Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN HEALTH BELIEF PENGKONSUMSI MIE INSTAN

PADA MAHASISWA
Tina Hidayat Widiyaningsih1, Yeny Duriana Wijaya2, Safitri3

Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta

Jalan Arjuna Utara Nomor 9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

tinahidayatw@gmail.com

ABSTRAK

TINA HIDAYAT WIDIYANINGSIH, Gambaran Health Belief Pengkonsumsi Mie Instan Pada Mahasiswa,
(dibimbing oleh Yeny Duriana Wijaya, M.Psi., Psikolog dan Dra. Safitri M, M.Si)

Makanan merupakan salah satu bagian penting untuk kesehatan manusia karena dari makanan yang dikonsumsi
tubuh manusia mendapatkan asupan-asupan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari seperti karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin. Namun, ada pula makanan yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh tubuh tetapi tetap
dikonsumsi oleh manusia diantaranya mie instan. Mie instan sering dikonsumsi oleh mahasiswa diantaranya
adalah mahasiswa dikarenakan cara masak yang mudah dan harga yang terjangkau. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui gambaran Health Belief pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif deskriptif,
dengan jumlah sampel 200 orang. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi modifikasi dari Novianto, (2016).
Jumlah item valid sebanyak 28 item, dan reliabilitasnya adalah 0,904. Hasil yang diperoleh dari penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswa pengkonsumsi mie instan pada mahasiswa cenderung memiliki health belief
tinggi (55, 5%). Dimensi yang dominan dalam penelitian ini adalah dimensi perceived barriers.

Kata kunci: Health Belief, Mie Instan, Mahasiswa.

ABSTRACT

TINA HIDAYAT WIDIYANINGSIH, Descriptive study of Health Belief on college students who consume
instant noodles, (supervised by: Yeny Duriana Wijaya, M.Psi., Psikolog and Dra Safitri M, M.Si)

Food is one important part for human health because human need to consume food so they can get the
necessary intake for their daily activities such as carbohydrates, proteins, fats and vitamins. However, there are
also foods that are not needed by the body but still consumed by humans such as instant noodles. Instant
noodles are often consumed by students such students due to easy cooking methods and affordable prices. The
purpose of this study is to describe of Health Belief on the students who consume instant noodles. This study was
a descriptive quantitative research, with total sample of 200 people. The measurement tool used is a modified
adaptation from Novianto, (2016). The number of valid items is 28 items, and the reliability is 0.904. Results
obtained from the research indicate that students who consuming instant noodles students tend to have high
health belief (55. 5%). The most dominant dimention in this research is perceived barriers dimentions.

Keywords: Health Belief, Instant Noodle, College Student.

