Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu jenis keanekaragaman hayati
mengandung berbagai senyawa atau komponen kimia baik metabolit primer
maupun metabolit sekunder. Di Indonesia sendiri, pemanfaatan tanaman
digunakan dalam berbagai cara ada sebagai sayur, penambah citarasa dalam
makanan, obat luar / dalam suatu penyakit dan racun (bagi binatang).
Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia.
Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal tanaman yang
mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Saat ini, para peneliti semakin berkembang untuk mengeksplorasi bahan
alami yang mempunyai aktivitas biologis yang positif bagi manusia.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikembangkan senyawa-
senyawa yang memiliki potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan
senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid. Senyawa yang paling mudah
ditemukan salah satu contohnya adalah flavonoid karena senyawa ini adalah
kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Di Negara lain
tunaman yang berkhasiat sebagai obat pun banyak digunakan dalam
pengobatan yaitu cara yang dipakai secara turun-temurun dari nenek
moyang maupun orang yang pernah menggunakannya.
Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan
metode kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur
dari senyawa murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan
dengan uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar.
Setelah diketahui struktur molekulnya biasanya dilanjutkan dengan
modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan
kestabilan yang diinginkan.

Makalah Farmakognosi I 1
Dalam makalah ini akan diuraikan beberapa contoh jenis tanaman /
tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan, baik ada dengan cara
digosok, diseduh dan sebagainya.

Makalah Farmakognosi I 2
BAB II

TANAMAN BERKHASIAT OBAT

A. Bandotan

1. Klasifikasi Tanaman
a. Nama
- Lokal : Babadotan (Jawa), bandotan leuntik (Sunda),
wedusan (Madura).
- Latin : Ageratum conyzoides
- Asing : Billy goat weed (Inggris), bastard agrimony
(Inggris), celestian (Inggris), sheng hong ji
(China).

2. Kegunaan
Di beberapa daerah babadotan dimanfaatkan sebagai pakan kuda,
ternak, dan ikan. Di banyak daerah tanaman ini dianggap sebagai
gulma. Namun sekarang ilmuwan sedang berusaha memanfaatkan
senyawa prekosen I dan II milik bandotan sebagai bahan insektisida.
Minyaknya digunakan sebagai insektisida pra tanam, melapisi biji dari
rongrongan hama.

Makalah Farmakognosi I 3
3. Bagian yang digunakan
Daun, batang
Empiris dengan Bandotan
 Seduhan daunnya untuk obat cuci mata
 Akar, batang, dan daunnya membantu menyembuhkan radang
paru-paru
 Air rebusan akar dan daun menurunkan demam, daun
dihaluskan dipakai untuk obat luar luka dan memar.
 Rebusan herbanya mengurangi nyeri akibat rematik

4. Efek herbal
Menghilangkan racun, hemenagog (peluruh nadi), diuretik (peluruh
kencing), mengeluarkan angin, antiinflamasi, dan penurun racun.

5. Empiris
Air rebusan akar dan daun digunakan sebagai obat demam. Daun
yang diseduh lalu didinginkan bisa digunakan sebagai obat cuci mata.
Daun yang ditumbuk halus lalu dicampurkan dengan minyak kelapa
digunakan untuk obat luar penyembuh luka dan memar.
Masyarakat memakai bandotan untuk mengobati luka di kulit, flu,
radang paru-paru, tumor, dan malaria. Di Afrika dan Amerika Selatan
ia digunakan sebagai penyembuh demam, rematik, sakit kepala,
gangguan pencernaan, paru-paru, diare, dan diabetes. Di Liberia
bandotan dipakai untuk mengobati pneumonia.

Makalah Farmakognosi I 4
Gambar 1. Empiris dengan Bandotan

6. Senyawa aktif
Secara umum bandotan mengandung 1,2-desifropirrolizidinic,
lycopsamine, terpen steroid, minyak atsiri coumarin, potassium
klorida, stigmasterol, organacid, friedelin, ageratochromene, α-
sitosterol, dan asam amino. Senyawa aktif lain 6,7-dimethoxy-2,2-
dimethylchromene, 6-demetoxyageratochromene, 6-vinyl-demethoxy-
ageratochromene, ageratochromene, alpha-cubebene, alpha-pinene,
alpha-terpinene, beta-caryophyllene, beta-cubebene, beta-elemene,
beta-farnesene, beta-caryophyllene-oxide, conyzorigin, coumarin,
dotriacontene, endo-borneol, endo-bornyl-acetate, ethyl-eugenol,
ethyl-vanillin, farnesol, friedelin, HCN, hexadecenoic-acid,
kaempferol, kaempferol-3,7-diglucoside, kaempferol-3-o-
rhamnosyglucoside.

Makalah Farmakognosi I 5
7. Kandungan kimia

Gambar 2. Struktur Coumarin

Daun dan bunga bandotan mengandung glikosida, tannin, alkaloid,


resin, samponin, flavonoida, terpen, polifenol. Di daun juga
terkandung minyak atsiri, ageconyflavone, dan ageratochromene.
Batang mengandung resin, saponin, tannin, glikolida, dan flavonoid.
Sementara di akar terdapat resin, alkaloid, saponin, dan flavonoid.

8. Bukti ilmiah
 Antibakteri
Beberapa penelitian farmakologi telah dilakukan oleh peneliti
di berbagai Negara. Salah satu hasilnya ekstrak alcohol bandotan
memiliki efek inhibitor terhadap perkembangan in vitro
Staphilococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli,
Salmonella gallinarum, Yersinia enterocolitica dan Pseudomonas
aeruginosa.
Selain itu, ekstrak air dari tanaman ini memiliki aksi analgesik
yang efektif pada tikus dan antispasmotik. Minyak atsiri
babandotan juga menghadang pertumbuhan T.solium, P. posthuma,
dan Meloidogyne incognita. Kemampuan menghambat bakteri
patogen dan cacing parasit pada manusia itulah yang menyebabkan
tanaman ini disebut sebagai anti anthelmintik dan antinematsidal.
 Antiradang
Bandotan diindikasikan sebagai herba antiradang. Pemberian
ekstrak etanol daun bandotan dengan dosis 1g/kg BB secara oral
pada tikus putih jantan memberikan efek antiradang yang berarti.

Makalah Farmakognosi I 6
Namun ada efek yang tidak diinginkan yaitu sakit perut disertai
muntah jika diberikan dalam jangka waktu lama.
 Antihipertensi
Babandotan dilaporkan memiliki aktivitas serupa verapamil,
obat hipertensi yang banyak dipakai saat ini. Verapamil bekerja
dengan cara menghambat penyerapan kalsium oleh sel otot pada
dinding sel otot pada dinding arteri. Minyak atsiri dalam
babandotan juga pernah dicobakan sebagai antiinflamasi pada tikus
dan hasilnya positif. Ekstrak daunnya memang sering dipakai untuk
mengurangi rasa sakit penderita osteoarthritis.
Daun babandotan juga bersifat haemostatik, mengurangi
pendarahan. Menurut dugaan para ahli, efek ini terjadi karena
ekstrak babandotan merangsang proses vasokonstraksi, pengecilan
pembuluh darah yang biasanya disebabkan kontraksi pembuluh-
pembuluh darah. Pengaruh yang menghasilkan efek menghambat
keluarnya darah dari pembuluh darah kecil.

9. Racikan untuk Radang Tenggorokan


Bahan
Daun bandotan Ageratum conyzoides segar 20-50 g
Gula aren Secukupnya

Cara membuat
- Cuci bersih daun bandotan (Ageratum conyzoides) segar,
- Tumbuk hingga halus, lalu peras dan saring.
- Tambahkan gula aren tau gula batu secukupnya.
- Minum sekaligus hingga habis. Ulangi 3 kali sehari.

10. Cara Ekstraksi


Ekstrak daun A. conyzoides diperoleh dengan cara maserasi.
Daun A. conyzoides yang diperoleh dicuci dan dikering anginkan

Makalah Farmakognosi I 7
sampai seluruh bagian daun kering dan tetap berwarna hijau. Daun
diblender sehingga terbentuk partikel-partikel daun yang seragam
ukurannya kemudian diekstrasi dengan etanol selama 3 hari, lalu
disaring dan diuapkan dengan waterbath pada suhu 100˚C sehingga
didapatkan ekstrak kental berupa pasta (konsentrasi 100%). Ekstrak
daun yang telah diperoleh diencerkan sesuai dengan konsentrasi
perlakuan.

Makalah Farmakognosi I 8
B. Bangle

1. Klasifikasi Tanaman
a. Nama
- Lokal : Bengle (Jawa), panglai (sunda), padhiyang
(Madura), kunit bolai, bangle, kunik bolao
(Sumatera), banggele (Bali), bale, Panini, manglai,
mangulai, bangerei, wangelei, walegai, kukuniran,
kukundiren, unin makei, unin pakei, bangle,
bongle
- Latin : Zingiber cassumanar
- Asing : Purple ginger (Inggris)

2. Kegunaan
Repellen seranggga

3. Bagian yang digunakan


Rimpang

Makalah Farmakognosi I 9
4. Efek herbal
Rimpang bengle bersifat antiinflamasi, ekspektoran, pencahar,
pembersih darah, karminatif, laksatif, dan agen anti disentri. Seperti
kerabatnya dari keluarga Zingiberaceae, bangle berkhasiat
menghangatkan tubuh dan mengurangi rasa sakit, mencret, mulas dan
sakit kuning. Bangle juga diolah menjadi minuman kesehatan.

5. Empiris

Gambar 4. Empiris dengan Bangle

Rimpang bangle bersifat aromatik- sesuatu yangmenjadi pembeda


dengan keluarga Zingiberaceae lainnya. Dari bentuk fisiknya bangle
tidak berbeda jauh dengan rempah-rempah anggota family
Zingiberaceae lainnya. Fungsi lainnya untk mengobati demam, sakit
kepala, batuk berdahak, perut nyeri, masuk angin, sembelit, sakit

Makalah Farmakognosi I 10
kuning, cacingan, asma, rematik, nyeri otot, demam, obesitas, dan
peluruh lemak.

6. Senyawa aktif
Daun mengandung: spathulenol; ocimene; 1.6.10-Dodecatriene,
7.11-dimethyl-3 methylene, (Z) 3,4,5-trimethoxybenzylchloride ; 3-
cyclobexen-1-one, 3(hydroxymethy; 6-(1-methylethyl) ; 3-
cyclohexene-1-methanol ; terpinen-4-ol ; 5-caranol, trans; 5-nonaol,-
5methyl; 7-Hexadecenal; apiol ; aromadendrene oxide ; asaraldehyde;
α-bisabolene ; α-elemen ; benzene-1-1methyl, 4-(1-methylethyl) ;
bergamotol, z-α-trans; α-linaloo; α-nyrcene; borneol; bornyl acetate; α-
phellandrene; α-pinene; α-sesquiphellandrene; camphene;
caryophyllene ; caryophyllene oxide; cedrene; chamigrene; cholestan-
3-ol, 2-methylene-(3B,5L); crypton; cubenol; cuminal, cuminol,
curcumene; cyclohexanone, 3-etheny; cyclohexene, 5-methyl-3-1-
methyletheny;); damascene; epi-13-manool; eremophyllene,
isogeraniol; isolimonene; juniper camphor; α-caryophyllene; α-
methylvanillin; myrtanal; ocimene; pentadecyne; phellandral;
pinocarvone; pseudolimonene; sabinene; tau-Muurolol ; tetracyclo
[6.3.2.0(2.5),0(1.8)]tridecan-9-ol, 4,4-dimethyl; trans-nerolidol, trans-
pinocarveol; triquinacene, 1,4,bis(methoxy); triquinacene, 1,4,7-
tris(methoxy).

Gambar 5. Struktur α-phellandrene


Rimpang mengandung: α-thujene; α-pinene; camphene; (Z)-
ocimene; α-pinene; α-myrcene; 4-terpinyl acetate; m-cymene; α-

Makalah Farmakognosi I 11
phellandrene; α-terpinene; cis-sabinenehydrate; 2-carene; borneol;
terpinen-4-ol ; terpinyl acetate; trans-piperitol; ; bornyl acetate ;
1,6,10-Dodecatrien,7,11-dimethyl-3-methylene (Z) ; germacrene D; α-
selinene; α-bergamotene, α-bisabolene, α-sesquiphellandrene;
methyleugenol; megastigmastriene; lachnophyllum ester; 2-Allyl-1,4-
dimethoxy-3-methyl benzene; triquinacene,1,4-bis(methoxy); α-
cadinene; juniper camphor; 2-Propenoic acid, 3(4-methoxyphenyl),
ethyl ester.

7. Bukti ilmiah
Antibakteri
Senyawa sabinene dan terpinen-4-ol merupakan golongan senyawa
antimikroba. Keduanya bekerja menghambat aktivitas bakteri asing.
Peluruhan lemak
Menurut Prof Dr Latifa K. Darusman MS, kepala Pusat Studi
Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, bangle bias meluruhkan dan
menghambat penumpukan lemak. Diduga bangle mengaktifkan lipase-
enzim yang berperan merombak lemak dalam tubuh.

8. Resep
Peredam pengapuran kaki
Bahan
Bangle Zingiber cassumanan 3 jari tangan
Daun Jeruk Bali Citrus maxima muda 7 lembar
Daun Gandarusa Justica genderrusa segar 1 genggam
Daun Landep Barleriae prionitis ½ genggam
Cara membuat
Semua bahan dicuci bersih, diiris lalu direbus dalam 5 liter air
hingga tersisa 4 liter. Cara memakainya setiap 1 liter air dicampur
dengan 1 liter air hangat, aduk-aduk hingga tercampur lalu gunakan
untuk merendam bagian kaki yang sakit.

Makalah Farmakognosi I 12
9. Cara Ekstraksi
Rimpang Bengle dicuci bersih, diiris tipis-tipis, lalu dikeringkan.
Penelitian pendahuluan dengan berbagai kadar etanol dilakukan untuk
memperoleh kadar terbaik. Irisan rimpang direndam dengan ethanol
70% selama 24 jam sambil digodog kemudian disaring, proses ini
diulang hingga 3 kali. Filtrat yang diperoleh dicuci menggunakan n-
heksan, diulang 3 kali. Filtrat yang telah dicuci kemudian diuapkan
menggunakan water bath dengan suhu 70oC hingga didapatkan ekstrak
yang kental

Makalah Farmakognosi I 13
C. Baru Cina

1. Klasifikasi Tanaman
a. Nama
- Lokal : Daun sudamala, beunghar kucicing (Sunda), jukut
kolot mala, suket gajahan (Jawa), sudamala, daun
manis, kolo (Halmahera), gorogoro (Ternate).
- Latin : Artemisia vulgaris
- Asing : Mugwort, wormwood, moxa, St. Jhon’s plant
(Inggris), ai ye, hia (China), baru cina (Melayu).

2. Kegunaan
Tanaman hias

3. Bagian yang digunakan


Seluruh bagian tanaman terutama daun

4. Efek herbal
Tonikum, pembersih darah.

Makalah Farmakognosi I 14
5. Empiris

Gambar 6. Empiris dengan Baru Cina

- Daun dan batang : (dihaluskan terlebih dahulu) digunakan


sebagai obat luar untuk eksim dan borok.
- Daun : untuk mengobati gangguan pencernaan serta
dapat digunakan sebagai obat kejang perut,
haid tidak teratur, penyembuh beri - beri
atau gangguan pada kulit.
- Air rebusan daun : untuk mengobati wasir, membersihkan darah
pasca melahirkan.

Makalah Farmakognosi I 15
6. Senyawa aktif
Saponin, flavanoida, polifenol, minyak atsiri, α-amirin, fernenol,
cincole. Akar dan batangnya mengandung inulin, oxytocin, yomogi
dan ridentin.

