SKIs 8 Ejevywkwbdft 7 Diamwosveev
SKIs 8 Ejevywkwbdft 7 Diamwosveev
Randy Richter
Catatan Koas | Ilmu Kedokteran Jiwa
N.1I (Olfaktorius)
Aksis Sensorik
Gangguan jiwa yang terdapat dalam blok F0Hidung
sampai F9
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Gangguan kepribadian (F60 dan F61) atau ciri kepribadian dan
Aksis II Otot-otot mata (selain m. oblique
retardasi mental (F7)
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
AksisN.4
III (Troklearis)
Kondisi medis umumMotorik Muskulus oblique superior
Aksis IV (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Stressor / masalah psikososial dan lingkungan
N.5
Motorik Otot mastikasi
Penilaian fungsi secara global/GAF, dalam kaitannya sebagai
AksisN.6
V (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
makhluk sosial dan okupasional
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
GAF Scale :
91-100 orang-orang tidak memiliki masalah (normal)
81-90 orang-orang yang hanya sedikit saja gejalanya atau bahkan
tanpa gejala + fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis yang masih baik
71-80 gejala ringan/masalahnya ada, tetapi hanya bersifat sementara,
disabilitas hanya ringan
61-70 disabilitas masih ringan, tetapi gejala/masalahnya sudah
menetap + fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis yang masih baik
51-60 disabilitas sedang, gejala/masalahnya menetap
41-50 disabilitas berat, gejala/masalahnya berat dan mulai muncul
hendaya (ketidakmampuan melakukan sesuatu secara mandiri) + fungsi
sosial, pekerjaan dan psikologis sudah mulai jelek
31-40 komunikasi interpersonal sudah buruk
21-30 fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis sudah sangat jelek
(sudah adanya halusinasi atau waham)
11-20 kecenderungan untuk melukai diri sendiri atau orang lain
1-10 hal untuk melukai diri sendiri atau orang lain sudah menetap
Rawat inap skor 31-40 sampai 1-10
Kegawatdaruratan psikiatri dimulai pada 11-20
1. Pembukaan
Memberi salam dan perkenalan
N.1
Membina raport menjalin
(Olfaktorius) hubungan yang baik dengan
Sensorik Hidungpasien
Selalu izin dalam melakukan
N.2 (Optikus) wawancara
Sensorik Mata
N.3
Menjelaskan
(Okulomotor) kerahasiaan medis informed
Motorik
Otot-ototconsent
mata (selain m. oblique
2. Isi superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis)
Mengarahkan wawancaraMotorik Muskulus
untuk menemukan gejalaoblique superior
N.5
Memberikan Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
pertanyaan untuk menegakkan diagnosis
(Trigeminal)
3. Teknik Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
Menunjukkan empati
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Mendengarkan secara aktif Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
(Vestibulokoklearis)
N.8 Menilai emosi pasien Sensorik Telinga bagian dalam
Mempertahankan kontakMotorik mata Otot di faringeal
Memberikan
N.9 dukungan (psikoterapi suportif)
(Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
- Ventilasi curhat (cukup mendengar pasien) faring
- Persuasif menerangkan gejalaJantung, paru-paru, bronkhi, traktus
secara logika
Motorik
- Reassurance meningkatkan optimisme pasien/cerita
gastrointestinal
kesuksesan
N.10 (Vagus)
- Sugestif meningkatkan kepercayaan Jantung,diriparu-paru, bronkhi, trakea,
akan kesembuhannya
Sensorik
- Bimbingan nasehat interpersonal laring, faring, traktus gastrointestinal,
- Penyuluhan nasehat untuk mengenal diri sendiri telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
4. Penutup
Memberikan kesimpulan
Memberikan saran dan tatalaksana
Memberikan kesempatan pasien bertanya
Organik Fungsional
Delirium, Skizofrenia,
Demensia, Psikotik akut,
Gangguan perilaku Skizoafektif
karena zat
Terjadi mendadak
didahului oleh
adanya gangguan
vaskular pada otak
Terdapat gejala
parkinsonism yang
dominan (TRAP)
Terdapat gangguan bahasa
(afasia) + bicara kotor dan
sering mengecap bibir
Neurofibrillary Penumpukan
tangles beta amyloid
Interpretasi :
24-30 : normal
17-23 : probable gangguan kognitif
0-16 : definite gangguan kognitif
Diagnosis delirium :
Gangguan kesadaran (kesadaran berkabut terhadap lingkungan)
dengan berkurangnya kemampuan untuk fokus, mempertahankan atau
mengubah perhatian
Berubahnya kognisi (misalnya defisit memori, disorientasi, gangguan
bahasa) atau perkembangan dari gangguan persepsi
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang singkat (jam sampai
hari) dan berfluktuasi selama hari tersebut
Adanya riwayat kejadian di masa lampau, PF atau temuan lab akibat
kondisi medis umum pasien
Terapi Delirium
Apabila terdapat kondisi gaduh gelisah dapat diberikan Haloperidol
HCl 5 mg IM (bukan haloperidol decanoat bersifat long acting !!!)
Pasien membahayakan orang lain/diri sendiri Haloperidol 0,5 mg tiap
4-6 jam, ditingkatkan hingga max 10 mg/hari (lansia 3 mg/hari)
Agitasi berat (tidak bisa pemberian per oral) :
- Injeksi haloperidol 2,5 mg IM, dapat diulang setelah 30 menit
- Dosis max 10 mg/hari (lansia 5 mg/hari)
- Benzodiazepine hanya untuk delirium akibat alkohol
- Setelah agitasi tertangani rujuk
Assessmen Agitasi
Mengukur gejala-gejala agitasi menggunakan PANSS-EC (Positive
and Negative Symptome Scale – Excited Component)
Menilai 5 skala :
1. Kontrol impuls (gangguan pengaturan & pengendalian impuls)
2. Ketegangan (ketegangan, kekakuan, tremor, keringat berlebih)
3. Permusuhan (kemarahan, kebencian, caci maki, penyerangan)
4. Ketidakkooperatifan (menolak untuk patuh)
5. Gaduh gelisah (hiperaktifitas)
Setiap skala dinilai 1-7 (7 paling buruk), jika tiap skala poin 4-7 lakukan
terapi agitasi berat
Jika total skor > 25 rawat inap
Tatalaksana Agitasi
PANSS-EC 2-3 deeskalasi verbal (teknik komunikasi menenangkan
pasien agitasi), obat oral
PANSS-EC 4-5 deeskalasi verbal max 5 menit + injeksi haloperidol 5
mg (dapat dilakukan fiksasi)
PANSS-EC 6-7 deeskalasi verbal max 5 menit + injeksi kombinasi
(haloperidol / aripiprazole dan diazepam) + fiksasi (restrain fisik)
Kronik progresif (min 6 bulan) Akut fluktuatif (jam-hari)
Kesadaran baik Kesadaran berkabut
Gangguan fungsi luhur multipel + Berubahnya kognisi atau
mengganggu aktivitas sehari-hari perkembangan dari gangguan persepi
Gangguan kognitif (+)
Terapi AchE-Inh (Donepezil, Terapi antipsikotik tipikal
Galantamin, Rivastigmin) (Haloperidol)
Catatan :
Stimulan
- Intoksikasi TTV meningkat + midriasis
- Withdrawal TTV menurun + miosis
Depresan
- Intoksikasi TTV menurun + miosis
- Withdrawal TTV meningkat + midriasis
Opioid efek intoksikasi dan withdrawal = depresan pasien ada bekas
suntikan pada tangannya (morfin dan heroin)
Intoksikasi berbanding lurus dengan efek yang ditimbulkan dari zat
adiktif
Withdrawal berbanding terbalik dengan efek yang ditimbulkan dari zat
adiktif
Dosis & Tatalaksana
Suportif atasi demam, takikardi dan agitasi psikomotor
Bromokriptin 0,625 – 2,5 mg oral 3x1/hari
Flumazenil 0,2 mg IV, dapat diulang tiap menit dengan dosis maksimal
1 mg
Fenobarbital 60 mg 3x1
Naloxone 0,4 – 2 mg IV
Metadone 20-30 mg/hari dosis tunggal (opioid kerja panjang)
Tatalaksana intoksikasi opioid
- Pastikan ABC aman
- Antidotum Naloxone HCl atau Naloxone 0,8 mg IV selama 15 menit
(sediaan Naloxone 1 vial berisi 1 ml konsentrasi 0,4 mg/ml), jadi
dibutuhkan 2 vial naloxone
- Jika tidak ada respon naloxone 1,6 mg IV dan tunggu 15 menit
- Jika masih tidak ada respon naloxone 3,2 mg IV dan curigai
penyebab lain
- Jika pasien berespon teruskan pemberian naloxone dengan dosis
diturunkan 0,4 mg/jam IV
Usia <12 tahun dan >40 tahun Muncul usia 12-40 tahun
Onset mendadak Onset perlahan
Tidak ada gangguan kesadaran dan
Kesadaran dan disorientasi (+)
disorientasi
Halusinasi visual Halusinasi auditorik
Perjalanan penyakit fluktuatif Perjalanan penyakit terus-menerus
Tanda vital abnormal Tanda vital normal
Catatan :
Pasien psikotik saat ini lebih dianjurkan menggunakan APG 2 (atipikal)
Risperidone
Pemakaian APG 1 (tipikal) memiliki efek samping “ekstrapiramidal
syndrome (EPS)” yang lebih tinggi dibandingkan APG 2 (atipikal)
Penggunaan Clozapine tidak disarankan penggunaan pertama karena
memiliki efek obat yang cukup kuat (efek sampingnya agranulositosis),
jika Risperidone sudah tidak bisa sehingga dan akhirnya refrakter
baru bisa memakai Clozapine
Efek samping haloperidol dan risperidone biasanya paling sering
hiperprolaktinemia akibat obatnya mengganggu tuberoinfendibular
pada laki-laki mengakibatkan ginekomastia terapinya Bromokriptin
Gangguan pada jalur higrostriatal, yaitu :
1. Akatisia pasien merasa tidak bisa diam / gelisah (beberapa bulan)
terapi : Propanolol
2. Distonia akut adanya kontraksi involunter dan kakunya otot kepala,
leher, badan, dan ekstremitas (manifestasi tortikolis atau krisis
okulogirik) terapi : Antikolinergik (timbul 24-48 jam setelah minum
antipsikotik)
3. Tardive diskinesia ireversibel, adanya gerakan repetitif, cepat,
involunter dari otot-otot orofasial (misalnya gerakan mengecap-ngecap
mulut atau menggerak-gerakkan leher) terapi : Clozapine (timbul
kronik, berbulan-bulan)
4. Sindroma neuroleptik maligna kekakuan otot + demam + gangguan
tanda vital (kegawatdaruratan psikiatri)
5. Pseudoparkinsonisme adanya pill rolling tremor perlahan, rigiditas,
bradikinesia dan gait terganggu terapi : Antikolinergik (beberapa hari
sampai minggu)
Assessmen Mania
Menggunakan YMRS (Young Mania Rating Scale) skoring pada anak
usia 5-18 tahun, assessmen gejala 48 jam terakhir
Mood meningkat, meningkat aktivitas motor, hasrat seksual meningkat,
tidur berkurang, iritabilitas meningkat, berbicara (rate & amount),
gangguan berbahasa dan berpikir, isi pikir, kebiasaan disruptive-
aggressive, penampilan, tilikan
Diagnosis Episode Bipolar :
1. Episode berulang sekurang-kurangnya 2 episode pada waktu tertentu
2. Terdiri dari peningkatan afek dan penurunan afek
3. Khas penyembuhan sempurna diantara kedua episode
4. Episode manik lebih singkat 2 minggu – 4 bulan
5. Episode depresi lebih lama rata-rata 6 bulan
Gangguan afektif
Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
0 bipolar episode kini
memenuhi kriteria F30.0
hipomanik
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
1
manik tanpa gejala memenuhi kriteria F30.1
psikotik
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
2
manik dengan gejala memenuhi kriteria F30.2
psikotik
Gangguan afektif
Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
3 bipolar episode kini
memenuhi kriteria F32.0 atau F32.1
depresif ringan-sedang
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
4
depresif berat tanpa memenuhi kriteria F32.2
gejala psikotik
Gangguan afektif
bipolar episode kini Memenuhi kriteria diagnosis bipolar +
5
depresif berat dengan memenuhi kriteria F32.3
gejala psikotik
Memenuhi kriteria diagnosis bipolar + saat ini
Gangguan afektif menunjukkan gejala manik, hipomania, dan
6 bipolar episode kini depresif bergantian dengan cepat (sama-
campuran sama menonjol) dan sekurang-kurangnya
selama 2 minggu
Gangguan afektif
Tidak ada gangguan afektif yang nyata
7 bipolar episode kini
selama beberapa bulan terakhir
dalam remisi
Gejala psikotik pada bipolar muncul pada puncaknya baik episode depresi atau
episode mania
Gangguan bipolar tipe 1
sampai mania dan
pernah sampai depresi
Assessmen Depresi
Menggunakan HAM-D (Hamilton Depression Rating Scale) skoring
assessmen psikiatri
Mood menurun, perasaan bersalah, ide bunuh diri, insomnia (early in
night), insomnia (middle in night), insomnia (early hours of the morning),
gangguan pekerjaan dan aktivitas, retardasi/deteriorasi/kemunduran,
agitasi, kecemasan psikis, somatik, pencernaan, somatik umum, gejala
genital/gangguan menstruasi/libido menurun, hipokondriasis,
kehilangan berat badan, tilikan
Pasien geriatri GDS (Geriatric Depression Scale) yang dirasakan
pasien selama 2 minggu terakhir
SSRI
Insomnia, agitasi, sedasi, gangguan
Fluoxetine 10-40 mg/hari
saluran cerna, disfungsi seksual,
Sertraline 50-150 mg/hari
menambah berat badan (sertraline)
Escitalopram 20-60 mg/hari
Trisiklik/Tetrasiklik
Antikolinergik, aritmia jantung
Amitriptilin 75-300 mg/hari
SNRI Kenaikan berat badan, hipertensi,
Duloxetine 40-60 mg/hari mengantuk, gangguan saluran
Venlafaxine 150-375 mg/hari cerna
Catatan :
1. Terapi pertama kali pada depresi intervensi psikososial atau
psikoedukasi (pasien, keluarga, pengasuh)
2. Selanjutnya terapi psikologis Cognitive Behavioural Therapy (CBT)
mengarahkan pertanyaan-pertanyan pasien sesuai logika
3. Terakhir farmakoterapi :
First line SSRI (Fluoxetine atau Sertraline)
Second line Trisiklik (Amitriptilin)
4. Fluoxetine sediaan 10 mg dan Sertraline sediaan 20 mg
Fobia (F40) dicetuskan oleh adanya objek atau situasi yang jelas (dari luar
individu itu sendiri) yang sebenarnya saat kejadian tidak membahayakan,
akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam
Subtipe OCD :
Checking memeriksa kunci, gembok, keran air, pintu rumah, kompor
Hoarding senang mengumpulkan barang tidak berharga (misalnya
struk belanjaan)
Symmetrical order semua harus simetris, urut gradasi warna, sesuai
urutan alfabet
Contamination sering mencuci tangan berulang-ulang
Intrussive thought hanya dipikiran saja, tidak muncul tindakannya
Tatalaksana OCD :
Fluoxetine 20-80 mg/hari
Sertraline 50-200 mg/hari
Ada stressor luar biasa (psikis dan mental) dan
muncul gejala menit sampai segera hilang
secara cepat (< 3 hari) namun beberapa dapat
0 Reaksi stress akut
bertahan hingga 4 minggu dengan gejala
terpaku, sedih, cemas, marah, kecewa,
overaktif, penarikan diri dan disorientasi
Diagnosis muncul 6 bulan setelah trauma dan
gejala berupa re-experiencing (flashback),
1 PTSD
avoidance, dan hyperarousal yang sudah
berlangsung selama 1 bulan
Suatu reaksi maladaptif terhadap suatu
stressor, dengan adanya hubungan antara :
Bentuk, isi, dan beratnya gejala
Riwayat sebelumnya dan corak
Gangguan
2 kepribadian
penyesuaian
Kejadian, situasi yang stressful atau
krisis kehidupan
Yang muncul dalam 1 bulan setelah trauma
dan tidak bertahan melebihi 6 bulan
Stressor
1 bulan 6 bulan
Reaksi Gangguan
Stress Akut Penyesuaian PTSD
Catatan :
Reaksi stress akut misalnya ada keluarga pasien meninggal, dia
merasakan cemas, kecewa dan gejala-gejala lain sesuai kriteria selama
hingga 1 bulan (< 1 bulan), kalau dia berlanjut masuk ke gangguan
penyesuaian, dan jika dia berlanjut (> 6 bulan) masuk ke PTSD
Gangguan penyesuaian biasanya terjadi pada orang yang pindah
pekerjaan ke tempat lain (perlu beradaptasi)
PTSD / Post Traumatic Stress Disorder biasanya kejadian katastropik
(bencana alam / non alam), flashback (kejadian yang lama dia teringat
kembali), perasaan rearousal (perasaan yang dulu ia rasakan dan
kejadian tersebut tidak nyaman) contoh pasien yang selamat dari
kecelakaan pesawat dan dia selamat, ketika dia mendengar suara
pesawaat dia merasa tidak nyaman dan muncul ingatan yang lalu saat
kecelakaan
Cluster A
Cluster C
Obsesif-Kompulsif
Perfeksionis, kaku, memaksa orang lain
(Anankastik)
Denial Menolak realita
Proyeksi Proyeksi kekurangannya kepada orang lain
Melampiaskan emosi tanpa memikirkan
Acting out
konsekuensi
Memisahkan dirinya atau orang lain menjadi 2
Splitting
kutub
Regresi Kembali ke masa kanak-kanak
Impuls tidak dapat diterima didorong ke luar
Represi kesadaran, tidak diingat, dilupakan (jika ada
masalah dipendam dan dilupakan)
Displacement Memindahkan kemarahan pada objek lain
Impuls yang tidak dapat diterima diatasi
Reaksi formasi
dengan impuls yang berlawanan
Perilaku ritualistik dengan tujuan
Undoing
menghilangkan suatu kejadian
Menunda perhatian pada impuls yang lagi
Supresi
bermasalah
Mementingkan kepentingan orang lain
Altruisme
daripada kepentingan pribadi
Mengganti hal-hal yang tidak dapat diterima di
Sublimasi alam bawah sadar ke alternatif yang lebih
diterima sosial
Antisipasi Rencana sebelum ketidaknyamanan terjadi
Ekspresi perasaan yang keluar secara regresif
Humor tanpa merasakan tidak enak pada orang lain
(mengganti stresor sedih ke senang)
Sexual aversion
disorder
Sexual desire Male &
disorder Female
Hypoactive sexual
desire disorder
Female sexual
Female
arousal disorder
Sexual arousal
disorder
Erectile
Male
dysfunction
Sexual Hypoactive sexual
Disorder desire disorder
Female orgasmic
Female
disorder
Ejaculation /
orgasm disorder Male orgasmic
disorder
Male
Premature
ejaculation
Dyspareunia
Penetration Female
disorder
Vaginismus
1. Sexual Desire Disorder hasrat
Sexual Aversion Disorder defisiensi atau tidak hasrat untuk
aktivitas seksual yang muncul secara persisten / rekuren
Hypoactive Sexual Desire Disorder menghindari atau menolak
kontak seksual melalui genitalia dengan partner seksual, secara
persisten / rekuren
2. Sexual Arousal Disorder bangkitan atau lubrikasi
Female Sexual Arousal Disorder ketidakmampuan persisten
atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan sampai
selesainya aktivitas seksual
Erectile Dysfunction (Male Erectile Disorder) ketidakmampuan
persisten atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan
sampai selesainya aktivitas seksual dengan ereksi adekuat
3. Ejaculation Disorder (Orgasmic Disorder) orgasme
Female Orgasmic Disorder penundaan terus-menerus atau
berulang, atau tidak adanya, orgasme setelah fase rangsangan
seksual normal
Male Orgasmic Disorder pria mengalami kesulitan yang besar
dalam mencapai ejakulasi saat coitus
Premature Ejaculation ejakulasi persisten atau berulang
dengan rangsangan seksual minimal sebelum, pada atau segera
setelah penetrasi dan sebelum orang tersebut menginginkannya
(ejakulasi dini < 60 detik)
4. Penetration Disorder (Genito-pelvic Pain) nyeri
Dyspareunia nyeri organ genitalia saat coitus, muncul
persisten / rekuren
Vaginismus konstriksi otot involunter dari vagina yang
berhubungan dengan masuknya penis (spasme otot)
Fantasi, nafsu, atau kepuasaan seksual yang didapatkan
Troilisme apabila melihat pasangan seksualnya beraktivitas seksual
dengan orang lain
Obsesi untuk melakukan aktivitashubungan seksual
Nekrofilia
dengan jenazah
Kenikmatan seksual berasal dari berdandan atau
Transvestisme menyamar dalam pakaian lawan jenis dengan keinginan
kuat untuk tampil sebagai anggota lawan jenis
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra
Pedofilia pubertas atau awal masa pubertas, baik laki-laki maupun
perempuan
Delusi dimana penderita percaya bahwa orang lain (yang
Erotomania
status sosial lebih tinggi) jatuh cinta pada penderita
Dorongan untuk selalu mendapat kepuasaan seksual
Nimfomania
terus-menerus (wanita), Setiriasis (pria)
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan menggesekkan
Frotteurisme
alat kelamin
Voyeurisme Mendapatkan kepuasaan seksual dengan mengintip
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan memperlihatkan
Exhibisionisme
alat kelamin kepada lawan jenis
Mendapatkan kepuasaan seksual dari benda-benda tidak
Fetishisme
hidup
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan menjadi pelaku
Sadisme
kekerasan saat aktivitas seksual
Mendapatkan kepuasaan seksual dengan menjadi korban
Masokisme
kekerasan saat aktivitas seksual
1. Parasomnia (peristiwa abnormal saat tidur)
Somnabulisme jalan saat tidur
Mimpi
- Teror (saat NREM Non Rapid Eye Movement) saat
bangun tidak ingat mimpi
- Nightmare (saat REM Rapid Eye Movement) saat
bangun ingat mimpi
2. Disomnia (gangguan jumlah, kualitas, dan waktu tidur)
Insomnia (sulit mempertahankan tidur, minimal 3 kali seminggu
selama > 1 bulan)
- Early sulit memulai tidur (biasanya pada gangguan cemas)
- Middle sulit mempertahankan tidur / sering terbangun-
bangun
- Late setelah terbangun sulit untuk tidur kembali (biasanya
pada depresi)
Hipersomnia (rasa kantuk di siang hari yang berlebihan, terjadi
setiap hari selama > 1 bulan)
Narkolepsi (serangan tidur saat bekerja, selama percakapan, atau
keadaan normal lainnya ada gejala katapleksi, sleep paralisis
dan hipnagogik)
Obstructive Sleep Apnea (gangguan tidur rasa kantuk berlebih
atau insomnia, yang berhubungan dengan pernapasan)
Gangguan Ritme Sirkadian (kesulitan beradaptasi dengan
perubahan zona waktu)
- Delayed sleep phase type ketidakmampuan untuk tertidur
dan terjaga lebih awal pada waktu yang dikehendaki
- Jet lag type mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak
tepat menurut jam setempat (berpergian melewati zona waktu)
- Shift work type berhubungan dengan kerja shift malam atau
perubahan shift kerja
NREM REM
Farmakologi :
1. Early insomnia :
Benzodiazepine
- Estazolam 1-2 mg/malam (sediaan tab 1 mg)
- Lorazepam 1 mg/malam (sediaan tab 1 mg)
Non-Benzodiazepine
- Zolpidem 10-20 mg/malam (sediaan tab 10 mg) bekerja pada
reseptor selektif alfa-1 subunit GABA reseptor
2. Middle insomnia :
- Flurazepam 15-20 mg/malam (sediaan tab 15 mg)
3. Late insomnia :
- SSRI
- TCA efek sedasi > SSRI
Non farmakologi :
Kontrol stimulus (menyesuaikan onset tidur dengan tempat tidur)
Sleep restriction (menggunakan tempat tidur hanya waktu tidur)
Sleep hygiene (meningkatkan dan merubah cara hidup dan lingkungan
penderita dalam rangka meningkatkan kualitas tidur penderita)
Cognitive therapy (mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang
salah tentang sebab dan akibat insomnia)
1. Bulimia Nervosa
Kriteria diagnosis :
Preokupasi menetap untuk makan
Pasien melawan efek kegemukan (merangsang muntah,
pencahar, puasa, obat-obatan penekan nafsu makan)
Rasa takut yang berlebihan akan kegemukan dan mengatur
beratnya di bawah berat badan yang sehat
2. Anoreksia Nervosa
Kriteria diagnosis :
Berat badan dipertahankan <15% di bawah normal
Ada usaha mengurangi berat (muntah, pencahar, olahraga, obat
penekan nafsu makan)
Terdapat distosi citra tubuh (body image)
Adanya gangguan endokrin yang meluas (amenorea,
peningkatan growth hormone dan kortisol)
Jika terjadi pada masa prapubertas, maka pubertas dapat
tertunda
Ringan 50-69
Sedang 35-49
Berat 20-34
Sangat berat <20