Anda di halaman 1dari 47

PENGEMBANGAN

KOMPETENSI
ABAD 21
DALAM KURIKULUM 2013
UNTUK SATUAN PENDIDIKAN
SD, SMP, SMA/SMK, DAN
SEDERAJAT
KATA PENGANTAR

Dokumen ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada guru di


satuan pendidikan baik di SD, SMP, maupun SMA dan sederajat untuk
mengembangkan kompetensi abad-21 di dalam Kurikulum 2013. Kompetensi
Abad-21 sebagai bagian dari skill (kecakapan) Abad-21 yang disebutkan sebagai
4C atau 4K adalah sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam
pengembangan kurikulum baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.
Kompetensi tersebut adalah berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical
thinking and problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi (communication),
dan kolaborasi (collaboration). Berdasarkan dokumen ini guru diharapkan dapat
dengan mudah melatihkan dan mengembangkan kompetensi 4C tersebut karena
telah disusun indikator ketercapaian setiap kompetensi untuk semua jenjang.
Selain kompetensi 4C di dalam dokumen ini juga dijelaskan bahwa kemampuan
literasi tidak terpisahkan dari 4C karena dengan berkembangnya literasi maka
akan berkembang pula kompetensi 4C dan sebaliknya. Literasi ini disebut
dengan literasi dasar yang terdiri atas kemampuan literasi baca tulis, literasi
numerik, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan
kewarganegaraan. Dengan berkembangnya literasi dan kompetensi akan
berdampak pada penumbuhan karakter yang berkualitas, yaitu keingintahuan,
prakarsa, kegigihan, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, kesadaran sosial
dan budaya. Pendidikan karakter dipertajam dengan penguatan pendidikan
karakter sebagaimana tercantum dalam Perpres nomor 87 tahun 2017 yaitu
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian buku ini, terutama tim inti pengembang dan tim yang
terlibat dalam kegiatan uji publik dokumen ini meliputi dosen dari perguruan tinggi,
kepala sekolah, guru, P4TK, LPMP, dan dukungan dinas pendidikan provinsi dan
kabupaten/kota.

Kepala Pusat Kurikulum dan


Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla


NIP 19601112 198503 1 001

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 6
1.3 Ruang Lingkup Pedoman 7
1.4 Hasil yang Diharapkan 7
BAB II KAJIAN KONSEPTUAL SKILL
(KETERAMPILAN/KECAKAPAN) ABAD KE-21 9
2.1 Pilar Pendidikan 9
2.2 Literasi Dasar (Fundamental Literacy) 14
2.3 Kompetensi Abad ke-21 (21st Competencies) 16
2.4 Karakter yang Berkualitas (Character Qualities) 17
BAB III PEMETAAN EMPAT KOMPETENSI ABAD KE-21 19
3.1 Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem
Solving) 20
3.2 Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Inovation) 23
3.3 Kolaborasi (Collaboration) 26
3.4 Komunikasi (Communication) 28
BAB IV PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN KOMPETENSI ABAD KE-
21 DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 32
4.1 Pembelajaran Kompetensi Abad ke-21 32
4.2 Penilaian Kompetensi Abad ke-21 35
DAFTAR PUSTAKA 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dasar pendidikan nasional di Indonesia
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 3
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini sangat sejalan dengan tuntutan
skill (keterampilan/kecakapan) Abad ke-21.

Tiga konsep pendidikan Abad ke-21 telah diadaptasi oleh Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan
Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar (SD/MII), Sekolah Menengah Pertama
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Ketiga konsep tersebut
adalah 21st Century Skills (Triling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer,
et al, 2009) dan authentic assessment (Wiggins dan McTighe, 2011);
(Ormiston, 2011; Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan Kallick, 1992).
Selanjutnya, tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan

1
pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk
mencapai kesesuain konsep dengan kapasitas siswa dan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikannya.

Abad ke-21 merupakan abad yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan


teknologi, sehingga menuntut sumber daya manusia sebuah negara untuk
menguasai berbagai bentuk keterampilan, termasuk keterampilan berpikir
kritis dan pemecahan masalah dari berbagai permasalahan yang semakin
meningkat. Dengan kata lain, berbagai keterampilan dalam bingkai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang perlu dikuasai oleh sumber daya manusia
(SDM), menjadi kata kunci bagi sebuah bangsa untuk turut serta dalam
percaturan dunia. Abad ini ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad
globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ini mengalami perubahan-
perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dari abad
sebelumnya. Abad ini membutuhkan kualitas dalam segala usaha dan hasil
kerja manusia sehingga sumber daya manusia yang berkualitas menjadi
tuntutan yang pasti. Abad ke-21 memiliki banyak perbedaan dengan abad
sebelumya dalam berbagai hal, di antaranya dalam pekerjaan, hidup
bermasyarakat, dan aktualisasi diri. Dengan demikian, zaman ini ditandai
dengan berkembangnya banyak pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang-
ulang mulai digantikan oleh mesin, baik mesin produksi maupun komputer.
Sebagai contoh atas perubahan yang terjadi pada Abad ke-21 menurut Trilling
dan Fadel (2009) adalah: (1) dunia yang mengecil karena dihubungkan oleh
teknologi dan transportasi; (2) pertumbuhan yang cepat dalam layanan
teknologi dan media informasi; (3) pertumbuhan ekonomi global yang
memengaruhi perubahan pekerjaan dan pendapatan; (4) upaya pengelolaan
yang lebih baik dari sumber daya alam (air, makanan, dan energi); (5) kerja
sama penanganan dan pengelolaan lingkungan; (6) peningkatan keamanan;
(7) kebutuhan ekonomi untuk berinovasi sehingga dapat berkompetisi secara
global; (8) lebih banyak bekerja dalam tim yang berasal dari beragam bahasa,
budaya, geografi, dan zona waktu; serta (9) kebutuhan akan cara yang lebih
baik untuk mengelola waktu, orang, sumber daya, dan proyek.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Penelitian dan


Pengembangan (Litbang Kemendikbud, 2013) mengungkapkan bahwa Abad

2
ke-21 ditandai dengan: (1) informasi yang tersedia di mana saja dan dapat
diakses kapan saja; (2) komputasi yang semakin cepat; (3) otomasi yang
menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi yang dapat
dilakukan dari mana saja dan ke mana saja.

Abad ke-21 baru berjalan satu dekade, namun dalam dunia pendidikan sudah
dirasakan adanya pergeseran, bahkan perubahan yang bersifat mendasar
pada tataran falsafah, arah serta tujuan pendidikan. Saat ini, pendidikan
berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan
peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan
pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang
disebut dengan information super highway (Gates, 1996). Sejak internet
diperkenalkan di dunia komersial pada awal tahun 1970an, informasi menjadi
semakin cepat terdistribusi ke seluruh penjuru dunia. Pendidikan menjadi
semakin penting untuk menjamin siswa menjadi pebelajar sepanjang hayat,
terampil belajar, kreatif dan inovatif. Selain itu siswa juga diharapkan terampil
dalam menggunakan teknologi dan media informasi serta dapat bekerja dan
bertahan dalam menghadapi tantangan hidup dengan menggunakan
keterampilan untuk hidup (life skills) yang mereka miliki.

Saat ini, pendidikan berada di era pengetahuan dengan percepatan


peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Proses pembelajaran pada era
pengetahuan harus disesuaikan dengan kebutuhan pada era pengetahuan
tersebut. Bahan pembelajaran perlu didesain lebih otentik dan menarik agar
siswa dapat berkolaborasi dalam menemukan solusi untuk memecahkan
masalah sehari-hari. Pemecahan masalah mengarah pada pertanyaan dan
pencarian jawaban oleh siswa dalam konteks pembelajaran yang
menggunakan sumber informasi yang tersedia. Transisi dari masyarakat
industri ke masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge age) memengaruhi
beberapa aspek, baik budaya maupun pendidikan, misalnya dengan
pemunculan profesi dan pekerjaan-pekerjaan baru di bidang industri yang
berbasis pengetahuan (knowledge work). Sebagian besar dari pekerjaan baru
tersebut memerlukan kualifikasi yang tidak dimiliki oleh para pekerja
sebelumnya. Pekerja di era pengetahuan ini dihasilkan melalui pendidikan
formal yang menerapkan pengetahuan analitis (analytical knowledge),

