Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL REVIEW

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH:

NAMA : Tri Ananda

NIM : 1212471008

KELAS : PENDIDIKAN MASYARAKAT B

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Nasriah,M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang berkuasa atas
seluruh alam semesta, karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya jugalah maka Critical Journal
Review mata kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK dalam Pendidikan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas CJR ini tidak terlepas dari kesalahan dan
sangat jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi sempurnanya makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan yang maha Esa mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua.

Medan,10 October 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 RASIONALISASI PENULISAN
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.3 MANFAT PENULISAN
1.4 IDENTITAS JURNAL
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL
2.1.JURNAL UTAMA
2.2 JURNAL PEBANDING
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS JURNAL
3.1.KOMENTAR ISI JURNAL
3.2 KOMENTAR JURNAL PEBANDING
3.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2.SARAN

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Penulisan

Critical Jurnal Review merupakan tugas yang penting bagi mahasiswa karena dapat
menambah keahlian bagi mahasiswa dalam mereview jurnal serta menambah wawasan
mahasiswa dalam kajian mata kuliah bukan saja materi penelitian dan observasi dari jurnal
memberikan secara langsung implementasi dari mata kuliah yang disajikan sehingga penulis
beraangapan bahwa dengan alasan seperti yang dikemukakan penulis membuktikan bahwasanya
CJR merupakan tugas penting bagi mahasiswa

1.2 Tujuan Penulisan

 Untuk meningkatkan keahlian bagi penulis selaku periview jurnal


 Untuk menguatkan isi jurnal yang di review penuis dalam menyimpulkan isi jurnal
secara mudah dipahami
 Untuk memberikan kemudahan bagi pembaca dalam mempeljari cara mereview jurnal

1.3 Manfaat Penulisan

 Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis selaku pereview dan juga pembaca
 Memberikan refernsi bagi pembaca dalam membaca dan memahami jurnal
 Memberi kemudahan bagi pembaca dalam memahami isi jurnal secara sederhana dari
pembahasan yang di buat penulian review
1.4 INDENTITAS ARTIKEL DAN JURNAL

Judul Artikel : Permainan Tradisional Sebagai Model Permainan Edukatif


Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anal Usia
Dini
Nama Jurnal ` : Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini
Edisi Terbit : Vol 2 No1 2019
Pengarang Artikel : Yusria,Khalid Musyaddad
Penerbit : Univeristas Islam Negeri Sultan Thaha Saifudin Jambi
Kota Terbit : Jambi
ISSN : 2622-5182
Alamat Situs : http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/alathfaal

1.5 INDENTITAS ARTIKEL DAN JURNAL PEBANDING

Judul Artikel : Upayah Mendidik Anak Melalui Permainan Edukatuf


Nama Jurnal ` : Forum Tarbiyah
Edisi Terbit : Vol 7 No2,Desember 2009
Pengarang Artikel : Abdul Khobir
Penerbit : IAIN Pekalongan
Kota Terbit : Pekalongan
ISSN : 1829-5525
Alamat Situs :http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/forumtarbiyah/article/
view/ 262%E2%80%8B
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Jurnal Utama

A. Pendahuluan

Pendidikan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan suatu bangsa,salah satu yang
dapat dilakukan yaitu meningkatkan perkembangan pendidikan, karena semakin tinggi kualitas
pendidikan suatu Negara, maka kualitas SDM Negara tersebut semakin tinggi. Karena kualitas SDM
yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan didefinisikan sebagai
tugas yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu, keberhasilan melakukannya
menimbulkan kebahagian dan keberhasilan pelaksanaan tugas selanjutnya kelak, sedangkan
kegagalan menimbulkan ketidak bahagiaan, ketidak setujuan masyarakat, dan kesulitan dalam
pelaksanaan tugas lainnya kelak.

