Dosen Pengampu :
Drs ACHMAD MUSSAAD, S.H., M.H
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari
sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami
dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain
yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
2
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
A. Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan .............. 6
B. Wewenang Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan .............. 7
C. Wewenang dan kewajiban pihak - pihak yang terkait dengan pasar modal ... 10
D. Peranan konsultan Hukum Pasar ModaL........................................................ 12
E. Tanggung gugat konsultan hukum pasar modal ............................................. 13
F. Otorits Jasa Keuangan (OJK) ......................................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 17
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
G. Bagaimana kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan?
H. Apa wewenang Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan?
I. Apa wewenang dan kewajiban pihak - pihak yang terkait dengan pasar modal?
J. Bagaimana peranan konsultan Hukum Pasar Modal?
K. Bagaimana tanggung gugat konsultan hukum pasar modal?
L. Apa itu Otorits Jasa Keuangan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan?
2. Untuk mengetahui wewenang Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan?
3. Untuk mengetahui wewenang dan kewajiban pihak - pihak yang terkait dengan pasar
modal?
4. Untuk mengetahui peranan konsultan Hukum Pasar Modal?
5. Untuk mengetahui tanggung gugat konsultan hukum pasar modal?
6. Untuk mengetahui Otorits Jasa Keuangan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
6. Biro Pengelolaan Investasi
7. Biro Transaksi dan Lembaga Efek
8. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa
9. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan
10. Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan
11. Biro Perbankan, Pembiayaan, dan Penjaminan
12. Biro Perasuransian
13. Biro Dana Pensiun
7
10. Perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang lembaga
keuangan;
11. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan;
12. Pelaksanaan tata usaha Badan.
13. Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan sehari-hari pasar modal dilakukan oleh
Bapepam yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur,
wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam
melaksanakan fungsi tersebut, Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan
izin, persetujuan dan pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses
pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas
setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Dalam pasal 5 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 disebutkan bahwa
Bapepam berwenang untuk :
a. Memberi :
izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan, Efek, Penasihat
investasi, dan Biro Administrasi Efek;
izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara
Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan
persetujuan bagi Bank Kustodian;
b. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;
c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk
sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru.
d. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan,
menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran;
e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi
peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan /
atau peraturan pelaksanaannya.
f. Melakukan pemeriksaan terhadap :
setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan
Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau
8
Pihak yang dipersyaratkan memiliki ijin usaha, izin orang perseorangan,
persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini.
g. Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka
pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;
h. Mengumumkan hasil pemeriksaan;
i. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau
menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna
melindungi kepentingan pemodal;
j. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam
hal keadaan darurat;
k. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa
Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan
pengenaan sanksi dimaksud;
l. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian
serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;
m. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai
akibat pelanggaran atas ketentuan dibidang Pasar Modal;
n. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang ini
atau peraturan pelaksanaannya;
o. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal
angka 5; dan
p. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan pada Undang-undang Pasar
Modal.
Ketentuan tindak kejahatan manipulasi pasar diatur di dalam pasal 91 s.d. pasal 93
UU Pasar Modal. Manipulasi pasar merupakan tindak pidana yang pengaturannya hanya
berlaku bagi kegiatan di bursa efek saja, khususnya terkait perdagangan efek/saham
terdaftar di bursa efek. Publikasi yang selalu dilakukan atas harga efek dan keadaan
pasar dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan gambaran yang real dan objektif
tentang pasar, bukan merupakan sesuatu yang direkayasa. Manipulasi pasar dapat
berbentuk manipulasi terhadap perdagangan efek dan manipulasi terhadap harga efek.
Tindakan manipulasi pasar dan manipulasi harga merupakan tindakan yang dilakukan
dengan perantaraan anggota bursa, baik secara sendiri maupun secara bersama-sama,
yang dapat memberikan gambaran bahwa transaksi efek atau harga efek yang terjadi
adalah sesuai dengan kekuatan pasar.
9
Tindakan manipulasi pasar sudah semestinya dilarang, karena yang diinginkan oleh
masyarakat adalah gambaran real tentang pasar, yang dapat menjadi pertimbangan bagi
masyarakat bersangkutan dalam berinvestasi. Dengan kata lain, investor ingin agar apa
yang terjadi di pasar memang merupakan cerminan dari kekuatan penawaran dan
permintaan, bukan sesuatu yang dibuat-buat, seolah- olah cerminan kekuatan pasar
tersebut adalah gambaran yang nyata dan benar tentang pasar.
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar Modal
adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang- undang Pasar
Modal dan atau peraturan pelaksanaannya. Wewenang Bapepam untuk melakukan
pemeriksaan dan penyidikan dijabarkan lebih lanjut di dalam pasal 100 dan pasal 101
UU Pasar Modal. Bahkan, berdasarkan pasal 102 UU Pasar Modal, Bapepam diberikan
kewenangan untuk menjatuhkan sanksi administratif kepada pihak yang melanggar UU
Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Dari kewenangan yang dimiliki oleh
Bapepam, dapatlah kita katakan bahwa Bapepam adalah polisi khusus bagi pasar modal.
10
mentaatinya. Berkenaan dengan hal tersebut, konsultan hukum terwadahi dalam
asosiasi profesinya yang disebut HKPM.
2. Adanya kewajiban untuk memberikan pendapat dan penilaian yang independen,
sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 67 UU No. 8 Tahun 1995. Hal tersebut
dimaksdukan agar supaya pendapat dan penilaian yang diberikan oleh Konsultan
hukum Pasar Modal dilakukan secara profesional dan bebas dari pengaruh pihak
yang memberikan tugas, sehingga pendapat atau penilaian yang diberian obyketif
dan wajar, serta harus menghindari benturan kepentingan (conflick of inferest),
yang mempengaruhi kebebasan dan independen. Hal tersebut berakibat adanya
larangan bagi konsultan hukum pasar modal, antara lain memberikan jasa-jasa bagi
emiten yang terafiliasi, membuat perjanjian bagi kepentingan dalam efek atau
bagian dari laba emiten. Adapun yang dimaksudkan dengan pihak terafiliasi adalah :
(Pasal 1 angka 1 UU No. 8 Tahun 1995).
3. Adanya kewajiban dalam melakukan due diligence. Due diligence merupakan
kewajiban mutlak bagi piohak yang berkepentingan, dalam hal ini Konsultan hukum
pasar modal, untuk memverifikasikan keakuratan dari prinsip keterbukaan yang
berhubungan dengan sekuritas perusahaan dan merupakan standar untuk
penyelidikan dan penelitian yang merupakan bagian dari proses go public. Dengan
demikian due diligence dapat dimaknakan sebagai suatu penelitian yang mendalam,
yang dilakukan oleh Konsultan hukum pasar modal dalam proses penawaran umum
oleh Emiten.
Selanjutnya dalam rangka pelaksaan due diligence, hal-hal pokok yang menjadi
perhatian Konsultan hukum pasar modal dapat diperinci sebagai berikut :
a. Konsultan hukum wajib untuk meneliti keabsahan dokumen-dokumen penting
perusahaan, seperti izii-izin dari lembaga pemerintah, sertifikat tanah dan bangunan,
lisensi-lisensi serta lingkungan hidup;
b. Konsultan hukum wajib untuk meneliti keabsahan Akta Pendirian berserta
perubahan-perubahannya, untuk memastikan tidak ada perubahan yang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan, seperti pengendalian perusahaan, tata cara
pemilikan organ perseroan;
c. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Anggaran Dasar perusahaan berserta
perubahan-perubahan, untuk memastikan tidak ada ketentuan dalam pasal-pasalnya
yang akan membawa akibat yang kurang baik bagui proses penawaran umum efek
perusahaan;
11
d. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Perjanjian hutang untuk memastikan adanya
tidak adanya perjanjian yang berakibat tidak baik terhadap hukum dimasa yang akan
datang;
e. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Kontrak-kontrak dengan pemasok, untuk
menjamin tidak ada kontrak-kontrak yang disembunyikan yang akan berakibat
merugikan perusahaan dimasa yang akan datang;
f. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Proses hukum yang sedang berjalan dan
mungkin akan terjadi, yang dapat mengancam kelancaran bisnis perusahaan.
Kriteria tersebut ditentukan secara tegas di dalam penjelasan Pasal 80 ayat 3 yang
bunyi lengkapnya adalah sebagai berikut: “Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau Profesi
Penunjang Pasar Modal tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerugian yang dideriat oleh
13
pemodal apabila penjamin pelaksana emisi efek atau profesi penunjang pasar modal
tersebut telah melakukan penilaian atau memberikan pendapatnya secara profesional,
dalam arti pekerjaannya telah dilaksanakan sesuai dengan norma pemeriksaan, prinsip-
prinsip dan kode etik masing-masing profesi, dan pendapatnya atau penilaiannya itu
telah diberikan secara independen.
Berkenaan dengan adanya tuntutan ganti rugi di atas maka perlu diperhatikan
adanya ketentuan di dalam Pasal 80 ayat 4 UU No. 8 Tahun 1995 yang menyebutkan
bahwa tuntutan ganti rugi itu hanya diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
pernyataan pendaftaran efektif.
14
memberikan independensi tetapi juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari
Bank Indonesia. Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari
Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang pada
waktu penyusunan RUU (kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999)
bertindak sebagai konsultan. Mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak
mengawasi bank.
Sejauh ini, perumusan pembentukan OJK dilakukan berdasarkan hasil kajian
mengenai Bank Indonesia, Bapepam, lembaga keuangan yang dibina oleh Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan dan lembaga Otoritas Jasa Keuangan di negara lain.
Pokok-pokok pikiran dalam perumusan pembentukan OJK menyangkut :
Status dan kedudukan
Objek pengawasan
Fungsi
Governance
Pendanaan
Koordinasi
Responsibilitas dan
Akuntabilitas ojk.
Independensi OJK tidak diwujudkan dalam bentuk keterpisahan organisatoris dari
pemerintah. Independensi lembaga ini akan ditentukan oleh struktur governance dan
intergritas para penyelenggaranya yang mampu mencegah setiap upaya campur tangan
dari pihak manapun dalam kegiatan pengaturan, pembinaan dan pengawasan lembaga
keuangan dan lembaga lain yang mengelola dana masyarakat. Untuk itu, struktur
governance dan syarat-syarat pokok penyelenggara OJK harus diatur dengan jelas pada
tingkat undang-undang.
OJK merupakan lembaga yang memiliki hak, kewajiban, tugas dan wewenang,
termasuk wewenang untuk berhubungan dan melakukan perjanjian atau perikatan
hukum dengan orang atau badan hukum lain. Segala akibat dari pelaksanaan hak,
kewajiban, tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tidak
dapat dibebankan pada pejabat atau karyawan OJK.
Walaupun berdiri secara independen, OJK tetap perlu berhubungan kerja dengan
departemen, lembaga pemerintah nondepartemen atau lembaga Negara yang lain.
Walaupun pembagaian fungsi pembinaan moneter, fiskal, serta pasar dan lembaga
keuangan diantara Bank Indonesia, pemerintah dan OJK nantinya akan lengkap diatur
dalam perundang-undangan, dalam praktik akan tetap ada situasi dan area kebijakan
yang harus ditangani secara bersamasama.
15
Dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat, OJK juga harus
berhubungan kerja dengan DPR, lembaga-lembaga perlindungan hak konsumen atau
lembaga-lembaga peradilan. OJK juga akan perlu berkoordinasi dengan lembaga-
lembaga lain yang saat ini belum terbentuk. Sebagai contoh, pemerintah telah
membentuk lembaga penjaminan simpanan (deposit insurance institution), OJK akan
harus melakukan kerja sama yang erat dengan lembaga ini untuk menghindari
penyalahgunaan program penjaminan simpanan oleh pemilik atau pengelola bank atau
pihak-pihak lain.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan pasar modal Indonesia yang sedemikian pesat, turut
mengembangkan jumlah dan ragam kejahatan yang terjadi di pasar modal. Salah satu
kejahatan yang paling sering terjadi di pasar modal adalah market manipulation.
Manipulasi pasar dapat berbentuk manipulasi terhadap perdagangan efek dan manipulasi
terhadap harga efek. Kejahatan-kejahatan yang terjadi di pasar modal umumnya sangat
sulit dibuktikan sehingga sulit juga dibawa ke meja hijau. Di satu sisi, kejahatan ini sulit
dibuktikan karena memang dilakukan secara profesional oleh penjahat-penjahat kerah
putih (white color criminal) yang bersembunyi di balik korporasi dan rekening efek yang
mereka buka. Di sisi lain, kesulitan diakibatkan oleh karena alat bukti elektronis yang
sulit diterima oleh sistem hukum Indonesia. Selain itu, niat Bapepam sebagai polisi di
bidang pasar modal untuk membuktikan dan menuntut pelaku kejahatan dinilai kurang
memadai.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan Bapepam harus konsisten dalam menegakan prinsip-
prinsip yang berlaku di pasar modal, diantaranya mengenai keterbukaan informasi.
Bapepam harus tegas menindak para pihak (khususnya emiten dan perusahaan publik)
yang melanggar prinsip ini. Sejauh Bapepam konsisten terhadap penegakan hukum
terhadap pasar modal, tingkat kepercayaan investor (domestik dan asing) terhadap pasar
modal Indonesia semakin bertumbuh. Sebagai institusi yang memiliki otoritas di bidang
pasar modal dan lembaga keuangan, Bapepam-LK harus selalu siap menghadapi
dinamika pasar modal dan sektor keuangan yang dinamis, atraktif dan selalu berubah.
Pembentukan OJK akan mempengaruhi tugas dan wewenang sebelumnya diemban
Bapepam-LK maka diperlukan penyesuaian dan pengkoordinasian pada tingkat
peraturan yang teknis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Fuad Rahmany, Makalah Seminar Pasar Modal Cides, Cides, Jakarta, 07 April 2008
I Nyoman Tjegger, Pokok-pokok Materi Undang-undang Pasar Modal, Universitas
Udayana, Bali, 1997
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996
Nindyo Pramono, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1997
Republik Indonesia, Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009, Bapepam,
Jakarta, 2005
Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
18