Anda di halaman 1dari 19

Modul Praktikum Rangkaian Listrik

(Metoda Tegangan Simpul)

Anggota Kelompok 2 :

1. Adika Galan Gunawan (1513620044)


2. Cindy Angelica B (1513620018)
3. Dela Hana A (1513617072)
4. Fachri Sholeh Alkaff (1513620034)

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
2021
A. Tujuan Praktikum
1) Mahasiswa/i dapat memahami konsep Metoda tegangan simpul (NodeVoltage
Metodh, Nodal Analysis.
2) Mahasiswa/i dapat menganalisa rangkaian linear dalam soal.
3) Mahasiswa/i dapat menghitung dengan menggunakan metoda tegangan simpul.
4) Mahasiswa/i dapat mensimulasikan rangkaian pada software EWB sebagai
rangkaian sebenarnya.
5) Mahasiswa/i dapat mengukur tegangan dan arus secara langsung di tiap simpul.
6) Mahasiswa/i dapat menganalisa hasil praktikum dan membandingkan dengan
hasil perhitungan
B. Dasar Teori 1
 Hukum Ohm
Salah satu hasil percobaan laboratorium yang dilakukan oleh George Simon Ohm
(1787-1854) adalah hubungan arus dan tegangan yang kemudian dikenal dengan
hukum Ohm. Namun hukum Ohm sendiri merupakan hasil analisis matematis dari
rangkaian galvanik yang didasarkan pada analogi antara aliran listrik dan aliran
panas. Formulasi Fourier untuk aliran panas adalah

dengan Q adalah quantitas panas dan T adalah temperatur, sedangkan k adalah


konduktivitas panas, A luas penampang, dan T temperatur.
Dengan mengikuti formulasi Fourier untuk persamaan konduksi panas dan
menganalogikan intensitas medan listrik dengan gradien temperatur, Ohm
menunjukkan bahwa arus listrik yang mengalir pada konduktor dapat dinyatakan
dengan

Jika konduktor mempunyai luas penampang A yang merata, maka persamaan arus
itu menjadi

V adalah beda tegangan pada konduktor sepanjang l dengan luas penampang A, ρ


adalah karakteristik material yang disebut resistivitas, sedangkan R adalah resistansi
konduktor. Persamaan (6.3) dapat ditulis juga sebagai

dan untuk tegangan yang berubah terhadap waktu menjadi


Hukum Ohm ini sangat sederhana namun kita harus tetap ingat bahwa ia hanya
berlaku untuk material homogen ataupun elemen yang linier.
 Hukum Kirchhoff
Kita telah mempelajari piranti dan modelnya serta bagaimana hubungan antara arus
dan tegangan pada piranti tersebut dengan memandangnya sebagai suatu komponen
yang berdiri sendiri. Berikut ini kita akan mempelajari piranti-piranti yang terhubung
membentuk suatu rangkaian. Hubungan arus dan tegangan pada rangkaian menuruti
suatu hukum yang menyatakan sifat-sifat rangkaian, hasil pemikiran ilmuwan Jerman
Gustav Kirchhoff (1824 - 1887), yang disebut hukum Kirchhoff.
Sebelum membahas hukum Kirchhoff ada beberapa istilah yang terkait dengan
diagram rangkaian, yang perlu kita fahami, yaitu :

Terminal : ujung akhir piranti atau sambungan rangkaian.

Rangkaian : beberapa piranti yang dihubungkan pada terminalnya.

Simpul (Node) : titik sambung antara dua atau lebih piranti.


Catatan : Walaupun sebuah simpul diberi pengertian sebagai sebuah
titik tetapi kawat-kawat yang terhubung langsung ke titik simpul itu
merupakan bagian dari simpul; jadi dalam hal ini kita mengabaikan
resistansi kawat.
Simpai (Loop) : rangkaian tertutup yang terbentuk apabila kita berjalan mulai dari
salah satu simpul mengikuti sederetan piranti dengan melewati tiap
simpul tidak lebih dari satu kali dan berakhir pada simpul tempat
kita mulai perjalanan.

Selain istilah-istilah tersebut di atas, dalam menggambarkan hubungan atau


sambungan-sambungan kita akan menggunakan cara-cara seperti terlihat pada
Gb.6.3.

1) Hukum Arus Kirchhoff


Hukum Kirchhoff yang pertama ini menyatakan bahwa :

Di sini kita harus memperhatikan referensi arah arus. Bila arus yang menuju
simpul diberi tanda positif, maka arus yang meninggalkan simpul diberi tanda
negatif (atau sebaliknya bila arus yang meninggalkan bertanda positif, arus
yang menuju simpul bertanda negatif). Perlu diingat bahwa arah arus di sini
adalah arah referensi dan bukan arah arus sebenarnya.
Hukum Arus Kirchhoff merupakan pernyataan prinsip konservasi muatan.
Jumlah elektron per detik yang datang dan yang pergi haruslah sama, di titik
manapun dalam rangkaian. Oleh karena itu jumlah arus di suatu simpul harus
nol. Jika tidak, akan terjadi penumpukan muatan di simpul tersebut yang
menurut hukum Coulomb akan terjadi “ledakan muatan”; tetapi hal d emikian
tidak pernah terjadi.
2) Hukum Tegangan Kirchhoff
Hukum Kirchhoff yang kedua ini menyatakan bahwa :

Di sinipun kita harus memperhatikan tanda referensi tegangan dalam


menuliskan persamaan tegangan loop. Tegangan diberi tanda positif jika kita
bergerak dari “+” ke “ ” dan diberi tanda negatif bila kita bergerak dari “
” ke “+”.

Hukum Tegangan Kirchhoff merupakan pernyataan kembali prinsip


konservasi energi. Dalam rangkaian pada Gb.6.4., sebagian piranti mungkin
berupa sumber dan sebagian yang lain berupa beban.
Menurut prinsip konservasi energi, energi yang diberikan oleh sumber dalam
suatu selang waktu tertentu harus sama dengan energi yang diserap oleh
beban selama selang waktu yang sama. Mengingat konvensi pasif, hal itu
berarti bahwa jumlah aljabar energi di semua piranti adalah nol, dan berarti
pula bahwa jumlah aljabar daya (hasil kali tegangan dan arus tiap elemen)
sama dengan nol.

Karena i1 =  i2 dan i2 = i3 + i4 maka persamaan di atas dapat kita tulis


Karena nilai arus tidak nol maka haruslah

Persamaan pertama adalah persamaan untuk loop-1 dan persamaan kedua


adalah untuk loop-3. Dari persamaan loop-1 kita peroleh -v1 +v2 = -v3 dan
jika ini kita substitusikan ke persamaan loop-3, akan kita peroleh persamaan
loop-2 yaitu:

 Metoda Tegangan Simpul (Node Voltage Method , Nodal Analysis)


Jika salah satu simpul dalam suatu rangkaian ditetapkan sebagai simpul referensi
yang dianggap bertegangan nol, maka tegangan pada simpul-simpul yang lain dapat
dinyatakan secara relatif terhadap simpul referensi tersebut. Jika dalam suatu rangkaian
terdapat n simpul, sedangkan salah satu simpul ditetapkan sebagai simpul referensi, maka
masih ada (n – 1) simpul yang harus dihitung tegangannya. Jadi untuk menyatakan
rangkaian secara lengkap dengan menggunakan tegangan simpul sebagai peubah,
diperlukan (n – 1) buah persamaan. Jika persamaan ini dapat dipecahkan, berarti kita dapat
memperoleh nilai tegangan di setiap simpul, yang berarti pula bahwa kita dapat
menghitung arus di setiap cabang. Basis untuk memperoleh persamaan tegangan simpul
adalah persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisis rangkaian, yaitu
persyaratan elemen dan persyaratan rangkaian. Persyaratan elemen menyatakan bahwa
karakteristik i-v dari setiap elemen dalam rangkaian harus dipenuhi. Hal ini berarti bahwa
hubungan antara arus cabang (arus yang melalui elemen di cabang tersebut), dengan
tegangan simpul (tegangan kedua simpul yang mengapit elemen / cabang yang
bersangkutan) ditentukan oleh karakteristik i-v elemen yang ada di cabang tersebut. Ini
berarti pula bahwa arus cabang dapat dinyatakan dengan tegangan simpul. Sebagai contoh,
bila sebuah resistor dengan konduktansi G berada di antara simpul X dan Y, maka arus
cabang tempat resistor itu berada dapat ditulis sebagai :

dengan iXY adalah arus yang mengalir dari X ke Y, vX dan vY masing-masing adalah
tegangan simpul X dan simpul Y. Sementara itu persyaratan rangkaian, yaitu hukum arus
Kirchhoff (HAK), juga harus dipenuhi. Oleh karena itu untuk suatu simpul M yang
terhubung ke k titik simpul lain melalui konduktansi Gi (i = 1 sampai k), berlaku

dengan vM adalah tegangan simpul M, vi adalah tegangan simpulsimpul lain yang


terhubung ke M melalui konduktansi masingmasing sebesar Gi.
Persamaan (9.2) adalah persamaan tegangan untuk satu simpul. Jika persamaan
ini kita terapkan untuk (n – 1) simpul yang bukan simpul referensi maka kita akan
memperoleh (n−1) persamaan yang kita inginkan. Jadi untuk memperoleh persamaan
tegangan simpul dari suatu rangkaian, kita lakukan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan simpul referensi umum.
2. Aplikasikan persamaan (9.2) untuk simpul-simpul yang bukan simpul referensi.
3. Cari solusi persamaan yang diperoleh pada langkah 2.

C. Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Fungsi

Sebagai penghubung antara rangkaian


1 Kabel Jumper dengan power supply

Sebagai tempat merangkai komponen


2 Project Board elektronika

3 Power Supply Sebagai sumber tegangan

4 Resistor Sebagai penghambat arus listrik

5 Satu unit computer Untuk mengoperasikan software EWB

Untuk merancang rangkaian-rangkaian


6 Software EWB elektronika

Untuk mengukur tegangan dan arus tiap


7 Multimeter simpul
D. Langkah Percobaan

a. Menyiapkan alat dan bahan.


b. Merangkai rangkaian pada project board, kemudian sambungkan setiap komponen
menggunakan kabel jumper.
c. Menghitung tegangan dan arus pada tiap simpul dan menuliskannya di hasil
praktikum
d. Menganalisa node secara manual.
1) Memilih salah satu titik sebagai simpul referensi umum sisanya sebagai simpul
yang bukan simpul referensi umum.
2) Mencari persamaan tegangan simpul dengan mengaplikasikan persamaan
cabang berisi resistor.
Rangkaian 1

Rangkaian 2

50 Ω 40 Ω 40 Ω
40 Ω
50 Ω 50 Ω
E. Hasil Praktikum

SIMPUL TEGANGAN ARUS


MANUAL MULTIMETER EWB MANUAL MULTIMETER EWB

B
1

B
2

D
F. Hasil Perhitungan
Simpul A terhubung ke simpul referensi melalui sumber tegangan. Dengan
demikian simpul A merupakan simpul terikat yang nilai tegangannya
ditentukan oleh sumber tegangan, yaitu 30 V. Persamaan tegangan simpul
yang dapat kita peroleh adalah:

Dengan memasukkan nilai-nilai konduktansi dan menuliskannya dalam


bentuk matriks, kita memperoleh

Kita ubah nilai elemen matriks untuk mempermudah perhitungan seperti


yang kita lakukan pada contoh sebelumnya dengan mengalikan baris ke-2
dan ke-3 dengan 20 dan mengalikan baris ke-4 dengan 10.

Eliminasi Gauss memberikan :


Maka :
G. Analisis Hasil Perhitungan dan Hasil Praktikum

Hasil praktikum rangkaian 1 dan 2 secara Manual dan EWB


TEGANGAN
SIMPUL
Manual Multimeter EWB
A 30 V 30 V

Rangkaian B 10 V 10 V
C 5V 5V
1
D 2,5 V 2,5 V
A 30 V 30 V

Rangkaian B 11,08 V 11,08 V


C 4,819 V 4,819 V
2
D 2,409 V 2,409 V

ARUS
SIMPUL
Manual Multimeter EWB

A I1 1A 1A

I2 500 mA 500 mA
B
I3 500 mA 500 mA
Rangkaian
I4 250 mA 250 mA
1 C
I5 250 mA 250 mA

D I6 250 mA 250 mA

A I1 378,3 mA 378,3 mA

I2 221,7 mA 221,7 mA
B
I3 156,6 mA 156,6 mA
Rangkaian
I4 96,38 mA 96,38 mA
2 C
I5 60,24 mA 60,24 mA

D I6 60,24 mA 60,24 mA
Hasil perhitungan rangkaian 1 secara Manual

20Ω 10Ω 10Ω

20Ω 10Ω
Hasil perhitungan rangkaian 2 secara Manual
Hasil perhitungan rangkaian 1 secara EWB

 Tegangan

 Arus
Hasil perhitungan rangkaian 2 secara EWB

 Tegangan

 Arus
Kesimpulan:
Dapat kita simpulkan bahwa kita bisa menggunakan aplikasi EWB, menghitung secara manual atau juga
menggunakan multimeter untuk menghitung rangkaian dalam modul praktikum rangkaian listrik. Pada
laporan modul yang kita kerjakan hanya menggunakan aplikasi EWB dan menghitung secara manual
untuk rangkaian 1 dan rangkaian 2. Untuk menghitung secara manual kita harus menentukan simpul
referensi terlebih dahulu, pada rangkaian 1 dan rangkaian 2 simpul referensi tersebut terhubung dengan
simpul A melalui sumber tegangan. Maka nilai tegangan simpul A = sumber tegangan. Kemudian di ubah
menjadi persamaan tegangan simpul lalu mengubahnya dalam bentuk matriks dan disederhanakan dengan
eliminasi gauss sehingga diperoleh nilai tegangan simpulnya dan arus cabang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus I = V/R. Untuk memastikan jawaban kita sudah benar kita bisa juga membandingkan
perhitungan antara EWB dan perhitungan yang manual. Sehingga dari hasil perbadingan antara EWB dan
hitung manual yang kita lakukan menunjukan nilai tegangan dan nilai arus yang diperoleh adalah sama.

Anda mungkin juga menyukai