Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN MATERNITAS II:


Human Papillomavirus (HPV)

Dosen Pengampu : Dr. Asnidar, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Budi Prawira Dinata Nim. A.17.09.006


Emi Sri Wahyuni Nim. A.17.09.011
Miftahul Khaerah Nim. A.17.09.017
Nur Azizah Nim. A.17.09.024
Nurfadillah Nim. A.17.09.029
Riska Andriani Nur Nim. A.17.09.034
Uginda Tri Handayani Nim. A.17.09.040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KONSEP MEDIS HPV

A. Definisi Human Papillomavirus (HPV)

Human papillomavirus atau HPV merupakan virus yang dapat

menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh. Virus HPV hidup pada sel-sel

kulit dan memiliki lebih dari 100 jenis. Ada sekitar 60 jenis HPV penyebab

kutil yang biasanya menginfeksi bagian-bagian tubuh seperti kaki dan tangan,

sementara 40 di antaranya memicu munculnya kutil kelamin.Infeksi HPV dapat

terjadi jika seseorang bersentuhan langsung dengan kulit pengidap atau benda

yang terkontaminasi virus HPV. Hubungan seksual juga dapat menjadi sarana

penularan virus HPV pada kelamin. Misalnya kontak langsung dengan kulit

kelamin, membran mukosa atau pertukaran cairan tubuh, dan seks oral atau

anal.Meski jarang terjadi, seorang ibu berpotensi menularkan HPV pada

bayinya saat menjalani persalinan.Tidak semua HPV dapat menyebabkan

kanker, tapi ada beberapa jenis HPV kelamin yang dapat memicu kanker leher

rahim atau serviks, serta kanker pada anus dan penis. WHO (World Health

Organisation) memperkirakan sekitar 99 persen kasus kanker serviks

berhubungan dengan infeksi HPV pada genital.

B. Faktor Risiko Infeksi HPV

Infeksi HPV sangat mudah menular dan dapat terjadi pada siapa saja.

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk

terkena virus ini, yaitu:

1. Sering berganti pasangan.

2. Berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan akan mempertinggi

risiko.
3. Berbagi barang pribadi, misalnya handuk, saputangan, atau kaus kaki.

4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya mengidap HIV/AIDS atau

menjalani kemoterapi.

5. Kulit yang rusak, misalnya luka terbuka karena digaruk.

6. Usia. Kutil biasa umum diderita oleh anak-anak, sementara kutil plantar

dan kelamin lebih sering terjadi pada remaja dan kalangan dewasa muda.

7. Tidak menjaga kebersihan, misalnya ke kamar mandi umum tanpa

mengenakan alas kaki.

C. Manifestasi Klinis Infeksi HPV

HPV cenderung tidak menimbulkan gejala sehingga jarang disadari oleh

pengidap. Sistem kekebalan tubuh kita juga biasanya akan memberantas infeksi

HPV sebelum virus ini menyebabkan gejala sehingga tidak membutuhkan

penanganan. Jika infeksi HPV sampai pada tahap menimbulkan gejala, indikasi

utama adalah tumbuhnya kutil. Jenis kutil terbagi ke dalam empat kategori,

yaitu kutil biasa, kutil kelamin, kutil plantar atau mata ikan, dan kutil pipih.

Tekstur kulit yang ditumbuhi kutil akan terasa kasar, keras, dan agak menonjol.

Kutil kelamin dan kutil pipih umumnya tidak terasa sakit. Kutil kelamin hanya

terasa gatal. Kutil plantar yang tumbuh pada telapak kaki sering menimbulkan

rasa sakit terutama saat berjalan. Selain menyebabkan kutil, terdapat dua jenis

infeksi HPV pada kelamin yang menjadi pemicu utama kanker serviks yaitu

HPV 16 dan 18. Jenis HPV ini umumnya tidak menumbuhkan kutil atau

gejala-gejala lain sehingga sulit disadari oleh para wanita.


D. Pemeriksaan Penunjang Infeksi HPV

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita infeksi

HPV adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan kutil, yang merupakan pemeriksaan penunjang infeksi HPV

yang utama.