1
Pendahuluan

2009). Berdasarkan jumlah permintaan


mie instan dalam kurun waktu tahun 2012
Makanan merupakan salah satu hingga 2016, Indonesia menempati
kebutuhan pokok manusia untuk dapat peringkat kedua setelah China (WINA,
melangsungkan kehidupan selain 2017) konsumsi mie instan di Indonesia
kebutuhan sandang dan perumahan. mencapai 75 bungkus perkapita pertahun
Makanan selain mengandung nilai gizi (Djajadi 2012, dalam Riska & Jus’at,
juga merupakan media untuk dapat 2013).
berkembangbiaknya mikroba atau kuman
terutama makanan yang mudah Mahasiswa seharusnya dapat memilih
membusuk yang mengandung kadar air makanan yang dapat mengganggu
serta nilai protein yang tinggi. Masuknya kesehatan atau yang dapat merugikan
atau beradanya bahan-bahan berbahaya kesehatan. Hal ini disebabkan mahasiswa
seperti bahan kimia, residu pestisida serta dalam perkembangan kognitifnya dapat
bahan lainnya antara lain debu, tanah, berpikir secara logis, secara nalar.
rambut manusia dapat berpengaruh buruk Menurut Piaget (Santrock, 2014), pada
terhadap kesehatan manusia (Depkes RI, usia tersebut mahasiswa berada pada
2004). Sumber daya manusia yang baik tahap perkembangan kognitif operasional
dan berkualitas dihasilkan dari tubuh yang formal. Pada tahap perkembangan ini,
sehat dengan mengkonsumsi makanan mahasiswa telah memiliki kemampuan
yang bergizi. Makanan sebaiknya dalam berpikir secara abstrak dan menalar
memiliki kandungan gizi yang banyak secara logis serta mampu menarik
dan kandungan tersebut antara lain adalah kesimpulan dari informasi yang
karbohidrat, mineral, protein, vitamin dan diperolehnya. Mahasiswa pada dasarnya
lemak tak jenuh dalam jumlah yang memahami tentang bahaya mie instan
sedikit (duniainformasikesehatan, 2014). namun ada pula mahasiswa yang belum
memahami bahaya dari mengkonsumsi
Namun, ada makanan yang tidak sehat mie instan. Penelitian yang dilakukan
atau makanan yang sebenarnya tidak oleh Mubarokah,dkk (2014) pada
dibutuhkan oleh tubuh tetapi tetap santriwati SMA Pondok Pesantren Asy-
dikonsumsi oleh manusia diantaranya mie Syarifah Mranggen Demak, yang
instan. Riska dan Jus’at (2013) menunjukan bahwa ada hubungan yang
menjelaskan banyak jenis makanan cepat kuat (negatif) antara pengetahuan gizi
saji telah memenuhi pasar tetapi mie tetap dengan tingkat konsumsi mie instan.
sebagai yang populer dari semua jenis
makanan cepat saji yang ada, makanan ini Green dan Kreuter (dalam Lestary &
dikonsumsi karena lebih murah dan Sugiharti, 2009) menjelaskan bahwa salah
sangat mudah untuk membuatnya. satu faktor yang mempengaruhi individu
Menurut Juyeon Park,et.,al (Riska & dalam melakukan perilaku konsumsi mie
Jus’at, 2013) menjelaskan mie instan instan ialah faktor dalam diri berupa
sering dianggap sebagai makanan tidak keyakinan terhadap perilaku yang
sehat atau sebagai jenis junk food dimunculkan. Kepercayaan atau
(makanan cepat saji). Satu porsi tunggal keyakinan serta pandangan, ataupun
mie instan biasanya tinggi karbohidrat penilaian individu terhadap suatu
1
tapi rendah serat, vitamin, dan mineral. peristiwa atau perilaku yang berhubungan
Mie instan bukan pilihan yang salah, asal dengan kesehatan dapat diartikan sebagai
saja dilengkapi dengan bahan-bahan lain, health belief (Emqi, 2013 dalam Novianto
seperti telur dan sayuran serta tidak 2016). Menurut Rosenstock (Becker &
dikonsumsi setiap hari. Namun pada Janz, 1984) menyatakan bahwa Health
kenyataannya dalam kehidupan sehari Belief ialah keyakinan atau penilaian
hari sebagian dari masyarakat perilaku yang berkaitan dengan
mengkonsumsi mie instan menjadi kesehatan. Penilaian diperoleh melalui
pengganti makanan pokok (Harsanto, proses kognitif dari informasi yang

