Abstrak
Menurut pendapat Gagne (dalam Majid, 2007, hlm. 45) mengemukakan dua pola untuk menyusun dan
mengatur berbagai fakta pembelajaran, yaitu: (1) Konsep, menghubungkan antara objek atau kejadian
dan (2) Asas, kaidah, atau hukum. kemudian mengemukakan dua ketagori yang membahas materi ajar,
yaitu: (1) Metode deduktif, (2) Metode Induktif. Jadi bila disimpulkan bahwa Gagne telah memberikan
kisi-kisi tentang membuat materi ajar beserta metode pembelajaran agar mudah dipahami materi ajar
tersebut. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bahwa Penerapan Pembelajaran di
Era “New Normal” bagi Anak yang Mengalami Hambatan Penglihatan pada saat Pandemi Corona Virus
Covid-19? Data yang diperoleh melalui studi literatur dari bebepara referensi sebagai penguatan dalam
pembahasan artikel. Referensi yang digunakan merupakan hasil penelitian, majalah online, dan buku
rujukan. Pembahasan artikel ini menunjukkan bahwa Penerapan Pembelajaran di Era “New Normal”
bagi Anak yang Mengalami Hambatan Penglihatan pada saat Pandemi Corona Virus Covid-19.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah (1) berdasarkan pengelolahan pesan; (2) Berdasarkan pengaturan
guru; (3) Berdasarkan jumlah siswa; (4) Berdasarkan interaksi guru dan siswa. Oleh karena itu, pendidik
yang menanggani anak berkebutuhan khusus benar-benar memanfaatkan indera yang dimiliki untuk
diperagakan dan untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Seperti melakukan
indera peraba dan pengalaman kongkrit.
Kata kunci: Pembelajaran, New Normal, Corona Virus.
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 13
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
lebih, bahan atau topik, alat, teknik, dan Menurut pendapat Firmansyah
lingkungan (Majid, 2007, hlm. 12). (2020) sejak adanya penyebaran
Jadi bila disimpulkan bahwa COVID-19 di Indonesia. Berbagai
pembelajaran yang menyenangkan, upaya telah dilakukan oleh Pemerintah
guru harus memiliki perencanaan, seperti, membuat aturan kebijakan dan
strategi, dan pemberian tugas regulasi di setiap daerah-daerah di
pembelajaran yang matang. Indonesia. Demi mencegah penyebaran
Menurut pendapat Majid (2007, COVID-19 yang semakin meluas.
hlm. 68) rumusan tujuan pendidikan Sedangkan menurut pendapat
nasional, yaitu berkembang potensi Harususilo datangnya virus COVID-19
peserta didik agar menjadi manusia memaksa untuk tinggal di rumah,
yang beriman dan bertakwa kepada seperti melakukan pekerjaan dari
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak rumah, melakukan aktivitas dari
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, rumah, dan tidak terkecuali di sektor
mandiri, menjadikan warga negara pendidikan. Jadi bila di sumpulkan
demokratis serta bertanggung jawab. bahwa penyebaran virus COVID-19
Sedangkan menurut pendapat sangat berbahaya, karena bisa dilihat
Jamaludin (dalam Majid, 2007, hlm. dari upaya pemerintah melakukan
68) mengemukakan bahwa pencegahan terhadap virus COVID-19
keterpaduan persepektif pandangan itu. Diantaranya melakukan pekerjaan
islam tentang pengembangan diri dari rumah, melakukan aktivitas dari
manusia mencakup: 1) Kognitif, rumah, melakukan olahraga di rumah,
pembinaan kecerdasan dan ilmu tidak boleh bergelombrol atau
pengetahuan yang luas serta mendalam berkerumun, dan tidak terkecuali di
sebagai penjabaran dari sifat fathonah sektor pendidikan.
Rasulullah. 2) Afektif, pembinaan Menurut pendapat Sutjihati (dalam
sikap mental yang mantap dan matang Ginanjar, 2017) seorang anak yang
sebagai penjabaran dari sikap amanah mengalami hambatan penglihatan
Rasulullah. 3) Psikomotorik memiliki kelainan pada indera
pembinaan tingkah laku (behavior) dan penglihatannya, sehingga fungsi
akhlak mulia sebagai penjabaran dari penglihatannya mempengaruhi
sikap shidiq Rasulullah. Jadi dapat di aktivitas kehidupan sehari-hari.
simpukan bahwa teori pendidikan Kemudian diteruskan menurut
nasional diwajibkan memiliki pendapat Ardhi (dalam Ginanjar, 2017)
karakteristik kognitif, afektif, anak tunanetra membutuhkan alat
psikomotorik untuk bisa bertanggung bantu, metode, dan teknik tertentu
jawab atas pengembangkan dirinya. dalam menunjang proses pembelajaran
berlangsung di sekolah. Jadi bila
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 14
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 15
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 16
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
dan kebudayaan, keseluruhan gagasan, yang tepat agar dapat mencapai tujuan
perilaku, dan hasil karya manusia yang yang spesifik secara optimal.
dikembangkan melalui proses 4. Kepastian, yaitu perencanaan
pembelajaran dalam pendidikan dan pembelajaran harus dipastikan denan
beradaptasi terhadap lingkungan. Dapat benar agar kejadian yang tidak diduga
berfungsi sebagai pedoman pada Rencana dapat dikurangi.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 5. Ketelitian, yaitu perencanaan
(RPJMN); dan Menjabarkan visi pembelajaran perlu diperhatikan
Kementerian atau Lembaga yang secara sensitif dengan kaitan antara
dilengkapi dengan rencana sasaran berbagai komponen materi
nasional yang hendak dicapai dalam pembelajaran yang akan di ajarkan.
rangka mencapai sasaran program 6. Adaptabilitas, yaitu perencanaan
prioritas presiden. Selain itu, cita-cita pengajaran senantiasa mencari
dalam pembangunan pendidikan lebih informasi sebagai umpan balik, karena
menekankan pada pendidikan proses perencanaan pengajaran
transformatif, yaitu pendidikan sebagai bersifat fleksibel dan dinamis untuk
motor penggerak perubahan dari menghindari hal-hal yan tidak
masyarakat berkembang menuju diharapkan.
masyarakat maju. Pembentukan 7. Waktu, yaitu keterlibatan perencanaan
masyarakat maju selalu diikuti oleh proses pengajaran dalam memprediksi
transformasi struktural, menandai suatu penilaian kebutuhan kependidikan
perubahan masyarakat maju dan masa kini dan masa depan, serta
berkembang yang dapat validasi dan reliabilitas analisis yang
mengaktualisasikan potensi kemanusian dipakai.
secara optimal. 8. Monitoring, yaitu proses
Menurut pendapat Harjanto (dalam pengembangan kriteria untuk
Majid 2007, hlm. 18-19) adanya dimensi menjamin komponen bekerja secara
perencanaan karakteristik pengajaran efektif.
komprehensif yang menalar dan efisien, Jadi bila disimpulkan menjadi
yakni: dimensi karakteristik perencanaan
1. Signifikan, yaitu tergantung pada pengajaran bisa juga bersifat dinamis,
tujuan pendidikan yang dibangun sensitif, flesibel, dan juga membutuhkan
selama proses perencanaan. ketelitian dalam merencanakan
pembelajaran.
2. Feasibilitas, yaitu perencanaan
Menurut pendapat Dermawan (2013)
pengajaran disusun berdasarkan
menentukan strategi pembelajaran, antara
pertimbangan realistis baik yang
lain: strategi pembelajaran deduktif dan
berhubunan dengan biaya maupun
induktf, individual, komperatif, dan
pengimplimentasi.
modifikasi perilaku, di antaranya: 1.
3. Relevansi, yaitu jaminan perencanaan
Berdasarkan pengolah pesan, yaitu strategi
pengajaran untuk menyelesaikan
pembelajaran ekspositorik dan heuristic. 2.
persoalan secara spesifik pada waktu
Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 17
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 18
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 19
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.396 20