id
1
Oleh:
GIGIH WICAKSONO
K 5104019
commit to user
i
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
oleh :
GIGIH WICAKSONO
K 5104019
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
ABSTRAK
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
ABSTRACT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
MOTTO
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
PERSEMBAHAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Skripsi ini
peneliti tulis dan ajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Untuk itu,
peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penyusunan skripsi ini;
2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan persetujuan
penyusunan skripsi ini;
3. Drs. Hermawan, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga
telah memberikan persetujuan penyusunan skripsi ini;
4. Drs. Hermawan, M. Si. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
memantau kegiatan akademik dan memberikan nasihat, saran, dan bimbingan
kepada peneliti selama kuliah;
5. Drs. Gunarhadi, MA, Ph. D. selaku Pembimbing I dan Priyono S.Pd, M.Si
selaku Pembimbing II atas bimbingan yang diberikan;
6. Dra. Siti Asnah. Selaku kepala sekolah SLB Negeri Kota Magelang.
7. Keluargaku (Bapak, Ibu, dan adikku) yang menjadi naungan dan pelarianku;
8. Perpustakaan di lingkup UNS, bapak Arif bagian pendidikan FKIP;
9. Berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PENGAJUAN .................................................................................................. ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 7
F. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
1. Tinjauan Tentang Metode Oral ............................................. 8
a. Pengertian Metode Oral .................................................... 8
b. Jenis-jenis Metode Oral........................................................ 10
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Oral .......................... 10
2. Tinjauan Tentang Metode Isyarat ......................................... 11
a. Pengertian Metode Isyarat................................................. 11
b. Tujuan Bahasa Isyarat Pada anak tunarungu…………….. 12
c. Jenis Bahasa Isyarat……………………………………… 12
d. Kelebihan dan Kekurangan bahasa Isyarat ....................... 14
3. Tinjauan Tentang anak Tunarungu…………………………. 15
a. Pengertian Anak Tunarungu.............................................. 5
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Sistem Pendidikan Nasional tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasal 5
ayat (1 dan 2)” (1) Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) Warga Negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.
Berdasarkan undang-undang di atas, maka setiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan, termasuk juga anak tunarungu. Permanarian Somad &
Tati Hernawati, (1996: 14) berpendapat bahwa “Pemerintah mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pelayanan pendidikan, karena pemerintah mempunyai
tanggung jawab terhadap semua warganya.
Mereka juga menerangkan bahwa “Pendidikan anak tunarungu di
Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala diantaranya yaitu kesulitan
dalam pengadaan sarana dan prasarana, terutama kebutuhannya dalam upaya
rehabilitasi kelainannya. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat terus
berusaha meningkatkan pendidikan anak tunarungu”.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran.
Sastrawinata (1977: 10) menyebutkan secara medis ketunarunguan berarti
kekurangan/kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan
seluruh alat pendengaran. Secara pedagogis ketunarunguan mengakibatkan
hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan
khusus baik metode, media yang digunakan, maupun sistem penilaiannya.
Seseorang dikatakan tunarungu jika orang tersebut mengalami kelainan
dalam pendengarannya. Akibat dari kelainan pendengaran dapat menghambat
perkembangan bahasanya. Perkembangan bahasa anak tunarungu mengalami
hambatan karena kurang berfungsinya atau bahkan tidak berfungsinya indra
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan kemampuan pendengaran.
Akibat dari Ketidakmampuan mendengar ini menyebabkan perkembangan
bahasa dan bicara anak tunarungu menjadi terhambat.
2. Akibat dari ketunaannya, kompetensi bahasa anak tunarungu menjadi rendah..
3. Tanpa pemahaman yang cukup tentang bahasa, maka anak tunarungu akan
sulit untuk memahami pelajaran yang disampaikan.
4. Pembelajaran membaca permulaan, Siswa dituntut untuk dapat
“menyuarakan” kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Padahal
anak tunarungu telah mengalami keterbatasan dalam kemampuan komunikasi
dan bahasanya.
