Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL REVIEW

MK.Perkembangan
Peserta Didik

Skor Nilai:

Permainan Tradisional Sebagai Model Permainan Edukatif Untuk


Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anal Usia Dini

NAMA MAHASISWA : Mychell Yeshkiel Tora T.


NIM 3193311026
DOSEN PENGAMPU : Dra.Erlinda Simanungkalit ,M.Pd
MATA KULIAH : Perkembangan Peserta Didik
KELAS : REGULER B/2019

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa karena berkah dan
karunianya saya berhasil menyelesaikan Critical Jurnal Review yang berjudul
Permainan Tradisional Sebagai Model Permainan Edukatif Untuk
Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anal Usia Dini ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Penulis ini juga berterima kasih kepada Ibu Dra.Erlinda


Simanungkalit,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang senantiasa mampu membimbing dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah ini

Penulis sadar bahwa Critical Jurnal Review sangat jauh dari kata sempurna
Oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaiakan Critical
Jurnal Review ini ,Penulis berharap Critical Jurnal Review ini berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.

Medan,September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
1.1 RASIONALISASI PENULISAN..........................................................4
1.2 TUJUAN PENULISAN.........................................................................4
1.3 MANFAT PENULISAN.......................................................................4
1.4 IDENTITAS JURNAL..........................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL...............................................................6
2.1.JURNAL UTAMA................................................................................6
2.2 JURNAL PEBANDING........................................................................10
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS JURNAL...........................................15
3.1.KOMENTAR ISI JURNAL.................................................................15
3.2 KOMENTAR JURNAL PEBANDING...............................................15
3.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL................................16
BAB IV PENUTUP........................................................................................17
4.1 KESIMPULAN..................................................................................17
4.2.SARAN..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Penulisan


Critical Jurnal Review merupakan tugas yang penting bagi mahasiswa karena dapat
menambah keahlian bagi mahasiswa dalam mereview jurnal serta menambah wawasan
mahasiswa dalam kajian mata kuliah bukan saja materi penelitian dan observasi dari
jurnal memberikan secara langsung implementasi dari mata kuliah yang disajikan
sehingga penulis beraangapan bahwa dengan alasan seperti yang dikemukakan penulis
membuktikan bahwasanya CJR merupakan tugas penting bagi mahasiswa
1.2 Tujuan Penulisan
 Untuk meningkatkan keahlian bagi penulis selaku periview jurnal
 Untuk menguatkan isi jurnal yang di review penuis dalam menyimpulkan isi
jurnal secara mudah dipahami
 Untuk memberikan kemudahan bagi pembaca dalam mempeljari cara mereview
jurnal

1.3 Manfaat Penulisan


 Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis selaku pereview dan juga
pembaca
 Memberikan refernsi bagi pembaca dalam membaca dan memahami jurnal
 Memberi kemudahan bagi pembaca dalam memahami isi jurnal secara sederhana
dari pembahasan yang di buat penulian review

1.4 INDENTITAS ARTIKEL DAN JURNAL


Judul Artikel : Permainan Tradisional Sebagai Model Permainan Edukatif
Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anal Usia
Dini
Nama Jurnal ` : Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini
Edisi Terbit : Vol 2 No1 2019
Pengarang Artikel : Yusria,Khalid Musyaddad
Penerbit : Univeristas Islam Negeri Sultan Thaha Saifudin Jambi
Kota Terbit : Jambi
ISSN : 2622-5182

4
Alamat Situs : http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-athfaal

INDENTITAS ARTIKEL DAN JURNAL PEBANDING

Judul Artikel : Upayah Mendidik Anak Melalui Permainan Edukatuf


Nama Jurnal ` : Forum Tarbiyah
Edisi Terbit : Vol 7 No2,Desember 2009
Pengarang Artikel : Abdul Khobir
Penerbit : IAIN Pekalongan
Kota Terbit : Pekalongan
ISSN : 1829-5525
Alamat Situs :http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/forumtarbiyah/article/view/
262%E2%80%8B

