Anda di halaman 1dari 20

FUNGSI PENGELUARAN KONSUMSI AGREGAT DALAM RUANG

LINGKUP EKONOMI ISLAM


Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah aswajah
Semester Genap 2021/2022

Dosen Pengampu:
Khurul Aimmatul Umah, S.E.,M.S.EI

Oleh:
Erna Aulia Farida
Moh. Shohibus Shulthon

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
(IAI TABAH)
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis mampu merampungkan salah satu
tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
mata kuliah Ekonomi Makro Islam.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian fungsi pengeluaran
konsumsi dan agregeat dalam ruang lingkup ekonomi slam. Terselesaikannya
makalah ini tidak lepas dari sumbangsih orang-orang terdekat Penulis, karena itu
dengan tulus Penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makr semester II IAI TABAH Kranji
Parican Lamongan yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran.
2. Para Pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
membantu kami untuk menemukan referensi yang akurat.
3. Teman-teman sekelas semester II prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Islam IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang selalu
mengarahkan dan mengingatkan penulis jika penulis terdapat kekurangan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal itu
dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan Penulis semata. Saran dan
kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari audien/peserta diskusi yang
budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi
Penulis namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 04 Maret 2022


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. I


KATA PENGANTAR ...............................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1


A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................2


A. Pengertian Konsumsi………………......................................................2
B. Teori Konsumsi………………….. .........................................................3
C. Konsumsi Dan Tabungan… ..................................................................6
D. Faktor-Faktor yang memengaruhi Konsumsi
E. konsumsi Dalam Ekonomi Islam

BAB III PENUTUP ....................................................................................9


A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran ........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan konsumsi adalah pekerjaan atau kegiatan memakai atau
menggunakan suatu produk barang atau jasa yang diproduksi atau dibuat oleh
produsen. Dalam kamus bahasa indonesia lengkap konsumsi adalah pemakaian
barang-barang produksi, bahan makanan dan sebagainya. Contoh kegiatan
konsumsi adalah seperti makan diwarung, cukur rambut ditukang pangkas
rambut dan berobat ke dokter
Konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat biasanya menghadirkan
banyak pilihan dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Pada kenyataannya
dilapangan, masyarakat dihadapkan pada permasalahan umum dalam
mengkonsumsi barang dan jasa yaitu kelangkaan. Kelangkaan akan barang dan
jasa timbul bila keinginan seseorang atau masyarakat ternyata lebih besar
daripada tersedianya barang dan jasa tersebut. Konsumsi adalah suatu kegiatan
menggunakan barang atau mengurangi nilai guna suatu barang. Pengertian
konsumsi ini hamper bias dikaitkan dengan definisi permintaan
Atas dasar kebutuhan tersebut individu akan mempunyai permintaan
terhadap barang atau jasa, semakin banyak penduduk disuatu Negara, itu berarti
semakin banyak barang atau jasa yang dikonsumsi dan semakin besar juga
permintaan masyarakat akan suatu jenis barang atau jasa. Oleh karena itu dalam
makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konsumsi dalam
ekonomi makro, mulai dari pengertianhingga bagaimana konsumsi dalam
ekonomi islam.

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsumsi?
2. Bagaimana teori konsumsi menurut para ahli?
3. Bagaimana konsumsi dan tabungan?
4. Apa factor-faktor yang mempengaruhi konsumsi?
5. Bagaimana konsumsi dalam ekonomi islam?