Gambar 7. Struktur Beta Thujone

7. Bukti ilmiah
o Antimalaria
Malaria termasuk penyakit menular terbesar di daerah tropis.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit bersel tunggal dari keluarga
protozoa. Plasmodium falciparum. Parasit ini bisa menyebabkan
infeksi akut berdampak pada kematian. Penularan dilakukan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Artemisia vulgaris
mengandung senyawa aktif artemisin yang bisa menghambat
pertumbuhan parasit plasmodium.
Artemisin menghambat plasmodium dengan cara menghadang
PfATP6, satu enzim yang tersebar dalam sitoplasma. Artemisin
akan masuk ke dalam sel parasit lalu menjadi aktif. Dalam
reticulum endoplasma. Senyawa ini akan ikut campur dalam reaksi
redukri hemikatalisis yang menghasilkan senyawa sitotoksik.

Makalah Farmakognosi I 16
8. Resep
Adapun salah satu contoh resep untuk menghilangkan nyeri
pemanfaatan tanaman baru cina ini sebagai berikut :
Seduh 14-20 gram daun baru cina Artemisia vulgaris dengan 3 gelas
air panas. Diamkan sejenak dalam wadah tertutup. The herbal baru
cina bisa langsung dikonsumsi.

9. Cara Ekstraksi
Daun kering sudamala didapat dari UPT Materia Medika, Batu.
Sejumlah 100 gram daun sudamala (Artemisia vulgaris) direndam
dengan etanol sampai semalam. Hasil perendaman dimasukkan dalam
labu evaporator. Dilakukan proses evaporasi sehingga etanol dan zat
aktif terpisah. Kemudian hasil ekstraksi dimasukkan dalam botol
plastik kecil dan disimpan dalam freezer

Makalah Farmakognosi I 17
D. Ashitaba

1. Klasifikasi Tanaman
a. Nama
- Lokal : Ashitaba
- Latin : Angelica keiskei
- Asing : Tommorow leaf (Inggris)
2. Kegunaan
Di Jepang, ashitaba dikonsumsi sebagai sayuran segar

3. Bagian yang digunakan


Daun

4. Efek herbal
Antioksidan, antihipertensi, antikolesterol, antidiabetes.

5. Empiris
Ashitaba kaya antioksidan, konsumsi teratur membantu menjaga
daya tahan tubuh. Para tabib di era Dinasti Ming (1518-1593)
meresepkan ashitaba untuk menghilangkan kesulitan menstruasi,
memperlancar aliran darah, obat peluruh kencing (diuretik), dan
memperlancar air susu ibu. Ashitaba juga memiliki aktivitas
antidiabetes. Sebuah kasus di Jepang, enam bulan setelah

Makalah Farmakognosi I 18
mengkonsumsi ashitaba, kadar gula turun dari 400 mg/dl menjadi 150
mg/dl.
- Daging buah (diseduh) : Sebagai obat batuk
- Daun : Sebagai antidiabetes, memperlancar
ASI, membersihkan organ hati,
merangsang pengeluaran air seni
dan memperlancar peredaran darah
serta menurunkan tekanan darah
(antihipertensi).

Gambar 8. Empiris dengan Ashitaba

Ashitaba kaya klorofil, zat hijau daun yang berperan


mengumpulkan cahaya matahari pada tumbuhan. Klorofil merangsang
produksi sel darah merah yang fungsinya membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Zat hilau daun itu berperan sebagai pembersih
darah dan liver serta mendorong pertumbuhan mikroorganisme baik
dalam saluran pencernaan. Klorofil juga mampu meredam

Makalah Farmakognosi I 19
pertumbuhan sel kanker karena memiliki efek sitotoksik. Vitamin B12
dalam ashitaba membantu produksi sel darah merah, meningkatkan
produksi hormone, memperkuat system imun tubuh, serta
meningkatkan rangsangan saraf ke otak.
Menurut Dr Nurlaini Bermawie dari Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik (Balittro), ashitaba mempunyai getah berwarna
kuning atau chalcones yang keluar dari batang dan daun. Di situ
terdapat beberapa bahan aktif seperti xantoangelol dan 4-
hydroxyderricin yang merupakan antioksidan. Di antara sekitar 40
anggota genus Angelica, ashitaba satu-satunya yang memiliki getah
kuning. ashitaba multikhasiat, selain antioksidan ia juga berperan
sebagai antikanker, antihipertensi, antidiabetes dan antikolesterol.
Xanthoangelol dan 4-hydroxyderricin merupakan senyawa dengan
banyak aktivitas biologi. Xanthoangelol menghambat pertumbuhan
tumor dengan cara menghalangi sintesis DNA sel tumor. Sementara 4-
hydroxyderricin menekan tekanan darah sistolik dan mengurangi LDL
alias kolesterol jahat. Sebagai antidiabetes, kedua senyawa ini
berkemampuan seperti insulin: menurunkan kadar gula darah.
Ashitaba kaya klorofil, zat hijau daun yang berperan
mengumpulkan dan menyimpan energy matahari. Menurut Dr
Leenawati Limantara Msc, ahli klorofil dari Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, klorofil adalah pigmen utama yang terdapat pada
tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Klorofil berperan menangkap
cahaya dan mentransfer energy dalam proses fotosintesis. Klorofil
merangsang produksi sel darah merah yang berperan membawa
oksigen ke seluruh bagian tubuh. Zat hijau daun itu membersihkan
darah dan hati serta mendorong pertumbuhan mikroorganisme baik
dalam saluran pencernaan. Bahkan klorofil juga mampu meredam
pertumbuhan sel kanker karena memiliki afak sitotoksik.
Sebuah jurnal riset kedokteran dan biologi Brazil mengungkapkan
metode penanganan kanker paling mutakhir menggabungkan 3 faktor