5
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Jurnal Utama

A. Pendahuluan

Pendidikan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan suatu bangsa,salah


satu yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan perkembangan pendidikan, karena semakin
tinggi kualitas pendidikan suatu Negara, maka kualitas SDM Negara tersebut semakin tinggi.
Karena kualitas SDM yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan didefinisikan sebagai tugas yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan
individu tertentu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagian dan keberhasilan
pelaksanaan tugas selanjutnya kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidak bahagiaan,
ketidak setujuan masyarakat, dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas lainnya kelak.

Ketika anak sedang bermain, interaksi sosial terjalin dapat menguntungkan


kemampuan literasi sehingga pertumbuhan fisik pun menjadi maksimal. Waktu bermain yang
lebih lama mendorong anak untuk terlibat dalam bentuk bermain kognitif dan sosial yang
lebih tinggi, karena dengan alokasi waktu yang panjang, anak berkemungkinan mengajak
anak-anak lain dan bernegosiasi untuk bermain sosiodrama. Managemen waktu yang seperti
ini dapat meningkatkan secara umum bermain kelompok tersebut yang mengharuskan para
pemain terlibat dalam komunikasi verbal yang ekstensif dan intensif

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan


atau dalam bahasa inggris disebuat dengan Research and Development (R&D).
Metode ini dipilih karena sasaran dan tujuan akhir penelitian ini bertujuan untuk
menemukan dan mengembangkan model penelitian tradisional menjadi model
permainan tradisonal edukatif untuk dapat digunakan sebagai alternatif metode
pembelajaran.langkah model pengembangan mencakup 9 langkah dari 10
langkah yang ada sebagaimana telah

6
diuraikan oleh Borg and Gall, yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan,
(3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) perbaikan awal, (6) uji coba lapangan,
(7) perbaikan operasional, (8) evaluasi terhadap produk melalui validitas pakar, (9)
perbaikan.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil survei peneliti, dari ketiga RA dua diantaranya yaitu RA Ibnu Sina
dan Nurul Islam telah menerapkan permainan tradisional seperti lompat tali, kelereng, petak
umpeet, namun untuk permainan tradisional tersebut hanya sekedar dimainkan. Hasil
wawancara peneliti dengan guru, para guru belum mengetahui nilai dan makna apa yang
dapat diperoleh dari permainan tersebut. Seperti permainan congklak dan ular naga tidak
pernah dimainkan di sekolah, namun anak-anak mengenal permainan tersebut dan sebagian
dari mereka pernah memainkannya di lingkungan tempat tinggal mereka. Berdasarkan
pengamatan terhadap anak-anak diketahui banyak aspek social emosional anak yang menjadi
perhatian. guru hanya memperhatikan aspek akademik kognitif, mereka mengabaikan aspek
sosial emosional pada anak.

2.Perencanaan

Melalui permainan tradisional yang diterapkan perkembangan yang dapat


dikembangkan yaitu perkembangan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial emosional. Prinsip
pembelajaran anak usi dini holistik, integratif dan menyenangkan dapat diterapkan
menggunakan metode belajar sambil bermain dengan model permainan congklak dan ular
naga sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

3. Pengembangan produk

Model permainan congklak untuk anak usia 5-6 tahun, langkah-langkah yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut: (1) menyiapkan papan media congklak yang terdiri dari 14
ubang dan ditambah dengan 2 lubang penyimpanan yang tersedia di ujung kanan dan ujung
kri, (2) biji congklak sebagai media untuk bermain berjumlah 98 buah, (3) permainan
congklak terdiri dari 2 orang pemain, (4) pemain memasukkan biji-biji congklak ke dalam
lubang masing-masing, setiap lubang terdiri dari 7 biji congklak, (5) sebelum permainan
dimulai kedua pemain melakukan suit untuk menentukan siapa yang bermain lebih dulu, (6)
pemain yang menang suit maka ia bermain lebih dulu, (7) pemain yang sedang bermain harus

