuatu secara mandiri) + fungsi
sosial, pekerjaan dan psikologis sudah mulai jelek
 31-40  komunikasi interpersonal sudah buruk
 21-30  fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis sudah sangat jelek
(sudah adanya halusinasi atau waham)
 11-20  kecenderungan untuk melukai diri sendiri atau orang lain
 1-10  hal untuk melukai diri sendiri atau orang lain sudah menetap
Rawat inap  skor 31-40 sampai 1-10
Kegawatdaruratan psikiatri  dimulai pada 11-20

1. Pembukaan
 Memberi salam dan perkenalan
 N.1
Membina raport  menjalin
(Olfaktorius) hubungan yang baik dengan
Sensorik Hidungpasien
 Selalu izin dalam melakukan
N.2 (Optikus) wawancara
Sensorik Mata
 N.3
Menjelaskan
(Okulomotor) kerahasiaan medis  informed
Motorik
Otot-ototconsent
mata (selain m. oblique
2. Isi superior dan m. rektus lateral)
 N.4 (Troklearis)
Mengarahkan wawancaraMotorik Muskulus
untuk menemukan gejalaoblique superior
 N.5
Memberikan Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
pertanyaan untuk menegakkan diagnosis
(Trigeminal)
3. Teknik Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
 Menunjukkan empati
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
 Mendengarkan secara aktif Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
 (Vestibulokoklearis)
N.8 Menilai emosi pasien Sensorik Telinga bagian dalam
 Mempertahankan kontakMotorik mata Otot di faringeal
 Memberikan
N.9 dukungan (psikoterapi suportif)
(Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
- Ventilasi  curhat (cukup mendengar pasien) faring
- Persuasif  menerangkan gejalaJantung, paru-paru, bronkhi, traktus
secara logika
Motorik
- Reassurance  meningkatkan optimisme pasien/cerita
gastrointestinal
kesuksesan
N.10 (Vagus)
- Sugestif  meningkatkan kepercayaan Jantung,diriparu-paru, bronkhi, trakea,
akan kesembuhannya
Sensorik
- Bimbingan  nasehat interpersonal laring, faring, traktus gastrointestinal,
- Penyuluhan  nasehat untuk mengenal diri sendiri telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
4. Penutup
 Memberikan kesimpulan
 Memberikan saran dan tatalaksana
 Memberikan kesempatan pasien bertanya

Anamnesis psikiatri dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (harus


selalu minta izin) terutama pasien psikotik
N.1 (Olfaktorius)
1. Identitas Sensorik Hidung
N.2 (Optikus)
2. Keluhan Utama (faktor yang Sensorik
membuat pasien dibawa ke Mata
dokter)
3. Riwayat Penyakit SekarangMotorik Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor)
 Onset episode terakhir superior dan m. rektus lateral)
 N.4 (Troklearis)
Faktor Motorik
pencetus / stressor Muskulus oblique superior
 N.5
Gejala Sensorik
lain selain keluhan utama Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
(Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
 Kualitas hidup (hendaya)  fungsi perawatan diri, fungsi peran, fungsi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
sosial dan penggunaan waktu luang
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
 Sudah pernah berobat / Motorik
belum Otot-otot wajah (ekspresi)
 (Vestibulokoklearis)
N.8 Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
Sensorik Telinga bagian dalam
4. Riwayat Penyakit Dahulu Motorik Otot di faringeal
 Pernah
N.9 dirawat / tidak
(Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
 Gejala yang dulu sama / tidak faring
 Keteraturan minum obatMotorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
 Efek samping obat gastrointestinal
N.10 (Vagus)
5. Riwayat Medis Umum  untuk aksis III Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
6. Riwayat Penyakit KeluargaSensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
7. Riwayat Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius)
8. Riwayat Hidup Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
 Sesuai usia / tidak
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik
Kebersihan dan kerapihan Mata
 Dandanan Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
2. Perilaku dan Aktivitas Motorik superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
 Hiperaktif  dorongan bergerak sangat besar
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
 Hipoaktif  dorongan bergerak sangat kurang
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
 Stupor
N.6 (Abdusens) katatonia  gerakan
Motorik lambat hingga tidak bergerak
Muskulus rektus lateral dan
kaku
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
 Furor katatonia Motorik
 agitasi ekstrim, kegaduhan
Otot-otot motorik tidak
wajah (ekspresi)
bertujuan
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
 Gelisah  tidak bisa diam, mondar-mandir
Motorik Otot di faringeal
 Stereotip  gerakan berulang dari salah satu anggota
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil
tubuhdan
Sensorik
 Fleksibilitas serea  sikap tubuh seluwes lilin faring
yang dapat diatur
 Katalepsi  mempertahankan Jantung, paru-paru,
sikap tubuh dalam bronkhi,
waktu traktus
lama /
Motorik
mematung gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
 Negativisme  melakukan hal yang berlawanan dari yang
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
disuruh
telinga luar
 Ekolalia  langsung meniruMuskulus
apa yangsternokleidomastoideus
dikatakan orang lain dan
N.11 (Aksesorius) Motorik meniru gerakan orang lain
 Ekopraksia  langsung muskulus trapezius
3. Sikap
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 Kooperatif
 Tidak kooperatif
4. Mood (peresapan emosi yang dialami dan dapat diutarakan pasien dan
terpantau orang lain)
 Eutimia  normal
 Hipotimia  diwarnai kesedihan dan kemurungan
 Hipertimia  semangat dan kegairahan yang berlebihan
 Depresif  penurunan suasana hati
 Disforik  gelisah
 Iritabel  dapat melukai
5. Afek (respon emosional yang dapat dinilai pemeriksa lewat ekspresi
wajah, pembicaraan dan sikap)
 Afek Luas  normal (saat senang ekspresi gembira, saat sedih
ekspresi sedih)
 Afek Sempit  ekspresi kurang bervariasi (tidak seberat tumpul)
 Afek Tumpul  ekspresi sangat monoton (tidak seberat datar)
 Afek Datar  tanpa ekspresi (seperti robot, paling berat)
6. Menilai keserasian antara mood dan afek
 Kongruen  mood serasi dengan afek
 Inkongruen  mood tidak serasi dengan afek
B. Pembicaraan
1. Rate produksi kata  kefasihan, kuantitas dan kecepatan bicara
2. Kualitas penyampaian  intonasi dan volume
C. Gangguan Persepsi
1. Ilusi  interpretasi yang salah dari suatu stimulus eksternal yang
ditangkap panca indera (misalnya pasien delirium dia melihat gorden
bergerak-gerak, pasien mengatakan disitu ada anak yang sedang
bergerak-gerak melambaikan tangan). Jenis  visual, akustik, olfaktorik,
gustatorik, dan taktil
2. Halusinasi  persepsi panca indera tanpa stimulus eksternal yang
ditangkap panca indera. Syarat  pasien sadar, ditangkap panca indera,
terus-menerus dan tanpa stimulus (misalnya pasien skizofrenia
mendapat bisikan dari malaikat untuk membunuh adiknya)
 Halusinasi auditorik (pendengaran)
- Akuasma  bukan bentuk verbal (misalnya suara cuitan,
angin, tetesan air)
- Phonema  bentuk verbal (misalnya suara manusia)
- Commenting  komentar (misalnya ada 2 orang sedang gosip
si pasien)
- Commanding  menyuruh (misalnya ayo lompat dari pagar)
 Halusinasi visual (penglihatan)
 Halusinasi olfaktori (pendengaran)
 Halusinasi gustatori (pengecapan)
 Halusinasi taktil (perabaan)  misalnya seperti ada semut
berjalan dibawah kulit
 Halusinasi haptik  halusinasi seksual
 Halusinasi kinestetik  merasa anggota tubuh terlepas, berubah
bentuk atau bergerak sendiri
 Halusinasi somatik  perasaan didalam tubuh / visceral
 Halusinasi autoskopi  seolah-olah melihat diri sendiri
dihadapannya
 Halusinasi fisiologi
- Hipnagogik  saat akan tidur
- Hipnopompik  saat akan bangun tidur
3. Derealisasi  perasaan bahwa lingkungannya menjadi asing (misalnya
aku kayaknya berada di surga, padahal hanya di lingkungan rumahnya
sendiri)
4. Depersonalisasi  perasaan bahwa diri sendiri menjadi tidak nyata atau
asing (misalnya aku ini siapa kayaknya aku sudah ditubuh orang lain)
D. Proses Berpikir
1. Bentuk Pikir
 Realistik  bentuk pikiran yang dapat dikoreksi akal sehat, logika
dan realitas
 Non realistik  tidak sesuai realita, sesuai alam pikirannya sendiri
 Autistik  memiliki dunianya sendiri
2. Arus Pikir
 Flight of ideas  ide-ide saling berhubungan, urutan cepat, dan
tidak bertujuan (tiap paragraf banyak pokok pikiran)
 Asosiasi longgar  ide satu ke ide lain tidak berhubungan
(kalimat dengan kalimat lain tidak nyambung)
 Inkohorensi / word salad  ada beberapa pokok pikiran dalam
satu kalimat, tidak bisa dimengerti (kata-katanya sudah
bercampur aduk)
 Sirkumstansial  pembicaraan tidak langsung mencapai poin
yang diharapkan
 Tangensial  pembicaraan yang pada akhirnya tidak dapat
mencapai sasaran
 Blocking  jalan pikiran yang tiba-tiba berhenti di tengah kalimat
 Neologisme  membentuk kata baru
3. Isi Pikir
 Waham  memenuhi 5 syarat ini :
- Bertentangan dengan realitas (seperti budaya, norma, dan
lain sebagainya)
- Bertentangan dengan logika
- Egosentris (dia yang paling tau)
- Dipercaya 100% oleh penderita  selalu benar
- Keyakinannya tidak dapat dipatahkan orang lain
 Overvalued idea / pikiran tidak memadai  keyakinan yang tidak
memenuhi 5 syarat waham (bisa mematahkan kalau hal ini bukan
waham)
 Obsesi  pikiran terpaku dan terus-menerus serta berulang yang
mengganggu
 Kompulsi  obsesi yang dilakukan (untuk mengurangi
kecemasan)
 Preokupasi  pikiran berpusat di hal tertentu, keyakinannya
harus salah
 Fobia  ketakutan irasional, diakui ketidakbenaran oleh
penderita, namun tetap menguasai pikirannya
 Kemiskinan isi pikir  pikiran yang menghasilkan sedikit
informasi
 Waham nihilistik  menganggap dunia tidak ada, menuju kiamat
 Waham bizarre  aneh dan mustahil yang melekat pada diri
 Waham paranoid :
- Waham kebesaran  merasa dirinya lebih dari orang lain
- Waham kejar / persekutorik  merasa dirinya adalah korban
dari usaha untuk melukainya (in out  tidak ada rangsang
dari luar objek harus manusia  pasien merasa dikejar-kejar
orang tetapi tidak tau siapa)
- Waham rujukan / ideas of reference  meyakini tingkah laku
orang lain akan menjahati dirinya (out in  harus ada objek
dari luar baru pasien merasa  ada tetangga yang sedang
kumpul pasien meyakini mereka sedang membicarakan
dirinya)
- Waham dikendalikan :
 Thought of withdrawal  merasa pikirannya
dikeluarkan
 Thought of insertion  merasa pikirannya dimasuki
 Thought of broadcasting  merasa isi pikirnya
disiarkan (TV atau radio)
 Thought of control  merasa pikirannya dikontrol dari
luar
E. Sensorium dan Kognitif
1. Kesadaran
 Keadaan fungsional individu untuk mengadakan relasi dan
limitasi terhadap dunia sekelilingnya
 Jenis : jernih, berkabut (delirium/gelisah), dan berubah
(skizofrenia)
2. Orientasi
 Proses dimana seseorang dapat mengerti keadaan sekitarnya, ia
dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan lingkungan
sekitarnya
 Terdiri dari orientasi personal, tempat dan waktu  contoh
tanyakan sekarang pasien dimana, hari/tanggal berapa sekarang,
yang antar pasien kesini siapa
3. Daya Ingat  kemampuan memproduksi hal-hal yang lampau (ingatan
segera, pendek, sedang, lama)
4. Konsentrasi  diminta menghitung 100-7, dst atau mengeja kata
mundur
5. Kapasitas Membaca dan Menulis  meminta pasien membaca dan
menulis
6. Visuospasial  menggambar jam bentuk lingkaran lengkap dengan
angka,biasanya pukul 10.10
7. Pikiran Abstrak  meminta pasien mengartikan suatu peribahasa
8. Pengendalian Impuls  baik atau buruk
F. Tilikan (Insight)
1. Tilikan 1  menyangkal sepenuhya bahwa dirinya sakit  (paling buruk)
2. Tilikan 2  sedikit memahami dirinya sakit, namun menyangkal juga
(ambivalensi)
3. Tilikan 3  menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain
4. Tilikan 4  menyadari dirinya sakit namun tidak tahu sebabnya
5. Tilikan 5  menyadari penyakit dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit, tidak menerapkan dalam perilaku praktis (tilikan
intelektual)
6. Tilikan 6  emotional insight (tilikan 5 + pasien memahami perasaan
dan tujuan dalam diri pasien)  (paling baik)
Cara menanyakan tilikan :
 Bapak/ibu tahu atau tidak sedang sakit? (jika tahu lanjut)
 Penyebabnya penyakitnya apa bapak/ibu? (jika tahu lanjut)
 Bapak/ibu mau berobat? (jika mau lanjut)
 Bapak/ibu mau mengubah perilaku bapak/ibu? (jika mau  tilikan 6)
G. Pertimbangan / Daya Nilai
Daya nilai pasien  contohnya “kalau ada dompet tergeletak ditengah jalan,
apa yang anda lakukan?”
H. Taraf Kepercayaan
Diberikan pertanyaan yang sama berulang-ulang  melihat jawabannya
sama atau tidak

