Anda di halaman 1dari 38

ANTI INFLAMASI

Amelia Febriani NPM. 1206179170

ANTI INFLAMASI

INFLAMASI

merupakan respon protektitif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologi.

ANTIINFLAMASI

usaha tubuh untuk menginaktifasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur perbaikan derajat jaringan

Proses Inflamasi
suatu mekanisme pertahanan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera

mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan, ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskuler dimana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi

FASE INFLAMASI
Inflamasi Kronis

Inflamasi Akut

Respon Imun

INFLAMASI AKUT
Inflamasi akut merupakan respon langsung dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Tanda-tanda pokok peradangan akut mencakup kemerahan (rubor), panas (kalor), rasa sakit (dolor),pembengkakan (tumor), dan perubahan fungsi (fungsio laesa).

Peristiwa penting pada peradangan akut adalah dilatasi pembuluh darah dan perubahan permeabilitas pembuluh-pembuluh yang sangat kecil yang mengakibatkan kebocoran protein, sehingga terjadi pembentukan eksudat seluler berupa emigrasi neutrofil polimmorf ke dalam rongga ekstravaskuler yang kemudian menimbulkan pembengkakan jaringan

RESPON IMUN
Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut dan kronis. Akibat dari respon imun bagi tuan rumah mungkin menyerang menjadi difagositosis atau dinetralisir. Sebaliknya, akibat tersebut juga dapat bersifat kronis tanpa penguraian dari proses cedera yang mendasarnya

INFLAMASI KRONIS
Inflamasi kronik didefinisikan sebagai proses radang dimana limfosit, sel plasma, dan makrofag lebih banyak ditemukan, dan biasanya disertai pula dengan pembentukan jaringan granulasi, yang menghasilkan fibrosis. Radang akut dapat menjadi radang kronik apabila membentuk rongga abses yang terletak di dalam, dan pembuangannya berlangsung lama atau tidak lancar, sewaktu proses pembuangan berlangsung, terbentuk pula penebalan dinding abses yang terdiri dari jaringan granulasi dan jaringan ikat fibrosa.

INFLAMASI KRONIS
Dinding abses yang kaku menyebabkan tidak terjadinya penyatuan sewaktu pembuangan berlangsung, dan sisa pus di dalam rongga abses mengalami organisasi dengan tumbuhnya jaringan granulasi, yang pada akhirnya akan diganti dengan jaringan parut fibrosa. Contoh inflamasi kronik adalah inflamasi akibat tuberkolosis, asthma, rheumatoid arthritis, multiple sclerosis dan lupus erythematosus sistemik.

TANDA TANDA INFLAMASI AKUT


Rubor Kemerahaan
Fungsiol laesa

Kalor

Hilangnya fungsi

Panas

Nyeri

Tumor

Dolor

Bengkak

RUBOR KALOR
TUMOR

Jaringan yang mengalami radang akut tampak berwarna merah, seperti pada kulit terkena sengatan matahari, selulitas karena infeksi bakteri atau konjungtivitas akut Warna kemerahan ini akibat adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami kerusakan

Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh meningkatnya aliran darah melalui daerah tersebut mengakibatkan sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan daerah yang hangat pada daerah tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi, proses radang juga ikut meningkatkan temperatur lokal

Pembengkakan sebagai hasil adanya edema merupakan suatu akumulasi cairan dalam rongga ekstra vaskuler yang merupakan bagian dan cairan eksudat dan Dalam jumlah sedikit kelompok sel radang yang masuk dalam daerah tersebut

DOLOR

Pada radang akut rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang dikenal baik oleh penderita rasa sakit sebagian disebabkan oleh regangan atau distorsi jaringan akibat edema dan terutama karena adanya tekanan di dalam rongga abses. Beberapa mediator kimiawi pada radang akut termasuk, prostaglandin, dan serotonin diketahui juga menyebabkan rasa sakit