Ketika anak sedang bermain, interaksi sosial terjalin dapat menguntungkan kemampuan
literasi sehingga pertumbuhan fisik pun menjadi maksimal. Waktu bermain yang lebih lama
mendorong anak untuk terlibat dalam bentuk bermain kognitif dan sosial yang lebih tinggi, karena
dengan alokasi waktu yang panjang, anak berkemungkinan mengajak anak-anak lain dan
bernegosiasi untuk bermain sosiodrama. Managemen waktu yang seperti ini dapat meningkatkan
secara umum bermain kelompok tersebut yang mengharuskan para pemain terlibat dalam
komunikasi verbal yang ekstensif dan intensif

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa
inggris disebuat dengan Research and Development (R&D). Metode ini dipilih karena sasaran dan
tujuan akhir penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan model penelitian
tradisional menjadi model permainan tradisonal edukatif untuk dapat digunakan sebagai alternatif
metode pembelajaran.langkah model pengembangan mencakup 9 langkah dari 10 langkah yang ada

Sebagaimana telah diuraikan oleh Borg and Gall, yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan
data, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) perbaikan awal, (6) uji
coba lapangan, (7) perbaikan operasional, (8) evaluasi terhadap produk melalui validitas pakar, (9)
perbaikan.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil survei peneliti, dari ketiga RA dua diantaranya yaitu RA Ibnu Sina dan
Nurul Islam telah menerapkan permainan tradisional seperti lompat tali, kelereng, petak umpeet,
namun untuk permainan tradisional tersebut hanya sekedar dimainkan. Hasil wawancara peneliti
dengan guru, para guru belum mengetahui nilai dan makna apa yang dapat diperoleh dari permainan
tersebut. Seperti permainan congklak dan ular naga tidak pernah dimainkan di sekolah, namun anak-
anak mengenal permainan tersebut dan sebagian dari mereka pernah memainkannya di lingkungan
tempat tinggal mereka. Berdasarkan pengamatan terhadap anak-anak diketahui banyak aspek social
emosional anak yang menjadi perhatian. guru hanya memperhatikan aspek akademik kognitif,
mereka mengabaikan aspek sosial emosional pada anak.

2.Perencanaan

Melalui permainan tradisional yang diterapkan perkembangan yang dapat dikembangkan


yaitu perkembangan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial emosional. Prinsip pembelajaran anak usi
dini holistik, integratif dan menyenangkan dapat diterapkan menggunakan metode belajar sambil
bermain dengan model permainan congklak dan ular naga sesuai dengan kurikulum yang digunakan.
3. Pengembangan produk

Model permainan congklak untuk anak usia 5-6 tahun, langkah-langkah yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut: (1) menyiapkan papan media congklak yang terdiri dari 14 ubang
dan ditambah dengan 2 lubang penyimpanan yang tersedia di ujung kanan dan ujung kri, (2) biji
congklak sebagai media untuk bermain berjumlah 98 buah, (3) permainan congklak terdiri dari 2
orang pemain, (4) pemain memasukkan biji-biji congklak ke dalam lubang masing-masing, setiap
lubang terdiri dari 7 biji congklak, (5) sebelum permainan dimulai kedua pemain melakukan suit
untuk menentukan siapa yang bermain lebih dulu, (6) pemain yang menang suit maka ia bermain
lebih dulu, (7) pemain yang sedang bermain harus mengisi seluruh seluruh lubang dengan biji
congkalk satu per satu dengan jumlah yang sama secara berurutan sesuai dengan arah jarum jam,
(8) lubang penyimpanan hanya diisi oleh pemain bersangkutan yang sedang bermain, (9) pemain
yang sedang bermain akan berakhir bermain jika biji congklak terakhir dimasukkan ke dalam lubang
yang kosong, (10) permainan akan berakhir jika seluruh biji telah dimasukkan ke dalam lubang
penyimpanan, (11) kedua pemain menghitung jumlah biji congklak yang terdapat pada lubang
penyimpanan masing masing, (12) salah satu pemain dinyatakan sebagai pemenang apabila biji
congklaknya lebih banyak dibandingkan dengan lawan main.

4. Uji Coba Awal

Uji coba awal model permainan congklak dilakukan pada tanggal 23, 24, dan 32 Maret dan
6 April 2018 di RA Ibnu Sina di Kelurahan Ulu Gedong Kecamatan Olak Kemang Jambi Kota
Seberang. Subjek uji coba yaitu kelompok belajar anak usia 5-6 tahun yang berjumlah 10 anak. Pada
awal model permainan menggunakan 2 model permainan yaitu congklak dan ular naga.

