oleh
2019
LAPORAN
Mengetahui,
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
DATAR TABEL………………………………………………………………….iv
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
1.2 Tujuan........................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
2.1.5 Penyimpanan...................................................................... 8
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
TABEL 2.20 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG
PASIEN RUANG SAKURA DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 56
TABEL 2.21 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG
PASIEN RUANG FLAMBOYAN DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 58
TABEL 2.22 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG
PASIEN RUANG FLAMBOYAN DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 59
TABEL 2.23 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG
PASIEN RUANG FLAMBOYAN DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 60
TABEL 2.24 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG SAKURA DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 62
TABEL 2.25 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG SAKURA DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 63
TABEL 2.26 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG SAKURA DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 63
TABEL 2.27 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG ANGGREK DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 65
TABEL 2.28 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG ANGGREK DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 66
TABEL 2.29 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG ANGGREK DI RSUD KOTA
BANDUNG……………………………………………….. 67
v
TABEL 2.30 INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE
PASIEN RUANG ASTER DI RSUD KOTA
BANDUNG………………………………………………. 69
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Menu
Menu adalah susunan hidangan yang disiapkan untuk disajikan
sebagai makanan, daftar makanan yang bisa dipesan, dan daftar
makanan yang akan dihidangkan. RSUD Kota Bandung memiliki siklus
menu 10 hari ditambah 1 hari. Di RSUD Kota Bandung memiliki 5 kelas
perawatan yaitu Suite Junior, VIP, Kelas I, II, dan III. Jadwal makan pasien
yaitu 3 kali makanan utama, dan 2 kali makanan selingan dalam sehari.
Sedangkan untuk pemberian buah berbeda pada setiap kelasnya. Menu
hewani diberikan setiap kali penyajian makan untuk setiap kelas
perawatan. Penambahan menu ekstra hewani diberikan pada pasien
dengan kelas perawatan Suite Junior (Suju) dan VIP sebanyak 1 porsi
tambahan lauk hewani untuk waktu makan siang dan sore. Snack
diberikan dengan jumlah berbeda, yaitu untuk kelas Suju, VIP, dan kelas I
diberikan sebanyak 2 kali sedangkan untuk kelas II dan III diberikan hanya
1 kali saja.
5
2.1.2 Pembelian
Pembelian bahan makan merupakan serangkaian kegiatan
penyediaan macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan klien/pasien dan karyawan sesuai ketentuan/kebijakan yang
berlaku. Pembelian bahan makanan merupakan prosedur penting untuk
memperoleh bahan makanan, biasanya terkait dengan produk yang
benar, jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan harga yang benar.
Prosedur pembelian bahan makan diantaranya:
a. Pembelian langsung ke pasar (The Open Marker of Buying)
adalah pembelian akan mengumpulkan informasi pasar tentang
macam, kualitas, harga, ketersediaan makanan dan
memutuskan sesuai ketentuan institusi.
b. Pembelian dengan musyawarah (The Negotiated of Buying)
Pembelian ini dilakukan hanya keadaan hanya keadaan dalam
jumlah terbatas dan merupakan bahan makan yang dibutuhan
klien.
c. Pembelian yang akan datang (Future Contract) pembelian yang
dirancang untuk bahan makanan yang terjamin, pasti,
terpercaya mutu, keadaan, dan harga.
d. Pembelian tanpa tanda tangan (Unsigned Contract/Auction)
perjanjian dilakukan atas dasar kepercayaan.
e. Pembelian melalui pelelangan (The Formal Competitive) adalah
cara pembelian yang resmi dan mengikuti prosedur pembelian
yang telah dijabarkan dalam kapres ditetapkan oleh pemerintah
daerah, macam-macam pelelangan yaitu : pelelangan terbuka,
pelelangan terbatas, penunjang langsung, pengadaan
langsung.
Sistem pembelian yang dilakukan pada RSUD Kota Bandung
yaitu dengan pembelian melalui pelelangan (The Formal Competitive).
6
2.1.3 Pemesanan
Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan
(order) bahan makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah
konsumsi/pasien yang dilayani, sesuai periode pemesanan yang
ditetapkan.
Adapun prasyarat yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
pemesanan bahan makanan, antara lain:
1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang prosedur pengadaan
bahan makanan
7
2.1.4 Penerimaan
Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang
meliputi memeriksan, meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan
tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan
spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu penerimaannya.