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsumsi
2. Untuk mengetahui teori konsumsi menurut para ahli
3. Untuk mengetahui konsumsi dan tabungan
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
5. Untuk mengetahui konsumsi dalam ekonomi islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu
“consumption” konsumsi artinya pemenuhan akan makanan dan minuman.
Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu seluruh pembelian barang
dan jasa akhir yang sudah siap dikonsumsi oleh rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan. Konsumsi merupakan titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan
ekonomi masyarakat.
Kata konsumsi dalam kamus besar ekonomi diartikan sebagai tindakan
manusia baik secara langsung atau tak langsung untuk mengabiskan atau
mengurangi kegunaan (utility) suatu benda pada pemuasan terakhir dari
kebutuhannya.1
Menurut suherman rasyidi konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang
dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia.
Konsumsi atau lebih tepatnya pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran
atas rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa,2
Greg mankiw, mendefinisikan konsumsi sebagai pembelajaran barang dan
jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada
barang yang tahan lama, kendaraan dan perlengkapan dan barang tidak tahan lama
seperti makanan dan pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit,
termasuk pendidikan dan layanan
Dan beberapa pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi
dapat didefinisikan sebagai pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga atau
masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan akan
makanan dan minuman rumah tangga konsumen.
Konsumsi juga tercakup dalam cakupan makro dan mikro ekonomi. Dalam
cakupan makro ekonomi yang terjadi, konsumsi disebut denagn konsumsi
nasional, yang berfungsi menghubungkan antara laju pengeluaran dengan laju
pendapatan nasional. Konsumsi nasional adalah penjumlahaaan dari
pengeluaran-pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh semua orang dalam satu
1
Sigit winarno dan sujano ismaya, kamus besar ekonomi,(Bandung: pustaka setia, 2007). Halaman 115
2
Suherman Rosyidi, pengantar teori ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers,2006). Halaman 163.
9
Negara. Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah
satu variable makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut
pendekatan pengeluaran, variable ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial
dari kata consumption. pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua
orang dalam suatu Negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran
konsumsi masyarakat Negara yang bersangkutan.3 Secara makro (agregat)
mengeliuarkan konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan
nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran
konsumsi.

B. Teori Konsumsi
1. Teori konsumsi john maynard keynes
Dalam teorinya keyens mengandalkan analisis statistic, dan juga
membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi
kasual. Pertama dan terpenting keyens menduga bahwa, kecendrungan
mengkonsumsi marginal (marginal protensiti to consume) jumlah yang
dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.
Kecendrungan mengkonsumsi marginal adalah krussial bagi rekomendasi
kebijakan keyens untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan
kebijakan viskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukan oleh
pengandal kebijakan fiscal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan
konsumsi.
Sehingga secara garis besar teori konsumsi keyens menyatakan bahwa,
(besar kecil) konsumsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan. Sedangkan unsur tabungan tidak terlalu terdampak terhadap
perubahan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
2. Teori konsumsi Milton friedman
Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu pendapatan permanen ( permanent income) dan pendapatan sementara
(transitory income) dengan definisi sebagai berikut:

3
GM Djoko Hanantijo, konsumsi nasional sebagai penggerak laju pertumbuhan ekonomi nasional, jurnal
Mimbar Bumi Bengawan Vol. 6,No. 14,2013, halaman.3
10
b. Pendapatan permanen adalah pendapatan yang orang harapkan untuk terus
bertahan dimasa depan4
c. Pendapatan sementara ialah pendapatan yang tidak bias diperkirakan
sebelumnya5
Selain itu, friedman juga membagi pengeluaran konsumsi menjadi dua yaitu:
a. Pengeluaran konsumsi permanen (konsumsi yang
direncanakan Pengeluaran konsumsi permanen
(konsumsi yang direncanakan
b. Pengeluaran konsumsi sementara (konsumsi yang
tidak direncanakan)

Friedman beranggapan bahwa tidak terdapat korelasi antara pendapatan atau


konsumsi sementara dengan pendapatan atau konsumsi permanen, maupun
konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Kecenderungan mengonsumsi
dari pendapatan sementara nol, artinya jika konsumen menerima pendapatan
sementara yang positif maka tidak mempengaruhi konsumsi.6
Jika konsumen menerima pendapatan sementara yang negative maka tidak
akan mengurangi konsumsi. Jika pendapatan sekarang secara temporer naik diatas
pendapatan permanen, kecenderungan untuk mengkonsumsi rata-rata secara
temporer akan turun. Bila pendapatan sekarang turun ke bawah pendapatan
permanen,kecenderungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan naik.7
2. Teori konsumsi franco Modigliani
Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup disampaikan
dikemukakan oleh franco Modigliani menyataknan bahwa factor social ekonomi
seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi seseorang tersebut.8
Teori ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi tiga bagian :