2. Sedangkan untuk bagian genital, dianjurkan melakukan tes larutan asam

asetat. Kulit di bagian genital yang terinfeksi virus HPV akan berubah

menjadi putih setelah diolesi larutan asam asetat sehingga mudah

terdeteksi.

3. Tes Pap smear, yang juga merupakan pemeriksaan untuk bagian genital.

Dalam tes Pap smear, akan diambil sampel sel-sel dari serviks dan vagina

untuk diperiksa di laboratorium. Tes Pap smear juga dapat digunakan

untuk mendeteksi keabnormalan sel serviks yang dapat berubah menjadi

kanker.

E. Penatalaksanaan Medis Infeksi HPV

Setelah diagnosis positif, terdapat dua metode medis yang dapat dipilih,

yaitu penanganan dengan obat atau prosedur operasi. Penanganan melalui obat

umumnya menggunakan obat oles dan membutuhkan waktu yang cukup lama

untuk menghilangkan kutil.

Beberapa contoh obat oles untuk mengatasi kutil adalah:

1. Asam salisilat yang berfungsi mengikis lapisan kutil secara bertahap.

2. Asam trikloroasetat yang akan membakar protein dalam sel-sel kutil.

3. Imiquimod yang dapatmeningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap

HPV.
4. Podophyllotoxin yang bekerja dengan menghancurkan jaringan pada

kutil kelamin.

5. Selain obat oles, kutil juga dapat diatasi dengan langkah operasi yang

meliputi cryotherapy, bedah elektro, operasi pengangkatan, dan bedah

laser.

Jika tidak diobati, infeksi HPV dapat menyebabkan munculnya luka pada

mulut dan saluran pernapasan atas. Beberapa jenis HPV bahkan dapat memicu

perubahan abnormal pada sel-sel serviks. Perubahan yang tidak segera

terdeteksi dan ditangani ini bisa berkembang menjadi kanker serviks. Kanker

pada penis serta anus juga termasuk komplikasi yang dapat ditimbulkan infeksi

HPV.

F. Pencegahan Infeksi HPV

Kutil memang dapat hilang tanpa penanganan khusus, tapi bukan berarti

virus HPV juga ikut lenyap. Virus ini akan tetap bersembunyi dalam tubuh

pengidap dan dapat menularkannya kepada orang lain.

Langkah pencegahan infeksi HPV yang dapat diambil adalah vaksinasi.

Vaksin bernama Gardasil adalah salah satu vaksin HPV yang terbukti efektif

untuk mencegah kutil kelamin serta kanker serviks.

Vaksin HPV umumnya dianjurkan untuk remaja perempuan. Vaksin ini

dibagi dalam tiga dosis. Jarak antara dosis pertama dan kedua adalah dua

bulan, sedangkan jarak antara dosis pertama dan ketiga adalah enam bulan. Di

samping vaksinasi, terdapat metode-metode pencegahan yang mungkin

berguna, seperti:

