Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH OBSERVASI

SISTEM PENDIDIKAN, PENDIDIKAN KARAKTER,


PENDIDIKAN MULTIKULTURAL, DAN PERMASALAHANNYA
DI SMPN 17 MALANG
Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kependidikan
Dosen Pengampu: Kukuh Miroso Raharjo, S.Pd, M.Pd.

ANGGOTA KELOMPOK/OFFERING PIK A17:


Aura Zahira Gading Sunaryo/210121600407
Gesang Surya Pangestu/210121600415
Muhammad Agung Pribadi/ 210121600405
Naritsa Wahda Akmalia/210121600412
Nirmala Putri Lufianto/ 210121600413
Rafidah Atsir/210121600403

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur
ke hadirat Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dari persiapan, proses observasi, hingga
terselesaikannya penyusunan laporan observasi ini.
Observasi ini dilaksanakan di SMPN 17 Malang. Sebagaimana telah
ditugaskan oleh dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Kependidikan untuk
melakukan observasi terhadap pelaksanaan Sistem pendidikan,Pelaksanaan
pendidikan Karakter, penerapan pendidikan Multikultural serta permasalahan saat
pembelajaran di SMPN 17 Malang. Dengan demikian, kami dari kelompok 1.
Dalam menjabarkan hasil pengamatan, diakui bahwa narasi maupun deskripsi
observer tidak terlepas dari subjektivitas observer sendiri. Hal ini dikarenakan,
observer juga merupakan bagian dari subjek observasi.
Sebenarnya banyak hal yang dapat diamati terkait dengan pelaksanaan
pendidikan di SMPN 17 Malang. Meski diakui pula bahwa dalam penyusunan
hasil observasi justru tidak terlalu banyak yang mampu penulis deskripsikan
secara terinci dan sistematis.
Penulis sekaligus observer berharap agar penyusunan laporan observasi
ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan Sistem pendidikan,Pelaksanaan pendidikan Karakter, penerapan
pendidikan Multikultural serta permasalahan saat pembelajaran di lingkup
persekolahan. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan observasi ini masih
banyak kekurangan, sehingga penulis mengundang saran, kritik, serta masukan
dari pembaca sekalian.

Malang ,November 2021.

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
BAB I................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................................4
BAB I1...............................................................................................................................5
ISI......................................................................................................................................5
1 Pelaksanaan Observasi............................................................................................5
2 Sistem pendidikan dan hal-hal yang termasuk didalamnya pada SMPN 17
Malang..............................................................................................................................5
3 Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMPN 17 Malang......................................7
4 Penerapan Pendidikan Multikultural di Kelompok Bermain Bina Bangsa........9
5 Permasalahan Dalam Proses Pembelajaran dan Penerapannya........................10
BAB III...........................................................................................................................11
PEMBAHASAN.............................................................................................................11
3.1 Sistem Pendidikan....................................................................................................11
3.2 Pelaksanaan Pendidikan Karakter.................................................................12
3.3 Pelaksanaan Pendidikan Multikultural..............................................................15
3.4 Kendala Permasalahan Pendidikan................................................................16
BAB IV............................................................................................................................18
KESIMPULAN..............................................................................................................18
BAB V.............................................................................................................................20
LAMPIRAN...................................................................................................................20
PENDAHULUAN

BAB I
1.1 Latar Belakang
Hasil observasi di SMPN 17 Malang menunjukkan bahwa terdapat
beberapa perubahan dalam perubahan sistem pendidikan, kegiatan dalam
pelaksanaan pendidikan karakter diakibatkan oleh covid 19, dan juga
hambatan-hambatan lainnya. Terbatasnya waktu dan kegiatan di sekolah
menuntut inisiatif peserta didik dan para guru untuk memaksimalkan
proses belajar mengajar. Berdasarkan beberapa kasus dan beberapa fakta
sehari-hari, dapat kita ketahui bahwa efektivitas pembelajaran sangat
mempengaruhi beberapa hal, maka dari itu observasi ini dilakukan untuk
mengetahui apa dan bagaimana SMPN 17 Malang implementasi dan cara
mengimplementasikan pendidikan di berbagai aspek seperti sistem
pendidikan, pelksanaan pendidikan karakter dan juga penerapan
pendidikan multikultural.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem pendidikan dan hal-hal yang termasuk didalamnya
pada SMPN 17 Malang?
2. Apa saja dan bagaimana bentuk implementasi pendidikan karakter di
SMPN 17 Malang?
3. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di SMPN 17 Malang?
4. Hal-hal apa saja yang menjadi hambatan dalam pembelajaran di
SMPN 17 Malang?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui system pendidikan dan hal-hal terkait di SMPN 17
Malang.
2. Mengetahui bentuk implementasi pendidikan karakter di SMPN 17
Malang.
3. Mengetahui penerapan pendidikan multikultural di SMPN 17 Malang.
4. Mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi hambatan dalam
pembelajaran di SMPN 17 Malang.

BAB I1

ISI

1 Pelaksanaan Observasi
2.1.1 Tempat dan waktu pelaksanaan
Observasi dilaksanakan  di SMPN 17 Malang Jl. Pelabuhan
Tanjung Priok No.170, Bakalankrajan, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa
Timur 65148. Bagian-bagian yang diobservasi yaitu berkaitan dengan
materi Permasalahan Pendidikan seperti sistem Pendidikan, pelaksanaan
Pendidikan karakter, penerapan Pendidikan multikultural, aspek
pengembangan serta permasalahn dalam penerapannya.
Observasi dilaksanakan pada Rabu, 24 November 2021 pukul
08.00-11.15. Kami menanyakan secara langsung kepada para Wakil
Sekolah serta para pendidik yang ada di SMPN 17 Malang mengenai data
yang kami gunakan sebagai observasi. Keadaan saat kami melakukan
observasi disambut dengan baik oleh pendidik dan bertepatan dengan
waktu pembelajaran.
2.1.2 Tokoh yang berkaitan dengan Observasi
Waka Kurikulum : Muhammad Soleh
Waka Kesiswaan : Sudarto
Waka Sarana dan Prasarana : Prayitno

2 Sistem pendidikan dan hal-hal yang termasuk didalamnya pada SMPN


17 Malang
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan
sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu proses. Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu
systema yang berarti cara, strategi. Dalam bahasa Inggris system berarti
sistim, susunan, jaringan, cara.
Sistem juga diartikan sebagai suatu strategi, cara berpikir atau
model berpikir. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Sistem pendidikan adalah totalitas interaksi dari
seperangkat unsurunsur pendidikan yang bekerja sama secara terpadu, dan
saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan
yang telah mencapai cita-cita bersama para pelakunya. Kerjasama antar
pelaku ini didasari, dijiwai, digerakkan, digairahkan, dan diarahkan oleh
nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh mereka. Unsur-unsur suatu
Sistem Pendidikan terdiri dari unsur organik dan unsur anorganik seperti
dana, sarana, dan alat-alat pendidikan lainnya dimana antara unsur-unsur
dan nilai-nilai yang ada dalam sistem pendidikan tidak bisa terpisahkan
dan harus saling menyatu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sistem pendidikan adalah himpunan gagasan atau prinsip-prinsip
pendidikan yang saling bertautan dan tergabung sehingga menjadi satu
keseluruhan.
Sistem Pendidikan di Indonesia yang diterapkan di SMPN 17
Malang adalah Merdeka Belajar. Merdeka belajar mungkin bisa dibilang
merupakan istilah baru yang sering terdengar saat ini. Tujuan konsep ini
baik agar peserta didik bahagia dalam menempuh pendidikan. Merdeka
belajar dalam arti sekolah, guru-guru, dan muridnya, mempunyai
kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar.
Konsekuensinya, guru sangat dianjurkan untuk tidak bersikap monoton
dan berorientasi pada guru saja.
Selain itu saat ini SMPN 17 malang menggunakan sistem Blended
Learning untuk mengatasi pandemi Covid 19 yang masih berlangung
sampai saat ini, Blended Learning merupakan penggabungan dua model
pembelajaran  yang  terpisah, pembelajaran tradisional  dengan
pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan penekanan yang
digunakan  dalam  pengertian  di  atas  yaitu  mengarah  pada  teknologi
komputer saat ini, dan teknologi komputer  yang dimaksud disini adalah
teknologi internet.
Pembelajaran dengan menggunakan Blended Learning dirasa
lebih efektif, jika dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya
menggunakan metode konvensional saja maupun
sebaliknya.Karena Blended Learning lebih menekankan kepada
penggabungan metode konvensional (face-to-face) dengan metode online,
maka dari itu kesiapan keduanya adalah kunci utama keberhasilan dan
kelancaran jalannya pembelajaran daring.

Aspek-aspek dalam berjalannya sistem pendidikan di SMPN 17 Malang.


 Kurikulum
Kurikulum yang digunkan SMPN 17 Malang mengacu pada
Kurikulum 2013.
 Siswa
Banyak siswa di SMPN 17 Malang pada tahun pembelajaran
2021/2022 untuk kelas 7 berjumlah 273 siswa, kelas 8 berjumlah
203 siswa, dan kelas 9 berjumlah 285 siswa sehingga total siswa
aktif di SMPN 17 Malang berjumlah 861siswa.
 Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik di SMPN 17 Malang berjumlah 44 yang terdiri
dari pegawai ASN serta Honorer.
 Sarana dan Prasarana
Ruang kelas di SMPN 17 Malang berjumlah 28 kelas serta
memiliki 3 Lab Komputer, 1 Lap Ipa dan masih banyak lagi serta
masih dalam kondisi yang layak sehingga dapat mewadahi siswa
dalam melakukan pembelajaran.

3 Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMPN 17 Malang


Pendidikan karakter, terambil dari dua suku kata yang berbeda,
yaitu pendidikan dan karakter kedua kata ini mempunyai makna
sendirisendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan
karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses, pendidikan tersebut,
nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik. Pendidikan karakter
ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang yang
mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan
keberagaman.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari
pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar
dan mana yang salah, tetapi membantu anak-anak merasakan nilai-nilai
yang baik, mau dan mampu melakukannya. Pembentukan karakter pribadi
anak (character building) sebaiknya dimulai dalam keluarga karena
interaksi pertama anak terjadi dalam lingkungan keluarga.
Di Smpn 17 Malang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah,
terdapat delapan belas karakter yang harus dikembangkan pada peserta
didik. Adapun delapan belas karakter tersebut, antara lain: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, serta tanggung-jawab. Pola keseharian di sekolah harus
diciptakan sedemikian rupa agar delapan belas nilai karakter luhur tersebut
dapat tertanam dalam setiap individu warga sekolah. Segenap elemen yang
ada di lingkungan sekolah harus mendukung agar suasana demikian
tercipta secara mantap dan berkelanjutan.
Agar siswa memiliki karakter yang disiplin di SMPN 17 Malang
membuat Tata Tertib Siswa Sebagai Instrumen Managemen Pendidikan
Karakter di Sekolah. Tata tertib bagi peserta didik merupakan instrument
penting dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Manakala tata
tertib tersebut dilaksanakan dengan baik, sesuai prosedur, namun tetap
proporsional maka pelaksanaan pendidikan karakter bagi peserta didik pun
akan berjalan secara ideal.

4 Penerapan Pendidikan Multikultural di Kelompok Bermain Bina Bangsa


Pendidikan multikultural pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai
pendidikan yang beorientasi kepada penyadaran keragaman budaya pada
daerah atau wilayah setempat. Dalam pendidikan multikultural, tenaga
pendidik tidak hanya dituntut untuk mampu secara professional
mengajarkan mata pelajaran yang diajarkannya. Akan tetapi juga mampu
menanamkan nila-nilai keragaman yang inklusif kepada para peserta didik.
Pendekatan melalui pendidikan multikultural yang terpenting, strategi
pendidikan tidak hanya bertujuan agar supaya peserta didik mudah
memahami pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi juga untuk
meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis, pluralis,
dan demokrastis.
Pendidikan Multikultural di SMPN 17 Malang masih belum
nampak dikarenakan rata-rata siswa SMPN 17 Malang berasal dari daerah
yang sama jadi masih belum ada perpaduan suku dan budaya sehingga
penerapan pendidikan multikultural di SMPN 17 Malang merupakan
relatif Kecuali perbedaan dalam bidang agama dan status sosial. Agama
yang ada di SMPN 17 Malang sendiri ada 3 , yaitu Islam,Kristen, dan
Hindu yang memang mayoritas siswanya beragama Islam sehingga untuk
mata pelajaran Agama kristen ataupun hindu terdapat kelas sendiri agar
mempermudah dalam melakukan pembelajaran.

5 Permasalahan Dalam Proses Pembelajaran dan Penerapannya


Permasalahan-permasalahan dalam proses pembelejaran di SMPN
17 Malang saat ini adalah kebanyakan di perangkat dikarenakan saat ini
pembelajaran dilaksanakan Daring sehingga terjadi banyak keluhan dari
siswa tidak memiliki perangkat bisa dari HP ataupun Laptop sering terjadi
juga mereka memliki Perangkat akan tetapi tidak memilik Jaringan dan
jika memilik perangkat ataupun jaringan biasanya tidak memiliki kuota.
Oleh karena itu pada masa pandemi seperti sekarang ini Perlu peran orang
tua untuk menyediakan apa yang dibutuhkan siswa. Untuk mengatasi
hambatan tersebut sekolah peduli dan memberikan solusi kepada siswa
yang terhambat pembelajarannya dikarenakan daring maka siswa
diperbolehkan ke sekolah untuk menggunakan lab komputer jadi siswa
bisa menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di sekolah.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang diterapkan SMP Negeri 17 Malang yaitu
merdeka belajar. Merdeka Belajar merupakan terobosan yang
dilakukan Kemendikbudristek untuk menciptakan sumber daya
manusia (SDM) unggul melalui kebijakan yang menguatkan peran
seluruh insan pendidikan. Adapun perubahan yang dilakukan
melalui empat upaya perbaikan. Pertama, perbaikan pada infrastruktur
dan teknologi. Tujuan konsep ini baik agar peserta didik bahagia dalam
menempuh pendidikan. Merdeka belajar dalam arti sekolah, guru-guru,
dan muridnya, mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak
dalam proses belajar mengajar. Konsekuensinya, guru sangat dianjurkan
untuk tidak bersikap monoton dan berorientasi pada guru saja.
Selain itu saat ini SMPN 17 malang menggunakan sistem Blended
Learning untuk mengatasi pandemi Covid 19 yang masih berlangung
sampai saat ini, Blended Learning merupakan penggabungan dua model
pembelajaran  yang  terpisah, pembelajaran tradisional  dengan
pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan penekanan yang
digunakan  dalam  pengertian  di  atas  yaitu  mengarah  pada  teknologi
komputer saat ini, dan teknologi komputer  yang dimaksud disini adalah
teknologi internet.
Pembelajaran dengan menggunakan Blended Learning dirasa
lebih efektif, jika dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya
menggunakan metode konvensional saja maupun
sebaliknya.Karena Blended Learning lebih menekankan kepada
penggabungan metode konvensional (face-to-face) dengan metode online,
maka dari itu kesiapan keduanya adalah kunci utama keberhasilan dan
kelancaran jalannya pembelajaran daring.

