Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GEOGRAFI LINTAS MINAT

DI SUSUN OLEH :

1.Muh Raihan Rafi

2.Ultinisa

3.Cantika Ramadani

4.Miftahul Fajrin

5.Nuryandi S Salama
Kata Pengantar

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT


karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
telah berusaha
semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu
dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak
yang memberikan bantuannya, yang secara langsung
merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi
hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi
untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya
maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran
dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi
dan menyempurnakan makalah ini.

Malili,Januari 2022

DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………… i

Kata Pengantar …………………………………………………………………...… ii

Daftar Isi………………………………………………………………………..……… iii

BAGIAN 1 PENDAHULUAN ……………………………………………… 1


A.LATAR BELAKANG…………………...………………………………… 1
B. RUMUSAN MASALAH ....……………………….…………………… 1
C. TUJUAN…………..………………………….………………………………… 1
BAGIAN 2 PEMBAHASAN ………………………………………………..
A.POLA GERAKAN UDARA DAN KAITANYA DENGAN
KEHIDUPAN ……………………………………………………………………….. 1

B.DAMPAK CUACA DAN IKLIM DALAM


KEHIDUPAN…………………………………………...………………. ………….. 2

C.KLASIFIKASI IKLIM…………………….…………………………………
D.KONVEKSI,ADVEKSI,TURBULENSI,KONDUKSI …………
E.THANDERS,HUNDERSTROM DAN TORNADO………………
F.SIKLON,ARTI SIKLON,DAERAH KONVERGENSI ANTAR
TROPIS
G.POLA ANGIN DAN CURAH HUJAN DI INDONESIA
BAGIAN 3 PENUTUP ……………………………………..…………..……….
A.Kesimpulan…………………..…………………………………………..……

BAGIAN 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Di Indonesia memiliki fenomena alam yang beragam mulai dari
gerakan udara,pola angin,curah hujan sampai dengan iklim.Hal ini
menyebabkan banyak hal/peristiwa yang terjadi di Indonesia .
Disini akan di bahas satu persatu mengapa hal demikian terjadi .
B.Rumusan masalah
1. Bagaimana pola gerakan udara dan kaitannya dengan kehidupan, yang
meliputi:
a. Konduksi, konveksi, adveksi, dan turbulensi
b. Thanders, hunderstrom, dan tornado
c. Siklon, arti siklon, dan daerah konvergensi antar tropis
2. Bagaimana pola angin dan curah hujan yang ada di Indonesia
3. Bagaimana dampak cuaca dan iklim terhadap kehidupan?
4. Bagaimana klasifikasi iklim?
C.Tujuan
Agar siswa/i tau bagaimana fenomena alam/peristiwa alam yang
terjadi di Indonesia

BAGIAN 2 PEMBAHASAN
A. POLA GERAKAN UDARA DAN KAITANYA
DENGAN KEHIDUPAN
Pola Pergerakan Udara
Pergerakan udara pada umumnya disebabkan oleh pemanasan terhadap
udara dalam bentuk persebaran panas. Pemanasan atau persebaran panas
dibagi atas pemanasan langsung dan
tidak langsung. Pemanasan langsung merupakan absorpsi atau penyerapan
panas oleh udara
sedangkan pemanasan tidak langsung terjadi pada lapisan udara paling
bawah, panas yang
berasal dari bumi (setelah diterima bumi dari matahari) lalu disebarkan
secara vertikal dan
horizontal. Berdasarkan pemanasan atau persebaran panas tersebut, maka
pola gerakan udara
dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu konduksi, konveksi,
adveksi, dan turbulensi.
a. Konduksi, yaitu pemanasan secara kontak atau bersinggungan.
Pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul yang dekat dengan
permukaan bumi akan menjadi panas karena bersinggungan dengan bumi
yang menerima panas langsung dari matahari. Molekul-molekul udara yang
sudah panas bersinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum
panas; lalu saling memberikan panas sehingga menjadi sama- sama panas.
b. Koveksi, yaitu pemanasan atau penyebaran panas yang terjadi akibat
adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum
panas menjadi panas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah
panas.

c. Adveksi, yaitu pemanasan atau persebaran panas yang terjadi sebagai


akibat gerakan udara panas secara horizontal atau mendatar dan
menyebabkan udara di sekitarnya juga menjadi panas.
d. Turbulensi, yaitu persebaran udara panas secara tak teratur, berputar-
putar. Hal ini akan menyebabkan udara yang sudahla
panas bercampur dengan udara yang belum panas, sehingga udara yang
belum panas akan ikut menjadi panas.
-Pengaruh Gerakan Udara bagi Kehidupan
Kita sudah mempelajari bahwa umumnya gerakan udara disebabkan oleh
pemanasan terhadap udara dalam bentuk persebaran panas. Berdasarkan
pemanasan udara dan persebaran panas tersebut terbentuklah beberapa pola
gerakan udara. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan, antara lain:
a.Terjadinya musim hujan dan kemarau. Dengan adanya kedua musim ini
masyarakat harus dapat memanfaatkan sebaik-baiknya. Khususnya bagi
para petani dapat mengatur kapan mulai bercocok tanam dan sebaliknya.
Selain itu, masyarakat juga harus mewaspadai terhadap kedua musim
tersebut, karena dapat menimbulkan malapetaka bagi kehidupannya.
b.Terganggunya penerbangan. Saat ini penerbangan merupakan sarana
transportasi yang paling mutahir. Tidak jarang penerbangan itu terganggu,
karena adanya gerakan udara di atmosfer yang tidak menentu. Oleh karena
itu, pengetahuan sifat-sifat udara sangat penting dalam penerbangan.
c.Pelayaran Pelayaran-pelayaran tradisional terutama para nelayan dalam
menangkap ikan masih sangat tergantung pada gerakan udara atau angin

B.DAMPAK CUACA DAN IKLIM DALAM KEHIDUPAN


Pengaruh Cuaca dan Iklim Bagi Kehidupan

Cuaca dan iklim adalah faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar terhadap kehidupan,
seperti dalam bidang pertanian, perhubungan, telekomunikasi, pariwisata,
industri, dan budaya masyarakat.Berikut ini manfaat iklim dan cuaca dalam
beberapa bidang kehidupan.

1. Bidang pertanian, manfaat iklim di bidang pertanian, di antaranya adalah


untuk menentukan waktu tanam dan jenis tanaman yang sesuai.
2. Bidang transportasi, manfaat iklim di bidang transportasi khususnya
pada bidang transportasi udara. Kondisi cuaca sangat memengaruhi
kelancaran penerbangan pesawat.
3. Bidang telekomunikasi, arus angin dapat dimanfaatkan untuk
berkomunikasi antardaerah dengan menggunakan telepon angin. Pengaruh
lain, yaitu kondisi cuaca yang kurang baik dapat mengganggu jaringan
telekomunikasi. Misalnya saat kondisi hujan, sinyal jaringan internet
menjadi lemah.
4. Bidang pariwisata, faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap
bidang pariwisata. Seperti cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan
angin, udara sejuk, kering, atau panas memengaruhi pelaksanaan wisata,
baik wisata darat maupun wisata laut.
5. Bidang industri, banyak industri tradisional yang masih bergantung pada
kondisi cuaca. Khususnya, industri yang membutuhkan panas matahari,
antara lain industri genteng, batu bata, dan kerupuk. Cuaca juga
memengaruhi aktivitas penduduk sehari-hari.
6. Bidang sosial dan budaya, bagi petani, tidak ekonomisnya pertanian
akan menyebabkan alih fungsi lahan dan pergantian corak produksi. Bagi
nelayan, tidak melaut berarti tidak makan, seiring dengan meningkatnya
intensitas badai. Budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam
akan bergeser ke arah kebudayaan yang baru. Sebagian masyarakat
berpindah ke daerah-daerah yang lebih produktif. Oleh karena itu, daerah-
daerah tertentu menjadi padat dan sesak
dampak dari perubahan iklim?
Pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, terjadinya banjir dan juga
badai karena perubahan iklim akan membawa perubahan besar pada
habitat sebagai rumah alami bagi berbagai spesies binatang, tanaman, dan
berbagai organisme lain.

C.KLASIFIKASI IKLIM
- klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan
perbedaan iklim yang terdapat di bumi. akibat perbedaan latitudo (posisi
relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi
topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim.
[1]klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi
floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu
kawasan. [1]klasifikasi iklim
yang paling umum dikenal adalah klasifikasi koeppen dan geiger.
klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk
kajian-kajian geologis dan ekologi. beberapa negara mengembangkan
klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang
beragam. indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi
schmidt dan ferguson (sf),[2] yang ternyata disukai untuk kajian-kajian
kehutanan dan pertanian. sistem sf didasarkan pada klasifikasi yang terlebih
dahulu disusun oleh mohr, namun diperhalus kriterianya.
-Klasifikasi Koeppen dan Geiger
Sunting artikel utama: klasifikasi iklim koeppen

Klasifikasi Koeppen pertama kali diajukan oleh Wladimir Köppen


(Jerman). Sistem ini lalu direvisi beberapa kali oleh Köppen sendiri.
Selanjutnya, bersama dengan Geiger, klasifikasi ini lalu diperbaiki.

Selain berdasarkan parameter iklim (seperti suhu udara, presipitasi, dan


radiasi surya harian), klasifikasi ini juga mendasarkan pada tipe vegetasi
suatu tempat.[3]

Ada lima kelompok iklim utama dalam klasifikasi ini, yang masing-masing
lalu dipilah lagi. Lima kelompok ini adalah:[3]
Iklim A, iklim tropika basah
Iklim B, iklim kering atau setengah kering
Iklim C, iklim dengan variasi suhu tahunan yang jelas
Iklim D, iklim sirkumpolar
Iklim E, iklim kutub
-Klasifikasi Schmidt dan Ferguson Sunting
Klasifikasi ini sangat populer di Indonesia dan beberapa negara tetangga
yang memiliki sektor pertanian serta memiliki musim kering-musim hujan.
[4] Menyadari bahwa variasi iklim Indonesia sangat beragam, Kementerian
Perhubungan meminta kedua sarjana tersebut untuk membuat suatu sistem
klasifikasi yang cocok bagi keadaan Indonesia.Terdapat delapan kelompok
iklim yang didasarkan pada nisbah bulan kering (BK) ke bulan basah (BB),
yang disimbolkan sebagai Q (dalam persen). Bulan kering adalah bulan
dengan presipitasi total di bawah 60 mm dan bulan basah adalah bulan
dengan presipitasi total di atas 100 mm.Delapan kelompok iklim menurut
Schmidt dan Ferguson adalah Iklim A, Q < 14,3, daerah sangat basah,
hutan hujan tropis;
Iklim B, 14,3 =< Q < 33,3, daerah basah, hutan hujan tropis;
Iklim C, 33,3 =< Q < 60,0, daerah agak basah, hutan rimba peluruh (daun

gugur pada musim kemarau);

Iklim D, 60,0 =< Q < 100,0, daerah sedang, hutan peluruh;

Iklim E, 100,0 =< Q < 167,0, daerah agak kering, padang sabana;

Iklim F, 167,0 =< Q < 300,0, daerah kering, padang sabana;

Iklim G, 300,0 =< Q < 700,0, daerah sangat kering, padang ilalang;

Iklim H, Q >= 700,0, daerah ekstrem kering, padang ilalang.

-Terdapat beberapa klasifikasi iklim dan Klasifikasi tersebut adalah:


1. Iklim Matahari
Iklim Matahari merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan oleh panas
matahari yang diterima bumi.

Menurut Iklim Matahari, iklim di bumi dibagi menjadi 4, yaitu tropis,


subtropis, sedang, dan dingin. Klasifikasi tipe iklim ini merupakan yang
paling umum digunakan. Hal ini disebabkan, klasifikasi ini merupakan
yang paling mudah dikenali apabila dibandingkan dengan klasifikasi
lainnya.

2. Iklim Koppen

Iklim Koppen merupakan pengelompokkan iklim berdasarkan pada rata-


rata curah hujan dan temperatur.
Klasifikasi iklim ini dibagi menjadi 5 tipe, dan masing-masing tipe
menggunakan huruf sebagai simbolnya.