Makalah Farmakognosi I 20
yaitu fotosensitizer, cahaya tampak dan oksigen. Senyawa kimia
fotosensitizer membunuh sel-sel kanker ketika disinari cahaya dengan
panjang gelombang tertentu. Klorofil mampu menyerap cahaya
dengan panjang gelombang 770 nm. Itu sebabnya pengobatan modern
mempercayai klorofil sebagai penyembuh kanker yang aman
disbanding obat kimia.
Ashitaba juga memiliki vitamin B12 yang biasanya ada pada
hewan. Vitamin ini berfungsi untuk mendorong produksi sel darah
merah, meningkatkan produksi hormone, memperkuat system imun
dan meningkatkan daya piker. Akar ashitaba juga mengandung
furanokumarin yang berpotensi sebagai antikanker.

6. Senyawa aktif

Gambar 9. Struktur Biotin

Xanthoangelol, 4-hydroxyderricin, betakaroten, vitamin B1, B2,


B3, B5, B6, biotin, asam folik dan vitamin C. selain itu ada kalsium,
magnesium, potassium, fosfor, seng dan tembaga. Akar ashitaba
mengandung furanokumarin.

7. Bukti ilmiah
1. Antikanker
Toru okumaya dari Fakultas Farmasi, Meiji University
memberikan ekstrak ashitaba pada tikus pengidap kanker paru dan
kanker kulit. Enam bulan kemudian, pertumbuhan kanker paru dan

Makalah Farmakognosi I 21
kulit berhenti. Kimura Y dari Fakultas Kedokteran, Ehime
University, Jepang, memberikan ekstrak akar ashitaba 100 mg per
kilogram bobot tubuh kepada tikus metastatis alias penyebaran sel
ke jaringan lain. Diduga senyawa aktif yang bekerja menghambat
pertumbuhan tumor itu adalah xanthoangelol. Ia menghambat
sintesis DNA sel tumor.
Xanthoangelol juga terbukti ampuh mengobati
neuroblastoma alias kanker saraf dan leukemia. Tabata K dari
Nihon University, Jepang, membuktikan xanthoangelol bersifat
apoptosis atau menyebabkan program kematian sel kanker. Setelah
inkubasi selama 4 jam, terjadi apoptosis sel. Proses ini terjadi
karena capsace-3, sejenis protein dalam sel lekimia dan
neuroblastoma, menjadi aktif setelah diberi xanthoangelol.
2. Antihipertensi
Hirhosi Ogawa di Fakultas Kedokteran Kinki University,
Osaka, Jepang meriset ashitaba untuk menurunkan tekanan darah.
Senyawa 4-hydroxyderricin dalam getah kuning menekan tekanan
darah sistolik. Ia juga mengurangi LDL dan trigliserida dalam hati
tikus yang menderita stoke dan hipertensi.

Makalah Farmakognosi I 22
E. Bawang Merah

1. Klasifikasi Tanaman
a. Nama
- Lokal : Bawang abang mirah (Aceh), pia (Batak); bawang
(Palembang); bwang sirah, dasun merah
(Minangkabau); bawang suluh (Lampung);
bawang beureum (Sunda); brambang (Jawa);
bhabang mera (Madura); jasun bang, jasun mirah
(Bali); lasuna mahamu, ransuna mahendeng,
yantuna mopura, dansuna rundang, lasuna
randang, lansuna mea, lansuna raindang (Sulawesi
Utara); bawangi (Gorontalo), laisuna pilas, laisuna
mpilas, (Roti), kalpeo meh (Timor); bowing
wulwul (Kai), kosai miha; bawa rohiha (Ternate);
bawa kahori (Tidore).
- Latin : alliumcepa
- Asing : onion (Inggris)

2. Kegunaan
Rempah-rempah penyedap makanan.

Makalah Farmakognosi I 23
3. Bagian yang digunakan
Umbi

4. Efek herbal
Flavon glikosida bersifat anti radang dan antibakteri. Kuersetin
berkhasiat hipoglikemik, penurun gula darah. Saponin bisa mencegah
penggumpalan darah.

5. Empiris

Gambar 9. Empiris dengan Bawang Merah

Sejak zaman dahulu parutan bawang merah dicampur dalam


minyak biasa dibalurkan pada tubuh untuk menurunkan panas tinggi.
Konsumsi secara teratur dipercaya bisa menjaga kolestrol dalam batas
normal. Itulah sebabnya hidangan berbahan dasar daging seperti sate
disajikan bersama herba ini.

Makalah Farmakognosi I 24
6. Senyawa aktif
Allin (alkilsistein sulphoksida), minyak asiri, fruktosan
(polisakarida 10-40%), surkosa dan gula lain, flavonoid, dan steroid
saponin. Flavon glikosida, allil propil disul-fida (APDS), dan
kuersetin. Senyawa lain fitosterol, pectin, asam kumarat, asam kafeat,
dan asam elagat. Umbi bawang merah juga mengandung sulfur organik
(zat belerang)

Gambar 10. Struktur Fenol

7. Bukti ilmiah
3. Antikarsinogeni
Bawang merah berpotensi memblokir kehadiran senyawa
karsinogenik, zat pencetus kanker. Senyawa organosulfur dalam
umbi kemungkinan besar berperan aktif sebagai zat kemopreventif
pada sel kanker.
4. Antidiabetes dan hipokolestrol
Dengan bantuan enzim allinase senyawa sitein dalam
bawang merah akan berubah menjadi thiosulfinat dan polysulfida.
Kedua bahan ini eksis sebagai minyak di dalam umbi dan dikenal
memiliki aktifitas antidiabetes, hipoglikemik, dan hipokolestrol.
5. Hepatoprotektor
Bawang merah juga memiliki khasiat melindungi hati.
Sebuah penelitian menguji efektif protektif bawang merah pada
kerusakan hati akibat tetraklorida. Dari hasil penelitian tersebut,

Makalah Farmakognosi I 25
ternyata bawang merah menghambat peningkatan GPT plasma dan
kerusakan jaringan hati akibat CC14.

8. Resep
a. Kolestrol
- Cuci bersih sekitar 15-25 kg bawang merah allium cepa,
- Kupas kulitnya
- Lalu iris tipis
- Konsumsi dalam keadaan mentah
- Bisa dicampurkan dalam nasi
- Lakukan secara teratur 2-3 kali dalam dosis yang sama
b. Eksim
Bahan
- Bawang merah allium cepa 5g
- Daun brotowali tinospora crispa 10g
- Daun ketepeng kerbau cassia alata 10g
- Kemiri aleurites moluccana 10g
Cara Membuat
- Semua bahan ditumbuk halus
- Lalu dicampur dengan sedikit minyak kelapa

Cara Pemakaian

- Dengan Mengoleskan beberapa kali sehari diatas kulit yang


terkena eksim, secara teratur
c. Batuk
Bahan
- Bawang merah allium cepa diparut 100g
- Kencur kaemprefia galangal 100g
- Daun jintan coleus amboinicus dipipis 100g
- Pegangan centella asiatica dipipis 100g
- Kapulaga amomum cordamomum dihaluskan 100g

Makalah Farmakognosi I 26
- Jahe zingiber officinale 50g
- Air 800cc
- Madu secukupnya

Cara Membuat
- Rimpang kencur dicuci, dikupas, lalu diiris tipis-tipis.
- Kecuali madu rebus semua bahan hingga membentuk sirup
- Setelah 1 jam saring lalu tambahkan madu
- Sekali minum 155 cc
- Lakukan 2-3 kali sehari

9. Cara Ekstraksi
Ekstraksi dari umbi bawang merah ( Allium cepa L.) dilakukan
dengan metode maserasi. Sebanyak 1kg umbi bawang merah
dibersihkan dan dikupas kemudian didinginkan pada suhu 4˚C ,
dihaluskan menggunakan blender dengan pelarut etanol 70% sehingga
terbentuk sari/jus bawang. Jus bawang kemudian di maserasi berulang
dengan etanol 70% sebanyak liter selama 3×24 jam. Hasil disaring
dengan meggunakan corong Buchner dan vakum. Ekstrak yang didapat
kemudian diuapkan dan dipekatkan dengan evaporator tekanan rendah
pada suhu 65˚C. Ekstrak hasil evaporasi dikeringkan dalam cawan
penguap diatas penangas air sampai didapat ekstrak kental.

Makalah Farmakognosi I 27
F. Bawang Putih

1. Klasifikasi Tanaman
a. Nama
- Lokal : Brambang (jawa); bawang bodas (sunda); bwang
handak (lampung), Kasuna (bali/, lasuna pute
(bugis), bhabang pote (Madura); bawang bodudo
(ternate), kalfeo foleu (timor).
- Latin : Allium sativum
- Asing : Garlic (inggris)

2. Kegunaan
Rempah penyedap masakan

3. Bagian yang digunakan


Umbi

4. Efek herbal
Bawang putih tekenal ala fel antibakteri, antifungi, antivirus, antitumor

Makalah Farmakognosi I 28
5. Empiris

Gambar 11. Empiris dengan Bawang Putih

Yang paling terkenal dari bawang putih adalah aktifitasnuya


sebagai antikolestrol dan antitrombotik. Umbi bawang putih berkhasiat
meredakan tekanan darah tinggi, nyeri kepala, dan maag. Bangsa mesir
pada 1550 M sudah memakai bawang putih sebagai obat.

Empiris dengan bawang putih :


- Umbi mengobati sakit kepala
- Umbi berkhasiat sebagai pelindung hati
- Umbi meredakan gejala maag
- Umbi membantu meredakan tekanan darah tinggi dan
menggempur kolestrol

Makalah Farmakognosi I 29
6. Senyawa aktif
Bawang putih kaya senyawa organosulfur yang terbukti memiliki
aktifitas biologi tinggi dan bermanfaat dalam dunia pengobatan.
Senyawa organosulfur itu terbagi menjadi beberapa kelompok :
a. Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs)
Misalnya alliin dan -glutamilsistein. Alliin menyebakan baud
an rasa yang khas pada bwang putih. Saat dipotong, dikunyah,
ataupun dicincang alliin berubah menjadi senyawa thiosulfinat
dengan bantuan enzim alliinase. Alliin diketahun berpotensi
sebagai antibakteri

b. Senyawa sulfur yang bersifat volatile


Contohnya allicin. Senyawa ini bersifat kurang stabil, cepat
berubah karena pengaruh oksigen, perubahan suhu, dan lingkungan
biasa

c. Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti diallil sulfida


(DAS) dan (DADS).

d. Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S-allil sistein
(SAC).
Senyawa itu merupakan senyawa yang memiliki aktifitas
biologis yang tinggi

Gambar 12. Struktur Aliin

Makalah Farmakognosi I 30
7. Bukti ilmiah
1. Hepatoprotektor
Berbagai peneltian menunjukkan bahwa keluarga bawang-
bawangan dapat melindung ihati dari kerusakan akibat karbon
tetraklorida. Akan tetapi belum ada data mengenai perbandingan
potensi antara keluarga bawang-bawangan tersebut, karena
penelitian –penelitian tersebut dilakukan secara terpisah.
Komponen dalam umbi bawang putih yang diduga memiliki
aktifitas antihepatotoksik berasal dari kelompok minyak asiri
seperti alliin, s-alilmerkaptosistein, dan s-metilmerkaptosistwin. Ini
didukung dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa
minyak asirilah yang mempunyai aktifitas antihepatotoksik paling
tinggi. Senyawa s-alilmerkaptosistein (SAMC) membantu
penghambat aktifitas enzim N-nitrosodimetilamin demetilase
sekaligus penghambatan aktifitas bekerja sebagai antioksidan.
Antioksidan diperlukan untuk membentengi tubuh darih pengaruh
buruk lingkungan dan antigen. Selain antioksidan bawang putih
juga berperan sebgai immunomodulator dengan jalan meningkatka
naktifitas fagositosis (kemampuan memakan sel asing) makrofag.
Aktifitas proliferasi dirangsan agar jumlas sel T bertambah banyak
2. Antitumor
Bawang juga mempunyai kandungan untuk memrangi
kanker, terutama kanker perut dan usus besar. Organosulfida yang
terkandung dalam bawang putih membantu hati mmeproses
senyawa kimia beracun, termasuk senyawa kimia yang
menyebabkan kanker. Berbagai penelitian epidemiologi yang
berkembang menyebutkan bahwa bawang putih dan berbagai
tanaman lain yang mengandugn senyawa organosulfur dapat
mencegah terjadinya kanker pada manusia, termasuk kanker kolon.
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa orang yang banyak
mengkonsumsi bawang putih memiliki resiko terkena kanker perut

Makalah Farmakognosi I 31
dan usus besar lebih rendah. Apa yang dilakukan senyaea akitf
dalam bawang putih terhadap antigen asing? Mengaktivasi dan
menghambat aktifitas metabolism zat itu. Bawang putih bersifat
antimutagenik. Saat bertemu antigen ia akan mengeluarkan sejenis
snzim detoksifikasi didalam jaringan target.
3. Antiinflamasi
Bawang puthi beraksi sebagai antiinflamasi dengan cara
menghambat antifitas enzim siklooksigenase. Implikasinya terjadi
penghambatan produksi prostaglandin.
4. Antivirus
Sulfur dala mumbi membuat bawang puthi berbau dan
memiliki cita rasa yang khas. Senyawa ini juga dapat
meningkatkan dan mempercepat kegiatan membrane mucus di
saluran pernafasan. Efek initurut membantu melegakan hidung
tersumbat dan mengeluarkan lender. Bawan puthi mentah
mengandung phytochemical yang dapt membantu membunuh
nakteri dan virus penyebab penyakit. Pada 1992, sekelompok
peneliti dari universitas brigham young di Utah, USA, melaporkan
bahwa bawang tumbuk dalam minyak tidak hanya mmebunuh
rhinovirus tipe 2 (penyebab umum flu), tetapi juga membunuh 2
macam herpes (penyakit kulit menular) dan beberapa virus umum
lainnya.

5. Antikolestrol
Kandungan allicin dan alliin berkaitan dengan daya anti
kolestrol bawang putih memiliki ajoene, zat anti penggumpal darah
sehingga khasiat antikolestrol makin kuat. Kemampuan ini
membuat bawang putih berkhasiat mencgah penyakit jantung
koroner dan tekanan darah tinggi. Allicin juga bertugas menyerap
lemak. Beberapa percobaan para klinisi pada tikus menunjukkan
paling tidak ada 3 kelompok sulfur pada bawang putih yang

Makalah Farmakognosi I 32
sanggup menghambat hingga setengah produksi kolestrol. Ketiga
grup itu adalah S-allyl cysteine, S-ethyl-cysteine, dan S-propyl
cysteine.
6. Antimikroba
Perasan segar umbi bawang putih juga memiliki efek
antimikroba terhadap kedua spesies baik gram positif (S. aureus
dan B. subtilis) maupun gram negatif (E.coli dan S. thyphosa)

8. Resep
a. Hipertensi
Bahan
- Umbi bawang putih alium sativum 3siung
- Seledri apium graveolens 3tangkai

Cara Membuat

- Kupas dan bersihkan bawang putih


- Cuci bersih seledri
- Masukkan kedua bahan dalam 3 gelas air
- Rebus hingga mendidih dan tersisa 1 gelas
- Angkat, saring, lalu didinginkan
- Minum ramuan setiap hari

b. Kanker stadium awal


Bahan
- Umbi bawang putih allium sativum 3 siung
- Rimpang temu putih curcuma zedoaria 15g
- Sambiloto andrographis paniculata 25g
- Baru cina Artemisia vulgaris 20g
- Rumput mutiara hedyotis corymbosa kering 30g

Cara Membuat

Makalah Farmakognosi I 33
- Cuci bersih semua herbal
- Kupas rimpang temu putih
- Rebus semua bahan dalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas
- Angkat, saring, lalu didinginkan
- Minum sekaligus setiap hari

c. Obat batuk
- Hancurkan bawang putih allium sativum
- Masukkan kedalam susu dingin didalam panic
- Lalu panaskan sekitar 1-2 menit
- Dan, minum selagi hangat

d. Asma dan flek paru-paru


Bahan
- Bawang putih allium sativum
- Diparut selembut mungkin 3 sendok makan
- Kapulaga amomum cordamomum 5 biji
- Kemukus piper cubeba 5 biji
- Cengkih syzygium aromaticum 5 biji
- Kayu manis cinnamomum burmannii 1 jari tengah
- Adas manis foeniculum vulgare ½ sendok the
- Gula batu 2 ons

Cara Membuat

- Bahan-bahan direbus dalam 1,25 gelas hingga tersisa 1 gelas


- Angkat dan setelah agak dingin disaring
- Simpan dalam wadah yang steril
- Diminum 3 kali sehari 1 sendok makan sesudah makan

e. Asma pada anak kecil


Bahan

Makalah Farmakognosi I 34
- Bawang putih allium sativum ½ ons
- Gula batu 1 ons
- Biji kemukus piper cubeba 5 biji

Cara Membuat

- Bawang dikupas, dicuci lalu dihaluskan bersama kemukus


menggunakan blender hingga lembut
- Masak bersama 1 gelas air dan gula diatas api sedang hingga
terbentuk siru[ (kira kira 2/3 dari volume semula)
- Angkat, dinginkan, lalu masukkan dalm botol steril
- Aturan pakai diminum 3 kali sehari 2 sendok teh setelah makan
- Jika pernafasan sudah lega, tidak terengah-engah lagi konsumsi
ramuan bisa dikurangi cukup 1 kali sehari aja, setiap sore pukul
18.00
- Hindarkan anak penderita asma dari kontak debu, udara dingin,
makanan kecil, berpengawet, dan es

f. Batuk influenza
Bahan
- Bawang putih allium sativum 1 biji ukuran sedang
- Air jeruk nipis citrus aurantifoli 2 sendok makan
- Kecap manis 3 sendok makan
- Air dingin matang 5 sendok makan

Cara Membuat

- Semua bahan dijadikan satu adonan


- Lalu, di tim/dikukus hingga matang
- Dosis untuk dewasa : 4 kali sehari 2 sendok makan
- Anak usia 6-12 tahunb3 kali sehari 1 sendok makan
- Tidak dianjurkan untuk balita

Makalah Farmakognosi I 35
g. Sariawan
Bahan
- Bawang putih allium sativum 1 siung
- Kluwak pangium edule 2 buah
- Bawang merah allium cepa 2 buah
- Garam 1g

Cara Membuat

- Semua bahan ditumbuk menjadi satu hingga halus


- Lalu, direbus dalam ½ liter air
- Angkat lalu saring
- Air rebusan yang maish hangat dipakai untuk berkumur-kumur
kemudian telan

h. Penyembuh wasir
- Pertama bersihkan daerah anus dan sekitarnya dengan air hangat
dan sabun
- Oleskan jus/beberapa suing bawang putih allium sativum yang
sudah dimemarkan sebanyak 3-5 kali pada anus yang telah
dibersikan
- Tunggu beberapa menit lalu bersihkan

9. Cara Ekstraksi
Pembuatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L). Bawang
putih (Allium sativum L) diperoleh dalam bentuk sediaan kering dari
Materia Medika. Bawang putih sebanyak 250 gram kemudian
dimasukkan ke dalam botol lalu direndam dengan etanol. Pelarut
etanol sebanyak 1 liter dimasukkan ke dalam botol hingga serbuk yang
terbungkus kertas saring terendam dalam pelarut etanol. Biarkan
sampai hasil rendaman berwarna coklat ( ± dua hari). Hasil rendaman

Makalah Farmakognosi I 36
etanol kemudian ditampung di botol lain. Ekstraksi dilakukan dengan
beberapa kali penggantian etanol. Hentikan ekstraksi jika etanol dalam
tempat menampung bubuk bawang putih sudah jernih (setelah ± satu
minggu). Semua hasil rendaman ditempatkan di dalam satu botol.
Hasil rendaman kemudian dievaporasi sehingga didapatkan hasil
ekstrak berupa pasta sebanyak 16 gram.

Makalah Farmakognosi I 37
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat dengan mudah
mengetahui :
a. Fungsi dari berbagai tanaman yang berada disekitar lingkungan hidup
kita.
b. Bagaimana cara membuat obat dari beberapa tanaman yang mudah
didapat disekitar kita seperti halnya bawang putih, bawang merah,
bangle, bandotan, Ashibata, dan baru cina
c. Mengetahui bagaimana cara Ekstraksi dari beberapa tanaman di atas

2. Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa maupun seluruh masyarakat untuk
dapat memanfaatkan berbagai hasil alam yang kita miliki. Sehingga
dengan adanya pengetahuan terhadap tanaman tersebut kita tidak hanya
terpu dengan obat-obatan yang mengandung bahan kimia, dimana yang
kita ketahui bahwa bahan-bahan kimia tersebut cepat atau lambat akan
menimbulkan efek samping.

Makalah Farmakognosi I 38

Anda mungkin juga menyukai