5. Pendekatan komunikasi di SLB B hanya menggunakan metode oral saja,
sehingga hasil pengajaran bahasanya tidak maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
6. Bahasa isyarat adalah bahasa yang identik dengan dunia anak tunarungu,
namun kenyataannya bahasa isyarat kurang efisien, karena banyak isyarat
yang harus dipelajari dan tidak semua pengerian dapat diisyaratkan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, maka
permasalahan perlu dibatasi. Masalah yang akan diteliti hanya terbatas pada
masalah berikut ini:
1. Obyek Penelitian
a. Pengajaran membaca permulaan Kelas I Sekolah Dasar semester 1
tentang berbicara dan berisyarat dalam memperkenalkan diri sendiri, dan
fungsi anggota tubuh serta benda-benda di sekitar.
b. Bahasa oral meliputi kemampuan ekspresif (berbicara) maupun reseptif
(membaca ujaran) dalam proses pembelajaran membaca permulaan anak
tunarungu sekolah dasar.
c. Bahasa isyarat meliputi kemampuan ekspresif (berisyarat) dan reseptif
(membaca isyarat) dalam proses pembelajaran membaca permulaan anak
tunarungu sekolah dasar.
2. Subyek Penelitian
Siswa kelas I Sekolah Dasar di SLB N Magelang tahun ajaran 2011/2012
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan antara penguasaan bahasa oral dengan kemampuan
membaca permulaan?
2. Apakah ada hubungan antara penguasaan bahasa isyarat dengan
kemampuan membaca permulaan?
3. Apakah ada hubungan antara penguasaan bahasa oral dan pemahaman
bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan pemahaman bahasa oral dengan kemampuan
membaca permulaan.
2. Mengetahui hubungan pemahaman bahasa isyarat dengan kemampuan
membaca permulaan.
3. Mengetahui hubungan pemahaman bahasa oral dan bahasa isyarat dengan
kemampuan membaca permulaan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat
teoretis maupun manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan bagi peneliti tentang metode pengajaran bahasa bagi
anak tunarungu.
b. Memperkenalkan penggunaan bahasa oral dan isyarat bagi pembelajaran
anak tuna rungu terkait dengan kemampuan membaca permulaan.
2. Manfaat Praktis
Menyelenggarakn pembelajaran yang memadukan bahasa oral dan
isyarat untuk kepentingan peningkatan kemampuan membaca permulaan di
SLB Negeri Magelang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Metode Oral
a. Pengertian Metode Oral
Metode oral yang dipelopori Samuel Heinicke di Jerman. Metode ini
bertitik tolak dari pandangan bahwa “Anak tuli memiliki potensi untuk berbicara,
dan dapat diajar dengan baik” (Sardjono & Samsidar, 1990: 35). Pandangan ini
didukung adanya kebutuhan anak tuli (tunarungu berat) untuk:
1) Diakui sebagai anggota masyarakat seperti halnya anak-anak normal
2) Mendapat kesempatan berpribadi (memperoleh pengakuan harga diri)
3) Menyesuaikan diri dalam sosial dan vocational (Sardjono, 2000: 3)
Kata “oral” berasal dari bahasa Inggris yang artinya sama dengan lisan
(Wojowasito & Purwadarminta, 1991: 131). Menurut Lani Bunawan (1989:1)
“Metode oral aural yaitu metode dimana anak diharapkan agar dapat
mengungkapkan diri dengan bicara dan menangkap pesan orang lain lewat
membaca ujaran serta memanfaatkan sisa pendengarannya”.
Menurut Corrow (1996:374) “ Oralism is the combined use of
amplification, auditory training speech, lip reading, and written language in the
instructional approach “, yaitu kurang lebih menyatakan metode oral adalah
gabungan dari penerapan latihan mendengar, bicara, membaca ujaran dan bahasa
tulisan didalam proses pembelajaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode oral
merupakan salah satu cara untuk melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi
secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Agar anak tunarungu
mampu bicara dituntut adanya partisipasi dari orang-orang di sekelilingnya, yaitu
dengan melibatkan anak tunarungu bicara secara lisan dalam setiap kesempatan.
b. Syarat-syarat Penunjang keberhasilan penerapan metode oral
Menurut Lani Bunawan (1989: 23) “Berhasil atau tidaknya penerapan
suatu metode bukan semata-mata tergantung dari faktor anak didiknya tetapi dapat
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
pula dari guru dan atau keadaan lingkungan”. Adapun syarat-syarat yang dapat
menunjang keberhasilan penerapan metode oral yaitu:
1) Terselenggaranya kegiatan diagnosa secara menyeluruh untuk mendapatkan
gambaran kemampuan serta ketidakmampuan.
2) Terlaksananya pengukuran/ penilaian secara rutin dan berkesinambungan
terhadap siswa terutama mengenai keterampilan, membaca, ujaran, bicara,
perkembangan kosakata, kemampuan membaca dan sebagainya.
3) Tersedianya guru dan pendidik yang memenuhi persyaratan. Pendidik seperti
pengasuh asramapun memerlukan bimbingan agar dapat menangani anak
tunarungu dengan benar, terutama yang menyangkut perkembangan bahasa
anak.
4) Terselenggaranya pelayanan pendidikan yang terpisah antara berbagai siswa
tunarungu sesuai kebutuhannya.
5) Terlaksananya program bimbingan orang tua siswa yang terutama dapat
menunjang perkembangan bahasa anak.
6) Tersedianya program bimbingan diri sehingga anak sejak usia balita telah
menggunakan alat bantu mendengar, dilatih cara bicara dan ketrampilan baca
ujarannya dan pihak keluarga belum sempat mengembangkan suatu sistem
isyarat yang hanya dimengerti dalam lingkungan terbatas.
7) Terlaksananya pelayanan pendidikan yang bercirikan hal-hal sebagai berikut:
a) Di seluruh SLB-B diterapkan metode pengajaran bahasa yang homogen
berdasarkan percakapan oral sejak program bimbingan dini sampai
tingkat lanjutan.
b) Setiap hari siswa diberikan latihan bicara dengan sasaran agar siswa
berbicara dengan kecepatan dan irama yang wajar.
c) Terselenggaranya bina persepsi bunyi dan irama secara
berkesinambungan.
d) Tersedianya peralatan elektronik yang digunakan secara efektif serta
dirawat dan dipelihara secara teratur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Secara harfiah menurut A. Van Uden yang dikutip Bunawan (1989: 11)
“bahasa isyarat artinya bahasa dengan menggunakan tangan walaupun dalam
kenyataan, ekspresi muka dan lengan juga digunakan atau berperan”.
“Isyarat (signal) adalah bunyi atau gerakan yang mengandung arti alamiah
atau biologis “(Haviland, 1995: 161).
Menurut aliran Manualisme yang dikutip oleh Sardjono (1991: 55) dalam
bukunya Orthopedagogik-B menyebutkan bahwa :
1) Bahasa isyarat dapat diartikan sebagai dactilogy atau “bahasa jari” atau juga
lebih dikenal dengan sebutan abjad jari (finger spelling). Sistem ini masih
pula dibedakan antara lain:
2) Istilah isyarat juga sering digunakan untuk menunjukkan bahasa tubuh atau
body language. Bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti
sikap tubuh, ekspresi muka, pantomimic, dan gesti/gerak (gesture) yang
dilakukan oleh seseorang secara wajar dan alami. Menurut Hirsch yang
dikemukakan Bunawan (1989: 13)” seorang guru anak tunarungu pernah
mengadakan suatu inventerisasi mengenai gesti yang dilakukan orang
Jerman dan menyimpulkan bahwa jumlahnya mencapai 853 gesti
diantaranya telah dikenal dan digunakan anak sejak usia balita”. Gesti ini
ternyata tidak sama untuk setiap masyarakat atau kebudayaan. Bahasa tubuh
ini tidak bisa digolongkan sebagai suatu bahasa dalam arti sesungguhnya
walaupun gerak/isyaratnya berfungsi sebagai media komunikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
kegiatan inti, kegiatan tindak lanjut dan evaluasi (penilaian) (Muchlisoh 1996:
83). Selanjutnya, Muchlisoh mengemukakan program mengajar atau persiapan
mengajar yang baik adalah yang terurai, yang menjabarkan langkah kegiatan inti
guru satu persatu. Di dalamnya tersaji pula cara pengorganisasian kelas (untuk
belajar kelompok, pasangan, individual, atau klasikal), metode mengajar, dan
sarana serta sumber belajar.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
Abdul Majid (2007: 17).