8
2.1.5 Penyimpanan
Penyimpanan bahan makanan merupakan suatu tata cara
menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas dan keamanan bahan
makanan kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan dingin.
Dalam kegiatan penyimpanan bahan makanan terdapat beberapa
prasyarat yang harus terlaksana, yaitu :
1) Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan
makanan segar,
2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
peraturan,
9
2.1.6 Penyaluran
Penyaluran bahan makanan adalah suatu tata cara
mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan dari unit kerja
pengolahan makanan. Tujuan dari penyaluran bahan makanan adalah
agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan jumlah dan kualitas
yang tepat sesuai dengan pesanan dan waktu yang diperlukan.
Penyaluran bahan makanan di RSUD Kota Bandung dimulai dari
penerimaan bahan makanan kemudian dipisahkan untuk disimpan ke
dalam ruang penyimpanan bahan makanan segar, lalu bahan makanan
disalurkan ke ruang produksi untuk diolah. Namun penyaluran bahan
makanan ke ruang produksi memiliki berbagai prosedur. Prosedur yang
pertama, juru masak harus menuliskan daftar bahan makanan apa saja
yang diperlukan dan berapa kuantitas yang dibutuhkan, setelah itu daftar
kebutuhan diberikan kepada petugas gudang. Kemudian, bahan makanan
diambil sesuai dengan pesanan, sisa barang diruang penyimpanan ditulis
tanggal, jumlah pengambilan dan jumlah sisa di kartu stok. Lalu ditulis
kembali di buku pengeluaran harian dan ditulis di bon permintaan bahan
makanan. Penyaluran bahan makanan di RSUD Kota Bandung sudah
sesuai dengan prasyarat penyaluran bahan makanan yakni adanya bon
permintaan bahan makanan dan tersedianya kartu stok untuk mencatat
keluar masuknya bahan makanan yang ada.
11
2.1.7 Produksi
Kegiatan produksi terdiri atas persiapan bahan makanan dan
pengolahan bahan makanan, sebagai berikut:
a. Persiapan
Persiapan bahan makanan adalah kegiatan mempersiapkan
semua bahan makanan yang diperlukan sebelum dilakukannya proses
pengolahan. Proses persiapan bahan makanan ini dimulai dari proses
penimbangan, pencucian, pengupasan, dan pembungkusan hingga bahan
tersebut siap untuk dilakukan proses pengolahan.
1) Alur persiapan
Alur persiapan dimulai dari proses penerimaan bahan
makanan dari ruang penerimaan yang kemudian disalurkan
dengan container pada ruang persiapan sesuai dengan
golongan bahan makanan. Persiapan yang dilakukan pada
bahan makanan hewani, nabarti, sayur, dan buah dilakukan
setiap hari secara langsung untuk bahan makanan hewani
persiapan dilakukan saat bahan makanan datang kemudian
disimpan dalam refrigerator. Sedangkan pada bahan makanan
kering seperti beras dan formula atau susu persiapan diawali
dari penerimaan bahan makanan kering dari gudang
penyimpanan bahan makanan yang kemudian memulai proses
persiapan di dapur pengolahan masing-masing.
2) Area persiapan
Area persiapan bahan makanan disesuaikan dengan
golongan bahan makanan dan memiliki ruang persiapan
masing-masing. Area persiapan bahan makanan hewani,
nabati, sayur, dan buah memiliki ruang khusus dan berada
dekat dengan gudang penyimpanan BMS dan BMK.
12
TABEL 2.1
STANDAR BUMBU
No Nama Bumbu Bahan
Bawang merah, bawang putih, gula pasir,
1. tBumbu Merah
kemiri, pasta tomat, garam
Bawang merah, bawang putih, gula pasir,
2. Bumbu Putih
kemiri, garam, merica
Bawang merah, bawang putih, gula pasir,
3. Bumbu Kuning
kemiri, garam, kunyit
Bawang merah, bawang putih, gula merah,
4. Bumbu Kecap kemiri, garam, kecap, merica, ketumbar,
pala
Bawang merah, bawang putih, bawang
5. Bumbu Iris
bombay, bawang daun, tomat
6. Bumbu Lain I Bawang putih, bawang daun, merica
7. Bumbu Lain II Bawang putih, bawang daun, kencur
8) Persiapan Snack
Snack diet dan non diet diterima oleh panitia
penerimaan dengan melakukan pengecekkan antara jumlah
snack yang dipesan dengan jumlah snack yang diterima serta
menyesuaikan dengan spesifikasi. Jika ada snack yang
mengalami kerusakan kemasan, maka produk makanan akan
dikembalikan pada pihak rekanan untuk diganti. Setelah
diterima, snack dipisahkan untuk diet dan non diet serta
dipisahkan antar kelas. Contoh snack yang biasa disediakan
adalah bolu gulung, kue talam, bolu moka, dan lain-lain.
Apabila terjadi perubahan jumlah pasien dan snack yang
tersedia tidak cukup, maka snack yang akan diberikan berupa
biskuit contohnya kue marie.
15
b. Pengolahan
Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan memasak
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas
dan aman untuk dikonsumsi. Pengolahan bahan makanan ini memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
a) Mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
b) Meningkatkan nilai cerna
c) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan
d) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh
Adapun prasyarat untuk mengolah bahan makanan, yaitu :
a) Tersedianya menu, pedoman menu dan siklus menu
b) Tersedianya bahan makanan yang akan dimasak
c) Tersedianya peralatan pemasakan bahan makanan
d) Tersedianya aturan dalam menilai hasil pemasakan
e) Tersedianya prosedur tetap pemasakan
f) Tersedianya peraturan penggunaan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) (Kemenkes RI, 2013).
Pengolahan bahan makanan di Instalasi Gizi RSUD Kota
Bandung telah sesuai dengan PGRS karena memenuhi prasyarat yang
telah ditetapkan. Sistem pengolahan bahan makanan yaitu sistem
swakelola untuk semua pasien kelas I, II, III, VIP, dan SJ. Siklus menu
yang ditetapkan yaitu siklus menu 10 hari dan tambahan 1 hari untuk
menu tanggal 31. Dapur pengolahan bahan makanan di Instalasi Gizi
terbagi menjadi 2 yaitu dapur utama untuk pengolahan makanan baik non
diet maupun makanan diet, dan dapur susu untuk pengolahan makanan
enteral.
1) Pengolahan Makanan Non Diet
Pengolahan makanan non diet dilaksanakan di dapur utama.
Setiap menu yang dimasak memiliki standar resep, standar porsi, dan
16
3) Pengolahan Hewani
Bahan makanan hewani yang telah dipersiapkan di ruang
persiapan, kemudian diolah di dapur utama. Pengolahan hewani
dibedakan untuk makanan biasa, lunak, dan makanan saring. Standar
porsi hewani yaitu :
Daging sapi = 50 gr
Daging ayam giling = 35 gr
Fillet ayam = 40 gr
Fillet ikan = 50 gr
Ayam broiler = 85 gr
Telur ayam = 50 gr
Telur puyuh = 15 gr
4) Pengolahan Nabati
Pengolohan makanan nabati yaitu tahu dan tempe diolah di
dapur utama. Tempe yang telah dipotong di ruang persiapan, disalurkan
ke dapur utama. Untuk tahu, dari ruang penyimpanan langsung ke dapur
pengolahan. Pengolahan nabati tidak dilakukan untuk makanan saring
dan tidak dibedakan antara menu makanan lunak dan biasa. Standar porsi
tahu untuk anak dan dewasa yaitu 50 gram (1 kotak) dan tempe 50 gram.
5) Pengolahan Sayur
Pengolahan sayur dilakukan di dapur pengolahan sayur. Untuk
makan siang, proses pengolahan sayur dimulai pukul 09.30 karena tidak
memerlukan waktu yang lama seperti pengolahan hewani. Pengolahan
sayur diawali dengan proses penerimaan yang kemudian akan
dipersiapkan di ruang persiapan dan disalurkan ke dapur utama.
Pengolahan sayur tidak dibedakan untuk makanan biasa dan makanan
lunak. Namun untuk diet rendah garam, rendah serat, diet DM proses
produksi dipisahkan.
18
TABEL 2.2
DAFTAR PERALATAN DI RUANG PENERIMAAN INSTALASI GIZI
RSUD KOTA BANDUNG
Ruang Penerimaan
No Kitchen Equipment Kitchen Utensil
1 Bak Cuci Talenan
2 Rak Trolley
3 Pisau
4 Timbangan
Tempat sampah
TABEL 2.3
DAFTAR PERALATAN DI GUDANG BMK INSTALASI GIZI RSUD
KOTA BANDUNG
Gudang BMK
No Kitchen Equipment Kitchen Utensil
1 Rak Termometer
2 AC Timbangan jarum
3 ATK
4 Wadah plastic
5 Kontainer
TABEL 2.4
TABEL 2.5
TABEL 2.6
DAFTAR PERALATAN DI RUANG PENGOLAHAN INSTALASI GIZI
RSUD KOTA BANDUNG
Pengolahan
No Kitchen Equipment Kitchen Utensil
1 Kompor gas Wajan
2 Rice cooker Panci
3 Rak besar Spatula
4 Waskom
5 Risopan
6 Loyang
7 Pisau
8 Talenan
9 Teflon
10 Saringan
11 Blender
Tempat sampah
32
TABEL 2.7
DAFTAR PERALATAN DI DAPUR SUSU INSTALASI GIZI RSUD KOTA
BANDUNG
Dapur Susu
No Kitchen Equipment Kitchen Utensil
1 Work table ATK
2 Kontainer
3 Gelas takar
4 Blender
5 Timbangan digital
Tempat sampah
TABEL 2.8
DAFTAR PERALATAN DI RUANG PENCUCIAN ALAT INSTALASI GIZI
RSUD KOTA BANDUNG
Pencucian Alat
No Kitchen Equipment Kitchen Utensil
1 Rak besar Tempat sampah
2 Dishwasher
3 Bak cuci
2.1.11 Ketenagaan
Pelayanan gizi rumah sakit yang baik dapat terlaksana bila
tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan pelayanan gizi.
Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi diatur
berdasarkan Permenkes No. 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi. Dalam upaya menjamin pelaksanaan
pelayanan gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan adanya standar
kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang memuat jenis dan jumlah
tenaga gizi.
33
TABEL 2.10
PENETAPAN WAKTU KERJA TERSEDIA (WKT) DALAM 1 TAHUN
TABEL 2.11
TENAGA INSTALASI GIZI RSUD KOTA BANDUNG
KUALIFIKASI JUMLAH PENDIDIKAN
S2 = 1 ORANG
RD 3 ORANG S1 = 1 ORANG
D3 = 1 ORANG
SMA = 4 ORANG
SMEA = 1 ORANG
Keterangan:
5= Sangat Suka
4= Suka
3= Netral
2= Tidak Suka
1= Sangat Tidak Suka
Pembahasan Menu ke 6.
Hidangan sayur menu ke 6 didapat hasil rata-rata pada angka
3.6, artinya hidangan modifikasi Sop Medan dihasilkan kesukaan pada
panelis dengan hasil netral menuju suka. Ini berarti tidak banyak
perubahan yang begitu signifikan dari hasil modifikasi resep tersebut. Hal
ini bisa dipengaruhi berbagai faktor, yang pertama uji kesukaan
berdasarkan penilaian subjektif pada panelis yang tidak terlatih dan yang
kedua hasil modifikasi resep yang masih banyak kekuranganya seperti
warna yang terlalu overcook dan kurang berbumbu.
39
Pembahasan menu ke 9
Berdasarkan penilaian uji cita rasa menu ke 9 yaitu acar gulung
dapat disimpulkan bahwa dari segi warna sebesar 4.6 dapat dikatakan
bahwa panelis menyukai warna produk, selain itu konsistensi sebesar 4.5
disimpulkan panelis menyukai konsistensi produk, kemudian dari segi
besar porsi mendapat nilai 4.7 sehingga dapat dikatakan panelis merasa
puas atau cukup dengan besar porsi, dari segi bentuk mendapatkan nilai
4.7 dapat disimpulkan panelis menyukai bentuk produk, selain itu dari
segi penyajian didapatkan nilai 4.7 dapat disimpulkan panelis menyukai
penyajian. Dari segi bumbu mendapatkan nilai 3.6 dapat disimpulkan
panelis netral menuju agak suka, dari segi aroma sebesar 4.1 diartikan
panelis menyukai aroma dari acar gulung, yang terakhir dari tingkat
kematangan dengan nilai 4.2 dapat dikatakan panelis merasa kematangan
acar gulung telah cukup. Kekurangan dari acar gulung ini yaitu proses
pembuatannya yang cukup banyak sehingga kurang cocok untuk menu
rumah sakit.
Pembahasan menu ke 10
Berdasarkan penilaian uji cita rasa menu ke 10 yaitu vegetables
roll dapat disimpulkan bahwa dari segi warna sebesar 4,3 dapat dikatakan
bahwa panelis menyukai warna produk, selain itu tekstue sebesar 4,6
disimpulkan panelis menyukai tekstur produk, kemudian dari segi besar
porsi mendapat nilai 4.7 sehingga dapat dikatakan panelis merasa puas
atau cukup dengan besar porsi, dari segi bentuk mendapatkan nilai 4.7
dapat disimpulkan panelis menyukai bentuk produk, selain itu dari segi
penyajian didapatkan nilai 4,5 dapat disimpulkan panelis menyukai cara
penyajian produk. Dari segi bumbu mendapatkan nilai 4,3 dapat
disimpulkan panelis menyukai bumbu produk, dari segi aroma sebesar 4,1
diartikan panelis menyukai aroma dari produk, yang terakhir dari tingkat
kematangan dengan nilai 4,8 dapat dikatakan panelis merasa kematangan
produk cukup. Kekurangan dari produk ini yaitu tekstur produk agak keras
40
dan mengandung serat tinggi sehingga kurang cocok untuk menu rumah
sakit makanan lunak dan rendah serat.
Keterangan:
5= Sangat Suka
4= Suka
3= Netral
2= Tidak Suka
1= Sangat Tidak Suka
41
Pembahasan Menu ke 7
Berdasarkan hasil penilaian hidangan modifikasi menu ke 7
yakni tahu katsu, dapat disimpulkan bahwa dari segi warna mendapat nilai
4,4 yang berarti rata-rata panelis menyukai warna dari tahu katsu, lalu dari
segi tekstur mendapat nilai 4,1 yang berarti rata-rata panelis menyukai
teskture dari tahu katsu ini, lal dari besaar porsi mendapat nilai rata-rata 4
yang berarti rata-rata panelis menyukai besar porsi dari hidangan tahu
katsu ini, selanjutnya dari segi bentuk mendapatkan nilai rata-rata 4,3
yang berarti rata-rata panelis menyukai bentuk hidangan tahu katsu ini,
selanjutnya dari segi penyajian mendapatkan nilai rata-rata 4,1 yang
berarti rata-rata panelis menyukai penyajian dari hidangan tahu katsu ini,
selanjutnya dari segi bumbu tahu katsu mendapatkan nilai rata-rata 3,8
yang berarti rata-rata panelis hampir menyukai bumbu dari hidangan tahu
katsu ini, selanjutnya aroma dari tahu katsu ini mendapatkan rata-rata nilai
4,1 yang berarti rata-rata panelis menyukai aroma dari tahu katsu ini, dan
yang terakhir dari segi tingkat kematangan tahu katsu mendapatkan nilai
rata-rata 4,2 dengan arti panelis menyukai tingkat kematangan dari tahu
katsu ini. Untuk nilai rata-rata keseluruhan yakni 4,1 yang berarti tahu
katsu ini disukai oleh panelis.
Pembahasan Menu ke 8
Berdasarkan hasil penilaian hidangan modifikasi menu ke 8
yakni steak tahu saus asam manis, dapat disimpulkan bahwa dari segi
warna mendapat nilai 4,6 yang berarti rata-rata panelis menyukai warna
dari steak tahu saus asam manis, lalu dari segi tekstur mendapat nilai 4,1
yang berarti rata-rata panelis menyukai tesktur steak tahu saus asam
manis ini, lalu dari besar porsi mendapat nilai rata-rata 4,5 yang berarti
rata-rata panelis menyukai besar porsi dari hidangan steak tahu saus
asam manis ini, selanjutnya dari segi bentuk mendapatkan nilai rata-rata
4,2 yang berarti rata-rata panelis menyukai bentuk hidangan steak tahu
42
saus asam manis, selanjutnya dari segi penyajian mendapatkan nilai rata-
rata 4,4 yang berarti rata-rata panelis menyukai penyajian dari hidangan
steak tahu saus asam manis, selanjutnya dari segi bumbu steak tahu
saus asam manis mendapatkan nilai rata-rata 4,1 yang berarti rata-rata
panelis menyukai bumbu dari hidangan steak tahu saus asam manis,
selanjutnya aroma dari steak tahu saus asam manis ini mendapatkan rata-
rata nilai 4,2 yang berarti rata-rata panelis menyukai aroma dari steak tahu
saus asam manis, dan yang terakhir dari segi tingkat kematangan steak
tahu saus asam manis mendapatkan nilai rata-rata 4,6 dengan arti panelis
menyukai tingkat kematangan dari hidangan steak tahu saus asam manis.
Untuk nilai rata-rata keseluruhan yakni 4,3 yang berarti steak tahu saus
asam manis ini disukai oleh panelis.
Pembahasan Menu ke 10
Berdasarkan hasil penilaian hidangan modifikasi menu ke 10
yakni datchies tempe potatos, dapat disimpulkan bahwa dari segi warna
mendapat nilai 4,6 yang berarti rata-rata panelis menyukai warna dari
produk, lalu dari segi tekstur mendapat nilai 4,9 yang berarti rata-rata
panelis menyukai tesktur produk ini, lalu dari besar porsi mendapat nilai
rata-rata 4,7 yang berarti rata-rata panelis menyukai besar porsi dari
hidangan ini, selanjutnya dari segi bentuk mendapatkan nilai rata-rata 4,5
yang berarti rata-rata panelis menyukai bentuk hidangan ini, selanjutnya
dari segi penyajian mendapatkan nilai rata-rata 4,1 yang berarti rata-rata
panelis menyukai penyajian dari produk, selanjutnya dari segi bumbu
mendapatkan nilai rata-rata 4,6 yang berarti rata-rata panelis menyukai
bumbu dari hidangan ini, selanjutnya aroma dari hidangan ini
mendapatkan rata-rata nilai 4,5 yang berarti rata-rata panelis menyukai
aroma dari produk, dan yang terakhir dari segi tingkat kematangan
mendapatkan nilai rata-rata 4,4 dengan arti panelis menyukai tingkat
kematangan dari hidangan ini. Untuk nilai rata-rata keseluruhan yakni 4,3
yang berarti hidangan ini disukai oleh panelis.
43
4. Pertemuan antar sudut tidak Membuat usulan agar pertemuan Seminggu sekali Petugas BLUD
membentuk chorus antar sudut dicek dan dibersihkan gizi
secara berkala
KARYAWAN
5. Pegawai laki-laki belum Memberi usul untuk membuat 1 minggu setelah usulan Petugas BLUD
menggunakan tutup kepala standar prosedur operasional dibuat. Maksimal 6 Gizi
agar dipatuhi seluruh karyawan bulan kemudian sudah
untuk menggunakan tutup kepala terlaksana
yang telah disediakan
KHUSUS GOLONGAN A.2
7. Belum dilengkapi dengan alat Membuat usulan agar alat yang 1 bulan Petugas BLUD
pembuangan asap tersedia bisa segera difungsikan gizi
45
Higiene dan sanitasi pada suatu Instansi tidak hanya dilihat dari
satu aspek melainkan harus dilihat dari beberapa aspek, untuk suatu
penilaian higiene sanitasi pada bidang usaha jasaboga dapat dinilai dari
aspek higiene tenaga penjamah makanan, peralatan pengolahan
makanan, sanitasi makanan, sanitasi air dan lingkungan.
TABEL 2.15
Jadi, dilihat dari asupan rata-rata pasien selama dua hari yaitu
bahwa asupan makanan di RSUD kota bandung belum baik karena rata-
54
rata sisa makanan pasien >20% dan asupan makan pasien <80%.
Kelompok makanan yang asupannya sudah terpenuhi hanya protein
hewani dan buah.
Asupan makanan kelompok karbohidrat rata-rata tersisa
28,75%, maka asupan pasien 71,25 yang artinya belum
memenuhi syarat.
Asupan makanan kelompok hewani rata-rata tersisa 10%,
maka asupan pasien 90% yang artinya sudah memenuhi
syarat.
Asupan makanan kelompok nabati rata-rata tersisa 40%, maka
asupan pasien 60% yang artinya belum memenuhi syarat.
Asupan makanan kelompok sayur rata-rata tersisa 36,25%,
maka asupan pasien 63,75% yang artiya belum memenuhi
syarat.
