DI SUSUN OLEH :
2.Ultinisa
3.Cantika Ramadani
4.Miftahul Fajrin
5.Nuryandi S Salama
Kata Pengantar
Malili,Januari 2022
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………… i
C.KLASIFIKASI IKLIM…………………….…………………………………
D.KONVEKSI,ADVEKSI,TURBULENSI,KONDUKSI …………
E.THANDERS,HUNDERSTROM DAN TORNADO………………
F.SIKLON,ARTI SIKLON,DAERAH KONVERGENSI ANTAR
TROPIS
G.POLA ANGIN DAN CURAH HUJAN DI INDONESIA
BAGIAN 3 PENUTUP ……………………………………..…………..……….
A.Kesimpulan…………………..…………………………………………..……
BAGIAN 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Di Indonesia memiliki fenomena alam yang beragam mulai dari
gerakan udara,pola angin,curah hujan sampai dengan iklim.Hal ini
menyebabkan banyak hal/peristiwa yang terjadi di Indonesia .
Disini akan di bahas satu persatu mengapa hal demikian terjadi .
B.Rumusan masalah
1. Bagaimana pola gerakan udara dan kaitannya dengan kehidupan, yang
meliputi:
a. Konduksi, konveksi, adveksi, dan turbulensi
b. Thanders, hunderstrom, dan tornado
c. Siklon, arti siklon, dan daerah konvergensi antar tropis
2. Bagaimana pola angin dan curah hujan yang ada di Indonesia
3. Bagaimana dampak cuaca dan iklim terhadap kehidupan?
4. Bagaimana klasifikasi iklim?
C.Tujuan
Agar siswa/i tau bagaimana fenomena alam/peristiwa alam yang
terjadi di Indonesia
BAGIAN 2 PEMBAHASAN
A. POLA GERAKAN UDARA DAN KAITANYA
DENGAN KEHIDUPAN
Pola Pergerakan Udara
Pergerakan udara pada umumnya disebabkan oleh pemanasan terhadap
udara dalam bentuk persebaran panas. Pemanasan atau persebaran panas
dibagi atas pemanasan langsung dan
tidak langsung. Pemanasan langsung merupakan absorpsi atau penyerapan
panas oleh udara
sedangkan pemanasan tidak langsung terjadi pada lapisan udara paling
bawah, panas yang
berasal dari bumi (setelah diterima bumi dari matahari) lalu disebarkan
secara vertikal dan
horizontal. Berdasarkan pemanasan atau persebaran panas tersebut, maka
pola gerakan udara
dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu konduksi, konveksi,
adveksi, dan turbulensi.
a. Konduksi, yaitu pemanasan secara kontak atau bersinggungan.
Pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul yang dekat dengan
permukaan bumi akan menjadi panas karena bersinggungan dengan bumi
yang menerima panas langsung dari matahari. Molekul-molekul udara yang
sudah panas bersinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum
panas; lalu saling memberikan panas sehingga menjadi sama- sama panas.
b. Koveksi, yaitu pemanasan atau penyebaran panas yang terjadi akibat
adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum
panas menjadi panas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah
panas.
Cuaca dan iklim adalah faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar terhadap kehidupan,
seperti dalam bidang pertanian, perhubungan, telekomunikasi, pariwisata,
industri, dan budaya masyarakat.Berikut ini manfaat iklim dan cuaca dalam
beberapa bidang kehidupan.
C.KLASIFIKASI IKLIM
- klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan
perbedaan iklim yang terdapat di bumi. akibat perbedaan latitudo (posisi
relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi
topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim.
[1]klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi
floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu
kawasan. [1]klasifikasi iklim
yang paling umum dikenal adalah klasifikasi koeppen dan geiger.
klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk
kajian-kajian geologis dan ekologi. beberapa negara mengembangkan
klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang
beragam. indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi
schmidt dan ferguson (sf),[2] yang ternyata disukai untuk kajian-kajian
kehutanan dan pertanian. sistem sf didasarkan pada klasifikasi yang terlebih
dahulu disusun oleh mohr, namun diperhalus kriterianya.
-Klasifikasi Koeppen dan Geiger
Sunting artikel utama: klasifikasi iklim koeppen
Ada lima kelompok iklim utama dalam klasifikasi ini, yang masing-masing
lalu dipilah lagi. Lima kelompok ini adalah:[3]
Iklim A, iklim tropika basah
Iklim B, iklim kering atau setengah kering
Iklim C, iklim dengan variasi suhu tahunan yang jelas
Iklim D, iklim sirkumpolar
Iklim E, iklim kutub
-Klasifikasi Schmidt dan Ferguson Sunting
Klasifikasi ini sangat populer di Indonesia dan beberapa negara tetangga
yang memiliki sektor pertanian serta memiliki musim kering-musim hujan.
[4] Menyadari bahwa variasi iklim Indonesia sangat beragam, Kementerian
Perhubungan meminta kedua sarjana tersebut untuk membuat suatu sistem
klasifikasi yang cocok bagi keadaan Indonesia.Terdapat delapan kelompok
iklim yang didasarkan pada nisbah bulan kering (BK) ke bulan basah (BB),
yang disimbolkan sebagai Q (dalam persen). Bulan kering adalah bulan
dengan presipitasi total di bawah 60 mm dan bulan basah adalah bulan
dengan presipitasi total di atas 100 mm.Delapan kelompok iklim menurut
Schmidt dan Ferguson adalah Iklim A, Q < 14,3, daerah sangat basah,
hutan hujan tropis;
Iklim B, 14,3 =< Q < 33,3, daerah basah, hutan hujan tropis;
Iklim C, 33,3 =< Q < 60,0, daerah agak basah, hutan rimba peluruh (daun
Iklim E, 100,0 =< Q < 167,0, daerah agak kering, padang sabana;
Iklim G, 300,0 =< Q < 700,0, daerah sangat kering, padang ilalang;
2. Iklim Koppen
A: Iklim Tropis.
B: Iklim Kering.
C: Iklim Sedang.
D: Iklan Dingin.
E: Iklim Kutub.
3. Iklim Junghuhn
Iklim Junghuhn merupakan klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian dan
vegetasi di kawasan tertentu. Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 4
macam, yaitu:
Zona Panas cocok untuk tanaman tembakau, jagung, tebu dan kelapa
Zona Sedang cocok untuk tanaman tembakau, kopi, cokelat dan teh.
Zona Sejuk cocok untuk tanaman kopi, kina, teh dan sayuran.
Zona Dingin tidak ada tanaman budidaya hanya lumut saja.
Iklim Junghuhn ini lebih ditujukan untuk kegunaan agrikultur.
4. Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson merupakan klasifikasi iklim berdasarkan curah
hujan. Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 8 tipe, yaitu:
A: Sangat Basah.
B: Basah.
C: Agak Basah.
D: Sedang.
E: Agak Kering.
F: Kering.
G: Sangat Kering.
H: Luar Biasa Kering.
Schmidt-Ferguson kriterianya adalah sebagai berikut:
Iklim Oldeman, yaitu klasifikasi iklim yang menggunakan curah hujan juga
sebagai acuannya. Perbedaannya dengan iklim Schmidt-Ferguson adalah
pada kriteria bulan basah dan cara menghitungnya.
D. KONVEKSI,ADVEKSI,TURBULENSI,KONDUKSI
1.Konveksi adalah gerak panas yang merambat di udara secara vertikal.
Contohnya adalah seperti udara pada sebuah lembah dimana akan terjadi
panas pada bagian bawah kemudian bergerak naik hingga ke atas.
2.Adveksi adalah gerak panas yang merambat di udara secara horizontal.
Contohnya adalah ketika udara satu daerah menjadi panas karena sinar
matahari secara penuh sedang di sebelahnya ada sedikit awan, maka udara
panas itu pelan-pelan merambat ke daerah yang tertutup awan sehingga
menjadi sama-sama panas
3.Turbulensi adalah gerak gerak panas yang merambat di udara secara tidak
beraturan dan berputar-putar
4.Konduksi adalah proses merambatnya panas matahari yang terjadi di
lapisan udara paling bawah kemudian mengalirkannya ke lapisan udara
yang ada di sekitarnya
Ketika datang ke cuaca buruk, badai petir, tornado, dan angin topan
dianggap sebagai badai alam yang paling ganas.
Semua jenis sistem cuaca ini dapat terjadi di keempat penjuru dunia, dan
membedakannya dapat membingungkan karena semuanya mengandung
angin kencang dan terkadang terjadi bersamaan.
Namun, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya,
badai biasanya hanya terjadi di tujuh cekungan yang ditunjuk di seluruh
dunia.
1. BADAI PETIR
Badai petir dihasilkan oleh awan cumulonimbus, atau guntur, yang
mencakup hujan, kilat, dan guntur.
Ketika angin di dekat permukaan bumi bertiup dengan satu kecepatan dan
angin di atas yang bertiup dengan kecepatan yang jauh lebih cepat, udara di
antara mereka berputar menjadi kolom berputar horizontal. Jika kolom ini
terjebak dalam badai petir, anginnya kencang, kencang, dan miring secara
vertikal, menciptakan awan corong.
3. BADAI
Badai adalah pusaran, sistem tekanan rendah yang berkembang di daerah
tropis dengan angin berkelanjutan yang telah mencapai setidaknya 74 mil
per jam.
Udara hangat dan lembab di dekat permukaan laut naik ke atas, mendingin,
dan mengembun, membentuk awan. Dengan lebih sedikit udara dari
sebelumnya di permukaan, tekanan turun di sana. Karena udara cenderung
bergerak dari tekanan tinggi ke rendah, udara lembab dari daerah sekitarnya
mengalir ke dalam menuju tempat bertekanan rendah, menciptakan angin.
Udara ini dihangatkan oleh panas laut dan panas yang dilepaskan dari
kondensasi , sehingga naik. Ini memulai proses naiknya udara hangat dan
membentuk awan dan udara di sekitarnya berputar-putar untuk
menggantikannya.Tak lama kemudian, Anda memiliki sistem awan dan
angin yang mulai berputar sebagai akibat dari efek Coriolis, sejenis gaya
yang menyebabkan sistem cuaca rotasi atau siklon.
Siklon adalah sebuah wilayah atmosfer bertekanan rendah yang bercirikan pusaran
angin yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam di bumi belahan utara dan
searah jarum jam di bumi belahan selatan. Istilah siklon ini secara umum mengacu
kepada berbagai variasi dari fenomena cuaca, termasuk siklon tropis, siklon
ekstratropis, dan tornado.
siklon adalah akibat yang berasal dari angin yang bisa menyebabkan tornado,atau
angin puting beliung serta penyebab yang berasal dari angin lainnya, jika melihat
dari luar angkasa kita melihatnya seperti putaran besar berwarna putih keabu abuan
siklon dapat dibedakan menjadi macam macam tetapi tergantung denganalamnya
sendiri seperti indonesia yang bersuhu tropis artinya siklon tersebut bernama siklon
tropis dan ada juga siklon subtropis .[butuh rujukan]
3. Siklon Tropis Cempaka, terjadi pada bulan November tahun 2017, dengan
kecepatan angin dapat mencapai 65 km/jam.
5. Siklon Tropis Seroja, terjadi 2–6 April 2021 dan menerjang sebagian besar
wilayah Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin berkisar antara 65–95
km/jam.
Daerah Konvergensi Antar Tropik atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ),
merupakan daerah sabuk bertekanan rendah yang mengelilingi Bumi, umumnya
dekat khatulistiwa yang menjadi tempat bergeraknya angin dari utara dan selatan
datang secara bersama-sama.
Daerah Konvergensi Antar Tropik disebut juga sebagai Equator Thermal ini,
menjadi istilah dalam meteorologi dan klimatologi yang merujuk pada daerah di
bumi, termasuk ke dalam pusat daerah bertekanan rendah atau doldrums. Letaknya
selalu bergerak setiap 14 hari mengikuti alur gerak semu tahunan Matahari, dari
utara hingga selatan atau sebaliknya dengan bentang 23,5 LU – 23,5 LS.
Pada bentang wilayah tersebut, pemanasan Matahari selalu terjadi sepanjang tahun
yang berakibat terjadinya arus panas konveksi yang nantinya berubah menjadi
wilayah pusat awan hujan. Arus panas konveksi tersebut terbentuk akibat adanya
pertemuan antara dua massa angin yakni angin pasat timur laut dan angin pasat
tenggara.
Daerah Konvergensi Antar Tropik selalu basah dan lembab sepanjang tahun. Hal
ini disebabkan karena jumlah rata-rata hujan yang terjadi di DKAT mencapai 200
hari atau 2.000 mm dalam setahun, dan salah satu tempat yang masuk ke dalam
Daerah Konvergensi Antar Tropik yakni negara Indonesia.
2.Intertropical Front
4.Monsoon Through
6.Doldrums
Jadi kalau anda lihat berita di TV kebanyakan wilayah di pulau Jawa sudah
mulai mengalami musim kemarau sedangkan beberapa wilayah di
Sulawesi seperti Konawe Utara, Wajo dan Sidenreng Rappang mengalami
banjir. Hal lainnya adalah jangan jangan beranggapan bahwa ketika sudah
masuk musim hujan, maka semua daerah di Indonesia akan hujan. Berikut
adalah pola pergerakan curah hujan yang ada di Indonesia.
Pada kondisi normal, daerah yang bertipe hujan monsun akan mendapatkan jumlah
curah hujan yang berlebih pada saat monsun barat (DJF) dibanding saat monsun
timur (JJA). Pengaruh monsun di daerah yang memiliki pola curah hujan ekuator
kurang tegas akibat pengaruh insolasi pada saat terjadi ekinoks, demikian juga
pada daerah yang memiliki pola curah hujan lokal yang lebih dipengaruhi oleh
efek orografi .
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis.
Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak
daripada pantai sebelah timur
Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur.
Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan
oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan
terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan
laut.
Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula
daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm,
meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2
daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya
sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi
Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan
Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar
Sulawesi.
Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun
meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian
bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.