Kurikulum yang digunkan SMPN 17 Malang mengacu pada


Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurna dari
kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum ini silabus sudah disiapkan oleh
pemerintah. Sistem pendidikan kurikulum digunakan oleh instansi ini.
Konsep kurikulum ini dapat dikatakan sebagai kurikulum tepadu dimana
sistem pendidikan ini melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk
memberikan pengalaman yang bermakna luas kepada peserta didik.
Kurikulum 13 mengintegrasikan kemampuan khusus, tema, konsep dan
topik dalam wujud disiplin tunggal di beberapa disiplin ilmu dan di dalam
dan di seluruh peserta didik.
Sistem pendidikan kurikulum 13 dikatakan bermakna dan luas kepada
peserta didik dikarenakan dengan konsep kurikulum terpadu, peserta didik
akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari secara utuh
dan realistis serta tidak hanya dalam satu ruang lingkup saja melainkan
semua lintas disiplin yang dipandang berkaitan antar satu sama lain.
Maksud utama dari kurikulum 13 ini terletak pada penyederhanaan
yang sifatnya tematik-instegratif. Kurikulum 13 disiapkan untuk
menghasilkan generasi bangsa yang siap dalam menghadapi tantangan
perubahan masa depan dengan perhatian kemampuan observasi,
wawancara, bernalar dan berkomunikasi.

3.2 Pelaksanaan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter dalam penerapannya di SMP Negeri 17
Malang ini berimplementasi kepada bidang kerohanian keimanan peserta
didik dimana dengan pendekatan spiritual, peserta didik diharapkan dapat
mengimplementasikan pada sifat dan sikap kehidupan sehari-hari baik
kepada dirinya sendiri ataupun orang lain yang sesuai dengan ajaran
keyakinan spiritualnya
Pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMP Negeri 17 Malang
diterapkan dengan menggunakan kegiatan keagamaan yang rutin
dilaksanakan dengan fokus mayoritas umat islam. Sehingga dengan
penerapannya yang berkelanjutan diharapkan siswa akan benar-benar
memahami tentang wujud karakter yang seharusnya terbentuk sebagai
seorang siswa melalui pendekatan spiritual.
Pendidikan karakter, terambil dari dua suku kata yang berbeda,
yaitu pendidikan dan karakter kedua kata ini mempunyai makna
sendirisendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan
karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses, pendidikan tersebut,
nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik. Pendidikan karakter
ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang yang
mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan
keberagaman.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari
pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar
dan mana yang salah, tetapi membantu anak-anak merasakan nilai-nilai
yang baik, mau dan mampu melakukannya. Pembentukan karakter pribadi
anak (character building) sebaiknya dimulai dalam keluarga karena
interaksi pertama anak terjadi dalam lingkungan keluarga.
Di Smpn 17 Malang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah,
terdapat delapan belas karakter yang harus dikembangkan pada peserta
didik. Adapun delapan belas karakter tersebut, antara lain: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, serta tanggung-jawab. Pola keseharian di sekolah harus
diciptakan sedemikian rupa agar delapan belas nilai karakter luhur tersebut
dapat tertanam dalam setiap individu warga sekolah. Segenap elemen yang
ada di lingkungan sekolah harus mendukung agar suasana demikian
tercipta secara mantap dan berkelanjutan.
Agar siswa memiliki karakter yang disiplin di SMPN 17 Malang
membuat Tata Tertib Siswa Sebagai Instrumen Managemen Pendidikan
Karakter di Sekolah. Tata tertib bagi peserta didik merupakan instrument
penting dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Manakala tata
tertib tersebut dilaksanakan dengan baik, sesuai prosedur, namun tetap
proporsional maka pelaksanaan pendidikan karakter bagi peserta didik pun
akan berjalan secara ideal. Berikut adalah tata tertib siswa SMPN 17
Malang:
1. Datang ke sekolah sepuluh menit sebelum jam tujuh.
2. Siswa tidak masuk, harus ijin ke sekolah.
3. Meminta ijin guru mata pelajaran atau guru piket apabila
meninggalkan kelas selama pelajaran berlangsung.
4. Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran karena melaksanakan
tugas, maka harus memperoleh dispensasi dari sekolah.
5. Mengikuti kegiatan intra dan ekstra kurikuler sesuai ketetapan sekolah.
6. Berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Dilarang mengecat rambut. Bagi siswa (peserta didik putra), model
potongan bros satu atau bros dua.
8. Dilarang bertatto dan bertindik (lebih dari satu, pada satu telinga untuk
putri).
9. Dilarang menggunakan perhiasan di sekolah.
10. Siswa bersepeda motor standard, dan selama berada di lingkungan
sekolah mesin dimatikan.
11. Dilarang membawa mobile phone.
12. Dilarang membawa, menjual dan atau mengkonsumsi rokok,
NARKOBA/ MIRAS di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
13. Dilarang membawa, menjual dan atau menggunakan senjata tajam
maupun senjata api di dalam maupun di luar sekolah.
14. Dilarang membawa, melihat, menjual gambar / video porno.
15. Dilarang berjudi.Dilarang berbuat asusila.
16. Tidak melakukan sesuatu yang dilarang agama, Negara, dan
masyarakat.
Segala bentuk pelanggaran tata tertib ini dikenai sanksi sesuai
dengan pedoman yang berlaku. Sanksi tersebut antara lain:
1. Teguran lisan.
2. Melaksanakan kompensasi (non fisik) dan atau diberi skor.
3. Membuat Surat Pernyataan I, II, dan atau III.
4. Dikeluarkan dari sekolah.
Sistem skoring telah diterapkan oleh semua sekolah. Hanya saja
dalam pelaksanaan ketegasan skoring tiap sekolah tentu berbeda-beda, ada
sekolah yang menjalankan aturan penskoran secara longgar bahkan ada
yang sangat kaku. Pada dasarnya aturan penskoran terhadap pelanggaran-
pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan oleh peserta didik memiliki
tujuan yang sama. Tujuannya adalah agar tercipta situasi sekolah yang
kondusif dan demi keberhasilan peserta didik sampai dinyatakan lulus dari
lembaga pendidikan tempat ia bersekolah.
Di SMPN 17 Malang, aturan penskoran dilakukan oleh bagian
Kesiswaan dengan Bimbingan Konseling.