Organik Fungsional

Delirium, Skizofrenia,
Demensia, Psikotik akut,
Gangguan perilaku Skizoafektif
karena zat

Gangguan Anak dan


Mood Cemas
lain Remaja

Depresi, Mania, Gangguan panik, Gangguan tidur,


Bipolar, Distimia, cemas, OCD, makan, Autisme, GPPH,
Siklotimia disosiatif, kepribadian, retardasi mental
somatoform seksual
Skizofrenia,
Psikotik akut,
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Gangguan Mental Organik  gangguan mental yang berkaitan dengan kondisi
medik/peyakit. Kondisi medik/penyakit
N.1 (Olfaktorius) Sensorik tersebut secara Hidung langsung atau tidak
langsung N.2menyebabkan
(Optikus) disfungsi pada otak
Sensorik Mata
Gangguan Mental Organik memiliki ciri : Otot-otot mata (selain m. oblique
 N.3 (Okulomotor)
Gangguan Motorik
fungsi kognitif  gangguansuperior
pada daya daningat, dayalateral)
m. rektus pikir dan
daya
N.4 belajar
(Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
 Gangguan sensorium  gangguan kesadaran
Sensorik dan perhatian
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
 Sindrom menonjol  persepsi Motorik(halusinasi), isi pikir
Otot(waham),
mastikasiserta mood
N.6
dan(Abdusens) Motorik
afek (biasanya iritabel) Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Diagnosis demensia : Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
 Bersifat kronik progresifSensorik Bagian posterior
+ terdapat gangguan fungsi luhur lidah, tonsil
yang dan
multipel
faring
(daya ingat, daya pikir, bahasa, daya nilai, dan lain-lain)
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
 Penurunan fungsi kognitif Motorik+ gangguan fungsi eksekutif (fungsi
gastrointestinal
harian/ADL)  aktivitas sehari-hari sudah terganggu  perlu bantuan
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
orang lain Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
 Tidak terdapat gangguan kesadaran (clear consciousness) telinga luar
 Gejala dan disabilitas sudah nyata Muskulus
paling sedikit 6 bulan
sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Tidak ada bukti klinis
penyebab dari
penyakit lain
ataupun gejala
neurologik otak fokal

Terjadi mendadak
didahului oleh
adanya gangguan
vaskular pada otak

Terdapat gejala
parkinsonism yang
dominan (TRAP)
Terdapat gangguan bahasa
(afasia) + bicara kotor dan
sering mengecap bibir
Neurofibrillary Penumpukan
tangles beta amyloid

Assessment Demensia (Mini Mental State Examination / MMSE) :


1. Orientasi
- Sekarang (tahun, bulan, tanggal dan hari apa?)  skor max 5
- Kita berada di mana (negara, provinsi, kota, rumah sakit,
lantai/kamar?)  skor max 5
2. Registrasi
- Sebutkan 3 nama benda (misalnya  coklat, kursi, mawar) tiap
benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama tadi, nilai 1
tiap 1 benda benar  skor max 3
3. Atensi dan Kalkulasi
- Kurangi 100-7 sampai 5 kali atau baca terbalik misalnya WAHYU (jika
dibaca “UYAHW” nilai hanya 2)  skor max 5
4. Recall
- Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas (di
pemeriksaan no. 2)  skor max 3
5. Bahasa
- Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (2
benda)  skor max 2
- Pasien diminta mengulang rangkaian kata “tanpa kalau dan atau
tetapi” skor max 1
- Pasien diminta melakukan perintah “ambil kertas ini dengan tangan
kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”  skor max 3
- Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “angkatlah tangan
kiri anda”  skor max 1
- Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan)  skor max 1
- Pasien diminta meniru gambar dibawah ini  skor max 1

Interpretasi :
24-30 : normal
17-23 : probable gangguan kognitif
0-16 : definite gangguan kognitif
Diagnosis delirium :
 Gangguan kesadaran (kesadaran berkabut terhadap lingkungan)
dengan berkurangnya kemampuan untuk fokus, mempertahankan atau
mengubah perhatian
 Berubahnya kognisi (misalnya defisit memori, disorientasi, gangguan
bahasa) atau perkembangan dari gangguan persepsi
 Gangguan berkembang dalam periode waktu yang singkat (jam sampai
hari) dan berfluktuasi selama hari tersebut
 Adanya riwayat kejadian di masa lampau, PF atau temuan lab akibat
kondisi medis umum pasien

Terapi Delirium
 Apabila terdapat kondisi gaduh gelisah dapat diberikan  Haloperidol
HCl 5 mg IM (bukan haloperidol decanoat  bersifat long acting !!!)
 Pasien membahayakan orang lain/diri sendiri  Haloperidol 0,5 mg tiap
4-6 jam, ditingkatkan hingga max 10 mg/hari (lansia 3 mg/hari)
 Agitasi berat (tidak bisa pemberian per oral) :
- Injeksi haloperidol 2,5 mg IM, dapat diulang setelah 30 menit
- Dosis max 10 mg/hari (lansia 5 mg/hari)
- Benzodiazepine hanya untuk delirium akibat alkohol
- Setelah agitasi tertangani  rujuk

Assessmen Agitasi
 Mengukur gejala-gejala agitasi  menggunakan PANSS-EC (Positive
and Negative Symptome Scale – Excited Component)
 Menilai 5 skala :
1. Kontrol impuls (gangguan pengaturan & pengendalian impuls)
2. Ketegangan (ketegangan, kekakuan, tremor, keringat berlebih)
3. Permusuhan (kemarahan, kebencian, caci maki, penyerangan)
4. Ketidakkooperatifan (menolak untuk patuh)
5. Gaduh gelisah (hiperaktifitas)
 Setiap skala dinilai 1-7 (7 paling buruk), jika tiap skala poin 4-7  lakukan
terapi agitasi berat
 Jika total skor > 25  rawat inap

Tatalaksana Agitasi
 PANSS-EC 2-3  deeskalasi verbal (teknik komunikasi menenangkan
pasien agitasi), obat oral
 PANSS-EC 4-5  deeskalasi verbal max 5 menit + injeksi haloperidol 5
mg (dapat dilakukan fiksasi)
 PANSS-EC 6-7  deeskalasi verbal max 5 menit + injeksi kombinasi
(haloperidol / aripiprazole dan diazepam) + fiksasi (restrain fisik)
Kronik progresif (min 6 bulan) Akut fluktuatif (jam-hari)
Kesadaran baik Kesadaran berkabut
Gangguan fungsi luhur multipel + Berubahnya kognisi atau
mengganggu aktivitas sehari-hari perkembangan dari gangguan persepi
Gangguan kognitif (+)
Terapi  AchE-Inh (Donepezil, Terapi  antipsikotik tipikal
Galantamin, Rivastigmin) (Haloperidol)

Istilah penyalahgunaan NAPZA :


 Intoksikasi  penggunaan dosis berlebih (onset akut)
 Withdrawal  kondisi yang muncul akibat penghentian obat secara
mendadak (onset ada jeda), efek berlawanan dengan intoksikasi
 Abuse  kondisi penggunaan zat yang tidak sesuai, penyalahgunaan,
dan memiliki konsekuensi medis

Tahap penggunaan NAPZA :


 Eksperimental  baru coba-coba saja
 Situasional/rekreasional  pada saat tertentu saja (misalnya lagi
nongkrong)
 Adiksi  pemakaian sudah rutin setiap hari
 Kompulsi  pemakaian setiap hari dengan dosis semakin tinggi
Jenis Zat Efek Tatalaksana
 Amfetamin  Semangat Intoksikasi 
 Kafein  Takikardi suportif
 Kokain  TTV Withdrawal 
 MDMA (ekstasy) meningkat bromokriptin
 Nikotin  Midriasis
 Metamfetamin  Agitasi
psikomotor
 LSD (elsid)  Membuat Intoksikasi 
 Ganja (dosis halusinasi suportif
rendah)
 Magic
mushroom
(meskalin,
psilosibin)
 Benzodiazepine  Menenangkan Intoksikasi 
 Alkohol  Slurred speech flumazenil
 Barbiturat  Inkoordinasi Withdrawal 
 Soluent  Stupor fenobarbital
 Kanabis
 Morfin  Miosis (pin Intoksikasi 
 Heroin (putau) point pupil) naloxone
 Tramadol  Depresi napas Withdrawal 
 Kodein  Konstipasi metadone

Catatan :
 Stimulan
- Intoksikasi  TTV meningkat + midriasis
- Withdrawal  TTV menurun + miosis
 Depresan
- Intoksikasi  TTV menurun + miosis
- Withdrawal  TTV meningkat + midriasis
 Opioid efek intoksikasi dan withdrawal = depresan  pasien ada bekas
suntikan pada tangannya (morfin dan heroin)
 Intoksikasi berbanding lurus dengan efek yang ditimbulkan dari zat
adiktif
 Withdrawal berbanding terbalik dengan efek yang ditimbulkan dari zat
adiktif
Dosis & Tatalaksana
 Suportif  atasi demam, takikardi dan agitasi psikomotor
 Bromokriptin 0,625 – 2,5 mg oral 3x1/hari
 Flumazenil 0,2 mg IV, dapat diulang tiap menit dengan dosis maksimal
1 mg
 Fenobarbital 60 mg 3x1
 Naloxone 0,4 – 2 mg IV
 Metadone 20-30 mg/hari dosis tunggal (opioid kerja panjang)
 Tatalaksana intoksikasi opioid
- Pastikan ABC aman
- Antidotum Naloxone HCl atau Naloxone 0,8 mg IV selama 15 menit
(sediaan Naloxone 1 vial berisi 1 ml konsentrasi 0,4 mg/ml), jadi
dibutuhkan 2 vial naloxone
- Jika tidak ada respon  naloxone 1,6 mg IV dan tunggu 15 menit
- Jika masih tidak ada respon  naloxone 3,2 mg IV dan curigai
penyebab lain
- Jika pasien berespon  teruskan pemberian naloxone dengan dosis
diturunkan 0,4 mg/jam IV

 Tatalaksana intoksikasi amfetamin dan stimulan


- Pastikan ABC aman
- Pemberian simptomatik (suportif)
- Berikan antipsikotik  Haloperidol 2-5 mg / kali pemberian atau
Klorpromazin 1 mg/kgBB oral, setiap 4-6 jam
- Antihipertensi  bila TD diatas 140/100 mmHg
- Bila ada ansietas  diazepam 3x5 mg atau klodiazepoksid 3x25 mg
- Bila ada kejang  diazepam 10-30 mg IV
- Bila aritmia kordis  propanolol 20-80 mg/hari (jika ada palpitasi)
Intoksikasi & Withdrawal alkohol :
1. Wernicke-Korsakoff’s Psychosis  Intoksikasi
 Wernicke’s ensephalopathy
- Confusion
- Ophthalmoplegia
- Ataksia
- Defisiensi thiamine
 Korsakoff psychosis
- Amnesia retrograde
- Amnesia anterograde
- Konfabulasi (banyak bicara  berbelit-belit)
- Gangguan psikosis
2. Alcohol Withdrawal Delirium (Delirium Tremens)  Withdrawal
 Gejala meningkat drastis 24-48 jam sejak terakhir minum
 Gejala-gejala zat depresan (yang gejala withdrawal)
- TTV meningkat
- Berkeringat
- Muntah

Tatalaksana Intoksikasi Alkohol


 Intoksikasi alkohol terdiri atas :
- Metanol (yang tidak bisa diminum, biasanya dicampur campur /
minuman oplosan)  Etanol (antidot)
- Etanol (yang bisa diminum, biasanya minum alkohol berlebih di
bar/klub)  Fomepizole (antidot)
 Injeksi thiamine 100 mg IV untuk profilaksis Wernicke encephalopathy
(sediaan injeksi thiamine  1 vial berisi 2 ml konsentrasi 100 mg/ml,
mengandung 200 mg thiamine)  jadi diberikan 1 vial
 Hipoglikemi  50 ml dextrose 40% IV
 Jika ada gaduh gelisah  Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg oral
 Fomipezole + hemodialisis  kadar methanol dalam darah > 20 mg/dl
dan pada kondisi asidosis metabolik (pH darah < 7,35)
 Hemodialisis saja  kadar methanol dalam darah < 10 mg/dl dan pada
kondisi asidosis metabolik (pH darah < 7,35)
 Hentikan terapi  pH normal dan kadar metanol < 10 mg/dl
 Pemberian asam folat
Tatalaksana Withdrawal Alkohol

Usia <12 tahun dan >40 tahun Muncul usia 12-40 tahun
Onset mendadak Onset perlahan
Tidak ada gangguan kesadaran dan
Kesadaran dan disorientasi (+)
disorientasi
Halusinasi visual Halusinasi auditorik
Perjalanan penyakit fluktuatif Perjalanan penyakit terus-menerus
Tanda vital abnormal Tanda vital normal

