Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TENTANG PERILAKU MANUSIA

DOSEN PEMBIMBING

Sri Ramadhani. S. Psi. M. Psi. Psikolog

DISUSUN OLEH

Jumeifa Wirda Aini 18010016

Kiki Afriani 18010017

Mellan Zahri 18010018

Nadiatul Putri 18010019

Nia Rahmawati 18010020

Nora Tri Anggraini 18010021

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER

JURUSAN S-I KEPERAWATAN

2021
1
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warohmatullahi wabarokatuh


Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad saw yang telah memberikan
pedoman kepada kita agar tetap berusaha dan bertawakkal.

Ucapan terima kasih terutama kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan atas terbentukknya makalah ini, sebagai manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu kritik dan saran
sangat kamu harapkan guna menyempurnakan makalah yang akan kami susun selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa menjadi media untuk menambah wawasan pembaca terutama kami
sebagai penyusun makalah.
Wassalamamualaikum warohmatullahi wabarokauh

Bengkalis, 05 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4

C. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Pengertian Perilaku Manusia......................................................................................5

B. Jenis-jenis Perilaku Manusia......................................................................................5

C. Karakteristik Perilaku Manusia..................................................................................7

D. Pembentukan Perilaku Manusia.................................................................................7

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia..............................................9

F. Domain Perilaku Manusia........................................................................................14

G. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku.........................................................................16

H. Teori-teori Perilaku Manusia....................................................................................17

I. Perilaku Manusia Menurut Berbagai Aliran............................................................18

J. Pendekatan Untuk Memahami Berbagai Perilaku Manusia.....................................21

BAB III  PENUTUP...........................................................................................................24

A. Kesimpulan...............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar
apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan dengan peran manusia sebagai individu,
social, dan berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar,
seperti orang berjalan, naik sepeda, dll. Untuk aktivitas ini mereka harus berbuat sesuatu,
misal : kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain.
Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku ia sedang membaca, sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya
perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia itu sendiri. Perilaku terdiri dari
aktivitas- aktivitas yang berlangsung, baik didalam maupun diluar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud perilaku manusia?
2.      Bagaimana proses pembentukan perilaku?
3.      Sebutkan faktor yang mempengaruhi perilaku manusia!
4.      Sebutkan mcam-macam perilaku manusia!

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian perilaku manusia
2.      Memahami proses pembentukan perilaku
3.      Mampu menyebutkan faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
4.      Mengetahui macam-macam perilaku manusia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Manusia

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia  dan dipengaruhi
oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Menurut Skinner,
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.

Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan
warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap
pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,


bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik
maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif
(tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit).
Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup ( Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1). Dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

B. Jenis-jenis Perilaku Manusia

Ada beberapa jenis perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, antara lain:

a. Perilaku tertutup dan perilaku terbuka.

Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan
harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes. Perilaku tertutup adalah
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert).

5
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Contohnya: berpikir; berfantasi, kreatifitas, dll.  Sedangkan perilaku terbuka yaitu
perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui alat indera manusia. Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Contohnya: tertawa, berjalan, berbaring, dll.

b. Perilaku reflektif dan perilaku non reflektif.

Perilaku Reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang diterima oleh individu tidak sampai ke pusat susunan saraf atau otak, tapi
langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus diterima
oleh reseptor respon timbul melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran atau otak
(Walgito, 2004).Misal reaksi kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila kena panas,
dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa
perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga di luar kendali manusia.
Lain halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku Non – Reflektif merupakan perilaku
yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Setelah stimulus diterima
oleh reseptor akan diteruskan ke otak dan terjadi respon melalui afektor. Proses yang
terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut sebagai proses psikologi. Perilaku
atau aktivitas atas dasar psikologis disebut sebagai aktivitas psikologi atau perilaku
psikologis (Branca, 1994 dalam Walgito).Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh
pusat kesadarn atau otak. Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
c. Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan


oleh  otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan
mengingat. Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi
manusia yang biasanya bersifat subyektif. Perilaku  motorik yaitu perilaku yang
melibatkan gerak fisik seperti memukul, menulis, lari, dan lain  sebagainya.

6
C. Karateristik Perilaku Manusia

1. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan
dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya.

2. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi,
durasi, dan intensitas.

3. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang
terlibat dalam perilaku tersebut.

4. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.

5. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).

6. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi oleh
orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal
pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang
terlibat dalam perilaku tersebut.

7. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita-citanya di
kemudian hari menentukan perilaku individu dimasa kini yang berbeda-beda pula.

8. perilaku manusia sebenarnya tidak pernah berhenti pada satu titik. Perilaku
manusia pada masa lalu merupakan lanjutan perilaku sebelumnya.

9. Perilaku manusia bersifat situasional, artinya perilaku manusia akan berbeda pada
situasi yang berbeda.

D. Pembentukan Perilaku Manusia

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian


tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja,
perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan
persepsi. Ada beberapa cara pembentukan perilaku, antara lain sebagai berikut.

7
a. Melalui kondisioning atau pembiasaan, yaitu dengan cara membiasakan diri untuk
berperilaku seperti yang diharapkan, yang akhirnya terbentuklah perilaku tersebut.
Misalnya anak dibiasakan bangun pagi,  atau menggosok gigi sebelum tidur,
mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain,  membiasakan diri untuk
tidak terlambat datang ke sekolah, dan sebagainya.. Cara ini didasarkan pada teori
behaviorisme, terutama teori konditioning Pavlov, Thorndike, dan Skinner,

b. Melalui pengertian (insight), yaitu memberikan dasar pemahaman atas alasan tentang
perilaku yang akan dibentuk, misalnya datang kuliah jangan terlambat, karena hal
tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor pakai helm,
karena helm tersebut untuk keamanan diri, Salah seorang tokoh  yang menganut teori ini
adalah Kohler, yang juga merupakan tokoh psikologi Gestalt..  Dia menemukan dalam
eksperimennya bahwa dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight. 

c. Melalui penggunaan model, yaitu pembentukan perilaku melaui model atau contoh
teladan.Orang mengatakan bahwa orang tua  sebagai contoh anak-anaknya, peminpin
sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku
dengan menggunakan model. Cara ini disarakan atas teori belajar sosial (social  learning
theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus


(objek) terlebih dahulu.

2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.

8
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).

Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari
dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain

 Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,


pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
 Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau
tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam
bentuk perilaku
 Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi
emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani
merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan
semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang
sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena
emosi merupakan perilaku bawaan.
 Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-
praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia.

Dalam memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang berbeda-
beda. Aliran Psikoanalisis, misalnya, memandang manusia sebagai makhluk yang
berkeinginan (Homo Valens). Oleh karenanya, menurut pandangan ini perilaku manusia
ditentukan oleh keinginan-keinginan dan dorongan libido. Sedangkan aliran Behaviorisme
memandang bahwa manusia adalah makhluk yang bersikap pasif terhadap lingkungan.
Sehingga perilaku manusia menurut teori ini merupakan bentukan dari kondisi lingkungan.
Selanjutnya dalam pandangan psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia adalah
eksistensi yang positif dan menentukan. Berangkat dari pandangan ini mereka berpendapat
bahwa perilaku manusia berpusat pada konsep diri. Jika dicermati secara seksama, perbedaan
pandangan dari masing-masing aliran mengenai perilaku disebabkan adanya perbedaan
pandangan terhadap konsep tentang manusia.

9
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya ada yang yang bersifat biologis
yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul
untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh. Misalnya saja kekurangan
kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh. Ada pula yang
bersifat psikologis dan spiritual. Yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting
dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa. Dari
kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang
mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan
tersebut.

a. Faktor Biologis
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi biologis untuk mempertahankan
eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan). Mereka akan membutuhkan makanan
dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan melarikan diri ketika melihat musuh yang
menakutkan serta membutuhkan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya. Oleh karena
itu, motivasi biologis memiliki pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Ketika motivasi
itu muncul maka akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan
untuk memuaskan kebutuhannya. Upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan
kembali kondisi tubuhnya.
b. Faktor  Sosiopsikologis

Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang


memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai
faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia.beberapa ahli
mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen, yaitu komponen afektif, kognitif,
dan konatif. Komponen pertama merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.
Sementara komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia. Dan komponen konatif adalah aspek visonal yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.

Komponen afektif dari faktor sosiopsikologis terdiri dari motifsosiogenesis, sikap dan emosi.

1) Motif sosiogenesis

Motif sosiogenesis merupakan motif sekunder yang dapat memengaruhi perilaku


sosial manusia. Secara singkat, motif-motifsosiogenesis dapat dijelaskan meliputi

10
motif ingin tahu, yang meliputi mengerti, menata, menduga, motif kompetensi,
motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untu mencari identitas, kebutuhan akan
nilai dan kedambaan akan makna kehidupan serta kebutuhan akan pemenuhan diri.

2) Sikap

Sikap adalah salah satu konsep dalam psikologi sosial yang paling banyak


didefinisikan para ahli. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis
motif sosiogenesis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang melihat
sikap dengan kesiapan saraf sebelum memberikan respon. Dari beberapa definisi
yang ada, Jalaludin menyimpulkan beberapa hal berikut: Sikap adalah
kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi,
relatif lebih menetap serta mengandung aspek evaluatif dan muncul dari
pengalaman.

3) Emosi

Emosi adalah kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran,


keperilakuan dan proses fisiologis. Coleman dan Hammen mengungkapkan bahwa
emosi dapat berfungsi sebagai pembangkit energi, pembawa informasi tentang diri
seseorang, pembawa pesan kepada orang lain dan sumber informasi tentang
keberhasilan.