Perencanaan pengajaran tercakup dalam penyusunan program pengajaran.
Menurut Abdul Majid (2007: 17-18), perencanaan pengajaran dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, antara lain:
1) perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang
mendorong teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif
dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran,
2) perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari
sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
Pengembangan sistem pengajaran melalui proses sistemik selanjutnya
diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu,
3) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari cabang
pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori
tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut,
4) perencanaan pengajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara
detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan
pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit
yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala
tingkat kompleksitasnya,
5) perencanaan pengajaran sebagai proses adalah pengembangan pengajaran
secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori
pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur
yang sistematik untuk mncapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya
melakuka evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-akivitas pengajaran,
6) perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu
dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara
cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan
dilaksanakan secara sistematik.
Rencana/program ini akan menjadi acuan (pedoman) untuk melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar. Dengan adanya perencanaan yang baik guru dapat
bekerja dengan teratur, langkah demi langkah, dan sesuai rencana (target) yang
telah ditentukan sehingga guru akan dapat mengetahui rencana/program yang
belum dan yang sudah dikerjakan (Muchlisoh 1996: 83).
Menurut PP NO 19 Tahun 2005 pasal 20 yang menjadi landasan rencana
pelaksanaan pembelajaran disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Departemen Pendidikan Nasional,
2007: 141).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali
pertemuan atau lebih (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 142).
Dari beberapa pendapat mengenai penyusunan program pengajaran dapat
dikatakan bahwa kegiatan program penyusunan ini dilakukan oleh guru,
berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Program pembelajaran ini disusun
dalam bentuk silabus, setelah adanya pemetaan kompetensi kurikulum.
Selanjutnya, program pengajaran bahasa pada tiap kali pertemuan secara rinci
tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Untuk memperkenalkan huruf kepada siswa, suku kata yang sudah dikenal
oleh siswa diuraikan menjadi huruf, kemudian huruf dirangkaikan lagi menjadi
suku kata.
Misalnya: Nina — ni-na — ni-na — nina
d) Metode Kata Lembaga:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Ini bola
ini bola
ini bola
i ni bo la
i n i b o l a
(7) Proses sintetik (S)
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang digunakan, huruf-
huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata, dan kata menjadi kalimat
seperti semula.
i n i b o l a
i ni bo la
ini bola
i n i b o l a
Secara utuh, proses SAS tersebut sebagai berikut:
Ini bola
ini bola
i ni bo la
i n i b o l a
i ni bo la
ini bola
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
B. Kerangka Berpikir
Penguasaan
Bahasa Oral
Kemampuan Membaca
Permulaan
Penguasaan
Bahasa Isyarat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
C. Perumusan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Tabel. 1 Rincian jadwal kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Waktu Bulan September 2011 – Pebruari 2012
September Oktober Nopember Desember Januari Pebruari
kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
penelitian
1. persiapan X X X X
awal sampai
penyusunan
proposal
2. seleksi X X X
informan,
penyiapan
instrumen
3.pengumpulan X X X X X X
data
4. analisis data X X X X X X X X
5. penyusunan X X X X
laporan
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dasar dimana peneliti ingin
mengetahui hubungan penguasaan bahasa oral dengan kemampuan membaca
permulaan dan ingin mengetahui hubungan penguasaan bahasa isyarat dengan
kemampuan membaca permulaan serta ingin mengetahui hubungan penguasaan
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
a. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah
“Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan
sebagainya”. Dari pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa teknik
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
data dengan menggunakan catatan atau dokumen tertulis yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
Di dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang identitas siswa dan nilai raport siswa I Sekolah Dasar di
SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
b. Tes
Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data pada penguasaan bahasa
oral, penguasaan bahasa isyarat dan kemampuan membaca permulaan.