3
mengembangkan keterampilan untuk bekerja, serta membentuk kebiasaan
untuk terus belajar (continuous learning). Oleh sebab itu, perubahan
pendekatan dalam pendidikan dibutuhkan untuk mempersiapkan siswa agar
dapat bertahan hidup dan bekerja dalam era pengetahuan. Dengan demikian,
siswa dapat berkontribusi dalam masa transisi di era pengetahuan dengan
sukses (World Economic Forum: The Future Jobs, January 2016).
Perubahan-perubahan yang terjadi di era globalisasi ini harus diantisipasi
dengan penyelenggaraan pendidikan yang terarah, berupa rencana strategis
pendidikan nasional. Penyusunan strategi yang terarah tersebut didasarkan
pada pemahaman mengenai perubahan yang terjadi. Strategi pendidikan
nasional bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul
dan kompetitif dalam menghadapi era pengetahuan. Strategi ini merujuk pada
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Rencana Strategis Terpadu
Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, manajemen pendidikan nasional


yang efisien, profesional, dan bersih merupakan prioritas yang utama.
Manajemen pendidikan yang profesional dapat meningkatkan ketahanan
nasional dan kesadaran terhadap kesatuan dan persatuan bangsa dalam
rangka wawasan nusantara. Manajemen pendidikan tersebut diselenggarakan
melalui otonomi pendidikan yang sesuai dengan tekad dan usaha untuk
semakin memberdayakan masyarakat. Peran pendidikan dalam membangun
suatu bangsa terutama dalam menghadapi era pengetahuan telah diakui sejak
perumusan Undang-Undang Dasar 1945. Tanpa bangsa yang cerdas tidak
mungkin bangsa itu ikut serta dalam persaingan kehidupan era pengetahuan
(Tilaar,1998). Partnership for 21st Century Learning (P21,2015) menuntut
siswa untuk memiliki keterampilan di bidang teknologi, media dan informasi,
keterampilan pembelajaran dan inovasi, serta keterampilan hidup dan karir.
Kerangka pembelajaran Abad ke-21 menurut P21 menguraikan keterampilan,
pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa dapat sukses
dalam kehidupan dan pekerjaannya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan merumuskan bahwa paradigma


pembelajaran Abad ke-21 menekankan pada kemampuan siswa dalam
mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir

4
analitis dan kerja sama, serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah
(Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan mengenai kerangka
pembelajaran Abad ke-21 menurut BSNP (2010) adalah: (1) kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving
Skills) yaitu kemampuan berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama
dalam konteks pemecahan masalah; (2) kemampuan berkomunikasi dan
bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak; serta
(3) kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills)
yaitu kemampuan mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk
menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif. Untuk menjawab tantangan
dan kebutuhan di Abad ke-21, guru sebagai pelaku utama dalam dunia
pendidikan seharusnya memiliki profesionalisme untuk mewujudkan pola
pendidikan yang berbasis luas (broad base education), interaktif, dan
kolaboratif sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Guru memegang peranan
penting dalam membangun generasi pembaharu yang memiliki kecakapan
Abad ke-21 yang meliputi literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter.

Literasi dasar terdiri atas keterampilan literasi baca tulis, literasi numerik,
literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan
kewarganegaraan. Kompetensi Abad ke-21 meliputi aspek berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas
(creativity), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration) yang
dikenal sebagai atau 4C/4K. Pengembangan 4C/4K dalam proses
pembelajaran akan menumbuhkan karakter yang berkualitas, yaitu
keingintahuan, prakarsa, kegigihan, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan,
kesadaran sosial dan budaya.

Tantangan kehidupan Abad ke-21 membutuhkan pengalaman belajar


sepanjang hayat agar siswa memiliki kompetensi untuk menyelesaikan
masalah kehidupan dan mengambil keputusan yang tepat. Kompetensi yang
dibutuhkan ini yaitu berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking
and problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi (communication), dan
kolaborasi (collaboration) yang dikembangkan melalui implementasi kurikulum
2013. Kompetensi ini mensyaratkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

5
(HOTS) terutama dalam pembelajaran saintifik dan penilaian autentik. Oleh
karena itu perlu disusun dokumen yang menjabarkan bagaimana
pengembangan kompetensi tersebut melalui sejumlah aktifitas di satuan
pendidikan (SD kelas rendah, SD kelas tinggi, SMP, dan SMA). Selain itu
perlu dijabarkan bagaimana pembelajaran saintifik dapat mengembangkan
kompetensi Abad ke-21. Dengan demikian, guru lebih mudah untuk
melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap ketercapaian kompetensi
tersebut. Di samping itu, dijabarkan pula pengembangan literasi dasar di
semua satuan pendidikan, serta karakter yang ditumbuhkan dalam setiap
kompetensi.

1.2 Tujuan

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk menyususn dokumen Kompetensi


Abad ke-21 yang akan memberikan pemahaman cara mengembangkan
Kompetensi Abad-21 di dalam Kurikulum 2013 di satuan pendidikan baik di
SD, SMP, maupun SMA dan sederajat baik melalui berbagai aktifitas belajar di
kelas maupun melalui pendekatan saintifik.

Secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk:

1. mengembangkan konsep kompetensi Abad ke-21 dan indikatornya.


2. mengaitkan kompetensi Abad ke-21 dengan literasi dasar (literasi baca
dan tulis, numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi
budaya dan kewarganegaraan) dan pengembangan karakter yang
berkualitas ( keingintahuan, prakarsa, kegigihan, kemampuan
beradaptasi, kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya di
masyarakat) dalam konteks Skill (kecakapan) Abad ke-21.
3. memetakan empat kompetensi Abad ke-21, yaitu berpikir kritis dan
penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas
dan inovasi (creativity and innovation), komunikasi (communication), dan
kolaborasi (collaboration) dalam nerbagai aktifitas ke dalam gradasi
satuan pendidikan SD kelas rendah, SD Kelas tinggi, SMP dan
SMA/SMK.

6
4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dan
penilaian otentik yang menunjang tercapainya kompetensi Abad ke-21.

1.3 Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup dokumen ini adalah:


1. konsep kompetensi Abad ke-21 dan indikatornya.
2. kompetensi Abad ke-21 dengan literasi dasar (literasi baca dan tulis,
numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya
dan kewarganegaraan) dan pengembangan karakter yang berkualitas (
keingintahuan, prakarsa, kegigihan, kemampuan beradaptasi,
kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya di masyarakat) dalam
konteks Skill (kecakapan) Abad ke-21.
3. pemetaan empat kompetensi Abad ke-21, yaitu berpikir kritis dan
penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas
dan inovasi (creativity and innovation), komunikasi (communication), dan
kolaborasi (collaboration) dalam nerbagai aktifitas ke dalam gradasi
satuan pendidikan SD kelas rendah, SD Kelas tinggi, SMP dan
SMA/SMK.
4. kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dan penilaian otentik yang
menunjang tercapainya kompetensi Abad ke-21.

1.4 Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan pada kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen


Pengembangan Kompetensi Abad ke-21, yang memuat:
1. konsep kompetensi Abad ke-21 dan indikatornya.
2. kompetensi Abad ke-21 dengan literasi dasar (literasi baca dan tulis,
numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya
dan kewarganegaraan) dan pengembangan karakter yang berkualitas (
keingintahuan, prakarsa, kegigihan, kemampuan beradaptasi,
kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya di masyarakat) dalam
konteks Skill (kecakapan) Abad ke-21.

7
3. pemetaan empat kompetensi Abad ke-21, yaitu berpikir kritis dan
penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas
dan inovasi (creativity and innovation), komunikasi (communication), dan
kolaborasi (collaboration) dalam nerbagai aktifitas ke dalam gradasi
satuan pendidikan SD kelas rendah, SD Kelas tinggi, SMP dan
SMA/SMK.
4. kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dan penilaian otentik yang
menunjang tercapainya kompetensi Abad ke-21.