7
mengisi seluruh seluruh lubang dengan biji congkalk satu per satu dengan jumlah yang
sama secara

8
berurutan sesuai dengan arah jarum jam, (8) lubang penyimpanan hanya diisi oleh pemain
bersangkutan yang sedang bermain, (9) pemain yang sedang bermain akan berakhir bermain
jika biji congklak terakhir dimasukkan ke dalam lubang yang kosong, (10) permainan akan
berakhir jika seluruh biji telah dimasukkan ke dalam lubang penyimpanan, (11) kedua
pemain menghitung jumlah biji congklak yang terdapat pada lubang penyimpanan masing
masing, (12) salah satu pemain dinyatakan sebagai pemenang apabila biji congklaknya lebih
banyak dibandingkan dengan lawan main.

4. Uji Coba Awal

Uji coba awal model permainan congklak dilakukan pada tanggal 23, 24, dan 32
Maret dan 6 April 2018 di RA Ibnu Sina di Kelurahan Ulu Gedong Kecamatan Olak Kemang
Jambi Kota Seberang. Subjek uji coba yaitu kelompok belajar anak usia 5-6 tahun yang
berjumlah 10 anak. Pada awal model permainan menggunakan 2 model permainan yaitu
congklak dan ular naga.

Namun nampaknya anak kurang berminat dan kurang mendapatkan respon bermain
ular naga. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti bertujuan pada uji coba selanjutnya
peneliti tidak lagi menggunakan permainan ular naga .Karena Setelah diamati penyebab
kurang minat anak untuk bermain ular naga yaitu permainan ular naga tidak menggunakan
media permainan lain kecuali diri anak itu sendiri.

5. Perbaikan Awal

Berdasarkan hasil pengamatan selama uji coba awal, maka selanjutnya peneliti
melakukan revisi terhadap model permainan, yang mana permainan hanya difokuskan pada
satu permainan yaitu permainan congklak saja. Revisi juga dilakukan khusus pada peraturan
permainan yaitu pijakan saat bermain dan.kebebasan dalam memilih pasangan teman untuk
bermain.

6.Uji Coba Lapangan

Pada uji coba lapangan adalah uji coba lebih luas, model permainan dilakkukan di
RA Nurul Islam Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Danau Teluk Jambi Kota Seberang
dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 10 anak. Berdasarkan hasil pengamatan proses
pembelajaran di RA Nurul Islam untuk menggunakan metode permainan dan alat permainan
untuk mengembangkan aspek perkembangan anak. Melalui bermain dan alat permainan guru
dapat mengenalkan konsep-konsep, seperti konsep mengenalkan warna, konsep jumlah,

9
konsep bentuk dan bahkan memberi pemahaman tentang konsep kerjasama, berbicara dan
memahami peraturan melalui bermain, terutama mengembangkan permainan tradisional.

7. Validasi Model Permainan dan Instrumen

Validasi model permainan dilakukan baik terhadap prosedur pelaksanaan dan


kegunannya maupun instrumen yang digunakan. Dari hasil temuan selama uji coba dan
berdasarkan hasil validasi ahli dinyatakan bahwa model permainan tradisional dapat
dijadikan sebagai model permainan dalam pembelajaran anak usia dini yang dapat diterapkan
sebagai model permainan area, dapat dimasukkan pada area sudut atau area bangunan,
terutama model pembelajaran kelompok sesuai untuk menerapkan model permainan
tradisional congklal ini.