Tes ini meliputi
1. tes berbicara
2. membaca ujaran,
3. tes berisyarat
4. membaca isyarat.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 57), sebuah tes yang dikatakan baik
sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a Validitas, artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur.
b. Reabilitas, artinya tes yang mempunyai keajegan, maksudnya taraf sejauh
mana tes itu sama dengan dirinya sendiri, artinya bahwa hasil pengukuran
dengan tes itu adalah relatif sama.
c. Obyektifitas artinya tes yang mampu menyingkirkan faktor subyektif
pada individu-individu yang bersangkutan degan tes itu.
d. Praktisibilitas, artinya tes itu bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya.
Tes yang praktis itu adalah tes yang:
1) Mudah dilaksanakan
2) Mudah pemeriksaannya
3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan
oleh orang lain.
e. Ekonomis, artinya bahwa pelaksaannya tes tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
a) Validitas Tes
Untuk perbaikan instrumen penelitian adalah dengan uji validitas tiap-tiap
item. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item tersebut mampu
mengukur keadaan siswa yang sebenarnya dengan cepat. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 144), "Mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen".
Suharsimi Arikunto ( 1996:158 ) menyatakan bahwa "instrumen atau alat
ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan." Sesuai
dengan cara pengujiannya validitas ada dua macam yaitu :
1). Validitas Eksternal
Yaitu validitas yang berasal dari luar tes yang kita selidiki.
2). Validitas internal
Validitas yang berasal dari dalam tes yang kita selidiki validitasnya, yang
berupa total skor daripada tes tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas menunjukkan sejauh
mana instrumen alat pengukur mampu mengukur apa yang diukur. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data baru yang teliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel.
Untuk menguji tiap-tiap tes peneliti menggunakan teknik analisa korelasi
product moment dengan program SPSS
b) Realibilitas Tes
Menurut Sumadi Suryabrata (1984:29)," Reliabilitas adalah keajegan suatu
tes". Beberapa pendekatan dalam menguji reliabilitas suatu tes yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
2) Pendekatan Ulang
Pendekatan reliabilitas dengan teknik ulang ini disebut juga dengan teknik
tesretest reliability. Pendekatan disini dilakukan dengan cara memberikan
tes yang akan dicari reliabilitasnya kepada sekelompok subyek, kemudian
untuk selang beberapa waktu kita berikan kembali lagi tes itu kepada
subyek yang sama. Hasil dari pelaksanaan dua kali pengukiiran tersebut
kemudian dilakukan penghitungan korelasinya.
3) Pendekatan Belah Dua
Pendekatan reliabilitas dengan teknik belah dua ini sering disebut dengan
teknik gasal-genap, kareiia pembelahan item tes dilakukan dengan
membagi tes bernomor gasal sebagai tes kedua
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini, digunakan teknik belah dua;
dengan membagi soal berdasarkan nomor gasal dan nomor genap. Untuk menguji
reliabilitas tes digunakan teknik belah dua dengan rumus Spearman-Brown
dengan program SPSS 19
6 ∑ d²
1
n n 1
Keterangan:
rs : koefisien korelasi
Σ d² : deviasi skor Y dan X = Yr - Xr
N : jumlah individu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Analisis untuk menguji hipotesis ketiga adalah dengan uji F dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Uji korelasi ganda (multiple product moment correlation) adalah suatu
analisis untuk menguji korelasi linear antara satu variable terikat (Y) dengan
sekelompok variable bebas (X) sebagai satu kesatruan variabel. Rumus yang
digunakan untuk menghitung korelasi ganda antara variabel terikat (Y) dengan 2
variabel bebas (x1 dan x2) adalah sebagai berikut:
. ² . ² . . .