FUNGSIO LAESA

Hilangnya fungsi yang diketahui merupakan konsekwensi dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik dilakukan secara langsung ataupun reflek akan mengalami hambatan rasa sakit. Pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan kurangnya gerak jaringan

MEKANISME INFLAMASI

stimulus yang akan mengakibat kan kerusakan sel

melepaskan beberapa fosfolipid yang diantaranya adalah asam arakidonat

diaktifkan oleh beberapa enzim, diantaranya siklooksigenase dan lipooksigenase

Merubah asam arakidonat ke dalam bentuk yang tidak stabil (hidroperoksid dan endoperoksid)

selanjutnyadime tabolisme menjadi leukotrin,prosta glandin, prostasiklin, dan tromboksan. Bagian prostaglandin dannleukotrin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan

METODE UJI ANTI INFLAMASI


Metode Pembentukan Edema Buatan
Salah satu teknik yang paling umum digunakan berdasarkan kemampuan agen tersebut untuk menghambat produksi edema di kaki belakang tikus setelah injeksi agen radang yang kemudian diukur volume radang. Volume edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang diuji. Beberapa iritan yang dipakai sebagai penginduksi edema antara lain formalin, kaolin, ragi, dan dekstran. Iritan yang umum digunakan dan memiliki kepekaanyang tinggi adalah karagen

Metode Pembentukan Eritema


Metode ini berdasarkan pengamatan secara visual terhadap eritema pada kulit hewan yang telah dicukur bulunya. Marmot secara kimiawi dihilangkan bulunya dengan suspense barium sulfat, 20 menit kemudian dibersihkan dengan air hangat. Hari esoknya senyawa uji disuspensikan dan setengah dosisnya diberikan 30 menit sebelum pemaparan UV. Setengahnya lagi setelah 2 menit berjalan pemaparan UV. Eritema dibentuk akibat iritasi sinar UV berjarak 20 cm diatas marmot. Eritema dinilai 2 dan 4 jam setelah pemaparan

METODE UJI ANTI INFLAMASI


Metode Iritasi dengan Panas
Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema yang terbentuk setelah diiritasi dengan panas

Metode Pembentukan Kantong Granuloma


Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk di dalam kantong granuloma Respon yang terjadi berupa gejala iritasi, migrasi leukosit dan makrofag ke tempat radang yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan timbul granuloma

METODE UJI ANTI INFLAMASI


Metode Iritasi Pleura
Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk karena iritasi dengan induktor radang. Adanya aktivitas obat yang diuji ditandai dengan berkurangnya volume eksudat.

Metode Induksi Oxazolon Edema Telinga Mencit.


Pada percobaan ini telinga tikus diinduksi 0.01 ml 2% larutan oxazolon ke dalam telinga kanan. Inflamasi terjadi dalam 24 jam. Kemudian hewan dikorbankan dibawah anastesi lalu dibuat preparat dengan 8 mm dan perbedaan berat preparat menjadi indikator inflamasi udem

TANAMAN BERKHASIAT ANTIINFLAMASI

Centella asiatica (L.) Urban

Centella asiatica (L.) Urban


Sinonim

Centella coriacea Nannfd., Hydrocotyle asiatica L., H. lunata Lamk., H. Lurida Hance., Trisanthus cochichinensis Lour.(Hargono, dkk 1999)
Klasifikasi Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracehobionta Superdivision: Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Rosidae Order : Apiales Family : Apiaceae Genus : Centella L Species : Centella asiatica (L.) Urb.

Centella asiatica (L.) Urban


Nama Daerah Sumatera: Pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, pugago (Minangkabau); Jawa: Cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, gangganan, kerok batok, pantegowang, panigowang, rendeng, calingan rambut, pacul gowang (Jawa), gan-gagan (Madura); Sulawesi: Pagaga, wisu-wisu (Makasar), cipubalawo (Bugis); hisu-hisu (Salayar); Nusatenggara: Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo); Maluku: Sarowati (Halmahera), koloditi manora (Ternate); Papua: Dogauke, gogauke, sandanan. Nama Asing Inggris: Gotu kola, asiatic pennywort, indian pennywort; Brunei: Pegaga. Filipina: Takip-kohol, tapingan-daga, hahang-halo; Singapura: Pegaga; Myanmar: Minkuabin; Kamboja: Tranchiek-kranh; Laos: Phak nok; Thailand: Bua bok, pa-naekhaa-doh, phak waen; Vietnam: Rau m[as], t[is]ch tuy[ees]t, th[ar]o. (Hargono dkk, 1999)

Centella asiatica (L.) Urban


Deskripsi Tanaman dan Simplisia Tanaman: Tumbuhan berhabitus terna menahun, batang menjalar, memiliki umbi pendek, percabangan dengan geragih (stolon) merayap, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset akar, terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak berambut, panjang tangkai daun 1-50 mm, helai daun berbentuk ginjal, ukuran panjang 1-7 cm, lebar 1,5-9 cm, tepi daun beringgit sampai bergigi tidak tajam, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa bunga majemuk payung tunggal atau 2-5 payung bersama, payung tunggal tersusun atas 3 bunga, ukuran 3-4 mm, panjang ibu tangkai bunga 5-50 mm, mulamula tegak kemudian mengangguk, daun pelindung 2-3 helai, tangkai bunga sangat pendek. Daun mahkota ungu sampai kemerahan dengan pangkal hijau muda, panjang 11,5 mm, lebar hingga 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecokelatan, berdinding agak tebal. Simplisia: Daun tunggal, berkeriput, rapuh, tersusun dalam roset dengan pangkal tangkai melebar, helai daun berbentuk ginjal, lebar, atau berbentuk bulat, berwarna hijau sampai hijau keabu-abuan, umumnya dengan 7 tulang daun yang menjari, pangkal helaian daun berlekuk, ujung daun membulat, tepi daun beringgit, pangkal daun bergigi, kedua permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan bawah agak berambut, stolon dan tangkai daun berwarna cokelat keabu-abuan, berambut halus. Berbau lemah, aromatis, mula-mula tidak berasa, lama kelamaan agak pahit.

Centella asiatica (L.) Urban


Habitat Tumbuh baik di Indonesia terutama di daerah beriklim tropis baik di dataran rendah sampai ketinggian 2500 m dpl. Tumbuh di tempat yang terbuka atau sedikit ternaung, pada tanah yang lembab dan subur seperti pematang sawah, padang rumput, tepi parit dan di tepi jalan. Kandungan Kimia Triterpenoid: asam asiatat dan asam madekasat (komponen utama), asam terminolat; glikosida turunan triterpen ester (pseudosaponin): asiatikosida (Asiatikosida A dan B), madekasosida, indosentelosida, brahmosida, brahminosida, tankunisida, isotankunisida; steroid: stigmasterol; flavonoid: kuersetin, kaempferol.

Centella asiatica (L.) Urban


Efek Farmakologi Madekasosida (dosis 10; 20; 40 mg/kgBB) diberikan pada mencit p.o setiap hari selama 20 hari sejak pemberian antigen. Secara histopatologi menunjukkan bahwa madekasosida berinfiltrasi terhadap sel terinflamasi dan hiperplasia synovial dengan melakukan perlindungan dari kerusakan. Selain itu, madekasosida mereduksi tingkat serum anti CII IgG, menekan hipersensitivitas terhadap serangan CII pada telinga, dan juga menekan stimulasi proliferasi CII pada limfosit dari nodus limpa popliteal pada Colagen Induced Arthtritis (CIA) mencit. Hal ini menunjukkan bahwa madekasosida mencegah CIA pada mencit sehingga dapat digunakan pada arthritis rheumatoid. Mekanisme aksi yang terjadi kemungkinan adalah dengan regulasi imunitas humoral abnormal dan imunitas selular yaitu dengan perlindungan terhadap kerusakan yang terjadi (Liu et.al, 2008)

Telah dilakukan uji aktivitas antiinflamasi ekstrak air herba Centella asiatiaca L.Urb (2 dan 4 mg/kgbb) memiliki aktivitas antiinflmasi. Uji aktivitas antiinflamasi dilakukakan pada tikus galur SpragueDawley (berat 200-250 g) yang dinduksi edema dengan prostagglandin E-2 ( 100 IU) secara intraplantar pada telapak kaki, dengan kontrol positif asam mefenamat 10 mg/kgbb yang diberikan sebelum induksi PGE2. Aktivitas antiiinflamasi diamati setiap 0,5 sampai 4 jam setelah pemberian kontrol postif dan pemberian ekstrak pegagan (2 dan 4 mg/kg bb, i.p) yang diikuti dengan induksi PGE2 intraplantar. Hasil menunjukkan ekstrak air herba pegagan memiliki aktivitas antiinflamasi yang tergantung dosis.)

Pada dosis 2 mg/kg bb, ekstrak memiliki potensi antiinflamasi ringan. Namun pada dosis 4 dan 10 mg/kg bb, ekstrak memiliki aktivitas antiinflamasi secara signifikan berbeda dengan kontrol postifif asam mefenamat (P<0,05), dimana dosis ekstrak 4 mg/kg bb memiliki aktivitas yang setara dengan asam mefenamat, dan dosis 10 mg/kg bb menunjukkan secara signifikan lebih besar dengan asam mefenamat.Aktivitas antiinflamasi ini berkaitan erat dengan tingginya kandungan trirterpen dalam ektrak pegagan (Somchit et.al, 2004

Centella asiatica (L.) Urban


Kontraindikasi Alergi terhadap tanaman ini (Suku Apiaceae). Tidak digunakan pada wanita hamil, anak-anak, dan hindari penggunaan berlebihan pada wanita yang menyusui. Peringatan Hati-hati penggunaan pada penderita diabetes dan hiperlipidemia, karena dilaporkan herba pegagan dapat meningkatkan gula dan lemak darah. Efek yang Tidak Diinginkan Kemungkinan terjadi reaksi alergi kulit pada penggunaan secara topikal untuk beberapa individu. Penggunaan ekstrak pegagan dosis sangat besar memberikan efek sedatif, hal ini kemungkinan adanya senyawa kimia glikosida saponin, brahmosida dan brahminosida.Pegagan dapat meningkatkan kadar gula darah dan kolesterol

Centella asiatica (L.) Urban


Interaksi Obat Pegagan tidak dapat diberikan bersama-sama dengan obat antidiabetes atau antihiperlipidemia karena dapat menurunkan efektifitas kedua obat tersebut.Penggunaan bersamaan dengan obat obat dan herbal penekan SSP dapat meningktakan efek sedasi. Hati-hati pada penggunaan bersama obat antiplatelet seperti aspirin karena memiliki aktivitas anti agregasi platelet. Dilaporkan memiliki interaksi dengan efedrin, teofilin, atropin dan kodein. Toksisitas Pegagan sampai dosis 350 mg/kgBB tidak menunjukkan efek toksik, tetapi pada penggunaan berulang bersifat karsinogenik pada kulit tikus.Uji toksisitas akut pegagan menunjukkan LD50 > 5 g/kgBB pada tikus dan tidak muncul manifestasi toksik apapun selama 14 hari pengamatan. Penyiapan dan Dosis Herba pegagan kering 0,6 g ataupun seduhannya diberikan sehari tiga kali sebanyak 1 gelas

Morinda citrifolia L.

Morinda citrifolia L.
Sinonim Morinda bracteata Roxb., Morinda litoralis Blanco. Klasifikasi Kingdom Subkingdom Superdivision Division Class Subclass Order Family Genus Species

: Plantae : Tracehobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae : Morinda L : Morinda citrifolia L.

Morinda citrifolia L.
Nama Daerah Sumatera : Eadu, earu (Enggano), keumudee (Aceh), lengkudu (Gayo), bangkudu (Alas), bengkudu, bangkudu, bakudu, pamarai (Batak), makudu (Nias), mangkudu, neteu (Mentawai), mengkudu (Melayu), bingkudu (Minang), mekudu (Lampung); Jawa : Cangkudu, kudu, pace kudu (Sunda); kemudu, kudu, pace (Jawa); kodhuk (Madura); Kalimantan : Mangkudu, wangkudu, labanau, rewonong (Dayak); Nusatenggara : tibah, wungkudu, ai komdo, manakudu, bakulu; Bali: Tibah, wangkudu. Nama Asing Inggris : Noni, indian mulberry.

Morinda citrifolia L.
Deskripsi
Tanaman: Tumbuhan berhabitus semak atau perdu, berbunga sepanjang tahun, tinggi sampai 8 m, batang berwarna keabu-abuan atau kuning kecoklatan, terdapat retakan yang dangkal dan bergelombang, memiliki ranting yang bersegi empat. Helaian daun tunggal, letak berhadapan,berbentuk elips sampai lanset dengan panjang 10-30 cm dan lebar 5- 17 cm. Tangkai helaian daun memiliki panjang 0,52,5 cm, daun penumpu tipe interpetiolaris dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, kebanyakan berbentuk segitiga. Bunga tersusun dalam karangan bunga majemuk bongkol, panjang ibu tangkai bunga 1-4 cm. Bunga berkelamin ganda (hermafroditus). Perhiasan bunga tanpa daun-daun kelopak bunga, kelopak mereduksi menjadi rambut-rambut (papus) yang terletak pada pangkal sebelah dalam tabung mahkota bunga; mahkota bunga berbentuk tabung, memiliki panjang sampai 1,5 cm dan berwarna hijau, putih atau hijau keputihan; benang sari 5 buah,berlekatan dengan mahkota bunga; kepala putik bercabang 2. Buah sinkarp, berbentuk piramid atau segitiga, permukaan tidak beraturan, setiap sinkarp buah terdiri atas buah drupa yang berbiji dua, dengan ukuran 3-10 cm x 2-3 cm, berwarna putih kekuningan. Biji berwarna hitam dengan albumen keras dan ruang udara terpisah.

Morinda citrifolia L.
Deskripsi Simplisia: Buah mengkudu masak, berbau khas aromatis dan rasanya sedikitpahit. Buah bongkol (kepala) bersifat apokarp, berbenjol-benjol tidak teratur, jika masak berdaging dan berair, berwarna kuning kotor atau putih kuning, panjang 5-10 cm, intinya keras seperti tulang, coklat merah, berbentuk kerucut, tangkai buah 3-5 cm. Pada irisan melintang tampak ruang-ruang ovarium atau sisa biji. (Backer CA & Bakhuizen van den Brink, 1965) .

Habitat Tumbuh pada tanah yang berkapur tanpa tergantung keadaan tanah, dan dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 1000 m dpl, banyak ditanam di kebun kopi sebagai pohon pelindung atau di kebun lada sebagai pohon tempat merambat.

Kandungan Kimia
Kandungan Kimia Flavonoid: Rutin, kuersetin; kumarin: skopoletin dan isoskopoletin; Triterpenoid: Asam ursolat, Alkaloid; Seronin; Antrakuinon: 1,5,15tri- O-metil morindol, 5,15-di-O-metil morindol, antragalol 2-metil eter, damnakantol-3-O-D-primeverosida, lusidin 3-O--Dprimeverosida dan morindon-6-O--D-primeverosida; senyawa sakarida ester asam lemak: 2-O-( -D-glukopiranosil)-1-O-heksanoil--Dglukopiranosa, 2- O-(-D-glukopiranosil)-1-O-oktanoil- -Dglukopiranosa, 6-O-(-Dglukopiranosil)- 1-O-heksanoil- -Dglukopiranosa, 3-metilbut-3-enil- -D-glukopiranosa; Iridoid: Asam deasetilasperulosid, asam asperulosid;Lignin:(+)-3,4,3,4tetrahidroksi-9,7R-epoksilignano-7R,9lakton dan (+)-3,3bisdemetiltanegool. ( Yu H, et.al 2004; Akihisa et.al 2007; Kamiya et.al, 2008)