2
didapatkan melalui lingkungan ataupun mengkonsumsi mie instan (cues to
melalui proses penilaian melalui action). Sedangkan bagi mahasiswa yang
pengalaman individu. memiliki health belief tinggi, mereka
mengetahui resiko mengkonsumsi mie
Menurut peneliti, individu yang instan tidak baik terhadap kesehatan
memiliki health belief tinggi adalah (perceived susceptibility), mereka
individu yang lebih menjaga menyadari dan merasakan ancaman dari
kesehatannya, individu yang menyadari bahaya mengkonsumsi mie instan
atau memahami bahaya yang akan (perceived severity), mengetahui manfaat
ditimbulkan dari perilaku tidak sehat yang serta kerugian dari mengkonsumsi mie
dilakukan akan memunculkan suatu instan (perceived benefit), mereka tidak
penyakit serta dengan serius menanggapi mengalami hambatan dalam tindakan
informasi mengenai bahaya dari perilaku yang dianjurkan (perceived barriers),
tidak sehat dan memiliki kesiapan untuk serta yang terakhir mereka memiliki
mengambil suatu tindakan. Sedangkan kesiapan untuk mengambil tindakan
individu yang memiliki health belief untuk tidak sama sekali mengkonsumsi
rendah adalah individu yang mengabaikan mie instan (cues to action). Hal ini sejalan
kesehatannya serta tidak memikirkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
bahaya dari perilaku tidak sehat secara Nadianti dan Rahayu (2014) yang
serius dan belum memiliki kesiapan untuk menyatakan bahwa semakin tinggi health
mengambil suatu tindakan untuk berhenti belief maka semakin tinggi perilaku sehat,
melakukan perilaku tidak sehat. namun sebaliknya semakin rendah health
belief maka semakin rendah perilaku tidak
Menurut Rosenstock (Becker & Janz, sehat.
1984) terdapat 5 dimensi health belief
model yaitu Persceived Suspectibility Oleh karena itu berdasarkan uraian
(kerentanan yang dirasakan), Perceived latar belakang masalah sebelumnya,
Severity (keparahan yang dirasakan), penulis tertarik untuk melakukan
Perceived Benefits(manfaat yang penelitian mengenai gambaran health
dirasakan), Perceived Barriers (hambatan belief pengkonsumsi mie instan pada
yang dirasakan), Cues to action (isyarat mahasiswa.
atau tanda tanda). Dalam hal ini, peneliti
melakukan wawancara terkait dengan Metode Penelitian
health belief pengkonsumsi mie instan
pada mahasiswa. Populasi dan Sampel

Bagi mahasiswa yang memiliki health Populasi dalam penelitian ini adalah
belief rendah, dari dimensi perceived Seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia,
susceptibility, mereka mengabaikan berdasarkan Ristekdikti tahun 2015/2016
resiko mengkonsumsi mie instan terhadap berjumlah 5.153.971 mahasiswa. Sampel yang
kesehatan, kurang menyadari dan digunakan dalam penelitian ini adalah
merasakan ancaman dari bahaya berjumlah 99 mahasiswa. Dan diambil dari
konsumsi mie instan (perceived severity), Universitas Esa Unggul Kebun Jeruk
mengabaikan kerugian dari perilaku dikarenakan agar lebih memudahkan peneliti
mengkonsumsi mie instan (perceived untuk mengambil data dari responden. Teknik
benefit), mereka mengalami hambatan yang digunakan dalam pengambilan sampel
dalam tindakan yang dianjurkan penelitian ini adalah non probability dengan
(perceived barriers) dan juga mereka menggunakan teknik purposive sampling.
tidak memiliki kesiapan untuk mengambil
tindakan untuk tidak sama sekali

3
Instrumen Penelitian diikuti oleh usia 20 tahun sebesar 23,0%, usia
18 tahun sebesar 22,5% dan yang terakhir
Instrumen penelitian ini adalah adalah usia 21 tahun sebesar 20,5%.
kuesioner yang dibentuk dalam skala likert.
Terdapat satu instrumen yaitu Health Belief. 3. Tempat Tinggal
Validitas dan Reliabilitas Tabel 3
Uji validitas menggunakan teknik Tempat tinggal Jumlah Persentase
Pearson Product Moment, sedangkan uji
(%)
reliabilitas menggunakan teknik Alpha
Cronbach. Dari hasil uji pada alat ukur Health Bersama orangtua 157 78,5%
Belief diperoleh 28 item yang valid dengan Kos 43 21,5%
nilai reliabilitas 0,904 yang artinya sangat Total 200 100%
reliabel.
Dari hasil perhitungan frekuensi dapat
Hasil dan Pembahasan
dilihat bahwa responden didominasi oleh
Gambaran Responden Penelitian mahasiswa yang tinggal bersama dengan
orangtua dengan jumlah 78,5% dan sisanya
1. Jenis Kelamin mahasiswa yang tinggal kos dengan persentase
Tabel 1 21,5%.

Jenis Jumlah Persentase(%) 4. Frekuensi Konsumsi Mie Instan


kelamin
Laki laki 81 40,5% Tabel 4

Perempuan 119 59,5% Frekuensi Konsumsi Jumlah Persentase


Total 200 100% Mie Instan (%)
1 kali/minggu 73 36,5%
Dari hasil perhitungan frekuensi dapat
dilihat bahwa responden penelitian didominasi 2-4 kali/minggu 102 51,0%
oleh perempuan yaitu sebesar 59,5%, 5-8 kali/minggu 25 12,5%
sedangkan laki-laki sebanyak 40,5%. Total 200 100%
2. Usia
Tabel 2
Dari hasil perhitungan frekuensi dapat
Usia Jumlah Persentase(%) dilihat bahwa paling banyak responden
mengkonsumsi mie instan 2-4 kali/minggu
18 45 22,5% sebesar 51,0%, diikuti dengan responden yang
tahun mengkonsumsi mie instan 1 kali/minggu
19 68 34,0% sebesar 36,5 dan yang terakhir responden yang
tahun mengkonsumsi mie instan 5-8 kali/minggu
sebesar 12,5%.
20 46 23,0%
tahun
21 41 20,5%
tahun
Total 200 100%

Dari hasil perhitungan frekuensi dapat


dilihat bahwa usia responden paling banyak
berada dalam usia 19 tahun yaitu 34,0%,

4
Kategorisasi Health Belief
Analisis Data Penunjang
Tabel 5
1. Gambaran Health Belief dengan
Batasa Skor Kategoris Jml Persenta
n Skor asi se Jenis Kelamin

µ≥X 79 ≥ Tinggi 111 55,5% Tabel 7


X
µ<X 79 < Rendah 89 44,5% Tinggi Rendah Total
X Jenis
Total 200 100% Kelamin
Jml % Jml % Jml %
Laki-laki 49 60,5% 32 39,5% 81 100%
Dari hasil kategorisasi Health Belief Perempuan 62 52,1% 57 47,9% 119 100%
dapat terlihat bahwa skor health belief yang
dikategorikan tinggi memiliki total skor diatas Total 111 55,5% 89 44,5% 200 100%
mean 79 dan skor health belief yang
dikategorikan rendah memiliki total skor
Gambaran Health Belief dilihat
dibawah 79.
berdasarkan jenis kelamin responden
menunjukkan bahwa laki-laki memiliki health
belief yang tinggi sebanyak 49 responden
Gambaran Dimensi Dominan
(60,5%) dan perempuan sebanyak 62
Health Belief
responden (52,1%).
Tabel 6
2. Gambaran Health Belief dengan
No Dimensi Frekuensi Persen
Tempat Tinggal
(%)
1 Perceived 40 20% Tabel 8
Susceptibilit
Tempat
y Tinggi Rendah Total
tinggal
2 Perceived 32 16% Jml % Jml % Jml %
Severity Bersama 89 56,7 68 43, 157 100%
3 Perceived 32 16% orangtua % 3%
Benefit Kos 22 51,2 21 48, 43 100%
4 Perceived 47 23,5% % 8%
Barriers Total 111 55,5 89 44, 200 100%
5 Cues to 39 19,5% % 5%
Action
Total 200 100% Gambaran Health Belief berdasarkan
tempat tinggal dapat dilihat bahwa responden
Dari hasil perhitungan Z-skor dapat tinggal bersama orangtua yang memiliki
dilihat bahwa responden penelitian yang health belief tinggi sebanyak 89 responden
memiliki dimensi dominan health belief (56,7%) dan yang health belief tinggi dengan
terbanyak adalah Perceived Barries yaitu 47 tempat tinggal kos sebanyak 22 responden
responden (23,5%). (51,2%).

5
3. Gambaran health belief pentingnya kesehatan dan kurang
berdasarkan frekuensi memahami dampak yang akan
konsumsi mie instan pada ditimbulkan dari mengkonsumsi mie
responden instan. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 9 mahasiswa berada pada tahap operasional
formal yang dimana mahasiswa dapat
Frekuensi berpikir secara logis serta dapat menarik
Konsumsi Tinggi Rendah Total kesimpulan dari informasi yang
Mie Instan diperolehnya dan juga mahasiswa sudah
Jml % Jml % Jml %
dapat mengambil keputusan yang tepat
1 46 63, 27 37, 73 100 bagi hidupnya (Piaget, dalam santrock,
kali/mingg 0% 0% 2014). Ketika mahasiswa menginginkan
u mengkonsumsi mie instan mereka tahu
2-4 55 54, 47 46, 102 100 dampak buruk bagi kesehatan, mereka
kali/mingg 0% 0% tahu bahaya mie instan jika dikonsumsi.
u Sehingga mahasiswa dapat berpikir
terlebih dahulu saat ingin mengkonsumsi
5-8 10 40, 15 60, 25 100 mie instan. Walaupun mahasiswa tahu
kali/mingg 0% 0% bahwa mie instan sangat terjangkau
u harganya dibandingkan dengan makanan
Total 111 55, 89 44, 200 100 lain. Dan juga pada mahasiswa kos jika
5% 5% uang bulanan mereka ingin habis, mereka
mengkonsumsi mie instan. (wawancara
pribadi dengan mahasiswa X berinisial E).
Gambaran Health Belief berdasarkan Keyakinan atau penilaian individu
frekuensi konsumsi mie instan dapat dilihat terhadap perilaku mengenai kesehatan
bahwa responden yang memiliki health belief dipengaruhi juga melalui proses kognitif
tinggi mengkonsumsi mie instan dengan berdasarkan informasi yang diterima
jumlah 1 kali/minggu sebanyak 46 responden maupun pengalaman individu
(63,0%), sedangkan responden yang memiliki (Rosensetock, dalam Becker & Janz,
health belief yang tinggi dengan 1984). Kondisi ini menyebabkan sebagian
mengkonsumsi 2-4 kali/minggu sebanyak 55 besar mahasiswa memiliki health belief
responden (54,0%), dan yang terakhir tinggi dibandingkan dengan yang memiliki
responden yang health belief tinggi dengan health belief rendah.
mengkonsumsi mie instan 5-8 kali/minggu
sebanyak 10 responden (40,0%). Berdasarkan dari hasil
crosstabulation dengan data penunjang
jenis kelamin pada tabel 4.8, diperoleh
Pembahasan hasil bahwa jenis kelamin tidak ada
hubungan yang signifikan dengan health
Berdasarkan hasil data yang telah belief pengkonsumsi mie instan. Hal
diolah, dari 200 responden yang tersebut juga didukung dengan hasil uji
mengkonsumsi mie instan lebih banyak Chi-Square menunjukkan nilai sig
yang memiliki health belief yang tinggi 0,241(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan
yaitu 111 (55,5%) orang dan yang bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
memiliki health belief rendah yaitu 89 antara health belief pengkonsumsi mie
(44,5%) orang. Health belief tinggi pada instan dengan jenis kelamin.
mahasiswa pengkonsumsi mie instan
adalah mahasiswa yang memahami akan Pada penelitian ini mahasiswa
pentingnya kesehatan serta mengetahui perempuan cenderung memiliki health
tentang bahaya dan dampak resiko yang belief yang tinggi, hal tersebut
akan dihadapi tentang mengkonsumsi mie dikarenakan bahwa mahasiswa perempuan
instan. Sedangkan health belief rendah cenderung lebih memahami dan menjaga
pada pengkonsumsi mie instan adalah pentingnya kesehatan dan masih
mahasiswa yang kurang memahami akan mendengarkan nasihat dari orangtuanya