1. Hindari menyentuh kutil secara langsung.


2. Segera mencuci tangan dengan sabun jika tidak sengaja menyentuh kutil.

3. Jangan berganti-ganti pasangan.

4. Gunakan kondom tiap kali berhubungan seks.

Meski tidak sepenuhnya efektif, langkah ini dapat mengurangi risiko

penularan. Menjaga kebersihan, misalnya mengenakan alas kaki di tempat

umum yang lembap seperti tepi kolam renang dan memakai kaus kaki yang

bersih. Jangan berbagi barang pribadi, misalnya pisau cukur atau gunting kuku
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
b. Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak,
agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya dating dengan keluhan intra
servikal dan diserti keputihan menyerupai air
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : pendarahan, keputihan, rasa nyeri dan servikal
d. Riwayat penyakit sebelumnya:
Data yang perlu dikaji adalah:
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
operasi kandungan, serta adnya tumor, riwayat keluarga yang
menderita kanker.
Keadaan psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi rendah,
berkaitan erat dengan kulitas dan kuantitas makanan atau gizi yang
dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal
hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
e. Data khusus
1) Riwayat kebidanan : paritas, kelainan menstruasi, lama,
jumlah warda darah, apakah hubungan pendarahan dengan
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan
yang dilakukan sekarang.
2) Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap smear,
polposkopi,servikografi, pemeriksaan visual lansung
gineskopi.
f. Aktifitas dan istrahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia
2) Perubahan pada pola istrahat dan kebiasaan tidur pada
malam hari
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas dan keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan penejaman karsinogen
lingkungan dan tingkat stress tinggi
g. Integritas ego
Gejala : faktor stress, merokok minum alcohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembelahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
h. Manakan dan minuman
Gejala :
1) Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya:
rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa)
2) Pada kanker ovarium: dispenea, rasa tidak nyaman pada
abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat (kanker
ovarium)
i. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut
1) Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi,
perubahan eliminasi urinis, misalnya nyeri.
2) Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur,
sering berkemih, menopause dini, dan menoragia.
j. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
k. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai hyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit),
nyeri tekan pada payudara (pad kanker ovarium)
l. Pernafasan
Gejala: merokok, pemajanan abses
m. Keamanan
Gelaja: pemajanan pada zat kimia toksit, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
n. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker
servis)
o. Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan,
bantuan, masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran
p. Penyuluhan
Gejala: riwayat anker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya. Nuligrafida lebih besar dari usia
30 tahun, multirafida pasangan seks multiple, dan aktifitas seksual
dini.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan
Definisi: penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intraseluler
Penyebab:
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi

Gejala dan tanda mayor

Subjektif:

(tidak tersedia)

Objektif:

1) Frekuensi nadi meningkat


2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan darah menurun
4) Tekanan nadi menyempit
5) Turgor kulit menyempit
6) Membran mukosa kering
7) Volume urin menurun
8) Hematokrit meningkat

Gejala dan tanda minor

Subjektif:

1) Merasa lemah
2) Mengeuh haus

Objektif:

1) Pengisian vena menurun


2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urine meningkat
5) Berat badan turun tiba-tiba
b. Gangguan eliminasi urine b.d iritasi kandung kemih
Definisi: disfrngsi eliminasi urine
Penyebab:
1) Penurunan kapasitas kandung kemih
2) Iritasi kandung kemih
3) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan
kandung kemih
4) Efek tindakan medis (Mis. Operasi ginjal, operasi saluran
kemih anestesi dan obat-obatan)
5) Kelemahan otot pelvis
6) Ketidakmampuan mengakses toilet (Mis. Imobilisasi)
7) Hambatan lingkungan
8) Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9) Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran
kemih congenital)
10) Imaturitas (pada anak usia <3 tahun

Gejala dan tanda mayor

Sebjektif:

1) Desakan berkemih (Urgensi)


2) Urine menetes (dribbling)
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
5) Mengompol
6) Enuresis

Objektif:

1) Distensi kandung kemih


2) Berkemih tidak tuntas (hesitency)
3) Volume residu urine meningkat
Gejala dan tanda minor

Subjektif:

(tidak tersedia)

Objektif:

(tidak tersedia)

c. Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber


informasi
Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu
Penyebab:
1) Keteratasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapr informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala dan tanda mayor

Subjektif:

1) Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif;

1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran


2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan tanda minor

Subjektif:

(tidak tersedia)
Objektif:

1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


2) Menunjukkan perilaku berlebihan (Mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi, hysteria)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan
Intervensi utama:
1) Manajemen hipovolemia
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
intravasukuler
Tindakan
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun merman mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
b) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

a) Hitung kebutuhan cairan


b) Berikan posisi modified trendelenburg
c) Berikan asuhan cairan oral

Edukasi

a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL)


b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCI 0,4%)
c) Kolaboras pemberian cairan koloid (mis. Albumin, palsmanate)
d) Kolaborasi pemberian produk darah
2) Manajemen syok
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola ketidsakmampuan tubuh
untuk menyediakan oksigen dan nutrien untuk mencukupi
kebutuhan jaringan
Tindakan
Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
b) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kult, CRT)
c) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
d) Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformitiyldeformits, open wound/luka terbuka,
tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak.
e) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