Efek Farmakologi
Efek Farmakologi

Buah mengkudu mempunyai aktivitas antiinflamasi yang ditunjukkan oleh senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu skopoletin, kuersetin dan asam ursolat, menggunakan mencit yang dibuat udem. Asam ursolat telah banyak dilaporkan mempunyai efek antiinflamasi. Skopolotin menghambat produksi mieloperoksidase dan PGE-2 yang merupakan mediator terjadinya inflamasi, sedangkan kuersetin mempunyai efek menekan produksi IL-6. Kedua senyawa ini juga menghambat produksi IL-1. Beberapa senyawa turunan sakarida ester asam lemak dan senyawa antrakinon dari buah mengkudu juga dilaporkan menghambat inflamasi (1g/telinga) pada mencit yang diinduksi dengan senyawa 12-Otetradekanoilporbol-13-asetat (TPA), IC50 dari senyawasenyawa tersebut berkisar antara 0,46-0,79 mg/telinga. (Akihisa et.al 2007) Senyawa lignan dan beberapa senyawa lainnya dari buah mengkudu mempunyai aktivitas menghambat enzim 5 dan 15-lipooksigenase dengan IC50 berkisar antara 0,43-16,5 M. Enzim tersebut merupakan penyebab terjadinya inflamasi (Deng et.al 2007). Aktivitas penghambatan enzim COX- 2 serbuk buah mengkudu memberikan nilai IC50 163 g/mL, dibanding aspirin 241g/mL. (Li et.al, 2003)

Indikasi Membantu mengurangi bengkak. Kontraindikasi Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui, anakanak serta penderita hiperkalemia atau hipersensitivitas terhadap tanaman mengkudu (Roth, 2010) Peringatan Hati-hati terhadap penderita tukak lambung atau penyakit maag karena berasa asam; penderita yang menggunakan obat antidiabetes karena kemungkinan terjadi efek hipoglikemia dan hipotensi, karena buah mengkudu dapat menurunkan kadar glukosa serta kalium. Mengkudu juga dapat mempengaruhi tes urin karena dapat merubah warna urin menjadi merah muda sampai merah kecoklatan (Roth, 2010).

Efek yang Tidak Diinginkan Sedasi, mual, muntah, reaksi hipersensitivitas serta hiperkalemia (Roth, 2010). Interaksi Obat Jus buah mengkudu berinteraksi dengan obat-obat ACE inhibitors, reseptor antagonis angiotensin II serta diuretika hemat kalium, sehingga dapat menyebabkan resiko hiperkalemia. Buah mengkudu juga dapat mengurangi efek obat-obat imunosupresan (Roth, 2010). Ekstrak jus buah mengkudu dapat mempengaruhi metabolisme aminopirin oleh CYP3A secara in vitro dalam hepatosit tikus normal (Chin , et al 2009)

Toksisitas NOAEL (No Observed Adverse Effect Level): efek samping tidak teramati pada dosis sampai 6,86 g/kg BB (sebanding dengan 90 mL/ kgBB jus buah mengkudu) pada percobaan menggunakan tikus galur Sprague Dawley. Pada pemberian jus buah mengkudu dosis sampai 750 mL jus/orang/hari terhadap 96 relawan sehat selama 28 hari dinyatakan aman terhadap parameter biokimia darah, urin dan tandatanda vital. (West et.al, 2009) Penyiapan dan Dosis Jus segar buah mengkudu 30-180 mL, diminum setiap hari, setengah jam sebelum makan atau satu jam setelah makan. Secara tradisional: Perasan 300 g buah mengkudu diminum dua kali sehari.

Anda mungkin juga menyukai