Selanjutnya komponen kognitif dari faktor-faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan.


Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang ghaib. Akan tetapi hanyalah
keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman atau intuisi. Dengan demikian kepercayaan di sini adalah yang memberikan
presepsi pada manusia dalam mempresepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap.

Sementara komponen konatif dari faktor sosiopsikologis terdiri atas kebiasaan dan kemauan.


Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, tidak
direncanakan. kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama
atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Sementara kemauan
merupakan usaha seseorang dalam mencapai tujuan. Usaha di sini tentu sangat berkaitan
dengan pengetahuan seseorang tentang hal yang akan dicapai tersebut.

11
c. Faktor Spiritual (ruhani)

Selain motivasi biologis dan sosiopsikologis, manusia juga memiliki motivasi yang bersifat


spiritual. Motivasi ini tidak berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi diri atau
memelihara kelanggengan spesies. Motivasi spiritual erat hubungannya dengan upaya
memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi kebutuhan
pokok manusia. Karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup, rasa aman,
tentram, dan bahagia.

d. Faktor Situasional

Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada
di luar dirinya. Faktor ini sering disebut sebagai  faktor situasional. Secara garis besar, faktor
ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu aspek-aspek objektif dari lingkungan,
lingkungan psikososial dan stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku manusia terdiri atas sistem
peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan
karakteristik populasi. Presepsi seseorang tentang lingkungan akan memengaruhi perilakunya
dalam lilngkungan itu. Lingkungan lazim disebut dengan iklim. Faktor-faktor situasional di
atas, tidaklah mengesampingkan faktor-faktor personal yang dimiliki seseorang. Namun
demikian juga tidak dapat dipungkiri besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku
manusia. Perlu disadari bahwa manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap
situasi yang dihadapi sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Dengan
perkataan lain perilaku manusia merupakan hasil interaksi antara keunikan individu dengan
keumuman situasional.

Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor
genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu
(endogen), antara lain:

a. Jenis Ras

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini
berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara
lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras

12
Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering
mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang
berbeda pula.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan
pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan
wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut
maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.

c. Sifat Fisik

Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku
individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

d. Sifat Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang
dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan
suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian
seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.

e. Bakat Pembawaan

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa
kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

f. Intelegensi

Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997).
Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk membuat
kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang
intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan
mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil
keputusan akan bertindak lambat.

13
Dalam sumber lain, dijelaskan bahwa perilaku manusia juga dipengaruhi oleh faktor luar,
diantarannya :

a. Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda
perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.

b. Agama

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya.

a.    Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku
seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada
kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.

b.    Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku
individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan
dapat dikuasainya.

c.       Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku
seseorang.

F. Domain perilaku manusia.

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,

14
yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari
ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor
(psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

a. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :

 Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek


 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

c. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)
praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil


adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat kedua.

15
3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan responden.

G. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh
para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Di bawah ini diuraikan bentuk-bentuk
perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokkan
menjadi tiga.
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-
anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan. Misalnya, Bu
Ani apabila sakit kepala (pusing) membuat ramuan daun-daunya yang ada
dikebunnya. Tetapi karena perubahan kebutuhan hidup, maka daun-daunan untuk
obat tersebut diganti dengan tanaman-tanamanuntuk bahan makanan. Maka ia
ketika sakit, dengan tidak berfikir panjang lebar lagi Bu Ani berganti minum jamu
buatan pabrik yang dapat dibeli di warung.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini  terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek. Misalnya, Pak Anwar adalah perokokberat. Karena pada suatu saat ia
terserang batuk-batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk
mengurangi rikok sedikit demi sedikit, dan akhirnya berhenti merokok sama
sekali.

16
3. Kesediaan untuk Berubah (Readdiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian
orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readdiness to
change) yang berbeda-beda.
H. Teori-teori perilaku manusia.

Perilaku  manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya.
Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada
beberapa teori. Di antara teori tersebut sebagai berikut.

a. Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi sosial, yang
menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali.Menurutnya, perilaku itu disebabkan karena
insting. Insting merupakan perilaku innate, yaitu perilaku bawaan, dan insting akan
mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini mendapat tanggapan yang cukup
tajam dari Allport yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan karena banyak
faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya.

b. Teori dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan
atau drive tertentu.Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme
yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan
organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri
organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhan itu, maka akan
terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. Oleh karena itu,
menurut Hull, teori ini disebut juga teori drive reduction.
c. Teori Insentif (incentive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena
adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme itu berbuat atau berperilaku.
Insentif atau bisa disebut reinforcement ada yang positif ada yang negatif. Reinforcement