Namun nampaknya anak kurang berminat dan kurang mendapatkan respon bermain ular
naga. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti bertujuan pada uji coba selanjutnya peneliti
tidak lagi menggunakan permainan ular naga .Karena Setelah diamati penyebab kurang minat anak
untuk bermain ular naga yaitu permainan ular naga tidak menggunakan media permainan lain
kecuali diri anak itu sendiri.
5. Perbaikan Awal

Berdasarkan hasil pengamatan selama uji coba awal, maka selanjutnya peneliti melakukan
revisi terhadap model permainan, yang mana permainan hanya difokuskan pada satu permainan
yaitu permainan congklak saja. Revisi juga dilakukan khusus pada peraturan permainan yaitu
pijakan saat bermain dan.kebebasan dalam memilih pasangan teman untuk bermain.

6.Uji Coba Lapangan

Pada uji coba lapangan adalah uji coba lebih luas, model permainan dilakkukan di RA
Nurul Islam Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Danau Teluk Jambi Kota Seberang dengan jumlah
subjek penelitian sebanyak 10 anak. Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran di RA
Nurul Islam untuk menggunakan metode permainan dan alat permainan untuk mengembangkan
aspek perkembangan anak. Melalui bermain dan alat permainan guru dapat mengenalkan konsep-
konsep, seperti konsep mengenalkan warna, konsep jumlah konsep bentuk dan bahkan memberi
pemahaman tentang konsep kerjasama, berbicara dan memahami peraturan melalui bermain,
terutama mengembangkan permainan tradisional.

7. Validasi Model Permainan dan Instrumen

Validasi model permainan dilakukan baik terhadap prosedur pelaksanaan dan kegunannya
maupun instrumen yang digunakan. Dari hasil temuan selama uji coba dan berdasarkan hasil validasi
ahli dinyatakan bahwa model permainan tradisional dapat dijadikan sebagai model permainan dalam
pembelajaran anak usia dini yang dapat diterapkan sebagai model permainan area, dapat dimasukkan
pada area sudut atau area bangunan, terutama model pembelajaran kelompok sesuai untuk
menerapkan model permainan tradisional congklal ini.
8. Uji Efektifitas Model Permainan

Uji efektifitas model permainan congklak dilakukan di RA Al-Jauharen Kelurahan Johor


Kecamatan Pelayangan Jambi Kota Seberang. Melalui pengalaman interaksional, anak belajar untuk
mengendalikan diri, belajar memahami diri sendiri dan orang lain, juga lingkungan lain yang
berbeda dengan dirinya. Sehingga anak tidak memaksa keinginanya kepada teman sebaya dan orang
lain. Di samping itu juga dengan permainan tradisional anak belajar untuk bertanggung jawab
menyelesaikan permainan dan belajar mengembalikan permainan dan merapikannya. Dan juga
mengajarkan anak untuk sportif dalam permainan yaitu belajar menerima keunggulan teman dan
belajar menerima kekalahan dirinya apabila kalah dalam permainan.

2.2 Jurnal Pebanding

A. Pendahuluan

Permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak
oleh rasa tanggung jawab. Permainan tidak memiliki tujuan tertentu. Tujuan permainan terletak pada
permainan itu sendiri dan dicapai pada waktu bermain. Bermain tidak sama dengan bekerja. Bekerja
mempunyai tujuan yang lebih lanjut, tujuannya tercapai setelah pekerjaan itu selesai. Anak-anak
suka bermain karena di dalam diri mereka terdapat dorongan batin dan dorongan mengembangkan
diri.

Permainan juga merupakan salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada masa awal
anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah untuk bermain
dengan teman-temannya dibanding terlibat dengan aktivitas lainnya. Karena itu, permainan bagi
anakanak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk
aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh suatu hasil dari aktivitas tersebut. Hal ini
disebabkan karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan
didapatkannya

B. Uregensi Bermain Bagi Anak

Adapun manfaat bermain bagi anak adalah sebagai berikut:

a. Bermain yang melibatkan fisik seperti berlari, meloncat dan menendang bermanfaat untuk
menmguatkan dan menterampilkan anggota badan anak.

b. Bermain yang melibatkan indra atau pikiran seperti menggunakan alatalat bermain yang
mengeluarkan perasaan seperti menggambar dan bermain musik atau mendengarkan aba-aba
memberikan peluang pada anak untuk belajar tentang pengertian baru, sifat-sifat dan bentuk barang
tertentu

c. Bermain balok-balok mainan, membentuk lilin atau tanah liat, menggambar dan sebagainya,
dapat mendorong kreativitas anak.

d. Bermain dapat membantu mengembangkan kepribadian seperti bertanggung jawab,


bekerjasama, mematuhi peraturan dan sebagainya.