6
mengenai dampak dari mengkonsumsi mie (48,8%) yang memiliki health belief yang
instan. Sedangkan mahasiswa laki-laki rendah, mereka mengkonsumsi mie instan
cenderung mengabaikan kesehatan dan disebabkan mereka tidak diawasi langsung
menganggap bahwa mengkonsumsi mie oleh orangtua, dan jadwal yang padat
instan adalah hal yang tidak perlu ditakuti membuat mereka lebih memilih memasak
(wawancara pribadi dengan subyek makanan yang instan seperti mie instan.
berinisial H).
Peneliti juga melakukan
Selain itu peneliti juga melakukan crosstabulation perhitungan antara health
crosstabulation, health belief belief dengan jumlah frekuensi konsumsi
pengkonsumsi mie instan dengan tempat mie instan (tabel 4.10). Dari hasil uji Chi-
tinggal. Dari hasil uji Chi-Square Squre menunjukkan nilai sig 0,122
menunjukkan nilai sig 0,518 p(>0,05) p(>0,05) yang artinya tidak ada hubungan
yang artinya tidak ada hubungan antara yang signifikan antara health belief dengan
health belief dengan tempat tinggal. Bagi frekuensi konsumsi mie instan. Mahasiswa
mahasiswa yang memiliki health belief pengkonsumsi mie instan dengan health
tinggi tinggal bersama orangtua sebesar belief tinggi mengkonsumsi mie instan 1
(56,7%), mereka lebih diawasi dan kali/minggu dan 2-4 kali/minggu, hal
terkontrol oleh orangtua dalam hal tersebut dikarenakan mahasiswa
mengkonsumsi makanan, dan mahasiswa mengetahui akan bahayanya mie instan.
yang memiliki health belief tinggi tinggal Apabila dikonsumsi secara terus menerus
bersama orangtua mereka selalu memakan mereka akan mengalami gangguan
masakan orangtua dan membuat mereka pencernaan, sehingga mereka
lebih sering mengkonsumsi makanan yang meminimalisir jumlah konsumsi mie
sehat, merekapun diberitahu oleh orangtua instan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
atau lingkungan sekitar seperti tetangga mahasiswa tersebut memiliki pengetahuan
maupun kerabat terdekat akan bahaya yang baik tentang apa yang dia konsumsi.
mengkonsumsi mie instan bagi kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Sedangkan bagi mahasiswa kos sebesar dilakukan oleh Nadianti dan Rahayu
(51,2%) yang memiliki health belief tinggi (2014) yang menyatakan bahwa semakin
mereka mengetahui dampak dari tinggi health belief maka semakin tinggi
mengkonsumsi mie instan, hal tersebut perilaku sehat. Mahasiswa yang memiliki
dikarenakan mahasiswa tersebut melihat health belief tinggi mereka mengkonsumsi
bahwa ada teman disekitarnya atau teman mie instan tidak lebih dari 4 kali/minggu.
kosnya yang jatuh sakit akibat
mengkonsumsi mie instan. Hal ini juga Selanjutnya dari hasil perhitungan
sejalan dengan salah satu faktor health crosstabulation, diketahui bahwa
belief yang diungkapkan Becker dan Janz, mahasiswa yang mengkonsumsi mie
1984 yaitu adanya dorongan dalam instan memiliki health belief yang rendah
lingkungan individu yang membuatnya dengan mengkonsumsi mie instan 5-8
merubah perilaku. Perilaku ini ditunjukkan kali/minggu. Hal tersebut menujukkan
dengan mahasiswa lebih selektif dalam bahwa kesadaran untuk menjaga kesehatan
memilah milah makanan apa yang akan masih perlu ditingkatkan. Mahasiswa
mereka konsumsi. tersebut belum paham dan mengerti
dampak dari mengkonsumsi mie instan
Dan untuk mahasiswa yang dan mereka mengabaikan informasi
memiliki health belief yang rendah yang tentang bahaya dari mie instan. Selain itu
tinggal bersama orangtua sebesar (43,3%), mahasiswa tersebut masih mengalami
walaupun mahasiswa tersebut sudah kesulitan untuk berhenti mengkonsumsi
diberitahu oleh orangtua atau orang sekitar mie instan dikarenakan mahasiswa
akan dampak dan bahaya dari tersebut tidak menyukai sayuran, dan cara
mengkonsumsi mie instan, tetapi yang mudah untuk memasaknya
mahasiswa tersebut menghiraukan nasehat (wawancara) dengan subyek berinisal D.
dari orangtua dan tetap mengkonsumsi mie
instan. Dan mahasiswa kos sebesar

7
Health Belief memiliki 5 dimensi Dan dari dimensi dominan yang
yaitu, Perceived Susceptibility, Perceived terakhir adalah perceived severity dan
Severity, Perceived Benefit, Perceived perceived benefit yang sama-sama
Barriers, dan Cues to Action (Rosenstock, berjumlah 32 responden (16%). Pada
dalam Becker & Janz, 1984). Dalam dimensi perceived severity memiliki 32
peneltian yang telah dilakukan diperoleh responden (16%), yang artinya individu
hasil bahwa dimensi yang dominan terjadi memahami dengan serius terhadap
pada responden adalah Perceived Barriers, penyakit yang akan dihadapi serta
yaitu sebanyak 47 responden (23,5%) memahami kerentanan dan keparahan
artinya adalah para mahasiwa memiliki suatu penyakit menjadi ancaman yang
pemahaman akan perilaku mengenai dirasakan. Responden memahami secara
menurunnya kenyamanan saat serius mengenai penyakit yang akan
meninggalkan perilaku tidak sehat, atau mereka hadapi jika mengkonsumsi mie
dengan kata lain mahasiswa akan instan. Hal tersebut terlihat dari jawaban
cenderung menjaga perilaku sehat. responden pada item 18 yang membahas
Mahasiswa akan memikirkan ulang atau tentang resiko yang ditimbulkan dari
mempertimbangkan kembali ketika akan mengkonsumsi makanan atau minuman
mengkonsumsi mie instan karena perilaku tertentu.
itu tidak sehat. Seperti dalam kuesioner
item 17 yang membahas tentang cara Serta yang terakhir dimensi
mengatasi permasalahan yang akan perceived benefit yang juga berjumlah 32
diakibatkan jika mengkonsumsi makanan responden (16%), yang artinya memahami
atau minuman tertentu. Responden dapat manfaat yang berhubungan dengan
menjawabnya dengan baik dan dari semua kesehatan serta memahami pertimbangan
responden cenderung menjawab dengan kerugian dari perilaku yang berhubungan
skor tertinggi. perilaku sehat. Hal tersebut terlihat dari
item no 5 dan item no 20 yang membahas
Selain itu, responden dengan tentang biaya pengobatan penyakit akibat
dimensi dominan Perceived Susceptibility makanan dan minuman tertentu tidak
juga cukup banyak yaitu 40 responden murah dan dengan tidak mengkonsumsi
(20,0%). Yang artinya responden memiliki makanan atau minuman tertentu dapat
pemahaman mengenai resiko kerentanan terhindar dari penyakit.
tubuh terhadap penyakit yang akan
dihadapi. Hal tersebut terlihat dari
jawaban responden pada item 1 dan 3 yang Kesimpulan
membahas resiko kerentanan tubuh yang
akan dihadapi. Item item tersebut banyak Mahasiswa cenderung memiliki
memperoleh skor tinggi. health belief tinggi (55,5%). Mahasiswa
pengkonsumsi mie instan memahami akan
Selanjutnya untuk dimensi cues to pentingnya kesehatan serta mengetahui
action juga memiliki cukup banyak yaitu bahaya dan dampak resiko yang akan
39 responden (19,5%). Yang artinya dihadapi tentang mengkonsumsi mie
responden memiliki kesiapan untuk instan. Mahasiswa yang memiliki health
mengambil tindakan berdasarkan belief rendah (44,5%).
informasi yang diperolehnya. Selain itu
walaupun responden mengkonsumsi mie Dari ke-lima dimensi yang dimiliki
instan tetapi mereka memiliki kesiapan health belief, hasil penelitian menunjukkan
untuk berhenti mengkonsumsi mie instan. bahwa dimensi yang dominan adalah
Hal tersebut terlihat dari jawaban Perceived Barriers. Yang artinya
responden pada item 23 dan item 27 yang mahasiswa memiliki pemahaman akan
membahas tentang kesiapan individu perilaku mengenai menurunnya
untuk berhenti mengkonsumsi makanan kenyamanan saat meninggalkan perilaku
atau minuman tertentu. tidak sehat.

8
Daftar Pustaka

Azwar, S. A. (2014). Metodelogi Penelitian. Demak. Jurnal Gizi Universitas


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhammadiyah Semarang, 3(I), 1-7.

Azwar, S. A. (2014). Realibilitas dan validitas. Mustinda, L. (2017, 3 Mei). Mie instan boleh
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. dimakan tiap hari? Ini saran ahli gizi.
Detik food. Diambil dari:
Azwar, S. A. (2014). Penyusunan Skala http://m.detik.com/food/read/2017/05/
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 03/175526/3490923/900/mie-instan-
boleh-dimakan-tiap-hari-ini-saran-ahli-
Becker, M. H & Janz, N. K. (1984). The health gizi.
belief model: a decade later. Health
Education Quarterly (Spring, 1984), Nadianti, L. V & Rahayu, S. M. (2015).
11(1), 1-47 Hubungan health belief dengan perilaku
compliance pada pasien penderita gagal
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ginjal kronik yang menjalani
(2004). Hygiene sanitasi makanan dan hemodialisa di Rumah Sakit Al-Islam
minuman (HSMM). Jakarta: Buku Bandung. Prosiding Psikologi,
pedoman akademi penilik kesehatan Prosiding penelitian sivitas akademika
Unisba (Sosial dan Humaniora) 237-243
Dunia Informasi Kesehatan. (2014, Agustus).
Pengertian makanan sehat untuk Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan statistika
menjaga kesehatan kita. Diambil dari modern untuk ilmu sosial. Jakarta:
http://www.dunia Salemba Humanika
informasikesehatan.com/2014/08/penger
tian-makanan-kesehatan-untuk- Novianto, S. (2016). Perbedaan health belief
menjaga.html?m=1 mahasiswa perokok Universitas Esa
Unggul berdasarkan jenis
Harsanto, P. W. (2009). Gaya hidup modern kelamin.(Skripsi tidak diterbitkan).
dan iklan (budaya makan mie instan Fakultas Psikologi Universitas Esa
sebagai identitas). Jurnal Seni dan Unggul. Jakarta.
Pendidikan Seni,7(1), 77-87
Ogden, J. (2004). Health Psychology: A
Kuroifah, M. (2014). Pengaruh daya tarik textbook (thirt edition). Two Penn Plaza,
iklan makanan instan terhadap perilaku New York, NY. USA
konsumsi makanan pada mahasiswa kos
program studi pendidikan teknik boga Riska, R&Jus’at, I. (2013). Hubungan antara
FT UNY.(Skripsi diterbitkan, Fakultas konsumsi mie instan, asupan (energi
Teknik Universitas Negri Yogyakarta. protein, vitamin A dan Fe) dan status
Yogyakarta). Di ambil dari gizi laki-laki usia 19-29 tahun di pulau
http://eprints.uny.ac.id/20796/ Sumatra (analisis data sekunder
riskesdas 2010). Jurnal Kesehatan, 5(1),
Lestary, H., & Sugiharti. (2007). Perilaku 1-14.
beresiko pada remaja menurut survei
kesehatan reproduksi remaja Indonesia. Santrock, John. W. (2014). Psikologi
Jurnal Kesehatan Reproduksi, I(3), 136- pendidikan buku 1 (Harya Bhimasena,
144. penerjemah). Jakarta: Salemba
Humanika
Mubarokah, A., Sartono, A.,&Isworo, T. J.
(2014). Hubungan pengetahuan gizi dan Sarkim, L., Nabuasa, E.,& Limbu, R. (2010).
keamanan pangan dengan konsumsi mie Perilaku konsumsi mie instan pada
instan pada santriwati sma pondok mahasiswa fakultas kesehatan
pesantren asy-syarifah mranggen masyarakat undana Kupang yang tinggal

9
di kos wilayah Naikoteh. MKM, 5(1),
41-48.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta:


PT. Grasindo

Sugiyono. (2009). Metode penelitian


kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode penelitian


kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2014). Statistika untuk penelitian.


Bandung: Alfabeta, CV

Wahyuningsih, M. (2013, Juni). Bahaya


kesehatan yang mengintai dibalik
nikmatnya mi instan. Diambil dari:
http//health.detik.com/read/
2013/06/08/085111/2267724/763/bahay
a-kesehatan-yang-mengintai-di balik-
nikmatnya-mie-instan

World Instant Noodle Asscociation (WINA).


(2017). National trend in instan noodle
demands. Diambil
darihttps://instantnoodles.org/en/noodles
/ market.html

10

Anda mungkin juga menyukai