Gejala psikiatri sebelumnya tidak ada Gejala psikiatri sebelumnya ada


Diagnosis Skizofrenia :
1. Waktu minimal 1 bulan dan ada hendaya (gangguan pada sosial,
lingkungan dan terhadap diri sendiri)
2. Minimal satu dari gejala berikut :
 Halusinasi auditorik
 Waham  yang memiliki 5 ciri-ciri waham
 Delusion :
- Delusion of control (seperti dikendalikan  kayak robot)
- Delusion of influence (dipengaruhi atau diberikan paham)
- Delusion of passivity (pasrah atau tidak berdaya  saya tidak
bisa apa-apa)
- Delusion of perception (melekat pada diri dan unik, biasanya
bersifat majis)
 Thought (pemikiran) :
- Thought of echo (suara bergema akibat suara pertama yang
terus-menerus mengisi pikirannya)
- Thought of insertion/withdrawal (pemikiran yang masuk atau
tercabut)
- Thought of broadcasting (orang-orang tau pikiran saya padahal
saya tidak menceritakan)
3. Atau, minimal dua dari gejala berikut :
 Halusinasi non auditorik diserati waham (tetapi waham tidak terlalu
menonjol)  sifat menetap
 Arus pikiran yang terputus (break) atau sisipan (interpolation) 
inkoheren / word salad
 Perilaku katatonik (semua perilaku motorik yang abnormal)  gaduh
gelisah, katalepsi, fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, furor
dan stupor
 Gejala negatif :
- Sikap apatis
- Bicara yang jarang
- Respons emosional yang menumpul
 Halusinasi  mendengar suara-suara
yang mengancam dan menakuti
0 Skizofrenia paranoid  Waham dominan (waham dikendalikan,
waham dipengaruhi, waham pasivisitas,
dan waham dikejar-kejar)
Memenuhi kriteria skizofrenia dan :
Diagnosis ditegakkan pada usia 15-25 tahun.
Premorbid adalah pemalu dan senang
menyendiri, sebagai tambahan pasien dapat
1 Skizofrenia herbefrenik menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung
jawab, afek dangkal, suka tertawa sendiri
(giggling), dan proses pikir mengalami
disorganisasi, serta pembicaraan yang tak
menentu
Memenuhi kriteria skizofrenia dan :
Pasien secara sukarela menampilkan posisi
2 Skizofrenia katatonik
tubuh tertentu dan mempertahankannya
(rigiditas), stupor dan gaduh gelisah
Gejala depresi (trias  anhedonia, anergia,
afek depresi) pada pasien yang telah menderita
Depresi pasca
3 skizofrenia minimal 1 tahun, gejala sisa
skizofrenia
skizofrenia masih ada namun bukan
merupakan gejala yang menonjol
Gejala negatif skizofrenia pada pasien yang
5 Skizofrenia residual
telah menderita skizofrenia minimal 1 tahun
Gejala negatif skizofrenia pada pasien namun
6 Skizofrenia simpleks tidak ada riwayat waham dan halusinasi
sebelumnya dan disertai adanya hendaya

Pada orang normal ada, pada


Pada orang normal tidak ada
skizofrenia lebih berat
Waham, halusinasi, disorganisasi
Afek datar, alogia, avolition,
pembicaraan dan perilaku (katatonia /
anhedonia, gangguan atensi
agitasi)
21 Gangguan skizotipal Eksentrik dan mistik
Gangguan waham Adanya waham yang menetap tanpa halusinasi
22
menetap yang sudah bertahan selama 3 bulan
Gangguan 2 atau lebih mempunyai sistem
Gangguan waham waham yang sama, memiliki hubungan dekat,
24
terinduksi 1 orang yang menginduksi yang lainnya 
jarang
Gejala skizofrenia dan gangguan afek
(contohnya suka marah-marah, bicara-bicara
sendiri, menghamburkan uang) sama-sama
menonjol dan muncul bersamaan, dapat
berupa tipe manik, tipe depresi, ataupun tipe
campuran  biasanya inkongruen

Diagnosis banding : (ketiga ini beda dengan


25 Gangguan skizoafektif skizoafektif  afeknya muncul duluan,
misalnya normal lalu hipomania lalu manik,
ketika tidak terobati lalu muncul gejala psikotik)
+ biasanya kongruen antara afek dan gejala
psikotik
 Episode manik dengan gejala psikotik
 Episode depresi dengan gejala psikotik
 Gangguan afektif bipolar episode kini
manik/depresi dengan gejala psikotik
Diagnosis Psikotik Akut :
1. Onset < 2 minggu
2. Gejala yang khas (seperti skizofrenia)  hanya beda pada onset
(kalau skizofrenia onsetnya minimal 1 bulan)
3. Adanya stress akut
4. Tanpa diketahui berapa lama akan berlangsung

 Beberapa jenis halusinasi/waham; jenis


Gangguan polimorfik dan intensitasnya berubah-ubah
0 psikotik akut tanpa  Keadaan emosional yang beragam
gejala skizofrenia  Tidak memenuhi kriteria skizofrenia/manik
depresi
Polimorfik psikotik akut Psikotik polimorfik akut + gejala yang
1 akut dengan gejala memenuhi skizofrenia, jika > 1 bulan maka
skizofrenia diagnosis menjadi skizofrenia
Onset < 2 minggu, gejala skizofrenia untuk
sebagian besar waktu, tidak memenuhi kriteria
Psikotik akut lir psikosis polimorfik akut  (skizofrenia gagal
2
skizofrenia karena onset belum 1 bulan), kalau masih 3
minggu  psikotik akut lir skizofrenia, karena
skizofrenia harus mutlak 1 bulan
Onset < 3 bulan, gejala dominan waham
Psikotik akut lainnya maupun halusinasi, tidak memenuhi kriteria
3 dengan predominan skizofrenia dan kriteria psikotik polimorfik akut
waham  (gangguan waham menetap gagal karena
onset belum 3 bulan)
Haloperidol 2 mg, 5 mg 5-15 mg/hari
Chlorpromazine 25 mg, 100 mg 150-600 mg/hari

APG 1 (Antipsikotik Generasi 1  Tipikal)


Blokade dopamine pada reseptor pasca
sinaps sistem limbik dan ekstrapiramidal
(Dopamine D2 receptor antagonist)

Risperidone 1 mg, 2 mg, 3 mg 2-6 mg/hari


Clozapine 25 mg, 100 mg 25-100 mg/hari
Quetapine 25 mg, 100 mg, 200 mg 50-400 mg/hari
Olanzapine 5 mg, 10 mg 10-20 mg/hari

APG 2 (Antipsikotik Generasi 2  Atipikal)


Blokade dopamine dan serotonin 5 HT2
reseptor (Serotonine Dopamine antagonist)

Catatan :
 Pasien psikotik saat ini lebih dianjurkan menggunakan APG 2 (atipikal)
 Risperidone
 Pemakaian APG 1 (tipikal)  memiliki efek samping “ekstrapiramidal
syndrome (EPS)” yang lebih tinggi dibandingkan APG 2 (atipikal)
 Penggunaan Clozapine tidak disarankan penggunaan pertama karena
memiliki efek obat yang cukup kuat (efek sampingnya agranulositosis),
jika Risperidone sudah tidak bisa sehingga dan akhirnya refrakter 
baru bisa memakai Clozapine
 Efek samping haloperidol dan risperidone biasanya paling sering
hiperprolaktinemia akibat obatnya mengganggu tuberoinfendibular 
pada laki-laki mengakibatkan ginekomastia  terapinya Bromokriptin
Gangguan pada jalur higrostriatal, yaitu :
1. Akatisia  pasien merasa tidak bisa diam / gelisah (beberapa bulan) 
terapi : Propanolol
2. Distonia akut  adanya kontraksi involunter dan kakunya otot kepala,
leher, badan, dan ekstremitas (manifestasi  tortikolis atau krisis
okulogirik)  terapi : Antikolinergik (timbul 24-48 jam setelah minum
antipsikotik)
3. Tardive diskinesia  ireversibel, adanya gerakan repetitif, cepat,
involunter dari otot-otot orofasial (misalnya gerakan mengecap-ngecap
mulut atau menggerak-gerakkan leher)  terapi : Clozapine (timbul
kronik, berbulan-bulan)
4. Sindroma neuroleptik maligna  kekakuan otot + demam + gangguan
tanda vital (kegawatdaruratan psikiatri)
5. Pseudoparkinsonisme  adanya pill rolling tremor perlahan, rigiditas,
bradikinesia dan gait terganggu  terapi : Antikolinergik (beberapa hari
sampai minggu)

 Reaksi idiosinkrasi obat antipsikosis khususnya jenis long-acting  perlu


tatalaksana segera
 Hentikan penggunaan antipsikotik dan berikan terapi suportif
 Perhatikan keseimbangan cairan dan observasi tanda vital
 Tanda-tanda SNM :
- Suhu badan > 380C
- Terdapat EPS berat
- Gejala disfungsi otonom (terkait BAK dan BAB)
- Perubahan status mental
- Perubahan tingkat kesadaran
- Progresivitas cepat
 Terapi :
- Dantrolen 0,8-2,5 mg/kgBB/hari, atau
- Bromokriptin 20-30 mg/hari (dibagi dalam 4 dosis)
Obat skizofrenia dan psikotik akut Obat ekstrapirimidal syndrome
(tidak dianjurkan > 3 bulan 
risiko timbul atropine toxic
syndrome  TTV meningkat +
hiperpireksia

Diagnosis Episode Manik :


1. Afek yang meningkat
2. Peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik mental dalam
berbagai derajat keparahan (berpenampilan mencolok)

Derajat gangguan yang lebih ringan dari


0 Hipomania
mania, terjadi beberapa hari (4 hari)
Paling sedikit 1 minggu dengan peningkatan
aktivitas, logorrhea (banyak berbicara 
hingga akhirnya flight of ideas), grandiositas
Mania tanpa gejala
1 (kebesaran  menceritakan egonya),
psikotik
berkurangnya kebutuhan tidur, perhatian
mudah teralih, aktivitas yang mengandung
risiko tinggi
Lebih berat dari F30.1 dengan grandiositas
Mania dengan gejala dapat berubah menjadi waham kebesaran,
2
psikotik iritabilitas dan curiga dapat menjadi waham
kejar

Assessmen Mania
 Menggunakan YMRS (Young Mania Rating Scale)  skoring pada anak
usia 5-18 tahun, assessmen gejala 48 jam terakhir
 Mood meningkat, meningkat aktivitas motor, hasrat seksual meningkat,
tidur berkurang, iritabilitas meningkat, berbicara (rate & amount),
gangguan berbahasa dan berpikir, isi pikir, kebiasaan disruptive-
aggressive, penampilan, tilikan
Diagnosis Episode Bipolar :
1. Episode berulang sekurang-kurangnya 2 episode pada waktu tertentu
2. Terdiri dari peningkatan afek dan penurunan afek
3. Khas  penyembuhan sempurna diantara kedua episode
4. Episode manik lebih singkat  2 minggu – 4 bulan
5. Episode depresi lebih lama  rata-rata 6 bulan

Gangguan afektif
Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
0 bipolar episode kini
memenuhi kriteria F30.0
hipomanik
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
1
manik tanpa gejala memenuhi kriteria F30.1
psikotik
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
2
manik dengan gejala memenuhi kriteria F30.2
psikotik
Gangguan afektif
Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
3 bipolar episode kini
memenuhi kriteria F32.0 atau F32.1
depresif ringan-sedang
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
4
depresif berat tanpa memenuhi kriteria F32.2
gejala psikotik
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
5
depresif berat dengan memenuhi kriteria F32.3
gejala psikotik
Memenuhi kriteria diagnosis bipolar + saat ini
Gangguan afektif menunjukkan gejala manik, hipomania, dan
6 bipolar episode kini depresif bergantian dengan cepat (sama-
campuran sama menonjol) dan sekurang-kurangnya
selama 2 minggu
Gangguan afektif
Tidak ada gangguan afektif yang nyata
7 bipolar episode kini
selama beberapa bulan terakhir
dalam remisi

Gejala psikotik pada bipolar muncul pada puncaknya baik episode depresi atau
episode mania
Gangguan bipolar tipe 1
 sampai mania dan
pernah sampai depresi

Gangguan bipolar tipe 2


 tidak pernah sampai
mania (hanya sampai
hipomania) dan pernah
sampai depresi
1. Lini I
Lithium, jika litium tidak membaik  lamotrigin
2. Lini II
Divalproat, antipsikotik atipikal + antidepresan, kombinasi dua dari (lithium,
lamotrigin, divalproat, antipsikotik atipikal)
3. Lini III
Carbamazepine

Lithium 900-2400 mg/hari dalam 2-4 dosis


Valproat 700-1000 mg/hari terbagi 2 dosis
12,5-25 mg/hari naik setiap 2 minggu
Lamotrigine
sampai 200 mg
Antipsikotik atipikal
2-6 mg/hari
(Risperidone)

Gangguan Afektif Bipolar Episode Gangguan Afektif Bipolar Episode


Kini Manik Kini Depresi
Diagnosis Episode Depresi :
1. Sudah berlangsung > 2 minggu
2. Gejala mayor/utama (3A) :
 Afek depresif
 Anhedonia (hilang minat dan kegembiraan)
 Anergia (mudah lelah dan menurunnya aktivitas)
3. Gejala lainnya :
 Konsentrasi menurun
 Harga diri & kepercayaan diri berkurang
 Rasa bersalah & tidak berguna yang tidak beralasan
 Merasa masa depan suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Perubahan nafsu makan (naik atau turun)

0 Episode depresi ringan 2 dari gejala utama + 2 gejala lainnya


Episode depresi
1 2 dari gejala utama + minimal 3 gejala lainnya
sedang
3 gejala utama + 4 gejala lain. Jika gejala
Episode depresi berat
2 amat berat & awitannya cepat, diagnosis
tanpa gejala psikotik
boleh ditegakkan meski kurang dari 2 minggu
Episode depresi berat Episode depresif berat dengan waham,
3
dengan gejala psikotik halusinasi, atau stupor depresif

Assessmen Depresi
 Menggunakan HAM-D (Hamilton Depression Rating Scale)  skoring
assessmen psikiatri
 Mood menurun, perasaan bersalah, ide bunuh diri, insomnia (early in
night), insomnia (middle in night), insomnia (early hours of the morning),
gangguan pekerjaan dan aktivitas, retardasi/deteriorasi/kemunduran,
agitasi, kecemasan psikis, somatik, pencernaan, somatik umum, gejala
genital/gangguan menstruasi/libido menurun, hipokondriasis,
kehilangan berat badan, tilikan
 Pasien geriatri  GDS (Geriatric Depression Scale)  yang dirasakan
pasien selama 2 minggu terakhir
SSRI
Insomnia, agitasi, sedasi, gangguan
 Fluoxetine 10-40 mg/hari
saluran cerna, disfungsi seksual,
 Sertraline 50-150 mg/hari
menambah berat badan (sertraline)
 Escitalopram 20-60 mg/hari
Trisiklik/Tetrasiklik
Antikolinergik, aritmia jantung
 Amitriptilin 75-300 mg/hari
SNRI Kenaikan berat badan, hipertensi,
 Duloxetine 40-60 mg/hari mengantuk, gangguan saluran
 Venlafaxine 150-375 mg/hari cerna

Catatan :
1. Terapi pertama kali pada depresi  intervensi psikososial atau
psikoedukasi (pasien, keluarga, pengasuh)
2. Selanjutnya terapi psikologis  Cognitive Behavioural Therapy (CBT) 
mengarahkan pertanyaan-pertanyan pasien sesuai logika
3. Terakhir farmakoterapi :
 First line  SSRI (Fluoxetine atau Sertraline)
 Second line  Trisiklik (Amitriptilin)
4. Fluoxetine sediaan 10 mg dan Sertraline sediaan 20 mg

Efek Samping Anti Depressan :


 Sedasi  keadaan hilangnya kesadaran
 Efek antikolinergik  mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, takikardi)
 Efek adrenergik alfa  perubahan EKG, hipotensi
 Efek neurotoksis  tremor halus, gelisah, agitasi

Overdosis atau Intoksikasi Trisiklik :


 Atropine Toxic Syndrome  akibat penggunaan Triheksilfenidil > 3 bulan
 Gejala  Eksitasi SSP, Hipertensi, Hiperpireksia, Konvulsi, Konfusi, TTV
meningkat
 Tindakan :
- Gastric lavage (bilas lambung)
- Diazepam 10 mg IM
- Prostigmine 0,5-1 mg IM (mengatasi efek antikolinergik)
- Monitoring EKG
Afek depresi yang berlangsung
Ketidakstabilan menetap dari afek
sangat lama yang tidak pernah atau
meliputi banyak periode depresi
jarang sekali menjadi parah dan
ringan dan hipomania ringan dan tidak
memenuhi gagasan episode depresi
cukup parah atau cukup lama dan
berulang, dapat berlangsung
tidak memenuhi F31 dan F32
bertahun-tahun

Fobia (F40)  dicetuskan oleh adanya objek atau situasi yang jelas (dari luar
individu itu sendiri) yang sebenarnya saat kejadian tidak membahayakan,
akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam

 Muncul serangan /  Situasi sosial  Rasa takut kuat


perasaan cemas tertentu persisten akan situasi
ketika berada  Pasien menjadi khusus
diluar rumah center of attention, Acrofobia  takut
(terikat dengan dia merasa cemas ketinggian
rumah) takut dipermalukan Allurofobia  takut kucing
 Bisa disertai panik  Misalnya ketika Arachnophobia  takut
atau tidak pimpin diskusi / laba-laba
 Misalnya berada presentasi, makan Hematofobia  takut
ditempat umum, di di tempat umum darah
mall, di angkutan Hidrofobia  takut air
umum Claustrofobia  takut
tempat tertutup
Cynofobia  takut anjing
Pirofobia  takut api
Trypanophobia  takut
suntik
Xenofobia  takut orang
asing
1. Terapi Psikososial
 Perilaku kognitif (CBT)  memahamkan pemahaman dia bahwa
situasi/objek tersebut terlalu berlebihan serta mengatur emosi pasien
 Psikoedukasi  terapi keluarga, mengendalikan cemas pasien
 Terapi relaksasi
 Terapi exposure  memberikan objek perlahan-lahan
2. Farmakologi
 Lini pertama (golongan SSRI / Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
 efek samping gangguan gastrointestinal
- Fluoxetine (10-20 mg/hari)
- Sertraline (25-200 mg/hari)
- Escitalopram (5-20 mg/hari)
 Lini kedua (golongan benzodiazepine)  efek samping sedasi
- Alprazolam (2-6 mg/hari)
- Klonazepam (1-3 mg/hari)
3. Rekomendasi Obat
 Agorafobia  jika dengan gejala panik  SSRI (fluoxetine atau
sertraline), jika serangan  berikan benzodiazepine (alprazolam)
 Fobia sosial  SSRI
 Fobia khas  short-acting benzodiazepine

Diagnosis Gangguan Panik :


1. Gangguan panik (F41.0) ditegakkan apabila tidak ada gangguan fobia,
jika ada gangguan fobia  masuk ke fobia dulu (biasanya agorafobia)
2. Adanya serangan ansietas berat (gangguan otonom berat) selama 1
bulan  ada beberapa serangan panik dalam 1 bulan  Gangguan
panik
3. Syarat  keadaan secara objektif tidak ada bahaya, tidak terbatas pada
situasi yang tidak diketahui
4. Ada periode antara serangan yang bebas gejala, serangannya heboh
5. Tanda serangan panik :
- Berkeringat dingin
- Palpitasi
- Pusing / dizziness
- Rasa mual
- Hiperventilasi
- Gemetaran
- Rasa tercekik / rasa mau mati
Tatalaksana Gangguan Panik :
 Alprazolam 3 x 0,5-1 mg/hari (sediaan 0,25 mg; 0,5 mg; 1 mg)
 Imipramine 75 mg/hari (sediaan 25 mg)  golongan trisiklik (TCA)

Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh :


1. Gangguan cemas menyeluruh (F41.1)  gejala yang berlangsung
hampir setiap hari yang tidak hanya muncul saat situasi tertentu saja
(free floating)  perasaan tidak enak tapi tidak tahu kenapa / perasaan
mengambang (berkaitan dengan masa depan pasien)
2. Minimal sudah berlangsung selama 6 bulan
3. Gejala :
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa di ujung tanduk,
sulit konsentrasi, dan lain sebagainya)
 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai)
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, sakit kepala,
berkeringat, palpitasi, sesak napas, serta keluhan somatik
berulang yang menonjol)

 Gangguan campuran kecemasan dan depresi (F41.2)  terdapat gejala


ansietas + depresi, namun masing-masing tidak menunjukkan gejala
yang cukup berat serta tidak khas berdasarkan kriteria diagnosisnya
 Golongan obat anti-anxietas  golongan benzodiazepine (karena
bersifat ansiolitik)  long-acting (diazepam / lorazepam / clobazam)

 Lini pertama  SSRI (sertraline 25-50 mg/hari atau escitalopram 10-20


mg/hari)
 Lini kedua  benzodiazepine (alprazolam 0,25-4 mg/hari)
Diagnosis Gangguan obsesif kompulsif (OCD) :
1. OCD (F42)  hampir setiap hari dialami pasien
2. Onset paling sedikit 2 minggu
3. Diketahui/disadari sebagai pikiran, bayangan atau impuls dari individu
sendiri
4. Pikiran, bayangan atau impuls merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (ego-distonik)
5. Melaksanakan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan/kesenangan
6. Sedikitnya ada 1 pikiran (obsesi) / tindakan (kompulsi) yang masih tidak
berhasil dilawan meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh
penderita  sudah pernah melawan tapi gagal
7. Menimbulkan hendaya

Subtipe OCD :
 Checking  memeriksa kunci, gembok, keran air, pintu rumah, kompor
 Hoarding  senang mengumpulkan barang tidak berharga (misalnya
struk belanjaan)
 Symmetrical order  semua harus simetris, urut gradasi warna, sesuai
urutan alfabet
 Contamination  sering mencuci tangan berulang-ulang
 Intrussive thought  hanya dipikiran saja, tidak muncul tindakannya

Tatalaksana OCD :
 Fluoxetine 20-80 mg/hari
 Sertraline 50-200 mg/hari
Ada stressor luar biasa (psikis dan mental) dan
muncul gejala menit sampai segera hilang
secara cepat (< 3 hari) namun beberapa dapat
0 Reaksi stress akut
bertahan hingga 4 minggu dengan gejala
terpaku, sedih, cemas, marah, kecewa,
overaktif, penarikan diri dan disorientasi
Diagnosis muncul 6 bulan setelah trauma dan
gejala berupa re-experiencing (flashback),
1 PTSD
avoidance, dan hyperarousal yang sudah
berlangsung selama 1 bulan
Suatu reaksi maladaptif terhadap suatu
stressor, dengan adanya hubungan antara :
 Bentuk, isi, dan beratnya gejala
 Riwayat sebelumnya dan corak
Gangguan
2 kepribadian
penyesuaian
 Kejadian, situasi yang stressful atau
krisis kehidupan
Yang muncul dalam 1 bulan setelah trauma
dan tidak bertahan melebihi 6 bulan

Stressor

1 bulan 6 bulan

Reaksi Gangguan
Stress Akut Penyesuaian PTSD
Catatan :
 Reaksi stress akut  misalnya ada keluarga pasien meninggal, dia
merasakan cemas, kecewa dan gejala-gejala lain sesuai kriteria selama
hingga 1 bulan (< 1 bulan), kalau dia berlanjut masuk ke gangguan
penyesuaian, dan jika dia berlanjut (> 6 bulan) masuk ke PTSD
 Gangguan penyesuaian  biasanya terjadi pada orang yang pindah
pekerjaan ke tempat lain (perlu beradaptasi)
 PTSD / Post Traumatic Stress Disorder  biasanya kejadian katastropik
(bencana alam / non alam), flashback (kejadian yang lama dia teringat
kembali), perasaan rearousal (perasaan yang dulu ia rasakan dan
kejadian tersebut tidak nyaman)  contoh pasien yang selamat dari
kecelakaan pesawat dan dia selamat, ketika dia mendengar suara
pesawaat dia merasa tidak nyaman dan muncul ingatan yang lalu saat
kecelakaan

 Tergantung gejala yang menonjol saat itu (apakah sindrom cemas,


depresi atau psikotik)
 Cemas  benzodiazepine
- Clobazam 2 x 5-10 mg/hari
- Lorazepam 1-2 x 0,5-1 mg/hari
Efek sedasi Lorazepam > Clobazam
 Depresi  SSRI (fluoxetine atau sertraline)
 Psikotik  antipsikotik atipikal (Risperidone)
Efek EPS antipsikotik tipikal (Haloperidol) tinggi

Gangguan disosiatif / konversi (F44)  gejala utama kehilangan sebagian atau


seluruh integrasi normal antara ingatan masa lalu, identitas, kontrol terhadap
gerakan tubuh dan ada bukti penyebab psikologis yang bersifat stressful (ketika
ada stressor secara tidak sadar bukan ditangkap oleh perasaan atau pikiran tapi
digantikan dengan fisik)
Amnesia Hilangnya daya ingat selektif
Melakukan perjalan ke tempat yang melampaui hal
Fugue umum dilakukan sehari-hari, disertai dengan gejala
amnesia disosiatif
Sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan volunter
Stupor dan respon normal terhadap rangsangan (cahaya,
suara, raba)
Hilangnya sementara penghayatan akan identitas diri
dan kesadaran terhadap lingkungan, seakan-akan
Trans
dikuasai kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau
kekuatan lain
Tidak mampu menggerakkan seluruh atau sebagian
Motorik
tubuh
Konvulsi Mirip kejang epilepsi
Anastesi dan Anastesi pada batas kulit dengan batas tegas  tidak
kehilangan sensorik disebabkan kerusakan neurologis (gangguan sensorik)

Diagnosis gangguan somatoform :


1. Keluhan gejala-gejala fisik yang berulang-ulang, disertai dengan
permintaan pemeriksaan medik  tidak ditemukan kelainan
2. Menyangkal adanya konflik
3. Tidak mau mendengar penjelasan dokter
Banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar
adanya kelainan fisik,yang sudah berlangsung
Gangguan
0 sedikitnya 2 tahun. Tidak mau menerima nasehat
somatisasi
atau penjelasan dari beberapa dokter. Terdapat
disabilitas dalam fungsinya  bermacam-macam
gejala + pindah-pindah dokter
Keyakinan yang menetap adanya sekurang-
kurangnya 1 penyakit fisik yang serius dan tidak
1 Hipokondriasis mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan
dari beberapa dokter  1 penyakit + pindah-pindah
dokter
Suatu faktor psikologis yang memperberat sebuah
Gangguan kondisi medis  sudah ada penyakit / gangguan
-
psikosomatis organik + stressor (misalnya sudah ada gastritis
diperberat ketika mau ujian)
Punya kekurangan pada tubuhnya (secara umum
masih normal), menurutnya kekurangan yang
sangat besar yang akhirnya menyebabkan distress
(misalnya seorang model merasakan dia gemuk,
Body dismorfik
- padahal teman-temannya mengatakan masih
disorder
normal-normal saja dan akhirnya terjadi distress
pada dirinya)  pasien menghabiskan berjam-jam
sampai berhari-hari untuk memperbaiki kekurangan
pada tubuhnya
Gangguan Kepribadian (F60) :
 Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat
 Pola perilaku berlangsung lama dan tidak berkaitan dengan gangguan
jiwa tertentu
 Gangguan pola perilaku bersifat pervasif dan maladaptif
 Manifestasi selalu muncul pada masa kanak-kanan dan remaja dan
bertahan hingga dewasa, diagnosis gangguan kepribadian  > 18 tahun

Cluster A

Ketidakpercayaan terhadap orang lain dan kecurigaan


Paranoid yang terus-menerus bahwa orang di sekitar memiliki
motif jahat

Menghindari menjalin hubungan, tidak menunjukkan


Skizoid banyak emosi, lebih suka menyendiri dan tidak diam-
diam menginginkan popularitas
Cara berpikir dan memahami yang aneh, percaya
bahwa dirinya memiliki kemampuan indra keenam atau
terhubung melalui cara-cara tertentu dengan berbagai
Skizotipal
kejadian yang sebenarnya tidak berhubungan sama
sekali dengan dirinya, umumnya berperilaku magis dan
eksentrik
Cluster B

Kurangnya hati nurani, rentan terhadap perilaku


kriminal, percaya bahwa korban-korban mereka lemah
dan pantas dimanfaatkan, cenderung untuk berbohong
Antisosial
dan mencuri, sering agresi dan jauh lebih peduli
dengan kebutuhan diri sendiri daripada kebutuhan
orang lain
Ketidakstabilan suasana hati dan perasaan rendah diri,
Borderline rentan terhadap perubahan mood yang terus menerus
dan kemunculan rasa marah (labil)
Pencari perhatian (center of attention) / pusat
Histerionik
perhatian, teaterikal
Mencari perhatian dan pujian, membesar-besarkan
Narsistik prestasi dirinya, mengharapkan orang lain untuk
menganggap dirinya superior

Cluster C

Merasa tidak memadai, menghindari situasi sosial,


takut ditolak dan takut memperlakukan dirinya di depan
Avoidant
orang lain, merindukan hubungan sosial, namun
merasa dirinya tidak dapat memperoleh
Kebutuhan untuk dijaga, cenderung melekat pada
orang lain dan takut kehilangan, akan melakukan aksi
Dependent bunuh diri saat terancam putus dengan orang yang
digantunginya, cenderung untuk membiarkan orang
lain membuat keputusan penting bagi dirinya

Obsesif-Kompulsif
Perfeksionis, kaku, memaksa orang lain
(Anankastik)
Denial Menolak realita
Proyeksi Proyeksi kekurangannya kepada orang lain
Melampiaskan emosi tanpa memikirkan
Acting out
konsekuensi
Memisahkan dirinya atau orang lain menjadi 2
Splitting
kutub
Regresi Kembali ke masa kanak-kanak
Impuls tidak dapat diterima didorong ke luar
Represi kesadaran, tidak diingat, dilupakan (jika ada
masalah dipendam dan dilupakan)
Displacement Memindahkan kemarahan pada objek lain
Impuls yang tidak dapat diterima diatasi
Reaksi formasi
dengan impuls yang berlawanan
Perilaku ritualistik dengan tujuan
Undoing
menghilangkan suatu kejadian
Menunda perhatian pada impuls yang lagi
Supresi
bermasalah
Mementingkan kepentingan orang lain
Altruisme
daripada kepentingan pribadi
Mengganti hal-hal yang tidak dapat diterima di
Sublimasi alam bawah sadar ke alternatif yang lebih
diterima sosial
Antisipasi Rencana sebelum ketidaknyamanan terjadi
Ekspresi perasaan yang keluar secara regresif
Humor tanpa merasakan tidak enak pada orang lain
(mengganti stresor sedih ke senang)
Sexual aversion
disorder
Sexual desire Male &
disorder Female
Hypoactive sexual
desire disorder

Female sexual
Female
arousal disorder
Sexual arousal
disorder
Erectile
Male
dysfunction
Sexual Hypoactive sexual
Disorder desire disorder

Female orgasmic
Female
disorder
Ejaculation /
orgasm disorder Male orgasmic
disorder
Male
Premature
ejaculation

Dyspareunia
Penetration Female
disorder
Vaginismus
1. Sexual Desire Disorder  hasrat
 Sexual Aversion Disorder  defisiensi atau tidak hasrat untuk
aktivitas seksual yang muncul secara persisten / rekuren
 Hypoactive Sexual Desire Disorder  menghindari atau menolak
kontak seksual melalui genitalia dengan partner seksual, secara
persisten / rekuren
2. Sexual Arousal Disorder  bangkitan atau lubrikasi
 Female Sexual Arousal Disorder  ketidakmampuan persisten
atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan sampai
selesainya aktivitas seksual
 Erectile Dysfunction (Male Erectile Disorder)  ketidakmampuan
persisten atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan
sampai selesainya aktivitas seksual dengan ereksi adekuat
3. Ejaculation Disorder (Orgasmic Disorder)  orgasme
 Female Orgasmic Disorder  penundaan terus-menerus atau
berulang, atau tidak adanya, orgasme setelah fase rangsangan
seksual normal
 Male Orgasmic Disorder  pria mengalami kesulitan yang besar
dalam mencapai ejakulasi saat coitus
 Premature Ejaculation  ejakulasi persisten atau berulang
dengan rangsangan seksual minimal sebelum, pada atau segera
setelah penetrasi dan sebelum orang tersebut menginginkannya
(ejakulasi dini  < 60 detik)
4. Penetration Disorder (Genito-pelvic Pain)  nyeri
 Dyspareunia  nyeri organ genitalia saat coitus, muncul
persisten / rekuren
 Vaginismus  konstriksi otot involunter dari vagina yang
berhubungan dengan masuknya penis (spasme otot)
Fantasi, nafsu, atau kepuasaan seksual yang didapatkan
Troilisme apabila melihat pasangan seksualnya beraktivitas seksual
dengan orang lain
Obsesi untuk melakukan aktivitashubungan seksual
Nekrofilia
dengan jenazah
Kenikmatan seksual berasal dari berdandan atau
Transvestisme menyamar dalam pakaian lawan jenis dengan keinginan
kuat untuk tampil sebagai anggota lawan jenis
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra
Pedofilia pubertas atau awal masa pubertas, baik laki-laki maupun
perempuan
Delusi dimana penderita percaya bahwa orang lain (yang
Erotomania
status sosial lebih tinggi) jatuh cinta pada penderita
Dorongan untuk selalu mendapat kepuasaan seksual
Nimfomania
terus-menerus (wanita), Setiriasis (pria)
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan menggesekkan
Frotteurisme
alat kelamin
Voyeurisme Mendapatkan kepuasaan seksual dengan mengintip
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan memperlihatkan
Exhibisionisme
alat kelamin kepada lawan jenis
Mendapatkan kepuasaan seksual dari benda-benda tidak
Fetishisme
hidup
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan menjadi pelaku
Sadisme
kekerasan saat aktivitas seksual
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan menjadi korban
Masokisme
kekerasan saat aktivitas seksual
1. Parasomnia (peristiwa abnormal saat tidur)
 Somnabulisme  jalan saat tidur
 Mimpi
- Teror (saat NREM  Non Rapid Eye Movement)  saat
bangun tidak ingat mimpi
- Nightmare (saat REM  Rapid Eye Movement)  saat
bangun ingat mimpi
2. Disomnia (gangguan jumlah, kualitas, dan waktu tidur)
 Insomnia (sulit mempertahankan tidur, minimal 3 kali seminggu
selama > 1 bulan)
- Early  sulit memulai tidur (biasanya pada gangguan cemas)
- Middle  sulit mempertahankan tidur / sering terbangun-
bangun
- Late  setelah terbangun sulit untuk tidur kembali (biasanya
pada depresi)
 Hipersomnia (rasa kantuk di siang hari yang berlebihan, terjadi
setiap hari selama > 1 bulan)
 Narkolepsi (serangan tidur saat bekerja, selama percakapan, atau
keadaan normal lainnya  ada gejala katapleksi, sleep paralisis
dan hipnagogik)
 Obstructive Sleep Apnea (gangguan tidur  rasa kantuk berlebih
atau insomnia, yang berhubungan dengan pernapasan)
 Gangguan Ritme Sirkadian (kesulitan beradaptasi dengan
perubahan zona waktu)
- Delayed sleep phase type  ketidakmampuan untuk tertidur
dan terjaga lebih awal pada waktu yang dikehendaki
- Jet lag type  mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak
tepat menurut jam setempat (berpergian melewati zona waktu)
- Shift work type  berhubungan dengan kerja shift malam atau
perubahan shift kerja
NREM REM