A: Iklim Tropis.
B: Iklim Kering.
C: Iklim Sedang.
D: Iklan Dingin.
E: Iklim Kutub.

3. Iklim Junghuhn
Iklim Junghuhn merupakan klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian dan
vegetasi di kawasan tertentu. Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 4
macam, yaitu:

Zona Panas cocok untuk tanaman tembakau, jagung, tebu dan kelapa
Zona Sedang cocok untuk tanaman tembakau, kopi, cokelat dan teh.
Zona Sejuk cocok untuk tanaman kopi, kina, teh dan sayuran.
Zona Dingin tidak ada tanaman budidaya hanya lumut saja.
Iklim Junghuhn ini lebih ditujukan untuk kegunaan agrikultur.

4. Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson merupakan klasifikasi iklim berdasarkan curah
hujan. Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 8 tipe, yaitu:

A: Sangat Basah.
B: Basah.
C: Agak Basah.
D: Sedang.
E: Agak Kering.
F: Kering.
G: Sangat Kering.
H: Luar Biasa Kering.
Schmidt-Ferguson kriterianya adalah sebagai berikut:

Bulan Basah = Curah hujan >100mm.


Bulan Lembap = Curah hujan antara 60 - 100m.
Bulan Kering = Curah hujan <60mm.
5. Iklim Oldeman

Iklim Oldeman, yaitu klasifikasi iklim yang menggunakan curah hujan juga
sebagai acuannya. Perbedaannya dengan iklim Schmidt-Ferguson adalah
pada kriteria bulan basah dan cara menghitungnya.

Pada iklim Oldeman, untuk menentukan tipe iklimnya tidak perlu


menggunakan rumus seperti iklim Schmidt-Ferguson.
Kamu hanya perlu menentukan bulan basah dalam satu tahun berdasarkan
curah hujannya. Kriteria bulan basah pada iklim Oldeman:

Bulan basah = curah hujan >200mm.


Bulan lembap = curah hujan 100 - 200mm.
Bulan kering = curah hujan <100mm.

D. KONVEKSI,ADVEKSI,TURBULENSI,KONDUKSI
1.Konveksi adalah gerak panas yang merambat di udara secara vertikal.
Contohnya adalah seperti udara pada sebuah lembah dimana akan terjadi
panas pada bagian bawah kemudian bergerak naik hingga ke atas.
2.Adveksi adalah gerak panas yang merambat di udara secara horizontal.
Contohnya adalah ketika udara satu daerah menjadi panas karena sinar
matahari secara penuh sedang di sebelahnya ada sedikit awan, maka udara
panas itu pelan-pelan merambat ke daerah yang tertutup awan sehingga
menjadi sama-sama panas
3.Turbulensi adalah gerak gerak panas yang merambat di udara secara tidak
beraturan dan berputar-putar
4.Konduksi adalah proses merambatnya panas matahari yang terjadi di
lapisan udara paling bawah kemudian mengalirkannya ke lapisan udara
yang ada di sekitarnya

E. THANDERS,HUNDERSTROM DAN TORNADO


BADAI PETIR, TORNADO DAN ANGIN TOPAN.

Ketika datang ke cuaca buruk, badai petir, tornado, dan angin topan
dianggap sebagai badai alam yang paling ganas.
Semua jenis sistem cuaca ini dapat terjadi di keempat penjuru dunia, dan
membedakannya dapat membingungkan karena semuanya mengandung
angin kencang dan terkadang terjadi bersamaan.
Namun, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya,
badai biasanya hanya terjadi di tujuh cekungan yang ditunjuk di seluruh
dunia.

Anda mungkin bertanya-tanya, mana dari kejadian cuaca buruk berikut


yang terburuk? Membuat perbandingan berdampingan dapat memberi Anda
pemahaman yang lebih baik, tetapi pertama-tama, lihat bagaimana
mendefinisikan masing-masing.