3.3 Pelaksanaan Pendidikan Multikultural


Pendidikan Multikultural di SMPN 17 Malang
masih belum nampak dikarenakan rata-rata siswa SMPN 17 Malang
berasal dari daerah yang sama jadi masih belum ada perpaduan suku dan
budaya sehingga penerapan pendidikan multikultural di SMPN 17 Malang
merupakan relatif Kecuali perbedaan dalam bidang agama dan status
sosial. Agama yang ada di SMPN 17 Malang sendiri ada 3 , yaitu
Islam,Kristen, dan Hindu yang memang mayoritas siswanya beragama
Islam sehingga untuk mata pelajaran Agama kristen ataupun hindu
terdapat kelas sendiri agar mempermudah dalam melakukan pembelajaran.
Pendidikan multikultural dalam SMP Negeri 17 Malang memiliki
ranah kajian terhadap perbedaan keyakinan spiritual, ekonomi serta
keberagaman budaya. Pelaksaan pendidikan multikultural dilakukan
dengan penerapan terhadap semua komponen pendidikan seeprti oelh
komponen pendidik, metode serta lingkungan dengan wujud pemerataan
dan keadilan terhadap materi pembelajaran, perlakukan pendidikan serta
pemerataan pengalaman pendidikan yang didapati oleh semua siwa.
Dalam komponen siswa ditegaskan akan terbentuknya suatu
bentuk wujud interaksi antar sesame siswa baik dalam maksud
pembelajaran atau non-pembelajaran sehingga lingkungan sosial siswa
akan menjadi aman dan nyaman untuk berinteraksi tanpa membedakan
berbagai perbedaan yang ada. Pendidikan multikultural diimplementasikan
untuk pencapainin tujuan hasil belajar yang terbebas dari permasalahan
pendidikan pemerataan, hasil mutu dan relevansi pendidikan serta efisiensi
dan efektifitas pendidikan.
Melalui pendidikan multiklutural pemerataan pendidikan akan
terbentuk dari wujud ketidakkhawatiran akan kekuatan ekonomi dari pihak
siswa serta perbedaan minoritas yang dikhawatirkan akan timbulnya
diskriminasi akan pihak minoritas. Maka dari itu pemerataan pendidikan
akna dapat mengangkat maksimal mutu dan relevansi pendidikan yang
diterima oleh siswa disetiap jenis perbedaan yang ada melalui keadilan dan
kesamaan pengalaman pendidikan yang didapati siswa. Melalui mutu
pembelajaran yang terjadi secara maksimal dalam pendidikan
multikultural akan berimplikasi pada hasil evaluasi proses pembelajaran
yang efektif.

3.4 Kendala Permasalahan Pendidikan


Permasalahan yang terjadi dalam penerapan sistem pendidikan
serta implementasinya kepada pendidikan karakter dan multikultural yang
dihadapi di SMP Negeri 17 Malang disebutkan jika komponen siswa yang
paling berpengaruh. Hal itu terjadi karena situasi pendidikan yang harus
dilaksanakan secara hybrid karena kondisi pandemi mengharuskan siswa
menggunakan media teknologi dalam belajar termasuk berinteraksi dengan
pengajar. Oleh sebab itu pengajar kini memiliki keterbatasan dalam
pengawasan terhadap peserta didik.
Permasalahan-permasalahan dalam proses pembelejaran di SMPN 17
Malang saat ini adalah kebanyakan di perangkat dikarenakan saat ini
pembelajaran dilaksanakan Daring sehingga terjadi banyak keluhan dari
siswa tidak memiliki perangkat bisa dari HP ataupun Laptop sering terjadi
juga mereka memliki Perangkat akan tetapi tidak memilik Jaringan dan
jika memilik perangkat ataupun jaringan biasanya tidak memiliki kuota.
Oleh karena itu pada masa pandemi seperti sekarang ini Perlu peran orang
tua untuk menyediakan apa yang dibutuhkan siswa. Untuk mengatasi
hambatan tersebut sekolah peduli dan memberikan solusi kepada siswa
yang terhambat pembelajarannya dikarenakan daring maka siswa
diperbolehkan ke sekolah untuk menggunakan lab komputer jadi siswa
bisa menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di sekolah.
Pengaruh terhadap pendidikan karakter berasal dari keluwesan
siswa dimana tidak lagi mendapat pengawasan yang ketat oleh pihak
pengajar. Situasi kebebasan ini yang mengundang siswa pada wujud
pelanggaran atau kesalahan karena dengan tidak diawasinya siswa secara
langsung pengajar tidak akan dapat menilai apakah siswa kini berada
didalam atau diluar batasan kegiatan pendidikan. siswa yang tidak
mendapat pengawasan akan mereasa dirinya bebas sehingga sering kali
membenarkan berbagai hal yang dilakukannya meskipun secara harfiah hal
iu menyimpang dari kegiatan pendidikan. Maka oleh sebab itu pendidikan
karakter akan mendapati kendala dan permasalahan dalam tujuan
penerapannya jika siswa sebagai komponen sekaligus pelaku kegiatan
belajar tidak mendapat perhatian dan cenderung bebas tanpa pengawasan.
Dari permasalahan yang terjadi pada pendidikan karakter tentunya
akan berimbas pada pendidikan multikultural, dimana jika siswa tidak
memiliki karakter yang baik sebagai seorang peserta didik maka dapat
dipastikan jika sikap reaksinya terhadap lingkungan sosial termasuk yang
mencakupi multikulural juga akan kurang baik. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kendala yang menjadi permasalahan terbesar dari SMP Negeri 13
Malang dalam pencapaian pendidikan karakter dan pendidikan
multikultural berasal dari siswa selaku pelaku kegiatan belajar yang tidak
lagi memiliki pengawasan secara ketat dalam proses jalannya pendidikan
sehingga akan mempengaruhi kematangan fisik dan psikis serta karakter
siswa yang kemudian berimbas pada relasinya dengan lingkungan atau
pendidikan multikultural.
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam setiap bidang kegiatan yang memiliki suatu tujuan yang melibatkan
berbagai pihak atau perlu dibentuk sebuah sistem yang mengatur setiap komponen
terhadap satu kesatuan tujuan dari hubungan antar komponen tersebut. Sedangkan
dalam bahasa Inggris sistem dapat diartikan sebagai suatu strategi, cara berpikir
atau model berpikir. Kerjasama antar pelaku ini didasarkan, dijiwai, digerakkan,
digairahkan, dan diarahkan oleh nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh
mereka. Unsur-unsur suatu Sistem Pendidikan terdiri dari unsur organik dan unsur
anorganik seperti dana, sarana, dan alat-alat pendidikan lainnya dimana antara
unsur-unsur dan nilai-nilai yang ada dalam sistem pendidikan tidak bisa
terpisahkan dan harus saling menyatu.
Sistem pendidikan kurikulum yang digunakan oleh instansi ini. Konsep
kurikulum ini dapat dikatakan sebagai kurikulum tepadu dimana sistem
pendidikan ini melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk memberikan pengalaman
yang bermakna bagi peserta didik. Maksud utama dari kurikulum 13 ini terletak
pada penyederhanaan yang sifatnya tematik-instegratif. Kurikulum 13 disiapkan
untuk menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan perubahan masa
depan dengan perhatian kemampuan observasi, wawancara, bernalar dan
komunikasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari pendidikan karakter sebagai
usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang (pendidik)
untuk menghargai nilai karakter pada orang lain (siswa) sebagai pencerahan agar
siswa mengetahui, berpikir dan bertindak secara efektif bermoral dalam
Pendidikan karakter ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya
seseorang yang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai
moralitas dan keberagaman.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral
karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi
membantu anak-anak merasakan nilai-nilai yang baik, mau dan mampu
melakukannya. Pembentukan karakter pribadi anak (character building) sebaiknya
dimulai dalam keluarga karena interaksi pertama anak terjadi dalam lingkungan
keluarga.
Multikultural dapat diartikan sebagai Keragaman budaya yang meliputi
agama, ras, suku, jenis kelamin, usia, bahasa, dan tingkat sosial ekonomi sebagai
latar belakang Keragaman seseorang kembali ke dalam masyarakat.
Pendidikan multikultural dalam SMP Negeri 13 Malang memiliki ranah
kajian terhadap perbedaan keyakinan spiritual, ekonomi serta keragaman budaya.
Pelaksaan pendidikan multikultural dilakukan dengan penerapan terhadap semua
komponen pendidikan seperti oleh komponen pendidik, metode serta lingkungan
dengan wujud pemerataan dan keadilan terhadap materi pembelajaran, perlakukan
pendidikan, serta pemerataan pengalaman pendidikan yang didapati oleh semua
siwa. Dalam komponen siswa akan ditegaskan akan terbentuknya suatu bentuk
interaksi antar sesama siswa baik dalam pembelajaran atau non-pembelajaran
sehingga lingkungan sosial siswa akan menjadi aman dan nyaman untuk
berinteraksi tanpa membedakan berbagai perbedaan yang ada.
Masalah pendidikan merupakan bentuk hambatan dari keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Adapun permasalahan yang terjadi di bidang
pendidikan ini dapat berasal dari berbagai komponen yang ada dalam sistem
pendidikan. Rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh
kualitas staf pengajar yang rendah. Pendidikan yang mereka dapatkan tidak
menjamin mereka akan bekerja sesuai dengan tingkat pendidikannya. Pelaksanaan
pendidikan yang tidak efektif tidak akan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
BAB V

LAMPIRAN

BAB IV

Anda mungkin juga menyukai