Tahapan NREM (terjadi 70-100 menit pertama setelah orang tidur) :


 Tahap 1  berlangsung selama 5 menit, gelombang alfa menurun
diganti dengan gelombang beta dan teta yang lebih lambat
 Tahap 2  berlangsung selama 10-15 menit, didominasi aktivitas teta
dan kompleks K (50% total tidur)
 Tahap 3  tonus otot meningkat, tidak ada gerakan bola mata,
penambahan aktivitas gelombang delta
 Tahap 4  tahap tidur dalam, gelombang delta yang mulai melambat
(>50% total tidur)
Tahapan REM (gerakan bola mata cepat, penurunan tonus otot, frekuensi
pernapasan dan jantung yang berfluktuasi)

Farmakologi :
1. Early insomnia :
Benzodiazepine
- Estazolam 1-2 mg/malam (sediaan tab 1 mg)
- Lorazepam 1 mg/malam (sediaan tab 1 mg)
Non-Benzodiazepine
- Zolpidem 10-20 mg/malam (sediaan tab 10 mg)  bekerja pada
reseptor selektif alfa-1 subunit GABA reseptor
2. Middle insomnia :
- Flurazepam 15-20 mg/malam (sediaan tab 15 mg)
3. Late insomnia :
- SSRI
- TCA  efek sedasi > SSRI
Non farmakologi :
 Kontrol stimulus (menyesuaikan onset tidur dengan tempat tidur)
 Sleep restriction (menggunakan tempat tidur hanya waktu tidur)
 Sleep hygiene (meningkatkan dan merubah cara hidup dan lingkungan
penderita dalam rangka meningkatkan kualitas tidur penderita)
 Cognitive therapy (mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang
salah tentang sebab dan akibat insomnia)
1. Bulimia Nervosa
Kriteria diagnosis :
 Preokupasi menetap untuk makan
 Pasien melawan efek kegemukan (merangsang muntah,
pencahar, puasa, obat-obatan penekan nafsu makan)
 Rasa takut yang berlebihan akan kegemukan dan mengatur
beratnya di bawah berat badan yang sehat
2. Anoreksia Nervosa
Kriteria diagnosis :
 Berat badan dipertahankan <15% di bawah normal
 Ada usaha mengurangi berat (muntah, pencahar, olahraga, obat
penekan nafsu makan)
 Terdapat distosi citra tubuh (body image)
 Adanya gangguan endokrin yang meluas (amenorea,
peningkatan growth hormone dan kortisol)
 Jika terjadi pada masa prapubertas, maka pubertas dapat
tertunda

 Episode makan berlebihan  Penolakan mempertahankan


berulang (jumlah makanan berat badan walaupun sudah
banyak dan tidak bisa mengontrol kurus
makan)  badan normal tapi  Ketakutan yang intens akan
takut gemuk (biasanya purging gemuk
type)  Ada gangguan hormon
 Perilaku kompensasi tidak wajar  Tipe :
untuk mencegah gemuk - Restricting type  benar-
(merangsang muntah, benar membatasi untuk tidak
penyalahgunaan obat pencahar, mau makan
puasa, olahraga berlebihan) - Binge eating / purging type 
 Minimal dilakukan 1 minggu 2 kali tetap makan tetapi melakukan
selama 3 bulan hal untuk membuang
makanan seperti dimuntahkan
atau minum obat pencahar)
 Pasien mengeluh sakit (pura-  Pasien mengeluh sakit (pura-
pura sakit atau dilebihkan) + pura sakit atau dilebihkan) +
untuk keuntungan pribadi untuk mendapatkan perhatian
terhadap kondisi lingkungannya (faktor internal)
(faktor eksternal)  Dilakukan oleh dirinya sendiri
 Ada konteks medikolegal (pura-  Munchausen Syndrome
pura sakit karena takut masuk  Dilakukan oleh caregiver 
penjara) Munchausen Syndrome by
 Bukti kesenjangan antara Proxy
keluhan dan temuan objektif
 Kurang kooperatif dalam
pemeriksaan
 Gangguan kepribadian antisosial
 Sikap terhadap pemeriksa
biasanya ambigu
 Mood iritabel
 Proses pikir koheren
 Sering berbicara dengan nada
tinggi, salah tata bahasa dan
keseleo lidah (slip of tongue)
1. Trust vs Mistrust
- Percaya vs Tidak percaya
- Masa bayi (0-1,5 tahun)
2. Autonomy vs Doubt
- Kemandirian vs Keraguan
- Balita (1,5 – 3 tahun)
3. Initiative vs Guilt
- Inisiatif vs Rasa bersalah
- 3-6 tahun
4. Industry vs Inferiority
- Ketekunan vs Rasa rendah diri
- 6-12 tahun
5. Identity vs Role Confusion
- Identitas vs Kekacauan identitas
- 12-18 tahun
6. Intimacy vs Isolation
- Keintiman vs Isolasi
- 18-40 tahun
7. Generativity vs Self Absorption
- Generalitas vs Stagnasi
- 40-65 tahun
8. Integrity vs Despair
- Integritas vs Keputusan
- >65 tahun

Pervasive Development Disorder (PDD)

Autisme Asperger Rett Childhood


Disorder Disorder Disintegrative
Disorder
Terapi : rehabilitasi medik
1. Autisme
 Terdapat gangguan pervasif (yaitu menyeluruh) yang muncul < 3
tahun
 Adanya penarikan diri dan aktivitas sosial
 Adanya perilaku repetitif (biasanya ada juga gerakan stereotipik)
 Gangguan perkembangan bahasa
2. Asperger Disorder
 Mirip autisme namun perkembangan kognitif baik dan tidak ada
gangguan perkembangan bahasa
 Adanya perilaku repetitif dan gangguan aktivitas sosial
3. Rett Disorder
 Berkurangnya kecepatan pertumbuhan lingkar kepala
 Kehilangan fungsi yang sebelumnya sudah didapat
 Onset sekitar 5 bulan
4. Childhood Disintegrative Disorder
 2 tahun pertama perkembangan normal
 Setelah 2 tahun mulai kehilangan fungsi

Penurunan kemampuan kognitif secara umum, dan dapat diklasifikasi


berdasarkan IQ (rendah)

Ringan 50-69
Sedang 35-49
Berat 20-34
Sangat berat <20

Diagnosis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD) :


 Gejala kesulitan memusatkan perhatian, overaktivitas, impulsivitas dan
kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya
 Onset <7 tahun, telah berlangsung minimal 6 bulan
 Tampak gejala diatas di 2 situasi yang berbeda (misalnya di rumah dan
di sekolah)
 Gambaran klinis harus tidak sesuai dengan perkembangan anak
seusianya
Tipe GPPH :
1. Predominan inatensi  tidak mau mendengarkan & mudah terdistraksi
2. Predominan hiperaktivitas  bicara terus, menjawab pertanyaan
semua, tidak bisa diam
Terapi GPPH  Psikostimulan (Metilfenidat 10-60 mg/hari) sediaan tab 10 mg,
psikoterapi dan konseling orang tua
Mild Severe

Asperger PDD Not Autistic Rett’s Childhood


Disorder Otherwise Disorder Disorder Disintegrative
Classified Disorder
(PDD-NOS)

1. PDD-NOS  gangguan interaksi sosial ATAU gangguan


komunikasi/bahasa ATAU gangguan repetitif
2. Autisme  gangguan interaksi sosial + gangguan komunikasi/bahasa +
gangguan repetitif

1. Transient Tic Disorder


 1 motor tic (misalnya pipi bergerak sendiri) atau vokal tic 
disadari tapi tidak dapat dikendalikan
 Durasi < 1 tahun
 Onset usia < 18 tahun
2. Tourette’s Syndrome
 Minimal 2 motor tic + 1 vokal tic (menggonggong)
 Durasi > 1 tahun
 Onset usia < 18 tahun
3. Chronic (Persistent) Motor Tic Disorder
 Minimal 1 motor tic
 Durasi > 1 tahun
 Onset saat usia < 18 tahun
4. Chronic (Persistent) Vocal Tic Disorder
 Minimal 1 vokal tic
 Durasi > 1 tahun
 Onset saat usia < 18 tahun
1. Baby Blues
 Onset < 2 minggu
 Merasa sedih
 Perubahan tidur dan pola makan
 Cemas dan iritabel
 Episode menangis
2. Depresi Postpartum
 Onset > 2 minggu
 Ada gejala mayor depresi (trias 3A) dan gejala depresi lainnya
sesuai kriteria diagnosis
 Kehilangan nafsu makan
 Insomnia
3. Psikotik Postpartum
 Onset > 2 minggu
 Sudah ada gejala psikotik  misalnya ilusi, halusinasi, waham

Anda mungkin juga menyukai