1. BADAI PETIR
Badai petir dihasilkan oleh awan cumulonimbus, atau guntur, yang
mencakup hujan, kilat, dan guntur.

Mereka mulai ketika matahari memanaskan permukaan bumi dan


menghangatkan lapisan udara di atasnya. Udara hangat ini naik dan
mentransfer panas ke tingkat atas atmosfer. Saat udara bergerak ke atas, ia
mendingin dan uap air yang terkandung di dalamnya mengembun untuk
membentuk tetesan awan cair. Saat udara terus bergerak tinggi dengan cara
ini, awan tumbuh ke atas di atmosfer, akhirnya mencapai ketinggian di
mana suhu di bawah titik beku. Beberapa tetesan awan membeku menjadi
partikel es, sementara yang lain tetap "sangat dingin". Ketika ini
bertabrakan, mereka mengambil muatan listrik dari satu sama lain; ketika
cukup banyak tabrakan itu terjadi, penumpukan muatan yang besar akan
terlepas, menciptakan kilat.
Badai petir paling berbahaya ketika hujan mengurangi jarak pandang, hujan
es, sambaran petir atau tornado berkembang.
2. TORNADO
Tornado adalah kolom udara yang berputar keras yang memanjang dari
dasar badai petir ke tanah.

Ketika angin di dekat permukaan bumi bertiup dengan satu kecepatan dan
angin di atas yang bertiup dengan kecepatan yang jauh lebih cepat, udara di
antara mereka berputar menjadi kolom berputar horizontal. Jika kolom ini
terjebak dalam badai petir, anginnya kencang, kencang, dan miring secara
vertikal, menciptakan awan corong.

Tornado berbahaya—bahkan mematikan—karena angin kencang dan


puing-puing yang beterbangan.

3. BADAI
Badai adalah pusaran, sistem tekanan rendah yang berkembang di daerah
tropis dengan angin berkelanjutan yang telah mencapai setidaknya 74 mil
per jam.

Udara hangat dan lembab di dekat permukaan laut naik ke atas, mendingin,
dan mengembun, membentuk awan. Dengan lebih sedikit udara dari
sebelumnya di permukaan, tekanan turun di sana. Karena udara cenderung
bergerak dari tekanan tinggi ke rendah, udara lembab dari daerah sekitarnya
mengalir ke dalam menuju tempat bertekanan rendah, menciptakan angin.
Udara ini dihangatkan oleh panas laut dan panas yang dilepaskan dari
kondensasi , sehingga naik. Ini memulai proses naiknya udara hangat dan
membentuk awan dan udara di sekitarnya berputar-putar untuk
menggantikannya.Tak lama kemudian, Anda memiliki sistem awan dan
angin yang mulai berputar sebagai akibat dari efek Coriolis, sejenis gaya
yang menyebabkan sistem cuaca rotasi atau siklon.

Badai paling berbahaya ketika terjadi gelombang badai besar, yaitu


gelombang air laut yang membanjiri masyarakat. Beberapa gelombang
dapat mencapai kedalaman 20 kaki dan menyapu rumah, mobil, dan bahkan
orang.
F. SIKLON,ARTI SIKLON,DAERAH KONVERGENSI
ANTAR TROPIS
SIKLON DAN ARTI SIKLON

Siklon adalah sebuah wilayah atmosfer bertekanan rendah yang bercirikan pusaran
angin yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam di bumi belahan utara dan
searah jarum jam di bumi belahan selatan. Istilah siklon ini secara umum mengacu
kepada berbagai variasi dari fenomena cuaca, termasuk siklon tropis, siklon
ekstratropis, dan tornado.

Citra radar dari sebuah siklon tropis di belahan utara.

siklon adalah akibat yang berasal dari angin yang bisa menyebabkan tornado,atau
angin puting beliung serta penyebab yang berasal dari angin lainnya, jika melihat
dari luar angkasa kita melihatnya seperti putaran besar berwarna putih keabu abuan
siklon dapat dibedakan menjadi macam macam tetapi tergantung denganalamnya
sendiri seperti indonesia yang bersuhu tropis artinya siklon tersebut bernama siklon
tropis dan ada juga siklon subtropis .[butuh rujukan]