4
N Gregory Mankiw, pengantar ekonomi, ( Makassar, Erlangga, 2003), halaman. 443.
5
Guritno Mangkoesoebroto dan Algifari, Teori Ekonomi makro,( Yogyakarta: STIE YKPN, 1998)
halaman.72.
6
Ibid, halaman.72
7
N Greogery Mankiw, pengantar ekonomi , ( Makassar: Erlangga,2003), halaman 444
8
Guritno Mangkoesoebroto dan Algifari, teori ekonmi makro, ( yogyakarta: STIE YKPN, 1998) halaman.
66.
11
a. Orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada usia muda, rasio
tabungan berfuktuasi seirimg dengan perkembagan umur mereka yaitu
orang muda akan mempunyai tabungan negatif
b. Pada usia menengah pendapan seseorang cenderung tinggi, menabung dan
membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka dan rendah pada
usia tua
c. Pada kategori usia tua, oraang cenderung akan mengambil tabungan yang
dibuatnya masa usia menengah. Kemudia orang sudah tidak mampu lagi
mendapatkan penghasilan sendiri, sehingga bila iya tidak memiliki
tabungan maka iya akan mengalami kecenderungan dissaving. 9

C. Konsumsi Dan Tabungan


Konsumsi adalah sesuatu tindakan manusia untuk mengurangi atau
menghabiskan kegunaan suatu barang atau benda. Konsumsi terdapat dalam
cakupan makro dan mikro ekonomi, dalam cakupan makro ekonomi yang terjadi
di sebut dengan konsumsi nasional, yang berfungsi menghubungkan antara laju
pengeluaran dengan laju pendapatan nasional. Namun tambahan laju pengeluaran
konsumsi tidak selalu berarti tambahan pendapatan. Karena tidak semua
pendapatan yang ada digunakan untuk konsumsi saja, namun sebagian lagi
digunakan untuk tujuan investasi.
Private consumption expenditure atau pengeluaran konsumsi meliputi
semua pengeluaran rumah tangga, perseorangan dan lembaga swasta bukan
perusahaan yang digunakan untuk membeli barang dan jasa yang langsung dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Pembelian barang
tahan lama yang baru, seperti misalnya TV, mobil dan sebagainya selain
bangunan rumah, termasuk sebagian variable ekonomi pengeluaran konsumsi.
Pembelian barang-barang yang sudah dimiliki oleh konsumen yang satu, yaitu
konsumen pembeli, dimbangi oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga
besarnya netto sebesar nol. Bangunan rumah tinggal pada umumnya dikategorikan
sebagai pengeluaran investasi.

9
Ibid, halaman. 66-67
12
Fungsi konsumsi menunjukan hubungan antara tingkat konsumsi
dengan tingkat pendapatan. Konsumsi pada pemerintah dibedakan menjadi dua
macam.
yaitu yang pertama pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam
literatur ekonomi diberi symbol C (Consumption expenditure), dan yang kedua
pengeluaran konsumsi pemerintah yang diben symbol G (Government
expenditure). Pada umumnya, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus
mempunyai persamaan C=a+bY
Dalam makro ekonomi a beraru besarnya konsumsi pada pendapatan nasional
sebesar nol, sedangkan b berarti besarnya Marginal Propencity to Consumme
(MPC), MPC adalah angka perbandingan antara besarnya konsumsi dengan
besarnya perubahan pendapatan nasional yang menyebabkan adanya perubahan
konsumsi. Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
MPC-AC/AY
Besarnya nilai MPC tergantung pada tingkat pendapatan. Jika misalnya gaji
seseorang sebesar 50 juta rupiah, maka pendapatan yang digunakan sebagai
konsumsi pasti tidak akan sampai dari setengah pendapatannya. MPC mempunyai
tanda positif, hal itu berarti bertambahnya jumlah pendapatan akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah konsumsi
Angka MPC yang lebih kecil daripada satu, menunjukan bahwa
tambahan pendapatan yang diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan
untuk konsumsi, namun sebagian dari pendapatan yang mereka proleh akan
disisihkan sebagai saving (S), Sedangkan angka MPC yang lebih besar daripada
setengah menunjukan penggunaan tambahan pendapatan sebbagi besar digunakan
untuk menambah besarnya konsumsi, sementara sisanya, yaitu MPC yang
jumlahnya lebih kecil merupakan tambahan untuk saving (S). Besar kecilnya
Konsumsi (C) dipengaruhi oleh
1. Faktor internal
a. besarnya pendapatan
b. komposisi rumah tangga (jumlah dan usia)
c. selera
d. kebiasaan
2. Faktor eksterial
a.harga barang
13
b. lingkungan tempat tinggal
c. kebijakan pemerintah
d. budaya masyarakat
e. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Saving (Tabungan)
Tabungan (saving) merupakan sisa pendapatan yang telah digunakan untuk
pengeluaran-pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving adalah
sebagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup ekonomi
makro tabungan (saving) dapat disebut sebagai dengan bagian daripada
pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.
Fungsi saving bila dituliskan dalam bentuk persamaan fungsional adalah
sebagai berikut:
S=Y-C
Apabila persamaan diatas dihubungkan dengan persamaan fungsi konsumsi,
maka kita akan mendapatkan persamaan umum dari fungsi saving, yakni :
S-Y-C
C-a-bY
Maka
S=Y-(a+bY)
=Y-a-By
=(1-b)-a
Keterangan:
a=konsumsi rumah tangga saat pendapatan nasional 0
c=tingkat konsumsi
b=kecondongan konsumsi marginal
Y=pendapatan nasional
Fungsi saving juga mengenal MPS (Marginal Propensity to Save), MPS
adalah perbandingan antara pertambahan saving dengan pertambahan
pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud.
Perumusannya adalah sebagai berikut:
MPS= AS/AY
Untuk fungsi saving berbentuk garis lurus besarnya nilai S (Marginal
Propensity to Save) pada semua tingkatan pendapatan nasional adalah sama.
Faktor-faktor yang memengaruhi Tabungan (S) adalah sebagai berikut:
14
1. Besarnya pendapatan yang diterima Semakin banyak pendapatan yang
diterima seseorang maka semakin banyak pula pendapatan yang disisihkan
untuk ditabung (saving)
2. Hasrat untuk menabung (Marginal Propensity to Save) Hasrat seseorang
untuk menabung biasanya didorong dengan keinginan masing-masing
individu dalam mengakolasikan pendapatannya untuk ditabung karena
pertimbangan keamanan dimasa depan.
3. Tingkat suku bunga bank Tingkat suku bunga bank juga akan
memengaruhi seseorang untuk menabung, semakin tinggi tingkat suku bunga
simpanan maka akan semakin banyak ketertarikan masyarakat untuk
manabung (saving).
Hubungan Konsumsi (C) dan Tabungan (S)
Sebagian besar orang yang memiliki pendapatan akan menggunakan
pendapatannya untuk keperluan konsumsi (C) dan untuk ditabung (S). karena
pendapatan (Y) yang diterima rumah tangga sebagian dikonsumsi dan
sebagian lagi ditabung, maka:
Y=C+S
Sehingga setiap pertambahan Y selain untuk menambah konsumsi (C) juga
untuk menambah tabungan (S) rumus tersebut di atas dapat dikembangkan
menjadi:
C=Y-S atauS-Y-C
Keterangan:
MPC (Marginal Propencity to Consumme) adalah bertambahnya konsumsi
karena bertambahnya pendapatan. Di mana:
MPC= AC/AY
MPS (Marginal Propencity to Save) bertambahnya pendapatan. Dimana:
adalah bertambahnya tabungan karena
MPS= AS/AY
Hubungan antara MPC dan MPS adalah sebagai berikut10 MPC+MPS=1
D. Faktor-faktor yang memengaruhi Konsumsi
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi. Faktor-faktor
tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:

10
Ilmu Ekonomi ID, konsumsi dan tabungan, diakses pada tanggal 16 Maret 2021 pukul 19.00 WIB.
15
1. Faktor-Faktor Ekonomi Ada tiga faktor ekonomi yang menentukan tingkat
konsumsi adalah:
a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income) Biasanya makin baik (tinggi
tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat
pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Misalnya, jika pendapatan seseorang
masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk dikonsumsi juga beras
kelas yang rendah menengah
b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth) Tercakup dalam pengertian
kekayaan rumah tangga adalah kekayaan rul (misalnya rumah, tanah, dan mobil)
dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga) Kekayaan
kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan
disposibel. Misalnya, bunga deposito yang diterima tiapp bulan dan dividen yang
diterima setiap tahun yang menambah pendapatan rumah tangga. Tentunya hal ini
akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.
c. Tingkat Bunga (Interest Rate) Tingkat bunga ang tinggi dapat mengurangi
keinginan konsumsi. baik dilihat dari sisi keluarga yang memilikikelebihan uang
ataupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biya
ekonomi dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka. yang ingin
mengonsumsi dengan berhutang dulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau
menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih
baik menunda konsumsi. Melainkan bagi mereka yang memiliki kelebihan uang,
tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih
menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk konsumsi.
d. Pajak (Taxation) Pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable
yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.
e. Jumlah dan Konsumsi penduduk Jumlah penduduk yang banyak akan
memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang
didominasi penduduk usia produktif /usia kerja (15-64 tahun) akan memperbesar
tingkat konsumsi.
Penentu-penentu konsumsi menurut pandangan Keynes Tingkat konsumsi
terutama ditentukan oleh tingkat pendapatan rumah tangga. Ada behrapa faktor
yang juga menentukan tingkat konsumsi.

16
a. Kekayaan yang Telah Terkumpul Jika seseorang mendapatkan harta warisan
yang banyak sebagai hasil usaha di masa lalu, maka seseorang itu berhasil
mendapatakan kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan tersebut, ia lebih
tertarik untuk menggunakan sebagaian besar pendapatannya untuk konsumsi di
masa sekarang.
b. Tingkat Bunga Saat tingkat bunga yang rendah orang tidak begitu suka untuk
menabung karena mereka merasa lebih baik melakukan konsumsi daripada
menabung.
c. Keadaan Perekonomian Dalam pertumbuhan ekonomi yang teguh, tingkat
pengangguran rendah. Maka masyarakat di dalamnya cenderung lebih aktif
melakukan perbelanjaan.
d. Distribusi Pendapatan Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya
seimbang. mereka lebih condong mengkonsumsi, karena sebagian besar
pendapatan nasional dinikmati oleh seluruh penduduk secara merata.
e. Tersedia Dana Pensiun Di beberapa negara dilakukan pemberian dana pensiun
yang cukup tinggi, pendapatan dari dana pensiun yang cukup besar jumlahnya
akan mendorong tingkat konsumsi.
2. Faktor Demografi dan Faktor Non Ekonomi Yang tercakup dalam faktor-
faktor kependudukan adalah jumlah dan komposisi duk. Faktor-faktor non
ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor
sosial budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat. Misalnya berubahnya kebiasaan belanja dipasar
tradisional ke pasar swalayan.11
E. Konsumsi Dalam Ekonomi Islam
Aturan dan kaidah konsumsi dalam sistem ekonomi Islam menganut
paham keseimbangan dalam berbagai aspek Konsumsi yang dijalankan oleh
seorang muslim tidak boleh mengorbankan kemaslahatan individu dan
masyarakat. Kemudian, tidak diperbolehkan mendikotomi antara kenikmatan
dunia dan ahirat, bahkan sikap ekstrimpun harus dijauhkan dalam berkonsumsi.
larangan atas sikap tabzir dan israf bukan berarti mengajak seorang muslim untuk

11
Firdayeti dan Michael Toni Ardianto, analisis factor-faktor yang mempengaruhi konsumsi diindonesia
menggunakan error correction model (ECM). Jurnal media ekonomi Vol, 19, No, 1, 2011, halaman 9-10.
17
bersikap bakhil dan kikir, akan tetapi mengajak kepada konsep keseimbangan,
karena sebaik-baiknya perkara adalah pertengahan.
Prinsip keseimbangan pengeluaran yang jika kita jalankan sepenuhnya
dapat menghapus kerusakan-kerusakan dalam ekonomi yaitu pemborosan dan
kekikiran yang biasa ditemukan dalam sistem kapitalis modern. Setiap orang baik
yang mampu baik kaya maupun miskin dianjurkan untuk mengeuarkan harta
sesuai dengan kemampuannya. Orang kaya dapat mempertahankan standard
bidupnya secara layak. Meskipun dengan kondisi penghasilan yang berdasarkan
tanggung jawab ekonomi masing-masing baik untuk sebuah keluarga kecil atau
keluarga besar, sepanjang pengeluaran tidak boros dan tidak juga terlalu kikir tapi
menyesuaikan dengan pendapat para konsumen, hal tersebut dibolehkan dan halal
Dalam norma Islam untuk memenuhi kebutuhan manusia secara hirarki
meliputi: keperluan, kesenangan dan kemewahan. Dalam pemenuhan kebutuhan
manusia Islam mengajarkan agar manusia dapat bertindak ditengah-tengah
(modernity) dan sederhana (simplicity). Banyak norma-norma yang penting yang
berkaitan dengan larangan dalam konsumsi, di antaranya ishraf dan tabdzir, yang
juga berkaitan dengan anjuran berinfak. Allah berfirman:
Artinya "Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memben
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan" (QS. At-Talaq 7).
Setiap keputusan manusia dalam ekonomi Islam tidak terlepasa dari nilai
nilai moral dan agama. Karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada
syarat Alquran menyebutkan ekonomi dengan istilah iqtishad (penghematan,
ekonomi) yang secara literatur berarti pertengahan dan moderat. Seorang muslim
dilarang melakukan pemborosan. Seorang musim diminta untuk mengambil
sebuah moderat dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya. Tidak boleh
Israf dan bakhil, Islam mengajarkan agar manusia menjalani kehidupannya secara
benar, sebagaimana yang telah diatur oleh Allah, bahkan usaha untuk hidup secara
benar dan menjalani hidup secara benar inilah yang menjadikan hidup seseorang
bernilai tinggi Ukuran baik dan buruk kehidupan sesungguhnya tidak diukur dari
indikator-indikator lain melainkan dari sejauh mana seorang manusia berpegang

18
teguh pada kebenaran. Dalam ekonomi konvensional, konsumsi diasumsikan
selalu bertujuan untuk memperolehi kepuasan (utility)
Komumas dalam Islam tidak hanya bertujuan mencari kepuasan fisik.
tetapi lebih mempertimbangkan aspek mashlahah yang menjadi tujuan dari syariat
Islam Perintah Islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip, yaitu
keadilan, kebersihan, kesederhanaan, pemurals hati, dan moralitas. Islam tik
pernah melupakan unsur materi dalam memakmurkan dan meningkatkan taraf
hidup manusia. Kehidupan ekonomi yang baik adalah target yang perlu dicapai
dalam kehidupan tapi bukanlah tujuan akhir kehidupan perekonomian yang mapan
adalah sarana mencapai tujuan yang lebih besar dan berarti Dalam analisis
ekonomi, preferensi seorang konsumen terhadap sebuah komoditas sangat
dipengaruhi oleh kecerdasan orang tersebut dalam memahami konsep preferensi
function dan utility function. Ajaran islam memberikan jalan tengah antara dua
hidup yang ekstrim dengan membolehkan berbelanja secara wajar tanpa harus
boros dan kikir.12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsumsi dapat didefinisikan sebagai pengeluaran yang dikeluarkan
oleh rumah tangga ata masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman rumah tangga konsumen.
Dalam ekonomi makro konsumsi disebut dengan konsumsi nasional. Konsumsi
nasonal adalah penjumlahan dari pengeluaran-pengeluaran konsumsi yang
dilakukan oleh semua orang dalam suatu negara yang berfungsi
menghubungkan antura laju pengeluaran dengan laju pendapatan nasional.

12
Novi Indriyani Sitepu, perilaku konsumsi islam diindonesia, jurnal perspektif Ekonomi Darussalam Vol.
2, No. 1,2016, halaman 97-98.
19
Adapun teori mengenai konsumsi menurut ppara ahli yaitu; 1)
Keynes, menyatakan bahwa, (besar-kecil) konsumsi masyarakat sangat
dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. 2) Milton Friedman berpikiran bahwa
pendapatan permanen akan mempengaruhi besamya jumlah kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata masyarakat. 3) Modigliani berkesimpulan bahwa
konsumsi seseorang sangat dipengaruhi oleh kekayaan atau besamya
pendapatan yang diperoleh.
Fungsi konsumsi menunjukan hubungan antara tingkat konsumsi
dengan tingkat pendapatan. Konsumsi pada pemerintah dibedakan menjadi dua
macam pengeluaran konsumsi, yaitu yang pertama pengeluaran konsumsi
rumah tangga yang dalam literatur ekonomi diberi symbol C (Consumption
expenditure), dan yang kedua pengeluaran konsumsi pemenntah yang diberi
symbol G (Government expenditure) Fungsi sving tabungan juga mengenal
MPS (Marginal Propensity to Save). MPS adalah perbandingan antara
pertambahan saving dengan pertambahan pendapatan nasional yang
mengakibatkan bertambahnya saving termaksud
Adapun fator yang mempenganuri konsumsi diataranya adalah
pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat bunga, pajak,
jumlah dan konsumsi penduduk, bahkan faktor non ekonomi pun juga
berdampak kepada kinaumsi seperti faktor sosial budaya masyarakat
Aturan dan kaidah konsumsi dalam system ekonomi islam menganut
paham keseimbangan dalam berbagai aspek. Konsumsi yang dijalankan oleh
seorang muslim tidak boleh mengorbankan kemaslahatan individu dan
masyarakat . kemudian tidak diperbolehkan mendikotomi antara kenikmatan
dunia dan akhirat, bahkan sikap ekstrim pun harus dijauhkan dalam
berkonsumsi. Konsumsi dalam islam tidak hanya bertujuan mencari kepuasan
fisik, tetapi lebih mempertimbangkan aspek maslahah yang menjadi tujuan dari
syariat islam. Perintah islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh lima
prinsip, yaitu keadilan, kebersihan, kesederhanaan, pemurah hati, dan
moralitas.
B. Saran-saran
Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengkoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada
kami. Karena makalah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari
20
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA
Sigit winarno dan sujano ismaya, kamus besar ekonomi,(Bandung: pustaka setia,
2007). Halaman 115

Suherman Rosyidi, pengantar teori ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers,2006). Halaman


163.

GM Djoko Hanantijo, konsumsi nasional sebagai penggerak laju pertumbuhan ekonomi


nasional, jurnal Mimbar Bumi Bengawan Vol. 6,No. 14,2013, halaman.3

N Gregory Mankiw, pengantar ekonomi, ( Makassar, Erlangga, 2003), halaman. 443.

Guritno Mangkoesoebroto dan Algifari, Teori Ekonomi makro,( Yogyakarta: STIE


YKPN, 1998) halaman.72.

Ibid, halaman.72

N Greogery Mankiw, pengantar ekonomi , ( Makassar: Erlangga,2003), halaman 444

Guritno Mangkoesoebroto dan Algifari, teori ekonmi makro, ( yogyakarta: STIE YKPN,
1998) halaman. 66.

Ibid, halaman. 66-67

Ilmu Ekonomi ID, konsumsi dan tabungan, diakses pada tanggal 16 Maret 2021 pukul
19.00 WIB

Firdayeti dan Michael Toni Ardianto, analisis factor-faktor yang mempengaruhi


konsumsi diindonesia menggunakan error correction model (ECM). Jurnal media
ekonomi Vol, 19, No, 1, 2011, halaman 9-10.

Novi Indriyani Sitepu, perilaku konsumsi islam diindonesia, jurnal perspektif Ekonomi
Darussalam Vol. 2, No. 1,2016, halaman 97-98.

Ali Khaidar. 1995. Nahdlatul Ulama dan Islam Indonesia; Pendekaan Fiqih dalam
Politik. (Jakarta: Gramedia).
Siradj, Said Aqiel. 1999. Kontroversi Aswaja: Aula Perdebatan dan Reinterpretasi.
(Yogyakarta: LKiS).
10
At-Tirmidzi, Muhammad Isa.1988. Sunan At-Tirmidzi, (Beirut: Darul Fikri).
Tafl, Moh. Zuhri Dipl. dkk. 1992. Terjemah Sunan At-Tirmidzi, (Semarang: Asy-
Syifa).
Siful, Arifin. & Syaiful, Ach. 2019. Urgensi Mata Kuliah Aswaja di Perguruan
Tinggi, Kariman. 7 (2) Desember. 245 – 251.

11

Anda mungkin juga menyukai