Anda di halaman 1dari 2

Taeniasis Saginata

• Siklus Hidup Taenia Sagiata

Proglotid yang matang (proglotid gravid) keluar bersama tinja atau bergerak aktif menuju
anus → cabang-cabang uterus anterior pecah dan telur keluar melalui pinggiran anterior → jika
telur termakan hospes intermedier (sapi) di dalam usus embriofore terdesintegrasi oleh asam
lambung → hexacanth embrio meninggalkan kulit telur dan menembus dinding usus bersama
limfe/darah dibawa ke jaringan ikat dialam otot → tumbuh menjadi cysticercus bovis (cacing
gelembung) dalam waktu 12 – 15 minggu, cysticercus bovis berupa gelembung dengan ukuran 7,5
– 10 mm x 4 – 6 mm dimana didalamnya terdapat scolex yang mengalami invaginasi →
bila cysticercus hidup ditelan manusia maka di dalam usus scolex mengalami evaginasi dan
melekatkan diri pada mukosa jejunum dan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu 8-10
minggu dan cacing hidup 25 tahun.

• Penyakit yang disebabkan → Taeniasis (Diare)


• Kasus → Berdasarkan hasil penelitiannya disebutkan bahwa babi yang diinfeksi telur T. Saginata
ternyata menghasilkan pertumbuhan sistiserkus pada organ hati, pada umumnya ditemukan pada
daging, inang perantaranya adalah sapi, kerbau, ilamas dan ruminansia liar lainnya termasuk
jerapah, inang definitifnya adalah manusia
- Pengobatan pada kasus → Taeniasis pada kucing dan anjing dapat ditekan dengan
melarang hewan tersebut memakan hewan pengerat (rodent) atau induk semang
perantara lainnya dan dihindarkan dari memakan daging mentah. Untuk mencegah
Taeniasis pada manusia, dapat dilakukan dengan menghindari memakan daging yang
kurang matang, baik daging babi maupun daging sapi. Pengobatan Taeniasis pada
hewan bisa dilakukan dengan pemberian obat cacing praziquantel, epsiprantel,
mebendazole, febantel dan fenbendazole
- Karena → Dapat membunuh cacing dewasa dalam usus.
• Obat yang dapat digunakan → Pyrantel Pamoate (salah satu antihelmintik)
• Mekanisme kerja obat → Bekerja sebagai penghambat depolarisasi neuromuskular, yang
menginhibisi enzim asetil kolinesterase. Akibatnya, akan terjadi paralisis otot-otot tubuh cacing
secara spastik, kemudian berlanjut dengan kontraktur otot. Cacing yang mengalami paralisis akan
melepaskan cengkramannya pada dinding mukosa usus, kemudian akan dikeluarkan dari tubuh,
melalui proses alami.
• Cara identifikasi → Analisis sampel tinja, tes darah

Anda mungkin juga menyukai