Ry.12 =
. ²
Keterangan :
ry.12 = Korelasi antara X1 dan X2 dengan y
r1.y = korelasi antara x1 dengan y
r2.y = korelasi antara x2 dengan y
r1. 2 = korelasi antara x1 dengan x2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini menyajikan data dari tiga variabel yaitu: (1) penguasaan
bahasa oral; (2) penguasaan bahasa isyarat, dan (3) kemampuan membaca
permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar SLB N Kota Magelang tahun ajaran
20011/2012, yang penulis sajikan sebagai berikut:
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
81-90 0 0 0 0
81-90 0 0 0 0
91-100 0 0 0 0
Total 8 100.0 - -
frekuensi
4.5
4
3.5
3
2.5
2 frekuensi
1.5
1
0.5
0
51‐60 61‐70 71‐80 81‐90 91‐100
81-90 0 0 0 0
81-90 0 0 0 0
91-100 0 0 0 0
Total 8 100.0 - -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
frekuensi
3.5
2.5
1.5 frekuensi
0.5
0
51‐60 61‐70 71‐80 81‐90 91‐100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
81-90 0 0 0 0
81-90 0 0 0 0
91-100 0 0 0 0
Total 8 100.0 - -
frekuensi
3.5
2.5
1.5 frekuensi
0.5
0
51‐60 61‐70 71‐80 81‐90 91‐100
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .959a .920 .888 2.18619 .924
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00003
b
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 276.103 2 138.051 28.885 .002a
Residual 23.897 5 4.779
Total 300.000 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 276.103 2 138.051 28.885 .002
Residual 23.897 5 4.779
Total 300.000 7
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00003
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Residuals Statisticsa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Charts
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
C. Pembahasan Penelitian
Andreas Dwidjosumarto (dalam Permanarian Somad & Tati Hernawati,
1996: 27) menyatakan bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan
kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai perangsang terutama melalui indra pendengaran. Masalah terbesar yang
dialami anak tunarungu adalah karena penguasaan bahasa yang kurang, sehingga
terhambatnya komunikasi dengan guru dan teman-temannya saat pembelajaran
membaca permulaan di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
pembelajaran membaca permulaan siswa tunarungu. Hal ini dibuktikan dari hasil
data tes penguasaan bahasa oral dan isyarat yang berhubungan positif dengan tes
kemampuan membaca permulaan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penguasaan
bahasa oral dan isyarat secara efektif meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa kelas 1 sekolah dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran
2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data tentang hubungan antara penguasaan bahasa oral
dan penguasaan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012 dapat
disimpulkan :
1. Hipotesis pertama yang menyatakan " ada hubungan yang positif antara
penguasaan bahasa oral dengan kemampuan membaca permulaan siswa kelas
1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012" dapat
diterima kebenarannya (TO 0,941 > T, 0,833).
2. Hipotesis kedua yang menyatakan " ada hubungan yang positif antara
penguasaan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012"
dapat diterima kebenarannya (TO 0,958 > T, 0.833).
3. Hipotesis ketiga yang menyatakan " ada hubungan yang positif antara
penguasaan bahasa oral dan penguasaan bahasa isyarat dengan kemampuan
membaca permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang
tahun ajaran 2011/2012 " dapat diterima kebenarannya. (F0 = 10,250 > Ft
5%=5,79)
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil peneiitian ini maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi lembaga pendidikan, dalam hal ini SLB N Kota Magelang, agar lebih
meningkatkan kegiatan-kegiatan pelatihan bina wicara dan pelatihan bahasa
isyarat sehingga bisa menunjang kemampuan membaca permulaan siswa agar
lebih baik lagi.
2. Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan pengarahan kepada guru dan
orang tua tentang pentingnya melatih penguasaan bahasa oral dan bahasa
isyarat.
3. Para guru hendaknya memberikan wawasan cara meningkatkan penguasaan
bahasa oral dan isyarat kepada siswa.
4. Bagi siswa diharapkan terus melatih kemampuan berbahasa oral dan isyaratnya
di sekolah maupun di luar sekolah karena dengan demikian dapat menunjang
usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
DAFTAR PUSTAKA
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP Tunarungu (B). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Lani Bunawan. 1989. Metode Percakapan Reflektif. Jakarta: Bagian Penalties dan
Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Latihan Anak Tunarungu Yayasan
Santi Rama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Sri Anitah. 2007. Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon
13.
Sri Hastuti P.H. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Totok Bintoro. 2008. Materi, Metode dan Penilaian Bina Komunikasi Persepsi
Bunyi dan Irama (BKPBI). Disampaikan dalam Workshop Nasional Appkhl-
UNS-Isape, 3 Februari 2008.
commit to user