Siklon di Indonesia Sunting

Artikel utama: Siklon Tropis di Indonesia

Siklon di Indonesia tergolong Siklon Tropis. Menurut klimatologisnya, siklon


tropis tidak pernah melewati melintasi ekuator, yang berarti wilayah Indonesia
yang terletak di sekitar garis khatulistiwa termasuk wilayah yang tidak akan dilalui
oleh lintasan siklon di Indonesia. Secara umum Indonesia mendapat pengaruh tidak
langsung dari siklon tropis ini, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat
Laut Samudra Hindia Tenggara dan di sekitar Australia akan mempengaruhi
pembentukan pola cuaca di Indonesia. Sepanjang tahun 2000 - 2012 terjadi 400
siklon tropis dan[8] sejak tahun 2003 setidaknya terdapat 30 siklon tropis yang
tumbuh di dekat Indonesia.
Siklon tropis pertama yang muncul di Indonesia diberi nama Siklon Tropis Durga
(dan dikenal sebagai "Rosie" dalam skala internasional) yang terjadi pada tanggal
22 - 25 April 2008, selanjutnya adalah Siklon Tropis Bunga Anggrek yang terjadi
pada bulan Oktober-November 2010.

Beberapa contoh siklon tropis yang pernah menerjang Indonesia:

1. Siklon Tropis Durga, terjadi 20 - 24 April 2008 di Samudra Hindia dan


merupakan siklon tropis bersejarah bagi BMKG, dengan kecepatan angin dapat
mencapai 95 km/jam.

2. Siklon Tropis Bakung, terjadi pada 11 - 13 Desember 2014 di Samudra Hindia,


dengan kecepatan angin dapat mencapai 95 km/jam.

3. Siklon Tropis Cempaka, terjadi pada bulan November tahun 2017, dengan
kecepatan angin dapat mencapai 65 km/jam.

4. Siklon Tropis Dahlia, terjadi pada bulan November - Desember di Samudra


Hindia dan merupakan siklon yang berlangsung hampir bersamaan dengan Siklon
Tropis Cempaka, dengan kecepatan dapat mencapai 85 km/jam.

5. Siklon Tropis Seroja, terjadi 2–6 April 2021 dan menerjang sebagian besar
wilayah Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin berkisar antara 65–95
km/jam.

-Pengertian Daerah Konvergensi Antar Tropik

Daerah Konvergensi Antar Tropik atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ),
merupakan daerah sabuk bertekanan rendah yang mengelilingi Bumi, umumnya
dekat khatulistiwa yang menjadi tempat bergeraknya angin dari utara dan selatan
datang secara bersama-sama.
Daerah Konvergensi Antar Tropik disebut juga sebagai Equator Thermal ini,
menjadi istilah dalam meteorologi dan klimatologi yang merujuk pada daerah di
bumi, termasuk ke dalam pusat daerah bertekanan rendah atau doldrums. Letaknya
selalu bergerak setiap 14 hari mengikuti alur gerak semu tahunan Matahari, dari
utara hingga selatan atau sebaliknya dengan bentang 23,5 LU – 23,5 LS.

Pada bentang wilayah tersebut, pemanasan Matahari selalu terjadi sepanjang tahun
yang berakibat terjadinya arus panas konveksi yang nantinya berubah menjadi
wilayah pusat awan hujan. Arus panas konveksi tersebut terbentuk akibat adanya
pertemuan antara dua massa angin yakni angin pasat timur laut dan angin pasat
tenggara.

Daerah Konvergensi Antar Tropik selalu basah dan lembab sepanjang tahun. Hal
ini disebabkan karena jumlah rata-rata hujan yang terjadi di DKAT mencapai 200
hari atau 2.000 mm dalam setahun, dan salah satu tempat yang masuk ke dalam
Daerah Konvergensi Antar Tropik yakni negara Indonesia.

Daerah Konvergensi Antar Tropik mempunyai istilah lain, seperti:

1.Daerah Konvergensi Lintas Tropis

2.Intertropical Front

3.Daerah pumpunan awan aktif

4.Monsoon Through

5.Equatorial Convergence Zone

6.Doldrums

7.Zona Potensi Pertumbuhan Awan


G. POLA ANGIN DAN CURAH HUJAN DI INDONESIA

pola curah hujan


Pola Curah Hujan di Indonesia
Posted by ARCHYSIG on JUNE 14, 2019
Indonesia secara umum termasuk dalam kategori iklim tropis dengan dua
musim yaitu penghujan dan kemarau. Akan tetapi sebaran curah hujan di
setiap wilayah di Indonesia bervariasi karena berbagai faktor. Artinya di
Indonesia tidak ada batas yang jelas antara musim penghujan dan musim
kemarau karena Indonesia ada di wilayah Daerah Konvergensi Antar
Tropik (DKAT).

Jadi kalau anda lihat berita di TV kebanyakan wilayah di pulau Jawa sudah
mulai mengalami musim kemarau sedangkan beberapa wilayah di
Sulawesi seperti Konawe Utara, Wajo dan Sidenreng Rappang mengalami
banjir. Hal lainnya adalah jangan jangan beranggapan bahwa ketika sudah
masuk musim hujan, maka semua daerah di Indonesia akan hujan. Berikut
adalah pola pergerakan curah hujan yang ada di Indonesia.

Berdasarkan distribusi data rata-rata curah hujan bulanan, BMKG


umumnya membagi wilayah Indonesia dibagi menjadi 3 pola hujan,
sedangkan dari Kementerian Pertanian membagi 4 pola hujan, yaitu :
1. Pola hujan monsun (Type monsoon),
yang wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim
hujan dan periode musim kemarau kemudian dikelompokan dalam Zona
Musim (ZOM), tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak
musim hujan, Desember-Januari-Februari (DJF) musim hujan, Juni-Juli-
Agustus (JJA) musim kemarau). Seperti di wilayah Sumatera bagian timur
dan selatan, Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan bagian
selatan, Sulawesi Selatan bagian pantai barat, Sulawesi Tenggara bagian
barat dan pulau buton/muna, Sulawesi Utara, Maluku bagian selatan dan
Papua bagian pantai utara dan Merauke.

2. Pola hujan equatorial (Type ekuatorial), yang wilayahnya memiliki distribusi


hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimum dan hampir
sepanjang tahun masuk dalam kreteria musim hujan. Pola ekuatorial dicirikan oleh
tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi
sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Seperti di wilayah
Sumatera bagian barat, Kalimantan bagian utara, sebagian Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan (wilayah luwu raya dan toraja) dan Papua bagian tengah.
3. Pola hujan Lokal (Type lokal), yang wilayahnya memiliki distribusi hujan
bulanan kebalikan dengan pola monsun. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola
hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe
hujan monsun. Seperti di wilayah Parigi moutong, Palu, Luwuk Banggai,
Kepulauan Banggai, Taliabu, Sula, Buru bagian selatan,Seram bagian selatan,
Ambon, Sorong, Raja Ampat, Teluk Bintuni, Fak-fak dan Sulawesi Selatan bagian
pantai timur.
4. Pola hujan Multi Pattern, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan
hampir merata tiap bulan, tidak ada puncak hujan dan kemarau yang segnifikan.
Seperti di wilayah Kota Palu, Morowali Utara, Asmat, Mimika dan Kerinci

Pada kondisi normal, daerah yang bertipe hujan monsun akan mendapatkan jumlah
curah hujan yang berlebih pada saat monsun barat (DJF) dibanding saat monsun
timur (JJA). Pengaruh monsun di daerah yang memiliki pola curah hujan ekuator
kurang tegas akibat pengaruh insolasi pada saat terjadi ekinoks, demikian juga
pada daerah yang memiliki pola curah hujan lokal yang lebih dipengaruhi oleh
efek orografi .
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis.
Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak
daripada pantai sebelah timur

Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur.
Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan
oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.

Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan
terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan
laut.

Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.

Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.

Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:

1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak


pada bulan November.

2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan


Desember.

3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.

Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim


hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang
mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak
pada kira-kira 120 Bujur Timur.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun
masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak
sama.

Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula
daerah yang mendapat curah hujan tinggi:

Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm,
meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2
daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).

Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya
sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.

Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi
Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan
Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar
Sulawesi.

Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun
meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian
bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.

Tabel curah hujan di beberapa daerah Indonesia


BAGIAN 3 PENUTUP
A.Kesimpulan

Itulah tadi pembahasan tentang gerakan udara,angin,dan iklim yang


menyebabkan banyaknya fenomena alam yang terjadi

SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai