Oleh
Nurul Mawaddah Al-Mursal : 2220002
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Yelfi Dewi S, S.Ag, M.A
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kamidapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salamsemoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yangkita nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Madyulat fi Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyyah dengan
judul Penerapan Rumpun Model-Model Pembelajaran.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masihbanyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkankritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadimakalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah inipenulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung untuk menyelesaikan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5
BAB III......................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 15
B. SARAN .............................................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang
saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua
komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta didik. Berdasarkan hal tersebut
pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta
didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik
bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta
didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya
sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga
peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta didik dapat
melatih kemandirian, dan dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi
merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual, Teori
pemrosesan informasi/ kognitif dipelopori oleh Rabert Gagne (1985). Asumsinya adalah
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
2. Penerapan model pembelajaran advanced organizer pada Mata Pelajaran Bahasa Arab
1
Amstrong, David Ausabel: Advance Orginizers, 1998, h. 1
5
Dengan mind map semakin banyak yang diketahui dan dipelajari akan semakin mudah untuk
belajar dan mengetahui lebih banyak hal.
Model advance organizer berbasis mind map sebagai fasilitas belajar ini juga dapat
diimplikasikan ke dalam proses pembelajaran Bahasa Arab. Tentu dengan memenuhi unsur-
unsur dari sebuah model pembelajaran, yaitu : Syntax (Tahap Pengajaran yang harus dilakukan
guru dalam menggunakan model pembelajaran), Social System, Principal of Reaction, support
System, dan Nurturant Effect.
Tahap ini guru membuat organisasi secara tegas, dan urutan bahan pelajaran
secara logis dan eksplisit, memelihara suasana agar penuh dengan perhatian dan
menyajikan bahan. Misal, guru mempresentasikan atau menjelaskan tentang materi
“Macam-macam Fi’il” dengan logis dan urut agar mudah dipahami murid dan menarik
di mata murid. Sehingga bahan ajar yang disiapkan sebelumnya akan tersampaikan
dengan baik dan dapat dipahami murid.
3) Penguatan Organisasi Kognitif
6
pelajaran. Misal, Setelah memberikan penjelasan, guru dapat melakukan tanya jawab
atau diskusi untuk melihat kembali materi telah diserap murid atau belum.
Disini tampak pola hubungan guru dengan siswa dalam model pembelajaran ini
adalah guru sebagai penyaji atau presentator bahan ajar dan siswa menguasai ide dan
informasi yang diberikan guru. Prakteknya seperti guru memberi suatu materi berkaitan
dengan Bahasa arab seperti “Macam-Macam Fi’il” yang dipresentasikan dalam bentuk
Mind Map. Kemudian, dalam proses pembelajaran guru memberikan respon terhadap
pertanyaan-pertanyaan siswa yang berkaitan dengan materi yang diajarkan yang nanti
juga akan membangun suatu diskusi yang semakin membuat siswa paham.
Rumpun model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik. Teori behavioristik
berasal dari kata "behavior" yang memiliki arti "tingkah laku". Teori belajar behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Menurut teori perilaku, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
1. Model Pembelajaran Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery Learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang
ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok,
dengan kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya. Pembelajaran tuntas
(Mastery Learning) merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa
7
menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran
tertentu.2
Tujuan dari model pembelajaran ini adalah siswa dapat mencapai penguasaan akan
suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas dan
pembelajaran tidak akan dilanjutkan sebelum materi dipahami seutuhnya.
2. Penerapan Model Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Salah satu cara penerapan model pembelajaran belajar tuntas yaitu menggunakan
pembelajaran guru secara langsung. Dalam artian guru berperan aktif dalam proses belajar
mengajar.
Model Belajar Tuntas belajar ini juga dapat diimplikasikan ke dalam proses
pembelajaran Bahasa Arab. Tentu dengan memenuhi unsur-unsur dari sebuah model
pembelajaran, yaitu : Syntax (Tahap Pengajaran yang harus dilakukan guru dalam
menggunakan model pembelajaran), Social System, Principal of Reaction, support System,
dan Nurturant Effect.
8
c. Guru akan memberikan pertanyaan, untuk melihat tingkat penguasaan materi Bahasa
Arab yang telah diajarkan.
d. Bagi peserta didik yang belum tuntas guru akan mengadakan remedial dan perhatian
khusus sehingga kedepannya bisa memperoleh nilai ketuntasan atau KKM
e. Sedangkan peserta didik yang telah tuntas atau telah mencukupi KKM akan melakukan
pengayaan
5. Adapun kegiatan penutup yang dilakukan guru yaitu:
a. Guru memandu untuk pengambilan kesimpulan
b. Guru akan memberikan tugas perindividu kepada peserta didik
c. Guru memberikan pengembangan konsep
d. Guru akan membimbing peserta didik membuat rangkuman hasil pembelajaran
Dalam model pembelajaran ini, terlihat pola hubungan antara guru dengan peserta
didik adalah guru sebagai pusat pembelajaran dimana guru yang membimbing secara
penuh dalam proses pembelajaran, mulai dari penjabaran KD, menyajikan materi,
memonitor jalannya pembelajaran, serta menilai perkembangan peserta didik dan peserta
didik sebagai penerima segala hal yang disampaikan guru, namun untuk keberhasilan
pembelajaran terfokus pada individual peserta didik dalam memahami setiap materi yang
diberikan hingga mencapai batas tuntas yang diharapkan karena model ini terfokus pada
pola prilaku peserta didik itu sendiri.
Maka dengan belajar menggunkan model pembelajaran belajar tuntas ini, peserta
didik diharapkan mampu memahami setiap kompetensi dasar yang telah dirumuskan dan
juga memiliki motivasi yang kuat untuk memperoleh hasil yang mencapai ketuntasan,
karena keberhasilan peserta didik dalam model pembelajaran ini ditentukan oleh usaha
mereka sendiri.
C. Model Pembelajaran Rumpun Model Pembelajaran Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field Theori), yang dirintis oleh Max
Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler (Kelompok Berlin). Ketiga
tokoh ini mengadakan eksperimen mengenai pengamatan sosial dengan fenomena fisik.
Model interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada
terbentuknya hubungan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Model-model
9
pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain (Learning to life toghether).Model-model ini memfokuskan pada
proses di mana realitas adalah negosiasi sosial.
3 Drajat, zakiah.dkk. 2004. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta. Bumi Aksara), h.64.
4Barbara Gross Davis. Collaborative Learning: Group Work and Study Teams. 20 Mei 2011
(http://teaching.berkeley.edu/bgd/collaborative.html).h.80 diakses tanggal 22 oktober 2021.
10
e. Berat ringannya atau sukar tidaknya tugas-tugas yang dihadapi oleh
kelompok.
f. Besar kecilnya jumlah anggota kelompok dan kemampuan pemimpin
kelompok untuk menciptakan suatu struktur kerja kerja kelompok yang baik dan
memadai.
2. Penerapan model pembelajaran Kerja Kelompok pada mata pelajaran Bahasa Arab
Model Kerja Kelompok belajar ini juga dapat diimplikasikan ke dalam proses
pembelajaran Bahasa Arab. Tentu dengan memenuhi unsur-unsur dari sebuah model
pembelajaran, yaitu : Syntax (Tahap Pengajaran yang harus dilakukan guru dalam
menggunakan model pembelajaran), Social System, Principal of Reaction, support System,
dan Nurturant Effect.
a. Membentuk kelompok.
11
1) Masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugasnya. Peserta didik peserta bekerja
sama secara gotong royong menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompoknya masing-masing. Pendidik
mengawasi, mengarahkan atau mungkin juga menjawab beberapa pertanyaan dalam
rangka menjamin ketertiban dan kelancaran kerja kelompok.
2) Pendidik atau pendidik bersamaan peserta didik dilakukan penilaian, bukan saja
terhadap hasil kerja yang dicapai kelompok, melainkan juga terhadap cara bekerja
sama dan aspek-aspek lain sesuai dengan tujuannya dan meliputi penilaian secara
individual, kelompok, maupun kelas sebagai suatu kesatuan.
Pada model ini, pola hubungan antara guru dengan murid adalah guru memberikan
arahan kepada murid tentang materi yang akan dibuat atau didiskusikan, kemudian peserta
didik mengerjakan tugas yang diberikan secara berkelompok, nanti guru akan menilai hasilnya
dan kembali memberikan penjelasan terkait hal-hal yang kurang tepat, dan nanti akan ada
interaksi antar guru dengan peserta didik dalam membahas materi-materi tersebut, disini
terlihat adanya hubungan yang aktif antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan
sesamanya.
12
Model pembelajaran non directive (tidak langsung) adalah tanpa mengurui. Yang
dimaksud tanpa mengurui adalah datang atau timbul dari perasaan, pengalaman,
pemahaman, dan solusi yang dipilihnya sendiri.5
Tujuan utama nya adalah membantu siswa mencapai integrasi pribadi, efektifitas
pribadi, dan penghargaan terhadap dirinya secara realistis. Peranan guru yang terlalu
dominan bisa dirubah dengan menempatkan tanggung jawab proses pembelajaran pada
siswa.Peran guru adalah sebagai pembimbing dan rekan siswa untik mengklarifikasi
pilihanpilihan dari kebenaran ilmiah. Sehingga tak kalah pentingnya adalah kemampuan
guru dalam merangsang hasrat ingin tahu siswa.
2. Penerapan model pembelajaran Non Direktif pada mata pelajaran Bahasa Arab
Model Non Direktif ini juga dapat diimplikasikan ke dalam proses pembelajaran
Bahasa Arab. Tentu dengan memenuhi unsur-unsur dari sebuah model pembelajaran, yaitu :
Syntax (Tahap Pengajaran yang harus dilakukan guru dalam menggunakan model
pembelajaran), Social System, Principal of Reaction, support System, dan Nurturant Effect.
a. Guru memberikan tugas pokok yang berhubungan dengan objek pembelajaran. Misal,
pembelajaran tentang “Fi’il”, maka peserta didik diminta untuk mencari materi
berkaitan dengan “Fi’il” tersebut.
b. Lalu, peserta didik diminta untuk mengobservasi objek pelajaran tersebut diruangan
perpustakaan untuk menganalisa fakta atau materi tersebut.
c. Kemudian Peserta didik diminta unutk menyimpulkan sendiri hasil pengamatannya dan
menjelaskan apa yang telah ditemukan.
d. Terakhir, peserta didik diminta untuk membandingkan dengan fakta atau sumber yang
lain.
Maka pola hubungan antara guru dan peserta didik dalam model ini adalah guru
sebagai fasilitator berusaha untuk melihat dunia sebagaimana siswa melihatnya dan juga
sebagai pembimbing serta rekan bagi siswa untuk mengklarifikasi pilihan pilihan dari
kebenaran ilmiah. Maka tak kalah pentingnya adalah kemampuan guru dalam merangsang
13
hasrat ingin tahu siswa. Dan siswa menjadi sebagai titik fokus dalam pembelajaran, karena
mereka yang akan mencari dan memahami materi sendiri serta memahami bagaimana
dirinya sendiri dalam belajar. Hal ini akan menciptakan suasana komunikasi yang empati
dimana pengendalian diri siswa dapat dipupuk dan dikembangkan dan siswa juga punya
kebebasan berpikir.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16