8
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL SKILL
(KETERAMPILAN/KECAKAPAN) ABAD KE-21

2.1 Pilar Pendidikan


Salah satu indikator kualitas kesejahteraan suatu bangsa, ditentukan oleh
pendidikan, karenanya arah kebijakan pendidikan suatu bangsa menunjukan
arah kesejahteraan yang ingin dicapai bangsa tersebut. Untuk itu dalam
menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on
Education for the Twenty first Century" yang dipimpin oleh Jacques Delors
merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang
dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran yaitu Learning to
know, Learning to do, Learning to be dan Learning to live together. Tetapi
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di Indonesia ditambah dengan
pilar pendidikan “belajar untuk memperkuat keimanan, ketaqwaan dan akhlaq
mulia”. Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki Abad ke-
21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan
proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar
yang dianjurkan oleh komisi internasional UNESCO untuk pendidikan yaitu:

1. Belajar untuk mencari tahu (Learning to know)

Pilar ini merupakan kunci pendidikan sepanjang hayat dan menjadi dasar
belajar sepanjang hayat. Learning to know mengandung makna bahwa
belajar tidak hanya berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi
juga harus berorientasi pada proses belajar. Dalam proses belajar, siswa
bukan hanya menyadari apa yang harus di pelajari tetapi juga diharapkan
menyadari bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya dipelajari.
Kesadaran tersebut, memungkinkan proses belajar tidak terbatas di
sekolah saja, akan tetapi memungkinkan siswa untuk belajar secara
berkesinambungan. Inilah hakekat dari semboyan "belajar sepanjang
hayat". Apabila hal ini dimiliki siswa, maka masyarakat belajar (learning

9
society) sebagai salah satu tuntutan global saat ini akan terbentuk. Oleh
sebab itu belajar untuk mengetahui juga dapat bermakna belajar berpikir
karena setiap individu akan terus belajar sehingga dalam dirinya akan
tumbuh kemauan dan kemampuan untuk berpikir. Dalam pembelajaran
misalnya, siswa diharapkan memahami secara bermakna fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori, model, idea, dan hubungan antar idea tersebut; dan
alasan yang mendasarinya, serta menggunakan idea itu untuk
menjelaskan dan memprediksi proses-proses berikutnya.

2. Belajar melakukan sesuatu (Learning to do)

Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif,


peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar
terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk
berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia
tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat
atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar
seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan
keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do”
(belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terealisasi. Walau sesungguhnya
bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan
berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan.
Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana
untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih
dominan daripada penguasaan pengetahuan semata. Pilar ke dua ini
secara umum membuat penguasaan kompetensi yang memungkinkan
sesorang dapat hidup dalam berbagai keadaan yang berhubungan
dengan situasi yang berbeda-beda, belajar bekerja, dan belajar
menghadapi berbagai situasi yang sering tidak terduga.

3. Belajar menjadi diri sendiri Learning to be

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari


proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya

10
dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak
serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan
menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas
penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk
menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Dengan kata lain siswa dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam
proses pendidikan, melalui bekerja atau belajar bersama atau dalam
kelas, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang
berbeda, belajar mengemukakan pendapat dan atau bersedia “sharing
ideas” dengan orang lain dalam kegiatan pembelajaran atau bidang
lainnya

4. Belajar untuk hidup bersama (Learning to live together)

Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan


menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang
memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan
agama. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses
pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam
lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu
menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran
diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

Sistem pendidikan harus mempertimbangkan, menekankan keterampilan


informasi dan teknologi daripada sekadar pendidikan yang berbasis produksi.
Kemampuan untuk belajar dan mencari solusi atas masalah dalam lingkungan
informasi digital menjadi sangat penting. Guru perlu mengembangkan
keterampilan siswa untuk menguasai cara-cara baru dalam bekerja (ways for
working), cara-cara untuk hidup (ways of living), alat untuk bekerja (tools for
working), dan cara-cara bernalar (ways of thinking). Teknologi berperan baik
sebagai pengarah, maupun sebagai tuas untuk perubahan tersebut, terkait
dengan cara mengakses informasi (Binkley et al., 2012), seperti yang terdapat
dalam Tabel 2.1.

11
Tabel 2.1. Kategorisasi Keterampilan Abad ke-21 Binkley (2012)
Cara Bernalar Cara Kerja Alat Kerja Keterampilan untuk
Hidup

Kreativitas dan Komunikasi Literasi Informasi Kewarganegaraan


Inovasi lokal dan global

Berpikir Kritis Kolaborasi Literasi Digital Kehidupan dan Karir


menyelesaikan
masalah, membuat
keputusan

Cara-cara - - Personal dan sosial


bagaimana belajar,
metakognisi

Setidaknya ada empat yang harus dimiliki oleh generasi Abad ke-21, yaitu: ways
of thinking, ways of working, tools for working dan skills for living in the word.
Berikut kemampuan Abad ke-21 yang harus dimiliki siswa, yaitu:

1. Cara-cara bernalar (ways of thinking), cara berfikir yaitu beberapa


kemampuan berfikir yang harus dikuasai siswa untuk menghadapi dunia
abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar.

2. Cara-cara baru dalam bekerja (ways for working), kemampuan bagaimana


mereka harus bekerja. dengan dunia yang global dan dunia digital.
beberapa kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah communication
and collaboration. Generasi Abad ke-21 harus mampu berkomunikasi
dengan baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi
komunikasi. Juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan
individu maupun komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi dan
kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis
ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan
kemampuan yang berbeda-beda.

3. Alat untuk berkerja (tools for working), seseorang harus memiliki dan
menguasai alat untuk bekerja. Penguasaan terhadap Information and
communications technology (ICT) and information literacy merupakan

12
sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala
sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.

4. Cara-cara untuk hidup (ways of living), kemampuan untuk menjalani


kehidupan di Abad ke-21, yaitu: Citizenship, life and career, and personal
and social responsibility. Bagaimana siswa harus hidup sebagai warga
negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.

Dalam panduan ini dirujuk konsep pembelajaran sepanjang hayat sebagaimana


diuraikan pada World Economic Forum yang dikutip Jenny Soffel (2016). Dalam
hal ini istilah 21st century skills dipadankan dengan istilah “kecakapan Abad ke-21”
yang terdiri atas tiga kategori, yaitu: foundational literacies yang dipadankan
dengan “literasi dasar”, competencies yang dipadankan dengan “kompetensi”
(dalam panduan ini, istilah “kompetensi” dilengkapi menjadi “kompetensi Abad ke-
21” yang terdiri atas empat kompetensi (4K/4C)), dan character qualities yang
dipadankan dengan “kualitas karakter” yang mencakup 16 keterampilan
sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2. Penyelenggaraan pendidikan Abad ke-21
perlu memperhatikan 16 keterampilan tersebut.

Tabel 2.2 Kategorisasi Keterampilan Abad ke-21 (World Economic Forum,


2016)
Literasi Dasar Kompetensi Kualitas Karakter

(Bagaimana siswa (Bagaimana pendekatan (Bagaimana pendekatan


menerapkan keterampilan siswa dalam menghadapi siswa dalam menghadapi
inti dalam menyelesaikan berbagai tantangan) perubahan lingkungan)
tugas sehari-hari)

Literasi baca dan tulis Berpikir Kritis menyelesaikan Keingintahuan


masalah,

Literasi Numerik Kreativitas Prakarsa

Literasi Sains Komunikasi Kegigihan

Literasi Digital Kolaborasi Kemampuan Beradaptasi

Literasi Finansial Pengambilan keputusan Kepemimpinan

Literasi Budaya dan Kolaborasi dan inovasi Kesadaran Sosial dan


Kewarganegaraan Budaya

13
2.2 Literasi Dasar (Fundamental Literacy)

Literasi berasal dari istilah latin “literature” dan Bahasa Inggris Letter. Definisi
Literasi menurut Merriam-Webster (2016) merupakan kualitas atau
kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan
membaca dan menulis. Makna literasi juga mencakup visual yang artinya
kemampuan mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara
visual (adegan, video, gambar). National Institute for Literacy, mendefinisikan
literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan
dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Definisi ini memaknai literasi dari
perspektif yang lebih kontekstual. Education Development Center (EDC)
menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis, namun
lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan potensi
dan keterampilan yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa
literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Menurut UNESCO, pemahaman orang tentang pemaknaan literasi sangat


dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai
budaya, dan juga pengalaman. Jadi ditemukan bermacam-macam
pemahaman tentang literasi. Akan tetapi pemahaman yang paling umum dari
literasi adalah seperangkat keterampilan nyata khususnya keterampilan
kognitif membaca dan menulis. UNESCO menjelaskan lebih jauh bahwa
literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar
sepanjang hayat. Literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas
individu, keluarga, masyarakat, karena sifatnya yang berefek ganda atau
dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas. Literasi membantu
memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan
penduduk, dan terwujudnya perdamaian, karena buta huruf, merupakan
hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Berdasarkan (World Economic Forum, 2016), literasi diklasifikasikan menjadi


literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi
finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan.

14
Literasi baca dan tulis didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan
menulis, kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang didalamnya
meliputi kemampuan membaca dan menulis atau kemampuan dalam
mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan
menulis.

Literasi numerik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah,


menjelaskan proses dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan
numerasi. Seseorang disebut literat numerik, jika: (1) mengetahui dasar-dasar
dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian; (2) dapat
menggunakan konsep numerasi secara percaya diri dan efektif; dan (3) dapat
memahami bagaimana mentransfer keterampilan yang dimiliki untuk
memecahkan masalah.

Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,


mengidentifikasi pertanyaan, menarik kesimpulan dalam rangka memahami
serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam. Seseorang disebut
literat terhadap sains, jika memiliki kompetensi untuk: (1) menjelaskan
fenomena sains; (2) mengevaluasi & mendesain pengetahuan & keterampilan
sains secara mandiri; dan (3) menginterpretasi data & bukti sains.

Literasi digital di definisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan media


digital, alat-alat komunikasi atau jaringan untuk menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkan secara bijak, melalui
fitur, dasar-dasar komputer, penggunaan internet dan program-program

produktif, keamanan, dan kerahasiaan, dan gaya hidup digital.

Literasi finansial merupakan kemampuan untuk memahami bagaimana uang


berpengaruh di dunia (bagaimana seseorang mengatur untuk menghasilkan
uang, mengelola uang, menginvestasikan uang dan menyumbangkan uang
untuk menolong sesama). Atau rangkaian proses atau aktivitas untuk
meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan

masyarakat sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik .

Sedangkan literasi budaya dan kewarganegaraan didefinisikan sebagai

15
kemampuan untuk memahami, menghargai dan berpartisipasi secara mahir
dalam budaya, atau kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dan
menginisiasi perubahan dalam komunitas dan lingkungan sosial yang lebih
besar.

2.3 Kompetensi Abad ke-21 (21st Competencies)


Kompetensi Abad ke-21 sebagaimana dinyatakan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (2010) meliputi Critical thinking, Creativity,
Communication, dan Collaboration atau 4C. Dalam Naskah Konsep
Pengembangan Kompetensi Abad ke-21 ini, 4C didefinisikan kembali menjadi
berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving),
kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), komunikasi
(communication), dan kolaborasi (collaboration). Adapun uraian mengenai
empat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.

1 berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem


solving): keinginan untuk mencari tahu melalui proses analisis berpikir
sistem dan evaluasi terhadap suatu keadaan untuk membuat keputusan
melalui ide, bukti, alasan, dan informasi dalam upaya menyelesaikan
masalah. Pengembangan berpikir kritis dilakukan dengan cara
memberikan alasan secara efektif, menggunakan berpikir sistem,
membuat pertimbangan dan keputusan, serta menyelesaikan masalah.

2 kreativitas dan inovasi (creativity and innovation): kelancaran dan


keluwesan dalam berpikir dan mengungkapkan pikiran, serta kemampuan
untuk memodifikasi (elaborasi) atau mencipta sesuatu yang baru
(orisinalitas) baik berupa gagasan maupun karya nyata.

Inovasi adalah penemuan baru melalui aplikasi, sintesis, pemaknaan


kembali, berupa gagasan maupun karya nyata kreativitas dan inovasi
dapat ditandai dengan berpikir kreatif, bekerja kreatif, dan berinovasi.

16
3 komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration): kemampuan
menyerap, menyampaikan, dan menghubungkan informasi dan gagasan
dalam berbagai moda bahasa (lisan, tulis, isyarat, dan visual).

4 kolaborasi (collaboration): kemampuan bekerja di dalam tim untuk


mencapai tujuan bersama, termasuk kemampuan membangun kemitraan
dan kemufakatan, serta dalam mencegah dan mengelola konflik.

2.4 Karakter yang Berkualitas (Character Qualities)

Karakter merupakan cerminan diri manusia terkait tentang tabiat seseorang


dalam bertingkah laku yang menjadi kebiasaan dalam kesehariannya, tabiat
tersebut bisa baik atau buruk, tergantung pada pembentukan karakter dalam
lingkungannya. Menurut Kemendiknas (2010), pembangunan karakter yang
merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang
saat ini. Permasalahan tersebut adalah disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai
budaya; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa.

Kualitas karakter didefinisikan berbeda dengan kompetensi, yang mewakili


kemampuan untuk menggunakan apa yang sebenarnya diketahui secara
efektif. Berdasarkan “World Economic Forum”, terdapat beberapa kualitas
karakter inti yang dihasilkan berdasarkan literasi dasar yang harus dimiliki oleh
SDM Abad ke-21, yaitu keingintahuan, prakarsa, kegigihan, kemampuan
beradaptasi, kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya. Dalam sistem
pendidikan Indonesia kualitas karakter inti ini dipertajam dengan penguatan
pendidikan karakter sebagaimana tercantum dalam Perpres nomor 87 tahun
2017 yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

17
Uraian di atas dapat dirangkum pada Gambar 2.1 Kecakapan Abad ke-21
dalam Kurikulum 2013. Untuk kepentingan Naskah Konsep Pengembangan
Kompetensi Abad ke-21 ini pembahasan difokuskan hanya pada kompetensi
Abad ke-21 (4C)

KECAKAPAN ABAD KE-21 DALAM KURIKULUM 2013

 Bahasa dan sastra


 Numerasi  Berpikir kritis dan
 Sains penyelesaian
masalah
 ICT
 Kreativitas dan
 Finansial
inovasi
 Budaya dan
 Komunikasi
kewarganegaraan
 Kolaborasi

 Rasa ingin tahu


 Perhatian
 Keberanian
 Ketahanan
 Etika
 Kepemimpinan

Gambar 2.1 Kecakapan Abad ke-21 dalam Kurikulum 2013

18
BAB III
PEMETAAN EMPAT KOMPETENSI ABAD KE-21

Perkembangan dunia Abad ke-21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi


informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses
pembelajaran. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi. Kemampuan berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting
dalam memasuki kehidupan Abad ke-21. Sekolah dituntut mampu menyiapkan
siswa memasuki Abad ke-21.

Siswa dan guru perlu mempersiapkan diri untuk memasuki Abad ke-21 yang
disesuaikan dengan tuntutan pekerjaan dan berbagai tugas sebagai pebelajar
sepanjang hayat. Siswa membutuhkan pengetahuan tentang berbagai mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah dan bagaimana menerapkan pengetahuan
tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat
merasakan manfaat belajar di sekolah sehingga belajar menjadi bermakna. Di sisi
lain, guru memfasilitasi pembelajaran dengan menerapkan pengetahuan dan
menghubungkan materi pelajaran yang bersifat teoretis dan abstrak melalui
contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran tersebut
menjadikan guru lebih kreatif dan proses pembelajaran menjadi tidak monoton
dan berorientasi pada siswa (student centered learning). Interaksi yang baik
antara guru dan siswa akan menggugah dan menstimulasi cara berpikir siswa,
sehingga tingkat berpikirnya dapat berkembang ke tingkat berpikir yang lebih
tinggi (higher order thinking). Dengan cara ini, guru sekaligus mengembangkan
aspek pengetahuan, keterampilan, dan karakter siswa. Dengan demikian, proses
pembelajaran tidak hanya mengembangkan hard skills saja, tetapi juga soft skills
serta membawa siswa menjadi pebelajar sepanjang hayat.

Adapun pengembangan empat kompetensi Abad ke-21 yang terdiri atas berpikir
kritis dan pemecahan masalah, kreatif dan inovatif, kolaborasi, dan komunikasi
dapat dilihat pada Tabel 3.1 sampai 3.4 .

19
3.1 Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem
Solving)

Tabel 3.1

Berpikir Kritis dan Penyelesaian Masalah (Critical Thinking dan Problem


Solving)

Definisi

Berpikir kritis adalah keinginan untuk mencari tahu melalui proses


analisis berpikir sistem dan evaluasi terhadap suatu keadaan untuk
Berpikir Kritis
membuat keputusan melalui ide, bukti, alasan, dan informasi dalam
dan
upaya menyelesaikan masalah. Pengembangan berpikir kritis dilakukan
Penyelesaian
dengan cara memberikan alasan secara efektif, menggunakan berpikir
Masalah
sistem, membuat pertimbangan dan keputusan, serta menyelesaikan
masalah.

Berpikir kritis dan penyelesaian masalah ditandai dengan:

 Memberikan alasan secara efektif dengan menggunakan berbagai


cara penalaran (induktif dan deduktif) sesuai dengan situasi yang
ada;
 Menggunakan berpikir sistem dengan cara menganalisis bagian-
bagian (subsistem) yang saling berinteraksi satu sama lain untuk
menghasilkan keseluruhan sistem yang kompleks dan holistik;
 Menganalisis dan menilai bukti, alasan, pernyataan, dan keyakinan
secara efektif;
 Menganalisis dan mengevaluasi pilihan alternatif utama dari sudut
pandang yang ada;
 Merefleksikan pengalaman dan proses belajar secara kritis;
 Menyimpulkan dan mencari hubungan di antara informasi dan
argumen yang ada;
 Menginterpretasikan informasi dan mengambil kesimpulan
berdasarkan analisis yang terbaik;
 Menyelesaikan berbagai macam masalah yang tidak biasa, baik
dengan cara yang konvensional maupun cara yang inovatif;
 Mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan yang dapat
menjelaskan berbagai sudut pandang yang memandu pada solusi
terbaik; serta
 Mempertanyakan apa yang diamati dan mencoba memberikan
jawaban dengan kat-katanya sendiri

SD SD SMP SMA
Jenjang
I - III IV - VI VII - IX X – XII

20
SD SD SMP SMA
Jenjang
I - III IV - VI VII - IX X – XII

Kemampua Mengembangkan Mengembang Mengembang Mengembangkan


n yang cara penalaran, kan cara kan cara cara penalaran,
Dikembang berpikir sistem, penalaran, penalaran, berpikir sistem,
kan pertimbangan berpikir berpikir pertimbangan
keputusan, dan sistem, sistem, keputusan, dan
penyelesaian pertimbangan pertimbangan penyelesaian
masalah antara keputusan, keputusan, masalah antara
lain: dan dan lain:
penyelesaian penyelesaian
masalah masalah  Menggunakan
antara lain: antara lain: berbagai cara
 Menggunakan
penalaran
berbagai cara
 Menggunak  Menggunak (induktif dan
penalaran
an berbagai an berbagai deduktif tingkat
(induktif dan
cara cara abstrak) sesuai
deduktif
penalaran penalaran dengan situasi
sederhana yang
(induktif dan (induktif dan yang ada
konkret) sesuai
deduktif deduktif  Menganalisis
dengan situasi
sederhana yang bagian-bagian
yang ada
yang konkret) yang saling
 Mengenal dan konkret) sesuai berinteraksi satu
menganalisis sesuai dengan sama lain untuk
bagian-bagian dengan situasi yang menghasilkan
yang saling situasi yang ada keseluruhan
berinteraksi satu ada  Menganalisi sistem yang
sama lain untuk  Menganalisi s bagian- kompleks
menghasilkan s bagian- bagian yang  Menganalisis
keseluruhan bagian yang saling dan menilai
sistem yang saling berinteraksi bukti, alasan,
sederhana berinteraksi satu sama pernyataan, dan
satu sama lain untuk keyakinan
lain untuk menghasilka secara efektif
menghasilka n  Menganalisis
n keseluruhan dan
keseluruhan sistem yang mengevaluasi
 Menganalisis
sistem yang kompleks pilihan alternatif
dan menilai
kompleks utama dari sudut
bukti, alasan,
pandang yang
pernyataan, dan  Menganalisi ada
keyakinan s dan  Menyimpulkan
secara  Menganalisi menilai dan mencari
sederhana s dan bukti, hubungan
menilai alasan, diantara
bukti, pernyataan, informasi dan
alasan, dan

21
SD SD SMP SMA
Jenjang
I - III IV - VI VII - IX X – XII

pernyataan, keyakinan argumen yang


dan secara ada
keyakinan efektif  Menginterpretasi
secara  Menganalisi kan informasi
efektif s dan dan mengambil
mengevalua kesimpulan
si pilihan berdasarkan
alternatif analisis yang
utama dari terbaik
sudut  Merefleksikan
pandang pengalaman dan
yang ada proses belajar
 Merefleksika secara kritis
n  Menyelesaikan
pengalaman berbagai macam
dan proses masalah
 Menyelesaikan belajar kompleks yang
berbagai secara kritis tidak lazim baik
masalah dengan cara
kontekstual yang yang biasa
tidak lazim maupun cara
dengan berbagai yang inovatif
cara  Mengidentifikasi
dan mengajukan
 Menyelesaik
pertanyaan yang
an berbagai dapat
macam
menjelaskan
masalah berbagai sudut
kontekstual pandang yang
yang tidak  Menyelesaik memandu pada
lazim baik an berbagai solusi terbaik
dengan cara macam
yang biasa masalah
maupun yang tidak
cara yang lazim baik
inovatif dengan cara
yang biasa
maupun
cara yang
inovatif

22
3.2 Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Inovation)
Tabel 3.2

Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Inovation)

Definisi

 Kreativitas adalah kelancaran dan keluwesan dalam berpikir dan


mengungkapkan pikiran, serta kemampuan untuk memodifikasi
(elaborasi) atau mencipta sesuatu yang baru (orisinalitas) baik berupa
gagasan maupun karya nyata sebagai bukti.
Kreativitas  Inovasi adalah penemuan baru melalui aplikasi, sintesis, pemaknaan
dan Inovasi kembali, berupa gagasan maupun karya nyata sebagai bukti.
 Kemampuan untuk menggambarkan dan merancang cara yang
inovatif untuk menyelesaikan masalah, menjawab pertanyaaan, dan
memberikan tujuan melalui aplikasi, sintesis dan pemaknaan
pengetahuan kembali.
 Kreativitas dan inovasi dapat ditandai dengan berpikir kreatif, bekerja
kreatif, dan berinovasi.
Kreativitas dan inovasi ditandai dengan:

 Menggunakan beragam teknik untuk menciptakan gagasan maupun


karya nyata baru (originalitas) sebagai bukti ;
 Mengelaborasi, mendefinisikan, menganalisis, dan menilai
gagasannya sendiri untuk meningkatkan serta memaksimalkan usaha-
usaha kreatif;
 Mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengomunikasikan
gagasan yang baru secara efektif kepada orang lain;
 Membuka diri dan bersikap responsif terhadap sudut pandang yang
beragam;
 Menunjukkan orisinalitas dalam pekerjaan dan memahami
keterbatasan untuk mengadopsi ide yang baru;
 Melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, memahami
kreativitas dan inovasi adalah proses yang panjang dari kesuksesan;
serta
 Memperluas ide-ide kreatif untuk membuat kontribusi yang nyata dan
positif terhadap bidang-bidang inovatif.

Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

Kemampu  Menggunaka  Menggunaka  Menggunaka  Menggunaka


an yang n beragam n beragam n beragam n beragam
Dikemban teknik untuk teknik untuk teknik untuk teknik untuk
gkan menciptakan menciptakan menciptakan menciptakan
gagasan gagasan gagasan gagasan
maupun maupun maupun maupun

23
Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

karya karya nyata karya nyata karya nyata


sederhana baru baru baru
sebagai (originalitas) (originalitas) (originalitas)
bukti. sebagai sebagai sebagai
 Mengelabora bukti; bukti; bukti;
si,  Mengelabora  Mengelabora  Mengelabora
mendefinisik si, si, si,
an, mendefinisik mendefinisik mendefinisik
menganalisis an, an, an,
, dan menilai menganalisis menganalisis menganalisis
gagasannya , dan menilai , dan menilai , dan menilai
sederhana. gagasannya gagasannya gagasannya
 Mengemban sederhana. sendiri untuk sendiri untuk
gkan,  Mengemban meningkatka meningkatka
mengimplem gkan, n serta n serta
entasikan, mengimplem memaksimal memaksimal
dan entasikan, kan usaha- kan usaha-
mengomunik dan usaha kreatif usaha
asikan mengomunik secara kreatif;
gagasan asikan sederhana;  Mengemban
yang baru gagasan  Mengemban gkan,
secara yang baru gkan, mengimplem
sederhana secara mengimplem entasikan,
kepada efektif entasikan, dan
orang lain; kepada dan mengomunik
 Menunjukka orang lain; mengomunik asikan dan
n orisinalitas  Membuka asikan mempresent
dalam diri dan gagasan asikan
pekerjaan menerima yang baru gagasan
dan sudut secara yang baru
memahami pandang efektif secara
keterbatasan yang kepada efektif
untuk beragam; orang lain; kepada
mengadopsi  Menunjukka  Membuka orang lain;
ide yang n orisinalitas diri dan  Membuka
baru. dalam bersikap diri dan
pekerjaan responsif bersikap
dan terhadap responsif
memahami sudut terhadap
keterbatasan pandang sudut
untuk yang pandang
mengadopsi beragam; yang
ide yang  Menunjukka beragam;
baru; n orisinalitas  Menunjukka
 Melihat dalam n orisinalitas
kegagalan pekerjaan dalam

24
Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

sebagai dan pekerjaan


kesempatan memahami dan
untuk keterbatasan memahami
belajar, untuk keterbatasan
memahami mengadopsi untuk
kreativitas ide yang mengadopsi,
dan inovasi baru; mengadapta
adalah  Melihat si, dan
proses yang kegagalan menciptakan
panjang dari sebagai ide yang
kesuksesan kesempatan baru;
bertahap. untuk  Melihat
belajar, kegagalan
memahami sebagai
kreativitas kesempatan
dan inovasi untuk
adalah belajar,
proses yang memahami
panjang dari kreativitas
kesuksesan; dan inovasi
serta adalah
 Memperluas proses yang
ide-ide panjang dari
kreatif untuk kesuksesan;
membuat serta
kontribusi  Memperluas
yang nyata ide-ide
dan positif kreatif untuk
terhadap membuat
bidang- kontribusi
bidang yang nyata
inovatif. dan positif
terhadap
bidang-
bidang
inovatif.

25
3.3 Kolaborasi (Collaboration)
Tabel 3.3

Kolaborasi (Collaboration)

Definisi

Kolaborasi Kolaborasi adalah kemampuan bekerja di dalam tim untuk mencapai


tujuan bersama, termasuk kemampuan membangun kemitraan dan
kemufakatan, serta dalam mencegah dan mengelola konflik.

Kompetensi kolaborasi ditandai dengan:

 Menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama secara efektif dan


saling menghargai.
 Menunjukkan keluwesan dan keinginan untuk menjadi orang yang
suka menolong orang lain dalam membuat kesepakatan penting
untuk mencapai tujuan bersama.
 Berbagi tanggung jawab bersama untuk pekerjaan bersama dan
menghargai kontribusi individu yang dibuat oleh setiap anggota
kelompok.

Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

Kemampuan  Menunjukkan  Menunjukkan  Menunjukka  Menunjukka


yang kemampuan kemampuan n n
Dikebangkan untuk untuk bekerja kemampuan kemampuan
bekerja sama secara untuk untuk
sama secara efektif dan bekerja bekerja
efektif dan saling sama sama
saling menghargai secara secara
menghargai di efektif dan efektif dan
di lingkungan lingkungan saling saling
keluarga, keluarga, menghargai menghargai
lingkungan lingkungan di di
bermain dan bermain dan lingkungan lingkungan
sekolah. sekolah. sekitarnya sekitarnya,
dan kawasan
kawasan regional dan
regional. internasiona
 Melatih  Melatih l.
keluwesan keluwesan
dan dan
keinginan keinginan  Melatih
untuk untuk keluwesan  Melatih
menjadi menjadi dan keluwesan

26
Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

orang yang orang yang keinginan dan


suka suka untuk keinginan
menolong menolong menjadi untuk
orang lain orang lain orang yang menjadi
dalam dalam suka orang yang
membuat membuat menolong suka
kesepakatan kesepakatan orang lain menolong
penting penting dalam orang lain
untuk untuk membuat dalam
mencapai mencapai kesepakata membuat
tujuan tujuan n penting kesepakata
bersama di bersama di untuk n penting
lingkungan lingkungan mencapai untuk
keluarga, keluarga, tujuan mencapai
lingkungan lingkungan bersama di tujuan
bermain dan bermain dan lingkungan bersama di
sekolah. sekolah. sekitarnya lingkungan
 Berbagi  dan sekitarnya,
tanggung  Berbagi kawasan kawasan
jawab tanggung regional. regional dan
bersama jawab  Berbagi internasiona
untuk bersama tanggung l.
pekerjaan untuk jawab  Berbagi
bersama pekerjaan bersama tanggung
dan bersama dan untuk jawab
menghargai menghargai pekerjaan bersama
kontribusi kontribusi bersama untuk
individu individu yang dan pekerjaan
yang dibuat dibuat oleh menghargai bersama
oleh setiap setiap kontribusi dan
anggota anggota individu menghargai
kelompok di kelompok di yang dibuat kontribusi
lingkungan lingkungan oleh setiap individu
keluarga, keluarga, anggota yang dibuat
lingkungan lingkungan kelompok oleh setiap
bermain dan bermain dan lingkungan anggota
sekolah. sekolah. sekitarnya kelompok
dan lingkungan
kawasan sekitarnya,
regional. kawasan
regional dan
internasiona
l.

27
3.4 Komunikasi (Communication)
Tabel 3.4

Komunikasi (Communication)

Definisi

Kemampuan menyerap, menyampaikan, dan menghubungkan


informasi dan gagasan dalam berbagai moda bahasa (lisan, tulis, non-
Komunikasi
verbal (kinestetik), dan visual) menggunakan beragam media dan
teknologi.

Kompetensi komunikasi ditandai dengan:

 Menyimak secara efektif untuk mengumpulkan informasi.


 Membaca secara efektif kemudian memahami dan memaknai.
 Mengolah informasi secara efektif untuk menyampaikan gagasan,
termasuk pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan niat.
 Mengungkapkan pemikiran dan ide secara efektif menggunakan
kemampuan berkomunikasi lisan, tulis, non-verbal (kinestetik, dan
visual dalam beragam bentuk dan konteks.
 Menggunakan komunikasi untuk beragam tujuan (mis. untuk
menginformasikan, memerintah, memotivasi dan membujuk).
 Menggunakan berbagai media dan teknologi termasuk beragam
representasi, mengetahui cara untuk mempertimbangkan
keefektifan dan menilai dampaknya.
 Berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan yang majemuk
(termasuk multibahasa dan multibudaya).

Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

Kemampua  Menyimak  Menyimak  Menyimak  Menyimak


n yang secara secara secara secara
Dikembang efektif untuk efektif untuk efektif dari efektif dari
kan mengumpulk mengumpulk berbagai berbagai
an informasi. an informasi. sumber sumber
 Membaca  Membaca untuk untuk
secara secara mengumpulk mengumpul
efektif efektif an informasi. kan
kemudian kemudian  Membaca informasi.
memahami. memahami secara  Membaca
 Menyampaik dan efektif secara
an kembali memaknai berbagai efektif
informasi secara moda berbagai
dengan kata- sederhana. bahasa moda

28
Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

kata sendiri.  Mengolah (lisan, tulis, bahasa


 Mengungkap informasi non-verbal (lisan, tulis,
kan secara (kinestetik), non-verbal
pemikiran sederhana dan visual (kinestetik),
dan ide dengan cara kemudian dan visual
secara deskripsi, memahami kemudian
sederhana. narasi, dan dan memahami
 Menggunaka eksposisi. memaknainy dan
n komunikasi  Mengungka a. memaknain
untuk pkan  Mengolah ya
kepentingan pemikiran informasi  Mengolah
personal dan ide secara informasi
dengan cara secara efektif secara
deskripsi dan efektif dengan cara efektif
narasi. dengan cara eksposisi, dengan cara
 Berkomunika deskripsi, argumentasi eksposisi,
si secara narasi, dan dan persuasi argumentasi
efektif dalam eksposisi. untuk dan
lingkungan  Berkomunik menyampaik persuasi
keluarga, asi secara an gagasan, untuk
tempat efektif untuk termasuk menyampai
bermain dan berbagai pengetahua kan
sekolah. tujuan. n, nilai-nilai, gagasan,
 Mengenal sikap dan termasuk
berbagai niat dalam pengetahua
media dan berbagai n, nilai-nilai,
teknologi moda sikap dan
untuk bahasa niat dalam
memperoleh (lisan, tulis, berbagai
informasi. non-verbal moda
 Berkomunik (kinestetik), bahasa
asi secara dan visual. (lisan, tulis,
efektif.  Melakukan non-verbal
inferensi dari (kinestetik),
hasil dan visual.
pengolahan  Melakukan
informasi. inferensi
dari hasil
pengolahan
 Mengungka
informasi.
pkan
pemikiran
dan ide  Mengungka
secara pkan
efektif pemikiran
dengan cara

29
Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

eksposisi, dan ide


argumentasi secara
dan persuasi efektif
menggunak dengan cara
an eksposisi,
kemampuan argumentasi
berkomunika dan
si lisan, tulis, persuasi
non-verbal menggunak
(kinestetik, an
dan visual kemampuan
dalam berkomunik
beragam asi lisan,
bentuk dan tulis, non-
konteks. verbal
 Menggunak (kinestetik,
an dan visual
komunikasi dalam
lisan, tulis, beragam
non-verbal bentuk dan
(kinestetik, konteks.
dan visual  Menggunak
untuk an
beragam komunikasi
tujuan (mis. lisan, tulis,
untuk non-verbal
menginform (kinestetik,
asikan, dan visual
memerintah, untuk
memotivasi beragam
dan tujuan (mis.
membujuk). untuk
 Menggunak menginform
an berbagai asikan,
media dan memerintah,
teknologi memotivasi
termasuk dan
beragam membujuk).
representasi  Menggunak
. an berbagai
 Berkomunik media dan
asi secara teknologi
efektif dalam termasuk
lingkungan beragam
yang representasi

30
Jenjang SD (I – III) SD (IV – VI) SMP (VII – IX) SMA (X – XII)

majemuk ,
(termasuk mengetahui
multibahasa cara untuk
dan mempertimb
multibudaya) angkan
. keefektifan
dan menilai.
dampaknya.
 Berkomunik
asi secara
efektif
dalam
lingkungan
yang
majemuk
(termasuk
multibahasa
dan
multibudaya
).

31
BAB IV
PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN KOMPETENSI
ABAD KE-21 DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

4.1 Pembelajaran Kompetensi Abad ke-21


Pembelajaran adalah proses interaksi antarsiswa dan antara siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada Kurikulum
2013 proses pembelajaran pada pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses
keilmuan. Dalam scientific approach (pendekatan saintifik) dapat dilatihkan
dan dikembangkan kompetensi Abad ke-21 yaitu berpikir kritis dan
penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas dan
inovasi (creativity and innovation), komunikasi (communication), dan
kolaborasi (collaboration). Berikut merupakan langkah pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan saintifik yang memfasilitasi berkembangnya
kecakapan Abad ke-21 dan berpikir tingkat tinggi.
Tabel 4.1
Deskripsi Langkah Pembelajaran Sanitifik (5M) dan Kompetensi yang
dikembangkan
Pengalaman Belajar 5M Deskripsi
Aktivitas Belajar Siswa
Mengamati (observing) Membiasakan siswa untuk membaca
Memfasilitasi siswa untuk menemukan fokus pengamatan,
ide pokok, pesan, makna dari objek yang diamatinya
(fenomena alam, teks tertulis, tayangan video, dll.)
Memfasilitasi siswa untuk menemukan kekeliruan-
kekeliruan atau masalah pada objek pengamatan
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan

32
Pengalaman Belajar 5M Deskripsi
Aktivitas Belajar Siswa
kembali hasil pengamatannya
Menstimulus siswa untuk berani bertanya dengan sudut
pandangnya terhadap objek yang sedang diamati
Mengondisikan siswa untuk selalu menerima perbedaan
sudut pandang terhadap objek pengamatan
Mengondisikan siswa untuk selalu merespon positif sudut
pandang siswa lainnya yang berbeda terhadap objek
pengamatan
Memberikan pertanyaan-pertanyaan penggiring/pengarah
untuk mengarahkan siswa pada saat mengamati

Menanya (questioning) Memfasilitasi siswa untuk bertanya sesuai dengan


cakupan materi pembelajaran dan fokus pengamatan
melalui pertanyaan-pertanyaan penggiring/pengarah
Membiasakan siswa untuk bertanya menggunakan
pertanyaan prosedural atau hipotetis
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaannya sendiri dan/atau pertanyaan siswa lain
Menstimulus siswa untuk mengajukan pertanyaan yang
berbeda dengan siswa lain
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan yang beragam mulai dari pertanyaan faktual,
konseptual, procedural, dan hipotetis
Membiasakan siswa untuk bertanya secara lisan dan/atau
tulisan dengan Bahasa Indonesia yang baik, benar, dan
mudah dipahami
Mengumpulkan informasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
/mencoba (experimenting) informasi/data/bukti yang penting untuk dikumpulkan
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
beragam Teknik pengumpulan informasi yang dapat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih alat
ukur yang sesuai ketika melakukan pengukuran
Membimbing siswa untuk menentukan apa yang akan
diukur pada saat mengukur menggunakan alat
Memfasilitasi siswa untuk menggunakan beragam Teknik
dan instrument pengumpul data/informasi
Mengondisikan siswa untuk menggunakan beragam cara
pada saat melakukan percobaan
Memfasilitasi siswa untuk membuat karya yang unik dan
berbeda dengan siswa lain
Memfasilitasi siswa untuk mengumpulkan bukti dalam
beragam konteks
Menstimulus siswa untuk menggunakan model atau
simulasi untuk menggali sistem atau masalah yang

33
Pengalaman Belajar 5M Deskripsi
Aktivitas Belajar Siswa
kompleks
Mengondisikan siswa untuk selalu bekerjasama dengan
teman sekelompoknya dalam mengumpulkan informasi
Membiasakan siswa untuk membantu teman yang
mengalami masalah pada saat mengumpulkan informasi
Membiasakan siswa untuk mengerjakan tugas sesuai
dengan tanggung jawabnya pada kelompok
Membiasakan siswa untuk menerima kontribusi siswa lain
dalam kelompok pada saat mengumpulkan informasi
Menalar/Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
(associating) informasi yang penting dan dibutuhkan
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
keterkaitan antara informasi yang satu dengan informasi
lainnya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
pola dari keterkaitan informasi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menarik
simpulan-simpulan dari informasi/data yang terkumpul
Memfasilitasi siswa untuk menggunakan beragam teknik
pengolahan data
Memfasilitasi siswa untuk menyajikan informasi/data dalam
bentuk tabel atau diagram untuk memudahkan dalam
membaca informasi

Mengomunikasikan Memfasilitasi siswa untuk menyajikan laporan dalam


(communicating) bentuk bagan, tabel, diagram, dan grafik sehingga mudah
dipahami siswa lain
Membiasakan siswa untuk menyajikan laporan secara
tertulis dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Memfasilitasi siswa untuk memresentasikan proses dan
hasil pengumpulan dan pengolahan informasi dengan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Membiasakan siswa untuk memresentasikan keunggulan
karya yang dibuatnya
Mengondisikan siswa untuk memajang hasil karya dengan
rapid an mudah untuk dijangkau siswa lain
Memfasilitasi siswa untuk memeragakan suatu prosedur
tertentu dengan luwes dan terampil

34
4.2 Penilaian Kompetensi Abad ke-21

Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar siswa (Kemdikbud, 2016). Hasil belajar
siswa meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang relevan
dengan kompetensi dasar maupun pengembangannya seperti kompetensi
Abad ke-21 yang terdiri dari kecakapan berpikir kritis dan penyelesaian
masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi. Penilaian
dilakukan secara autentik terhadap apa yang sedang dilakukan siswa dan
terhadap hasil belajarnya setelah pembelajaran berlangsung baik dalam
konteks pencapaian kompetensi dasar, maupun kompetensi lainnya seperti
kompetensi Abad ke-21.

Penilaian autentik mengandung makna bahwa penilaian merupakan bagian


tak terpisahkan dari pembelajaran, tidak akan terjadi pembelajaran tanpa
penilaian atau sebaliknya. Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh siswa secara alamiah, apa adanya, dan tidak dalam suasana
tertekan (Kemdikbud, 2013). Penilaian autentik dalam konteks kompetensi
Abad ke-21 merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mulai dari input, proses,
sampai output pembelajaran. Penilaian autentik tidak hanya mengukur hasil
kerja siswa, tetapi juga mengukur proses ketika siswa berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah, berpikir kreatif dan inovatif, berkolaborasi, dan
berkomunikasi. Bahkan, penilaian berlanjut pada mengukur sikap atau
disposisi siswa ketika dan setelah mengimplementasikan keterampilan
tertentu.

Penilaian kompetensi Abad ke-21 dalam konteks Kurikulum 2013 ini


merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi tentang
kecakapan berpikir kritis dan penyelesaian masalah, berpikir kreatif,
kolaborasi, dan komunikasi yang dimiliki oleh siswa pada saat dan setelah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan. Berikut merupakan
pengalaman belajar dengan menerapkan pendekatan saintifik, indikator dan
deskriptor kompetensi Abad ke-21 yang mungkin muncul pada diri siswa.

35
Tabel 4.2.
Deskriptor Kompetensi Abad ke-21 dalam Pembelajaran Saintifik

Indikator Kompetensi Abad ke-


Pendekatan Saintifik Deskriptor *)
21

Menggunakan berpikir sistem  Menemukan fokus


dengan cara menganalisis bagian- pengamatan fenomena
bagian (subsistem) yang saling alam
berinteraksi satu sama lain untuk  Menemukan ide pokok
menghasilkan keseluruhan sistem dari teks tertulis
yang kompleks dan holistik  Menemukan pesan dari
teks tertulis seperti puisi
 Menemukan makna dari
tayangan video
Menganalisis dan mengevaluasi  Menemukan kekeliruan-
pilihan alternatif utama dari sudut kekeliruan yang terdapat
pandang yang ada dalam teks tertulis
 Menemukan masalah
yang terdapat pada
objek pengamatan
Mengolah informasi secara efektif Menceritakan kembali
Mengamati untuk menyampaikan maksud, hasil pengamatan
termasuk pengetahuan, nilai-nilai, dengan bahasa
sikap dan niat Indonesia yang baik dan
benar

Mengidentifikasi dan menanyakan  Memiliki keberanian


pertanyaan yang bisa untuk bertanya sesuai
menjelaskan berbagai sudut dengan sudut
pandang yang memandu pada pandangnya terhadap
solusi terbaik objek yang sedang
diamati
Membuka diri dan bersikap  Menerima perbedaan
responsif terhadap sudut pandang sudut pandang siswa
yang beragam terhadap objek
pengamatan
 Merespon sudut
pandang siswa lain yang
berbeda terhadap objek
pengamatan
Mengidentifikasi dan menanyakan  Bertanya sesuai dengan
Menanya pertanyaan yang bisa cakupan materi
menjelaskan berbagai sudut pembelajaran
pandang yang memandu pada  Bertanya sesuai dengan

36
Indikator Kompetensi Abad ke-
Pendekatan Saintifik Deskriptor *)
21

solusi terbaik fokus pengamatan


 Bertanya menggunakan
pertanyaan hipotetik
atau prosedural
 Menduga jawaban dari
pertanyaannya sendiri
dan/atau pertanyaan
siswa lain
Menggunakan beragam teknik  Mengajukan pertanyaan
untuk menciptakan gagasan yang berbeda dengan
maupun karya nyata baru siswa lain
(originalitas)  Mengajukan pertanyaan
yang beragam mulai dari
pertanyaan faktual,
konseptual, prosedural
dan hipotetis
Mengolah informasi secara efektif Bertanya secara lisan
untuk menyampaikan maksud, dan/atau tulisan dengan
termasuk pengetahuan, nilai-nilai, bahasa Indonesia yang
sikap dan niat baik, benar, dan mudah
dipahami siswa lain

Menggunakan berpikir sistem  Memilih


dengan cara menganalisis bagian- informasi/data/bukti
bagian (subsistem) yang saling yang penting untuk
berinteraksi satu sama lain untuk dikumpulkan
menghasilkan keseluruhan sistem  Memilih beragam teknik
yang kompleks dan holistik pengumpulan informasi
yang dapat dilakukan
sesuai dengan
kebutuhan
 Memilih alat ukur yang
Mengumpulkan sesuai ketika melakukan
Informasi/Mencoba pengukuran
 Menentukan apa yang
akan diukur pada saat
mengukur
menggunakan alat
sederhana
Menggunakan beragam teknik  Menggunakan beragam
untuk menciptakan gagasan teknik untuk
maupun karya nyata baru mengumpulkan
(originalitas) data/informasi
 Membuat beragam
instrumen pengumpul

37
Indikator Kompetensi Abad ke-
Pendekatan Saintifik Deskriptor *)
21

data/informasi
 Merekam informasi
dengan beragam cara
 Menggunakan beragam
cara pada saat
melakukan percobaan
 Membuat karya yang
unik dan berbeda
dengan siswa lain
 Mengumpulkan bukti
dalam beragam konteks
 Menggunakan model
atau simulasi untuk
menggali sistem atau
masalah yang kompleks
Menunjukkan kemampuan untuk  Bekerjasama dengan
bekerja sama secara efektif dan teman sekelompoknya
saling menghargai dalam mengumpulkan
informasi
 Menghargai kontribusi
anggota kelompok
dalam mengumpulkan
informasi
Menunjukkan keluwesan dan Membantu teman yang
keinginan untuk menjadi orang mengalami masalah
yang suka menolong orang lain pada saat
dalam membuat kesepakatan mengumpulkan
penting untuk mencapai tujuan informasi
bersama

Berbagi tanggung jawab bersama  Mengerjakan tugas


untuk pekerjaan bersama dan sesuai dengan tangung
menghargai kontribusi individu jawabnya pada
yang dibuat oleh setiap anggota kelompok
kelompok  Menerima kontribusi
siswa lain dalam
kelompok pada saat
mengumpulkan
informasi
Menganalisis dan menilai bukti,  Memilih informasi yang
Mengasosiasi/Menalar/ alasan, pernyataan, dan penting
keyakinan secara efektif  Memilih informasi yang
Mengolah Informasi dibutuhkan

38
Indikator Kompetensi Abad ke-
Pendekatan Saintifik Deskriptor *)
21

Menyimpulkan dan mencari  Menemukan keterkaitan


hubungan di antara informasi dan antara informasi yang
argumen yang ada satu dengan informasi
lannya
 Menemukan pola dari
keterkaitan informasi
 Menarik simpulan-
simpulan dari
informasi/data yang
terkumpul
Menggunakan beragam teknik
untuk menciptakan gagasan Menggunakan beragam
maupun karya nyata baru teknik pengolahan data
(originalitas)

Mengolah informasi secara efektif Menyajikan


untuk menyampaikan maksud, informasi/data dalam
termasuk pengetahuan, nilai-nilai, bentuk tabel atau
sikap dan niat diagram untuk
memudahkan dalam
membaca informasi

Mengungkapkan pemikiran dan  Menyajikan laporan


ide secara efektif menggunakan dalam bentuk bagan,
kemampuan berkomunikasi lisan, tabel, diagram dan grafik
tertulis dan non-verbal (kinestetik) sehingga mudah
dalam beragam bentuk dan dipahami siswa lain
konteks  Menyajikan laporan
secara tertulis dengan
bahasa Indonesia yang
baik dan benar
 Memresentasikan
proses dan hasil
Mengomunikasikan pengumpulan dan
pengolahan informasi
dengan bahasa
Indonesia yang baik dan
benar
 Memresentasikan
keunggulan karya yang
dibuatnya
 Memajang hasil karya
dengan rapi dan mudah
untuk dijangkau siswa
lain

39
Indikator Kompetensi Abad ke-
Pendekatan Saintifik Deskriptor *)
21

 Memeragakan suatu
prosedur tertentu
dengan luwes dan
terampil

Keterangan: *) Deskriptor di atas hanya sebagai contoh, guru dapat


mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
**) Deskriptor di atas sudah termasuk Higher Order Thinking
Skills (HOTS)

40
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kemdikbud (2017). Makalah Seminar Nasional Pendidikan dan


Kebudayaan pada tanggal 23 Mei 2017. Menyiapkan Guru dalam
Menghantarkan Siswa Indonesia Menyongsong Tantangan Global Abad 21
Laporan BSNP 2010. Paradigma Pendidikan nasional Abad ke XXI. Buletin BSNP
Vol VI/No 3/ September 2011
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015) Rencana Strategis
Kementerian pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2014). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan dasar dan Menengah, beserta lampirannya. Jakarta,
Indonesia: Kemendikbud
New Vision for Education: Fostering Social and Emotional Learning Through
Technology, World Economic Forum, 2016
21st Century Skills for Students and Teachers, Pacific Policy Research Center,
2016
21st Century Competencies, The Ontario Public Services, 2016
21st Century Skills, Education & Competitiveness A Resource and Policy Guide,
Partnership for 21st Century Skills, 2008
21st Century Skills Learning for Life in Our Times, Bernie Trilling and Charles
Fadel, Jossey-Bass, 2009.
Defining a 21st century education, Craig D. Jerald, The Center for Public
Education, July 2009.
New Vision for Education: Unlocking the Potential of Technology, World Economic
Forum, 2015.
Nuh Muhammad (2013). Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 Tanya Jawab
dan opini. Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Partnership for 21st Century Skills. (2008). 21st Century Skills, Education &
Competitiveness. Washington DC, Partnership for 21st Century Skills
Partnership for 21st. 2011. Framework for 21st Century Learning. Washington DC,
Partnership for 21st Century Skills
Suto Irenka (2013). 21 Century skills: Ancient, ubiquitous, enigmatic?. A
Cambridge Assessent Publication. World Economic Forum (2015). New
Vision for Education: Unlocking the Potential of Technology. Geneva
Switzerland

41

Anda mungkin juga menyukai