e. Bermain dapat membantu anak mengenal dirinya, baik yang berkaitan dengan kelemahan dan
kekurangannya, maupun kelebihannya, misalnya dengan bermain seorang anak akan

mengetahui dirinya ternyata lebih mampu berlari dengan cepat dibanding dengan teman- temannya
atau lebih mampu menggambar lebih baik.

f. Bermain dapat digunakan sebagai penyalur keinginan dan kebutuhan anak yang tidak
terpenuhi, misalnya keinginan untuk berlaku seperti orang tuanya dengan bermain peran orang tua,
bermain sebagai sopir mobilmobilan dan sebagainya.

g. Bermain bersama anggota keluarga dapat mengakrabkan hubungan antara anak dengan
anggota keluarga lain

Dengan demikian bermain bukanlah hal sia-sia karena selama bermain sebenarnya anak juga
melakukan proses belajar. Sehingga perlu kita sadari dunia anak adalah dunia bermain dan anak
berkembang dengan cara bermain. Oleh karena itu sudah seharusnya kita tidak merampas waktu
bermain dari kehidupan mereka. Secara garis besar, permainan memiliki urgensi yang bersifat
kognitif, sosial dan emosional. Urgensi kognitif, permainan dapat membantu perkembangan kognitif
anak. Melalui permainan, anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objekobjek di sekitarnya,
dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.

Menurut Piaget (1962) struktur-struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan merupakan
setting yang sempurna bagi pelatihan kognitif anak. Melalui permainan memungkinkan anak
mengembangkan kompetensikompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukannya dengan
cara yang menyenangkan.

C. Bentuk-bentuk Permainan Edukatif Bagi Anak

Bila kita mengamati anak-anak yang sedang bermain, maka kegiatan bermain dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:

1. Bermain banyak gerak (aktif) Bermain banyak gerak memiliki ciri banyak gerak, seperti; lari,
lompat, menendang, dan lain-lain.
2. Bermain dengan sedikit gerak (pasif) Bermain dengan sedikit gerak memiliki ciri tidak
banyak menggunakan tenaga yang berlebihan, suasana bermain lebih tenang dan santai.
Misalnya bermain bekel, papan bongkar pasang, kartu kategori, melihat-lihat buku gambar,
membaca, mendengarkan musik dan lain-lain.

Selain itu jenis alat permainan edukatif dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Alat Permainan Tradisional Dalam permainan edukatif ini anak disuguhi bahan mentah yang
harus ia upayakan sendiri agar menjadi sesuatu yang berbentuk. Mislannya balok

bangunan, papan pasak dan sebaginya. Berbagai jenis yang lain adalah merupakan “Team
Work” yang pengerjaannya secara kelompok, sehingga melatih anak bersosialisasi secara
langsung dengan lingkungan, seperti permainan kelereng Alat permainan edukatif tradisional
ini cenderung memiliki banyak manfaat, selain sederhana dalam desain, serba guna, aman,
tahan lama dan merangsang atau menstimulasi otak anak, permainan edukatif dengan
menggunakan alat tradisional ini lebih murah dan tidak menjadikan anak anti sosial, karena
pada umumnya permainan dengan alat-alat ini melibatkan dua anak atau lebih.
2. Alat Permainan eloktronik atau modern
Berbagai model alat permainan ini seperti; video game, computer, nitendo, maupun
tamiya merupakan alat permainan edukatif yang sangat menarik. Anakanak usia dini sudah
banyak yang dapat mengoperasikannya hanya dengan memencet tombol-tombol game,
maupun remot kontrol yang melengkapi alat permainan ini.

Dari segi perilaku sosial, ditemukan 6 kategori permainan anak-anak, yaitu:

1. Permainan Unoccupied. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak
terkontrol.

2. Permainan Solitary. Anak dalam sebuah kelompok asyik bermain sendirisendiri dengan
bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain dan tidak
peduli terhadap apa pun yang sedang terjadi.

3. Permaian Onlooker. Anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain. Anak ikut
berbicara dengan anak-anak lain dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat
dalam aktivitas permainan tersebut

4. Permainan Parallel. Anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak
terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat permainan.

5. Permainan Assosiative. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi
permaianan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan pembagian alat-
alat permainan.

6. Permainan Cooperative. Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan


kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata, di mana setiap anak mempunyai
peranan sendiri-sendiri.

D. Syarat-syarat dalam Memilih Alat Permainan Edukatif

Demikian perlu diperhatikan bahwa dalam memilih permainan edukatif orang tua perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Usia dan minat anak. Agar bermain benar-benar berfungsi sebagai bagian yang sangat penting
bagi tumbuh kembang anak, jadi tidak justru menghambat tumbuh kembang mereka.
2. Keamanan dari permainan tersebut (tidak tajam, tidak ada bagian-bagian yang dapat melukai
anak dan tidak mengandung zat yang berbahaya).
3. Pentingnya keterlibatan orang tua atau anggota keluarga dalam proses bermain, agar dapat
melindungi mereka dari hal-hal yang dapat merugikan tumbuh kembang mereka atau dari hal- hal
yang mematikan kreativitas atau minat anak terhadap lingkungan.

4. Tidak selalu permainan yang mahal lebih edukatif dari permainan yang sederhana

5. Mudah dibongkar pasang. Alat permainan yang mudah dibongkar pasang, dapat diperbaiki
sendiri, lebih ideal daripada mobil-mobilan yang dapat bergerak sendiri. Alat-alat permainan yang
dijual di toko-toko lebih banyak menjadi bahan tontonan daripada berfungsi sebagai alat permainan.
Anak-anak tidak tertarik oleh bagus dan sempurnanya alatalat permainan yang diproduksi di pabrik
tersebut.

6. Dapat mengembangkan daya fantasi. Alat permainan yang sifatnya mudah dibentuk dan
diubah-ubah sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasi, yang memberikan kepada anak
kesempatan untuk mencoba dan melatih daya-daya fantasinya. Sesuai dengan ajaran pendidikan
modern, alat-alat yang dapat menunjang perkembangan fantasi itu misalnya bak pasir, tanah liat,
kertas dan gunting. Jumlah alat-alat itu masih dapat ditambah lagi dengan kapur berwarna, papan
tulis dan sebagainya.

Permainan sebagai media bagi pembelajaran bagi anak memiliki persyaratan penting yaitu
perlindungan, stimulasi, dan eksplorasi

1. Perlindungan/Pemeliharaan Bagi perkembangan dalam tahun-tahun pertama, baik bagi manusia


maupun hewan, maka perlindungan dan stimulasi merupakan syarat mutlak. Hal ini juga berlaku
pada tingkah laku bermain.
2. Stimulasi (rangsangan) Pentingnya stimulasi pada anak sebagai optimalisasi pertumbuhan dan
perkembangan anak

3. Eksplorasi (jelajah) Eksplorasi atau penjelajah dalam bermain merupakan syarat penting dalam
permainan . Biasanya tingkah laku bermain dimulai dengan penyelidikan terhadap suatu benda
atau person.
E. Implementasi Permainan Edukatif dalam Pendidikan

Permainan edukatif memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan kemampuan yang
dimiliki anak. Berbagai kemampuan yang bisa dikembangkan melalui permainan edukatif adalah
kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik. Penggunaan alat permaian edukatif dalam aktivitas
bermain memiliki dampak yang sangat positif bagi anak. Setiap alat permainan edukatif dapat
difungsikan secara multiguna. Sekalipun masing-masing alat memiliki kehususan dalam
mengembangkan aspek perkembangan tertentu pada anak, tidak jarang satu alat dapat meningkatkan
lebih dari satu aspek perkembangan. Ketika anak sedang beramain, sesungguhnya mereka sedang
belajar. Ketika anak sedang bermain, anak akan menyerap segala yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Disinilah pentingnya orang tua dan guru memilih dan menentukan jenis permainan yang
cocok dengan perkembangan anak. Pemilihan dan penentuan jenis permainan ini sama persis dengan
pemilihan materi pelajaran oleh guru yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.
BAB III

PEMBAHASAN ANALISI JURNAL

3.1. Komentar Isi Jurnal Utama

Disini saya akan memberikan komentar/hubungan pada jurnal Permainan Tradisional Sebagai
Model Permainan Edukatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini dan
bersama buku Perkembangan Peserta Didik .Pada jurnal ini terdapat perngertian perkembangan yang
menurut Hurlock perkembangan didefenisikan sebagai tugas yang timbul pada atau sekitar periode
kehidupan individu tertentu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagian dan keberhasilan
pelaksanaan tugas selanjutnya kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidak bahagiaan, ketidak
setujuan masyarakat, dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas lainnya kelak.

Sedangkan dalam buku Perkembangan nukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada
tingi badan sesorang ,melainakan suatu proses integerasi dari banyak struktur dan poses yang
kompleks. Setelah itu ada dalam buku yaitu dalam aspek pekembangan motoric maupun mental
,respon anak pada mulanya bersifat umum kalau dalam jurnal permainan anak dapat duhubungkan
yaitu anak dapat pengetahuan dari permainan yang di ajarkan dalam sekolah dan dapat melatih
mental si anak tersebut. Selanjutnya ada dalam buku yaitu adanya perkembangan emosi dimana
emosi banyak berpengaruh pada fungsi fiskis yang lainya , seperti pengalaman ,tanggapan ,
pemikiran dan kehendak .Hubungannya sama jurnal yaitu dimana permainan yang edukatif dapat
meningkatkan kemampuan social dan emosi pada anak tersebut.
3.2 Komentar isi Jurnal Pebanding
Selanjutnya saya akan memberi komentar/membandingkan jurnal bersama buku . Pada
jurnal ada dinamakan Uregensi kognitif yaitu permainan dapat membantu perkembangan
kognitif anak. Melalui permainan, anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objekobjek di
sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.Dan Menurut Piaget struktur-
struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan merupakan setting yang sempurna bagi
pelatihan kognitif anak. Melalui permainan memungkinkan anak mengembangkan
kompetensikompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukannya dengan cara yang
menyenangkan.Dan dalam Buku yaitu menurut Teori Piaget adalah individu secara aktif
membangun pemahaman mengenai dunia ada 4 tahapan yaitu Teori Sensorimotor,Tahap
Praoprasional,Tahap Oprasional Konkret,Tahap

Oprasional Formal .Dimana Piaget sendiri adalah seorang yang melakuakan observasi pada anak
anak.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


A. Jurnal Utama
 Kelebihan pada jurnal ini adalah dari model penelitian mereka langsung melakuaan
observasi pada anak anak ,dan adanya gambar gamabar pada isi jurnal tesebut
sehingga bisa melihat mereka melakukan observasi
 Dari pendahuluan isi dan penutup artikel ini sudah cukup bagus materi dan
contoh .Pada isi jurnal mereka memaparkan atau melampirkan sumber atau pun
daerah serta tanggal berpa mereka melakukan observasi
 Pada ruang lingkup mereka hanya melakuakan observasi pada hanya sekolah itu
saja seharusnya mereka bisa mengembangkan nya
B. Jurnal Pebanding
 Pada jurnal ini Ruang lingkupnya cukup luas mereka tidak hanya melihat dari sisi
tadisonal tetapi dari sisi modern pun mereka memantaunya
 Dari judul artikel sudah cukup menjelaskan isi dari artikel sehingga tidak me
imbulkan kebingungagan pada membacanya
 Kekurangan nya pada jurnal ini tidak adanya gambar pada jurnal tersebut

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan model permainan tradisional pada anak dapat menjadi permainan yang dapat
meniningkatkan kemampuan emosional dan social anak agar si anak dapat bisa berinteraksi kepada
anak lain serta mendapatkan pengetahuan sambil bermain, Serta diiringi permainan yang modern
agar si anak bisa mengikuti perkembangan zaman tetapi harus diawasi oleh orang tua .Permainan
Tradisional pada anak juga dapat memberikan contoh serta wawasan agar tidak hilang di zaman
modern ini.Dan peran orang tua dalam mendidik anak harus di ketatkan agar anak tidak masuk ke
dalam yang negative pada anak oleh karena itu oaring tua harus memberikan permainan edukatif
agar si anak dapat lebih aktif.

4.2 Saran

Para orang tua dan juga guru dapat memberikan perhatian yang lebih keanak dan sering
membaca bagai mana cara melatih anak dan meberikan permainan edukatif pada anak .Nah pada
jurnal ini orang tua dan pada guru bisa belajar dari sini agar memberikan permainan permainan yang
baik bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Yusria, Khalaid Musyaddad,2019, Permainan Tradisional Sebagai Model Permainan


Edukatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anal Usia Dini, Jambi:
Univeristas Islam Negeri Sultan Thaha Saifudin Jambi

Abdul Khobir.2009,Ainya , Upayah Mendidik Anak Melalui Permainan Edukatuf,


Pekalongan:IAIN Pekalongan

Anda mungkin juga menyukai