Terapeutik

a) Pertahankan jalan napas paten


b) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
c) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
d) Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
e) Pasang jalur IV
f) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
g) Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung

kolaborasi

a) Kolaborasi pemberia cairn infuse cairan kristaloid 1-2 L pada


dewasa
b) Kolaborasi pemberia cairn infuse cairan kristaloid 20 mL/kgBB
pada anak
c) Kolaborasi pemberian transfuse darah, jiks perlu
Intervensi pendukung
1) Pemantauan cairan
Definisi: mengumpulkan dan menganalisis data terkait penagturan
keseimbangan cairan
Tindakan
Observasi
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Monitor frekuensi napas
c) Monitor tekanan darah
d) Monitor berat badan
e) Monitor waktu pengisian kapiler
f) Monitor elastisitas atau tugor kulit
g) Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
h) Monitor kadar albumin dan protein total
i) Monitor pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium, BUN)
j) Monitor intake dan output cairan
k) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun merman mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam
waktu singkat)
l) Identifikasi tanda-tanda hepervolemia ( mis. Dispnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat,
reflex hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu
singkat)
m) Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar,
aferesis, obstruksi intestinal, perdangan pancreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantuan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
b. Gangguan eliminasi urine b.d iritasi kandung kemih
Intervensi utama:
1) Dukungan perawatan diri: BAB/BAK
Definisi:memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB)
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
b) Monitor integritas kulit pasien

Terapeutik

a) Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi


b) Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara
konsisten
c) Jaga privasi selama eliminasi
d) Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
e) Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
f) Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
g) Sediakan alat bantu (mis. Kateter eksternal, urinal), jiak perlu

Edukasi

a) Anjurkan BAK/BAB secara rutin


b) Anjurkan ke kamar mandi/toilet jika perlu
2) Manajemen eliminasi urine
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi
urine
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontenensia urine
b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
c) Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)

Terapeutik

a) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih


b) Batasi asupan cairan, jika perlu
c) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur

Edukasi

a) Anjurkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih


b) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
c) Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
d) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
e) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
f) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
g) Anjurkan mengurangi mnum menjelang tidur
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
c. Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber
informasi
Intervensi utama:
1) Edukasi kesehatan
Definisi: mengajarkan pengelolaan faktor resko penyakit dan
perilaku hidup bersih serta sehat
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesehatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

Intervensi pendukung

1) Bimbingan sistem kesehatan


Definisi: mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan untuk
mengatasi masalah kesehatan
Tindakan
observasi
a) Identifikasi masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
b) Identifikasi inisiatif individu, keluarga, dan masyarakat

Terapeutik

a) Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan


b) Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan mandiri
c) Libatkan kolegan/teman untuk membimbing pemenuhan
kebutuhan kesehatan
d) Siapkan pasien untuk mampu berkolanorasi dan bekerjasama
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan
Edukasi

a) Bombing untuk bertanggung jawab mengidentifikasi dan


mengembangkan kemampuan memecahkan masalah kesehatan
secara mandiri.
2) Edukasi pencegahan infeksi
Definisi: megajarkan pencegahan dan deteksi dini infeksi pada
pasien beresiko
Tindakan
Observasi
a) Periksa kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

a) Siapkan materi, media tentang faktor-faktor penyebab, cara


identifikasi dan pencegahan infeksi di rumah sakit maupun di
rumah
b) Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga
c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi local dan sistemik


b) Informasikan hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Leukosit,
WBC)
c) Anjuran mengikuti tindakan pencegahan sesuai kondisi
d) Anjurkan membatasi pengunjung
e) Ajarkan cara merawat kulit pada area edema
f) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
g) Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan, dan istirahat
h) Anjurkan kecukupan mobilisasi dan olahraga sesuai kebutuhan
i) Anjurkan latihan napas dalam dan batuk sesuai kebutuhan
j) Anjurkan mengelola antibiotic sesuai resep
k) Ajarkan cara mencuci tangan
l) Ajarkan etika batuk
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. (2013). Mikrobiologi Medis. Bandung: Alfabeta.


Soedarto. (2015). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai