Anda di halaman 1dari 5

WEB OF CAUSATION VentricleSeptalDefect(VSD)

Pathway

Faktor Eksogen Faktor Endogen

Hipertrofi
Ventricle Septal Defect(VSD) Darahdiventrikelkiridankananbercampur Tekanan ventrikel↑ otot

Defek kecil Defek besar Aliran darah ke paru↑ worklood

Terjadi Kebocoran septum


kebocoran Volume ke paru↑ Atrium kanan
(75% tidak bisa
Arus darah dari ventrikel kiri ke kanan
menutup
Hipertensi pulmonal
pada saat 10
Jantung bekerja
Pembesaran
Intoleransi aktifitas lebihkerasuntukmemompa
atrium
Difuse O2 dan CO2 di
alveolus terganggu
Kekuatan kontraksi otot Kerja Gejala CHF: murmur, distensive najugularis, edema, hepa
Lemas dan jantung semakin menurun parumeningkat
Bayi
Mudah lelah mudah Takipnoe dan
tertidur Volumesekuncup↓ RR↑ sesak nafas
ATP↓
Asupannutrisi↓ Penurunan curah jantung
COP
Pola nafas tidak efektif Gangguan Pertukaran
gas
Metabolismeterg Aliran darah perifer↓ KELOMPOK 1
Nutrisi Defisitnutrisi anggu
MUHAMMAD AMAR NAUFAL
untuk Konfusi
BB kurang,stunted Sel-selotot kekurangan 02 dan nutrisi
metabolis JULMEGA
me
Pusing, kejang, sinkop ELPISISILIA
Gangguan tumbuh kembang
Gangguanperfusi
Suplai O2ke NURSAFITRI
jaringan perifer Hipoksiajar.otak
SUMBER : Christina, 2019jaringan↓ RESKIANA
PENGERTIAN PEMERIKSIAAN DIAGNOSTIK
VentricleSeptalDefect (VSD) atau Defek septum ventrikel (DSV) merupakan salah satu
jenis penyakit jantung bawaan (PJB) yang ditandai oleh adanya defek pada septum PEMERIKSAAN X-RAY
ventrikel. Insidensi DSV cukup tinggi, sekitar 20% dari seluruh PJB. Pemeriksaan X-Ray sangat membantu mengestimasi aliran darah ke paru-paru. Jika ditemukan
adanya tanda-tanda meningkatnya vaskular paru maka terjadi left to right shunt. Begitu juga
SUMBER : Rahayuningsih, S. E. (2016). Hubungan antara defek septum ventrikel dan dengan adanya hiperinflasi paru menunjukkan adanya udara yang terperangkap di saluran nafas
status gizi. Sari Pediatri, 13(2), 137-41. bawah juga menunjukkan adanya left to right shunt yang memerlukan tindakan operasi segera.

ETIOLOGI PEMERIKSAANEKOKOARDIOGRAFI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti Pemeriksaanekokoardiografi inilah yang menjadi dasar dalam melakukan tindakan terapi
(idiopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada terhadap pasien-pasien VSD
peningkatan angka kejadian VSD. Faktor yang mempengaruhi adalah :
PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAM
FAKTOR EKSOGEN Pada pemeriksaan ekokardiogram ditemukan adanya hipertropi pada ventriculus dextra ataupun
Obat-obatan, penyakit ibu (rubella, DM), ibu hamil sinistra, namun biasanya hipertropi biventricular.
dengan alkoholik.

FAKTOR ENDOGEN
Penyakit genetik, misal : sindrom down.
SUMBER : (Minnete & Shan, 2006; Spicer et al., 2014).
SUMBER : Amelia, P. (2019). Ventricular septal defect.
TERAPI MEDIS
Apabila gagal jantung telah dapat diatasi, diperlukan digitalis dosis rumat (digoxin dan diuretik
misalnya Lasix). Sebagian kecil tidak dapat diatasi dengan digitalis saja, anak tetap dalam keadaan
MANIFESTASI KLINIS
gagal jantung kronik atau failure to thrive dan penderitanya ini memerlukan koreksi bedah segera
Manifestasi klinis yang ditimbulkan tergantung ukuran defek saat ditemukan. Pada VSD kecil terdengar
bising peristolik. Defek kecil bersifat benigna, dan dapat menutup spontan tergantung tipenya, dan
biasanya tidak mengganggu pertumbuhan anak. Pada VSD besar dapat dijumpai sesak napas dan
gangguan pertumbuhan oleh karena meningkatnya aliran pulmonal. SUMBER : Amelia, P. (2019). Ventricular septal defect.

VSD KECIL
a. Biasanya asiptomatik VSD SEDANG
b. Defek kecil 1-5 mm a. Sering terjadi simptom pada masa bayi
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang b. Sesak nafas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama untuk makan
d. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar ke seluruh tubuh pericardium dan minum
dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD c. Defek 5-10 mm
e. Pada EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri d. Berat badan sukar naik sehingga tumbuh kembang anak terganggu
f. Pada radiologi ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat. e. Mudah menderita infeksi pada paru-paru dan biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh tetapi
g. Menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun. umumnya responsive terhadap pengobatan
f. Takipnea
g. Retraksi pada jugulum, sela intercostal, region epigastrium
VSD BESAR
h. Bentuk dada normal
a. Sering timbul gejala pada masa neonatus
i. Pada EKG terdapat peningkatan aktivtas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi ventrikel kiri yang lebih
b. Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
meningkat.
c. Pada minggu ke-2 atau ke-3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul
j. Pada radiologi terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan
setelah minggu ke-6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus.
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan aksigen akibat
gangguan pernafasan.
e. Terdapat gangguan tumbuh kembang
f. Pada hasil EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri g. Pada radiologi pembesaran SUMBER : Amelia, P. (2019). Ventricular septal defect.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

INTOLERANSI AKTIFITAS DEFISIT NUTRISI


intoleransi aktif b.d kelemahan d.d frekuensi jantung meningkat >20%dari kondisi istirahat Defeisit nutris b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d berat badan menurun minimal 10% dibawa rentang ideal
LUARAN
LUARAN Setelah dialkukan intervensi selama 24 jam, maka defisit nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi selama3hari, maka intoleransi aktivitas meningkat, denag kriteria hasil :  Porsimakan yang dihabiskan meningkat
 Saturasi oksigen meningkat  Kekuatan otot pengunya meningkat
 Dispnea saat aktivitas meningkat  Vebalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
 Dipsnea setelah aktifitas meningkat INTERVENSI
Observasi
INTERVENSI  Identivikasi status nutrisi
Observasi  Monitoring lasi pemeriksaan laboratorium
 Identifikasi tingkat defisit aktivitas  Identifikasi alergi dan intoleransi makana
 Identifikasi sumberdaya untuk aktivitas yang dinginkan Terapeutik
 Identifikasi kemampuna berpartisipasi dalam aktivitas tertentu  Fasilitasi melakukan pedoman diet
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi aktivitas
Tindakan  Berikan makana tinggi serat untuk mencega kontipasi
 Fasilitasi pada fokus kemampuan, bukan defisit yang dialami  Sajiakan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktifitas Edukasi
 Fasilitasi memilih aktifitas d tetapkan untuk tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,  Anjurkan posisi duduk, jika perlu
psikologi dan sosial  Ajarkan diet yang di programkan
 Kooordinasi aktivitas sesuai usia Kolaborasi
 Fasilitasi aktivitasru fisik rutin  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan aktifitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual , dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
 Anjurkan keterlibatan dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk memberikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi KONFERSI KRONIS
 Kolaborasi dengan okupasi dalam merencanakan dan memonitori program aktivitas, jika sesuai Konfersu kronis b.d psikosis korsakoff d.d fungsi kognitif berubah progresif

LUARAN
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, maka konfersi kronis menurun dengan kriteria hasil :
 Fungsi kognitif meningkat
 Tingkat kesadaran meningkat
 Aktivitas psikomotorik meningkat
POLAH NAPAS TIDAK EFEKTIF
Polah napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d pola napas am abnormal INTERVENSI
LUARAN Manajemaen demisiensi
Setelah dilakukan intervensi semala 2x24 jam, maka polah napas membaik, dengan kriteria hasil: Observasi
 Ventilasi semenit meningkat  Identifikasi aktivitas fisik, sosial, psikologis, dan kebiasaan
 Kapasitas vital meningkat  Identivikasi polah aktifitas
 Diameter toraks anterior posteilor
INTERVENSI
Manajemen jalan nafas Tindakan
Observasi  Sediakan linkungan yang aman,nyaman, konsisten, dan renda stimulus
 Monitoring jalan nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)  Orientasikan waktu, te,pat dan orang
 Monitoring polah napas tambahan  Gunakan distraksi untuk mengatasi masalah perilaku
 Monitor sputum  Libatkan kegiatan individu atau kelompok sesuai kemampuan kognitif dan minat
Terapeutik Edukasi
 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-till dan chin-til  Anjurkan memperbanyak istirahat
 Posisi semi fowler atau fowler
 Berikan minuman hangat  Ajarkan keluarga cara perawatan deminsia
Edukasi
 Anjurkan cara asupan cairan 2000 ml/hari jika perlu
 Ajarkan teknik batuk efektif jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberiabrokodilator, ekspektorat, mukolitik, jika perlu
GANGGUAN TUMBUH KEMBANG GANGGUAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidak mampian fisik d.d pertumbuhan fisik terganggu
LUARAN LUARAN
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, maka ganguan tubuh kembang membaik, denga kriteria hasil : Setelah dilakuakan intervensi selamah 3 hari maka perfusi jaringan tidak efek meningkat dengan kriteria
 Keterampilan perilaku sesuai usia meningkat hasil:
 Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat  Denyut nadi periver meningkat
 Respon sosial meningkat  Penyembuhan luka meningkat
 Sensasi meningkat
INTERVENSI  Warna kulit pucat meningkat
Promosi perkembangan anak INTERVENSI
observasi Manajemen sensasi perifer
 Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak Observasi
Terapeutik  Identifikasi penyebab perubahan sensasi
 Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebanya  Identifkasi penggunaan alat peningkatan, prostespatu pakaian
 Dukung anak berinteraksi dengan akan lain  Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
 Dukung anak mengekspresikan perasaanya secaea positif  Monitor terjadinya perestiasi
 Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi sewajarnya  Monitor adanya tromboflembitis dan tromboebli vena
 Dukung patisipasi anak di sekolah, ekstrakulikurel dan aktivitas komunikasi Terapeutik
Edukasi  Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya
 Jelaskan nama-nama benda obyek yang ada di lingkunag sekitar Edukasi
 Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan perilaku yang dibentuk  Anjurkan menggunakan termometer untuk menguji suhu
 Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi diantara anak
 Ajarkan teknik asertif pada anak dan remaja Kolaborasi
Kolaborasi  Kolaborasi pemberian analgerik
 Rujuk untuk konseling jika perlu

GANGGUAN PERTUKARAN GAS


PENURUNAN CURAH JANTUNG Ganguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapoler d.d trakardia
Penurunan cura jantung b.d perubahan irama jantung d.d bradikardia/trakikardi
LUARAN LUARAN
Setelah dilakukan intervensi selama 5 hari maka penurunan cura jantung menurun dengan kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari makapertukaran gas meningkat, dengan kriteria hasil :
 Kekuatan nadi perifer meningkat  Tingkat kesadaran meningkat
 Ejektion fraktions (EF) meningkat  Bunyi nafas tambahan menurun
 Bradikardi menurun
INTERVENSI
 Dipsnea menurun
Perawatan Jantung  Pusing menurun
Observasi
 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung INTERVENSI
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung Pemantauan respirasi
 Monitor tekanan darah Observasi
 Monitor saturasi oksigen  Monitor frekuensi, irama, kedalam, dan upaya nafas
 Monitor nilai laboratorium jantung
 Montor fungsu alat pacu jantung
 Monitoring jalan nafas
Terapeutik  Monitoring kemampuan batuk efektif
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat  Monitoring adanya sumbatan jalan nafas
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu  Monitoring saturasi oksigen
 Berikan dukungan emosional dan spritual Terapeutik
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%  Atur interval pembuatan respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi  dokumentasikan hasil pemantauan
 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan berhenti merokok
edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian  jelaskan tujuan prosedur pemantauan
Kolaborasi  infoemasikan hasil pemantauan jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiaritma, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
JURNAL HASIL PENELITIAN

Terdapat hubungan antara diameter DSV, flow ratio, frekuensi IRA, status gizi dengan fungsi paru. Diameter DSV >10mm2/m2 BSA
mempunyai risiko untuk terjadinya gangguan fungsi paru restriktif 1,5 kali dibandingkan dengan diameter DSV 5-10mm2/ m2BSA.
Disarankan terapi fisik pada anak dengan DSV untuk memperbaiki pengembangan paru serta melatih otot – otot pernafasan agar
fungsi paru menjadi lebih baik. Terapi fisik ini sebaiknya dilakukan sebelum maupun sesudah operasi koreksi. Anak dengan diameter
DSV >10mm2/m2BSA sebaiknya dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum maupun sesudah dilakukan terapi fisik dan atau operasi
koreksi. Edukasi mengenai pemberian nutrisi yang adekuat pada pasien DSV untuk memperbaiki status gizi sehingga fungsi paru
menjadi lebih optimal. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk melihat faktor yang paling
berpengaruh terhadap fungsi paru.

SUMBER : Sari, N. K., Soetadji, A., & Kosim, M. S. (2016). Hubungan antara besarnya defek septum ventrikel dengan fungsi paru. Sari Pediatri, 16(3),
189-94.

DAFTAR PUSTAKA

Christina, 2019. Ventricular septal defect.


Amelia, P. (2019). Ventricular septal defect.
Rahayuningsih, S. E. (2016). Hubungan antara defek septum ventrikel dan status gizi. Sari Pediatri, 13(2), 137-41.
Sari, N. K., Soetadji, A., & Kosim, M. S. (2016). Hubungan antara besarnya defek septum ventrikel dengan fungsi paru. Sari Pediatri, 16(3), 189-94.
(Minnete & Shan, 2006; Spicer et al., 2014).
Buku SDKI, SIKI dan SLKI

Anda mungkin juga menyukai