8. Uji Efektifitas Model Permainan

Uji efektifitas model permainan congklak dilakukan di RA Al-Jauharen Kelurahan


Johor Kecamatan Pelayangan Jambi Kota Seberang. Melalui pengalaman interaksional, anak
belajar untuk mengendalikan diri, belajar memahami diri sendiri dan orang lain, juga
lingkungan lain yang berbeda dengan dirinya. Sehingga anak tidak memaksa keinginanya
kepada teman sebaya dan orang lain. Di samping itu juga dengan permainan tradisional anak
belajar untuk bertanggung jawab menyelesaikan permainan dan belajar mengembalikan
permainan dan merapikannya. Dan juga mengajarkan anak untuk sportif dalam permainan
yaitu belajar menerima keunggulan teman dan belajar menerima kekalahan dirinya apabila
kalah dalam permainan.

1
2.2 Jurnal Pebanding

A. Pendahuluan

Permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa
didesak oleh rasa tanggung jawab. Permainan tidak memiliki tujuan tertentu. Tujuan
permainan terletak pada permainan itu sendiri dan dicapai pada waktu bermain. Bermain
tidak sama dengan bekerja. Bekerja mempunyai tujuan yang lebih lanjut, tujuannya tercapai
setelah pekerjaan itu selesai. Anak-anak suka bermain karena di dalam diri mereka terdapat
dorongan batin dan dorongan mengembangkan diri.

Permainan juga merupakan salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada masa
awal anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah untuk
bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dengan aktivitas lainnya. Karena itu,
permainan bagi anakanak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan
semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh suatu hasil dari
aktivitas tersebut. Hal ini disebabkan karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih
menarik daripada hasil yang akan didapatkannya

B. Uregensi Bermain Bagi Anak

Adapun manfaat bermain bagi anak adalah sebagai berikut:

a. Bermain yang melibatkan fisik seperti berlari, meloncat dan menendang bermanfaat untuk
menmguatkan dan menterampilkan anggota badan anak.

b. Bermain yang melibatkan indra atau pikiran seperti menggunakan alatalat bermain yang
mengeluarkan perasaan seperti menggambar dan bermain musik atau mendengarkan aba-aba
memberikan peluang pada anak untuk belajar tentang pengertian baru, sifat-sifat dan bentuk
barang tertentu

c. Bermain balok-balok mainan, membentuk lilin atau tanah liat, menggambar dan
sebagainya, dapat mendorong kreativitas anak.

d. Bermain dapat membantu mengembangkan kepribadian seperti bertanggung jawab,


bekerjasama, mematuhi peraturan dan sebagainya.

e. Bermain dapat membantu anak mengenal dirinya, baik yang berkaitan dengan kelemahan
dan kekurangannya, maupun kelebihannya, misalnya dengan bermain seorang anak akan

1
mengetahui dirinya ternyata lebih mampu berlari dengan cepat dibanding dengan teman-
temannya atau lebih mampu menggambar lebih baik.

f. Bermain dapat digunakan sebagai penyalur keinginan dan kebutuhan anak yang tidak
terpenuhi, misalnya keinginan untuk berlaku seperti orang tuanya dengan bermain peran
orang tua, bermain sebagai sopir mobilmobilan dan sebagainya.

g. Bermain bersama anggota keluarga dapat mengakrabkan hubungan antara anak dengan
anggota keluarga lain

Dengan demikian bermain bukanlah hal sia-sia karena selama bermain sebenarnya anak juga
melakukan proses belajar. Sehingga perlu kita sadari dunia anak adalah dunia bermain dan
anak berkembang dengan cara bermain. Oleh karena itu sudah seharusnya kita tidak
merampas waktu bermain dari kehidupan mereka. Secara garis besar, permainan memiliki
urgensi yang bersifat kognitif, sosial dan emosional. Urgensi kognitif, permainan dapat
membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan, anak menjelajahi
lingkungannya, mempelajari objekobjek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah
yang dihadapinya. Menurut Piaget (1962) struktur-struktur kognitif anak perlu dilatih, dan
permainan merupakan setting yang sempurna bagi pelatihan kognitif anak. Melalui
permainan memungkinkan anak mengembangkan kompetensikompetensi dan keterampilan-
keterampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan.

C. Bentuk-bentuk Permainan Edukatif Bagi Anak

Bila kita mengamati anak-anak yang sedang bermain, maka kegiatan bermain dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Bermain banyak gerak (aktif) Bermain banyak gerak memiliki ciri banyak gerak,
seperti; lari, lompat, menendang, dan lain-lain.
2. Bermain dengan sedikit gerak (pasif) Bermain dengan sedikit gerak memiliki ciri
tidak banyak menggunakan tenaga yang berlebihan, suasana bermain lebih tenang dan
santai. Misalnya bermain bekel, papan bongkar pasang, kartu kategori, melihat-lihat
buku gambar, membaca, mendengarkan musik dan lain-lain.

Selain itu jenis alat permainan edukatif dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Alat Permainan Tradisional Dalam permainan edukatif ini anak disuguhi bahan
mentah yang harus ia upayakan sendiri agar menjadi sesuatu yang berbentuk.
Mislannya balok

1
bangunan, papan pasak dan sebaginya. Berbagai jenis yang lain adalah merupakan
“Team Work” yang pengerjaannya secara kelompok, sehingga melatih anak
bersosialisasi secara langsung dengan lingkungan, seperti permainan kelereng Alat
permainan edukatif tradisional ini cenderung memiliki banyak manfaat, selain
sederhana dalam desain, serba guna, aman, tahan lama dan merangsang atau
menstimulasi otak anak, permainan edukatif dengan menggunakan alat tradisional ini
lebih murah dan tidak menjadikan anak anti sosial, karena pada umumnya permainan
dengan alat-alat ini melibatkan dua anak atau lebih.
2. Alat Permainan eloktronik atau modern
Berbagai model alat permainan ini seperti; video game, computer, nitendo,
maupun tamiya merupakan alat permainan edukatif yang sangat menarik. Anakanak
usia dini sudah banyak yang dapat mengoperasikannya hanya dengan memencet
tombol-tombol game, maupun remot kontrol yang melengkapi alat permainan ini.

Dari segi perilaku sosial, ditemukan 6 kategori permainan anak-anak, yaitu:

1. Permainan Unoccupied. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak
terkontrol.

2. Permainan Solitary. Anak dalam sebuah kelompok asyik bermain sendirisendiri dengan
bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain dan
tidak peduli terhadap apa pun yang sedang terjadi.

3. Permaian Onlooker. Anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain. Anak ikut
berbicara dengan anak-anak lain dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi ia tidak ikut
terlibat dalam aktivitas permainan tersebut

4. Permainan Parallel. Anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak
terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat permainan.

5. Permainan Assosiative. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi
permaianan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan
pembagian alat-alat permainan.

6. Permainan Cooperative. Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan


kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata, di mana setiap anak
mempunyai peranan sendiri-sendiri.

1
D. Syarat-syarat dalam Memilih Alat Permainan Edukatif

Demikian perlu diperhatikan bahwa dalam memilih permainan edukatif orang tua perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Usia dan minat anak. Agar bermain benar-benar berfungsi sebagai bagian yang sangat
penting bagi tumbuh kembang anak, jadi tidak justru menghambat tumbuh kembang mereka.
2. Keamanan dari permainan tersebut (tidak tajam, tidak ada bagian-bagian yang dapat
melukai anak dan tidak mengandung zat yang berbahaya).

3. Pentingnya keterlibatan orang tua atau anggota keluarga dalam proses bermain, agar dapat
melindungi mereka dari hal-hal yang dapat merugikan tumbuh kembang mereka atau dari
hal- hal yang mematikan kreativitas atau minat anak terhadap lingkungan.

4. Tidak selalu permainan yang mahal lebih edukatif dari permainan yang sederhana

5. Mudah dibongkar pasang. Alat permainan yang mudah dibongkar pasang, dapat diperbaiki
sendiri, lebih ideal daripada mobil-mobilan yang dapat bergerak sendiri. Alat-alat permainan
yang dijual di toko-toko lebih banyak menjadi bahan tontonan daripada berfungsi sebagai alat
permainan. Anak-anak tidak tertarik oleh bagus dan sempurnanya alatalat permainan yang
diproduksi di pabrik tersebut.

6. Dapat mengembangkan daya fantasi. Alat permainan yang sifatnya mudah dibentuk dan
diubah-ubah sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasi, yang memberikan kepada
anak kesempatan untuk mencoba dan melatih daya-daya fantasinya. Sesuai dengan ajaran
pendidikan modern, alat-alat yang dapat menunjang perkembangan fantasi itu misalnya bak
pasir, tanah liat, kertas dan gunting. Jumlah alat-alat itu masih dapat ditambah lagi dengan
kapur berwarna, papan tulis dan sebagainya.

Permainan sebagai media bagi pembelajaran bagi anak memiliki persyaratan penting yaitu
perlindungan, stimulasi, dan eksplorasi

1. Perlindungan/Pemeliharaan Bagi perkembangan dalam tahun-tahun pertama, baik bagi


manusia maupun hewan, maka perlindungan dan stimulasi merupakan syarat mutlak. Hal
ini juga berlaku pada tingkah laku bermain.
2. Stimulasi (rangsangan) Pentingnya stimulasi pada anak sebagai optimalisasi
pertumbuhan dan perkembangan anak

1
3. Eksplorasi (jelajah) Eksplorasi atau penjelajah dalam bermain merupakan syarat penting
dalam permainan . Biasanya tingkah laku bermain dimulai dengan penyelidikan terhadap
suatu benda atau person.

E. Implementasi Permainan Edukatif dalam Pendidikan

Permainan edukatif memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan kemampuan


yang dimiliki anak. Berbagai kemampuan yang bisa dikembangkan melalui permainan
edukatif adalah kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik. Penggunaan alat permaian
edukatif dalam aktivitas bermain memiliki dampak yang sangat positif bagi anak. Setiap alat
permainan edukatif dapat difungsikan secara multiguna. Sekalipun masing-masing alat
memiliki kehususan dalam mengembangkan aspek perkembangan tertentu pada anak, tidak
jarang satu alat dapat meningkatkan lebih dari satu aspek perkembangan. Ketika anak sedang
beramain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Ketika anak sedang bermain, anak akan
menyerap segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Disinilah pentingnya orang tua dan
guru memilih dan menentukan jenis permainan yang cocok dengan perkembangan anak.
Pemilihan dan penentuan jenis permainan ini sama persis dengan pemilihan materi pelajaran
oleh guru yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.

1
BAB III

PEMBAHASAN ANALISI JURNAL

3.1. Komentar Isi Jurnal Utama

Disini saya akan memberikan komentar/hubungan pada jurnal Permainan Tradisional


Sebagai Model Permainan Edukatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional
Anak Usia Dini dan bersama buku Perkembangan Peserta Didik .Pada jurnal ini terdapat
perngertian perkembangan yang menurut Hurlock perkembangan didefenisikan sebagai tugas
yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu, keberhasilan
melakukannya menimbulkan kebahagian dan keberhasilan pelaksanaan tugas selanjutnya
kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidak bahagiaan, ketidak setujuan masyarakat,
dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas lainnya kelak. Sedangkan dalam buku Perkembangan
nukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tingi badan sesorang ,melainakan suatu
proses integerasi dari banyak struktur dan poses yang kompleks. Setelah itu ada dalam buku
yaitu dalam aspek pekembangan motoric maupun mental ,respon anak pada mulanya bersifat
umum kalau dalam jurnal permainan anak dapat duhubungkan yaitu anak dapat pengetahuan
dari permainan yang di ajarkan dalam sekolah dan dapat melatih mental si anak tersebut.
Selanjutnya ada dalam buku yaitu adanya perkembangan emosi dimana emosi banyak
berpengaruh pada fungsi fiskis yang lainya , seperti pengalaman ,tanggapan , pemikiran dan
kehendak .Hubungannya sama jurnal yaitu dimana permainan yang edukatif dapat
meningkatkan kemampuan social dan emosi pada anak tersebut.

3.2 Komentar isi Jurnal Pebanding


Selanjutnya saya akan memberi komentar/membandingkan jurnal bersama buku .
Pada jurnal ada dinamakan Uregensi kognitif yaitu permainan dapat membantu
perkembangan kognitif anak. Melalui permainan, anak menjelajahi lingkungannya,
mempelajari objekobjek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang
dihadapinya.Dan Menurut Piaget struktur-struktur kognitif anak perlu dilatih, dan
permainan merupakan setting yang sempurna bagi pelatihan kognitif anak. Melalui
permainan memungkinkan anak mengembangkan kompetensikompetensi dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan.Dan
dalam Buku yaitu menurut Teori Piaget adalah individu secara aktif membangun
pemahaman mengenai dunia ada 4 tahapan yaitu Teori Sensorimotor,Tahap
Praoprasional,Tahap Oprasional Konkret,Tahap

1
Oprasional Formal .Dimana Piaget sendiri adalah seorang yang melakuakan observasi
pada anak anak.
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
A. Jurnal Utama
 Kelebihan pada jurnal ini adalah dari model penelitian mereka langsung
melakuaan observasi pada anak anak ,dan adanya gambar gamabar pada isi
jurnal tesebut sehingga bisa melihat mereka melakukan observasi
 Dari pendahuluan isi dan penutup artikel ini sudah cukup bagus materi dan
contoh .Pada isi jurnal mereka memaparkan atau melampirkan sumber atau
pun daerah serta tanggal berpa mereka melakukan observasi
 Pada ruang lingkup mereka hanya melakuakan observasi pada hanya sekolah
itu saja seharusnya mereka bisa mengembangkan nya
B. Jurnal Pebanding
 Pada jurnal ini Ruang lingkupnya cukup luas mereka tidak hanya melihat
dari sisi tadisonal tetapi dari sisi modern pun mereka memantaunya
 Dari judul artikel sudah cukup menjelaskan isi dari artikel sehingga tidak me
imbulkan kebingungagan pada membacanya
 Kekurangan nya pada jurnal ini tidak adanya gambar pada jurnal tersebut

1
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan model permainan tradisional pada anak dapat menjadi permainan yang
dapat meniningkatkan kemampuan emosional dan social anak agar si anak dapat bisa
berinteraksi kepada anak lain serta mendapatkan pengetahuan sambil bermain, Serta diiringi
permainan yang modern agar si anak bisa mengikuti perkembangan zaman tetapi harus
diawasi oleh orang tua .Permainan Tradisional pada anak juga dapat memberikan contoh serta
wawasan agar tidak hilang di zaman modern ini.Dan peran orang tua dalam mendidik anak
harus di ketatkan agar anak tidak masuk ke dalam yang negative pada anak oleh karena itu
oaring tua harus memberikan permainan edukatif agar si anak dapat lebih aktif.

4.2 Saran

Para orang tua dan juga guru dapat memberikan perhatian yang lebih keanak dan sering
membaca bagai mana cara melatih anak dan meberikan permainan edukatif pada anak .Nah
pada jurnal ini orang tua dan pada guru bisa belajar dari sini agar memberikan permainan
permainan yang baik bagi mereka.

1
DAFTAR PUSTAKA

Yusria, Khalaid Musyaddad,2019, Permainan Tradisional Sebagai Model Permainan


Edukatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anal Usia Dini, Jambi:
Univeristas Islam Negeri Sultan Thaha Saifudin Jambi

Abdul Khobir.2009,Ainya , Upayah Mendidik Anak Melalui Permainan Edukatuf,


Pekalongan:IAIN Pekalongan

Anda mungkin juga menyukai