Asupan buah rata-rata tersisa 2,5%, maka asupan pasien
97,5% yang artinya sudah memenuhi syarat.
Berdasarkan evaluasi makan siang Senin 18 Maret 2019
pasien di ruang inap Anggrek dapat disajikan dengan tabel sebagai
berikut :
55
TABEL 2.19
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG PASIEN RUANG
ANGGREK DI RSUD KOTA BANDUNG
Bentuk % Sisa Makanan
No Pasien
Makanan KH Hewani Nabati Sayur Buah
Bubur
1 A 50 25 25 25 0
Saring
Bubur
2 B 75 75 75 75 0
Saring
3 C Tim 50 50 25 25 0
4 D Tim DM 0 0 0 0 0
Tim RG
5 E 0 0 0 25 0
DM
6 F Tim RG 50 0 0 75 0
7 G Tim 100 25 50 0 0
8 H Tim 75 75 100 100 0
9 I Tim 25 0 0 100 0
10 J Tim 75 75 75 25 0
Total 500 325 350 450 0
Rata – rata Pasien 50 32.5 35 45 0
TABEL 2.21
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG PASIEN RUANG
FLAMBOYAN DI RSUD KOTA BANDUNG
Bentuk % Sisa Makanan
Nama Jenis Diet
Makanan KH Hewani Nabati Sayur Buah
Tn. Im Bubur Bubur 75 25 75 25 0
Nn. Su Bubur Bubur 0 25 25 0 0
Ny. Dv Bubur Bubur 0 25 25 0 0
Ny. Li Bubur Bubur 0 25 0 0 0
Tn. Nu Tim Tim 0 75 0 0 0
Ny. Mm BS BS 0 0 0 0 0
Tn. Ww Bubur Bubur 0 50 25 0 0
Ny. Cc Bubur Bubur 0 75 50 0 0
Tn. Wa Tim Tim 0 25 25 0 0
Ny. Sr Nasi Nasi 0 0 0 0 0
Total 75 325 225 25 0
Rata-rata Sisa/Pasien 7,5 32,5 22,5 2,5 0
TABEL 2.23
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SIANG PASIEN RUANG
FLAMBOYAN DI RSUD KOTA BANDUNG
Sisa
Jadi, dilihat dari asupan rata-rata pasien selama dua hari yaitu
bahwa asupan makan di RSUD Kota Bandung, belum baik karena rata-
61
rata sisa makanan pasien >20% dan asupan makan pasien <80%.
Kelompok makanan yang asupannya sudah terpenuhi hanya buah saja
Asupan makanan kelompok karbohidrat rata-rata tersisa
32,87%, maka asupan pasien 67,13% yang artinya belum
memenuhi syarat.
Asupan makanan kelompok protein hewani rata-rata tersisa
21,62 %, maka asupan pasien 78,38% yang artinya belum
memenuhi syarat.
Asupan makanan kelompok protein nabati rata-rata tersisa
33,62%, maka asupan pasien 63,80% yang artinya belum
memenuhi syarat.
Asupan makanan kelompok sayur rata-rata tersisa 30,12%,
maka asupan pasien 69,88% yang artinya belum memenuhi
syarat.
Asupan buah rata-rata tersisa 0%, maka asupan pasien 100%
yang artinya sudah memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil evaluasi sisa makan sore di RSUD Kota
Bandung pada 10 pasien anak di ruang Sakura, disajikan dalam tabel
berikut:
62
TABEL 2.24
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE PASIEN RUANG
SAKURA DI RSUD KOTA BANDUNG
Evaluasi Sisa Makanan Pasien Hari 8 Ruang Sakura
% Sisa Makanan
No Nama Pasien Bentuk Makanan
KH Hewani Nabati Sayur Buah
1 An. D Saring 75 50 0 0 0
2 An. F Tim 25 0 0 0 0
4 An. A Tim 0 50 50 0 0
5 By. F Nasi 50 0 0 0 0
6 An. T Bubur 0 0 25 0 0
7 An. A Nasi 0 0 0 0 0
8 An. N Tim 25 0 50 0 0
9 An. R Saring 25 0 0 0 0
10 An. A Tim 50 0 0 0 0
TABEL 2.25
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE PASIEN RUANG
SAKURA DI RSUD KOTA BANDUNG
Evaluasi Sisa Makanan Pasien Hari 9 Ruang Sakura
% Sisa Makanan
No Nama Pasien Bentuk Makanan
KH Hewani Nabati Sayur Buah
1 An. R Saring 0 0 0 0 0
2 An. L Nasi 0 1 1 1 0
3 An. F Nasi 25 0 0 25 0
4 An. A Tim 50 50 0 25 0
5 An. A Nasi 0 0 0 25 0
6 An. A Nasi 0 0 0 50 0
7 An. R Tim 25 50 50 0 0
8 An. R Nasi 0 0 75 75 0
9 By. W Nasi 25 0 0 25 0
10 An. T Bubur 50 0 50 50 0
TABEL 2.26
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE PASIEN RUANG
SAKURA DI RSUD KOTA BANDUNG
Evaluasi Sisa Makanan Pasien Ruang Sakura
Hari 8 25 10 22.5 5 0
TABEL 2.27
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE PASIEN RUANG
ANGGREK DI RSUD KOTA BANDUNG
Makan Sore
Protein
No Nama Pasien KH Sayur Buah
Hewani Nabati
1 Tn. A 50 25 0 50 0
2 Tn. S 50 50 50 50 0
3 Tn. P 0 0 0 0 0
4 Tn. A 0 0 0 50 0
5 Tn. D 0 0 50 0 0
6 Tn. U 0 0 0 0 0
7 Ny. R 75 0 100 50 100
8 Nn. S 75 100 100 75 0
9 Ny. A 75 0 0 0 100
10 Tn. N 75 75 0 75 0
Total 400 250 300 350 200
Protein
KH Sayur Buah
Hewani Nabati
Tanggal 18 40% 25% 30% 35% 20%
Tanggal 19 25% 13% 28% 25% 0%
Total 65% 38% 58% 60% 20%
Rata-Rata Sisa
33% 19% 29% 30% 10%
Makanan
68
TABEL 2.30
INTERPRETASI EVALUASI SISA MAKAN SORE PASIEN
RUANG ASTER DI RSUD KOTA BANDUNG
1. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari pasien yang meliputi :
a. Psikologis
Faktor psikologis merupakan rasa tidak senang, rasa takut karena
sakit dan ketidakbebasan karena penyakitnya sehingga menimbulkan rasa
putus asa. Manifestasi rasa putus asa tersebut sering berupa hilangnya
nafsu makan sehingga penderita tersebut tidak dapat menghabiskan
makanan yang disajikan.
b. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan pasien dapat mempengaruhi pasien dalam
menghabiskan makanan yang disajikan. Bila kebiasaan makan sesuai
dengan makanan yang disajikan baik dalam susunan menu maupun besar
porsi, maka pasien cenderung dapat menghabiskan makanan yang
disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan makan pasien,
maka akan dibutuhkan waktu untuk penyesuaian.
c. Kebosanan
Rasa bosan biasanya timbul bila pasien mengkonsumsi
makananyang kurang bervariasi sehingga sudah hafal dengan jenis
71
makanan yang disajikan. Rasa bosan juga dapat timbul bila suasana
lingkungan pada waktu makan tidak berubah. Untuk mengurangi rasa
bosan tersebut selain meningkatkan variasi menu juga perlu adanya
perubahan suasana lingkungan pada waktu makan.
3.1 Kesimpulan
72
73
3.2 Saran
Hasil praktik lapangan SPMRS selama 20 hari di RSUD Kota
Bandung, penulis merekomendasikan saran yang diharapkan dapat
membangun dan memberikan kemajuan untuk Instalasi Gizi RSUD Kota
Bandung, sebagai berikut:
1. Penggunaan alat pelindung diri yang lengkap (penutup kepala,
masker, afron) harus ditingkatkan baik kepada pramusaji
maupun tenaga pemasak laki-laki dan perempuan, agar pekerja
aman dalam melakukan tugas dan mencegah kontaminasi
silang pada makanan pasien.
2. Sarana dan prasarana perlu ditingkatkan dan difungsikan,
seperti alat penghisap uap panas berfungsi dengan baik agar
para pekerja dapat bekerja dengan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin, M. Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa Makanan pada Pasien
dengan Makanan Biasa di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis
Program Pascasarjana UGM : Yogyakarta, 2002.
Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktur Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Jakarta: 2013.