17
yang positif berkaitan dengan hadiah, sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan
dengan hukuman. Reinforcement yang positif akan mendorong organisme dalam berbuat,
sedangkan  reinforcement negatif akan dapat menghambat dalam organisme berperilaku. Ini
berarti bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau reinforcement.

d. Teori Atribusi

Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu
disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap, dan sebagainya) atau oleh keadaan
eksternal. Teori ini dikemukan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi
sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi
eksternal. Mengenal hal ini lebih lanjut akan dibicakan dalam psikologi sosial.

e. Teori Kognitif

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya
yang bersangkutan akan mnemilih alternatif  perilaku yang akan memb aa manfaat yang
sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang disebut sebagai  model subjective
expected utility (SEU). Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir berperan
dalam mementukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat
apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya di samping melihat apa yang dihadapi
pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang
bertindak. Dalam model SEU kepentingan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang
berperilaku kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.

I. Perilaku manusia menurut berbagai aliran.

a.  Manusia menurut aliran psikoanalisis

Manusia menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk yang
digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya (homo Volens). Aliran
psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, Fokus aliran ini adalah
totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.

Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam
kepribadian manusia yaitu:

18
1. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia
merupakan  pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung
memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan
kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:

 Libido – insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan


kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)
 thanatos – insting destruktif dan agresif

2.  Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego Adalah   
mediator antara  hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah
yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai
wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas.

3.  Super ego, yaitu unsur yang  menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang
normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi
dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk
menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.

Dari hal tersebut di atas maka menurut psikoanalis perilaku manusia adalh merupakan
interaksi antara  komponen biologis / unsur hewani (id), komponen psikologis / unsur akal
rasional (ego) dan komponen sosial / unsur moral (super ego ).

b. Manusia menurut  aliran behaviorisme

Manusia menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau perilakunya digerakkan oleh
lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat
pengaruh dari lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”. 
Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin ketika lahir 
artinya manusia belum memiliki “warna mental”. Pada perkembangannya yang menyebabkan
berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah pengalaman.  Secara singkat
maka aliran ini menekankan bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia, serta tempramen
didasarkan pada pengalaman inderawi (sensory experience).

Konsep  perilaku manusia di atas oleh salah tokoh aliran ini Ivan Pavlov disempurnakan
dengan metode yang disebut pelaziman klasik . Pada metode ini perilaku manusia disebabkan
adanya stimuli yang  terkondisi atau bersifat netral  dengan stimuli yang tak terkondisikan.

19
Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan pemberian
sesuatu rangsangan. Untuk menggambarkan metode ini oleh Pavlov melakukan eksperimen
dengan seekor anjing yang dikondisikan dengan stimulus tertentu. Pada akhirnya didapati
dalam eksperimen tersebut bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan
itu keluar sebagai “hasil belajar’ mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan
yang akan diberikan kelak.  Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap kali anak membaca
majalah dan orang tuanya mengambil majlah tersebut dengan paksa maka anak tersebut akan
benci terhadap majalah.

Konsep tentang perilaku manusia ini kemudian disempurnakan oleh Skinner dengan metode
yang disebut  operant conditioning (pelaziman operan). Metode ini menerangkan bahwa
apabila organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang diterima
disekitarnya. 

Perilaku manusia menurut aliran ini semakin diperkuat dengan Social Learning Theori atau
pembelajaran Sosial. Teori ini dikemukankan oleh Albert Bandura  yang mengatakan salah
satu sifat manusia ialah meniru (imitate) tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain yang
diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang tidak diterima
masyarakat. Tingkahlaku yang diterima dan tidak diterima tersebut berbentuk :

 berbeda antara satu budaya dengan satu budaya yang lain,


 berbeda antara individu,
 berbeda menurut situasi.

Dengan demikian, pembelajaran sosial tidak hanya melibatkan mempelajari tingkahlaku yang
diterima tetapi juga tingkahlaku tidak diterima.

c.  Manusia menurut  aliran psikologi kognitif

Manusia dalam konsepsi  psikologi kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan
dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Artinya manusia adalah makhluk
yang berpikir dan tidak pasif dalam merespon lingkungannya  serta berusaha memahai
lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan
bahkan mendistorsi lingkungannya.

Logika dari perilaku manusia menurut aliran ini adalah bahwa jiwa manusia menafsirkan
pengalaman indrawi secara aktif melalui proses mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan,

20
mendistorsi  dan mencari  makna. Jadi manusialah yang menentukan makna stimuli dan
bukan stimuli itu sendiri.

Beberapa teori perilaku menurut aliran ini adalah  teori dari Kurt Lewin yang mengatakan


bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon dari stimulus melainkan produk dari berbagi
gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Gaya tersebut oleh Lewin dirumuskan dalam B
= f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons ( diri orang) dengan Enviroment
(lingkungan psikologisnya).

Teori lain dari aliran ini mengatakan bahwa manusia adalah pencari konsistensi kognitif
( consistency seeker ). Manusia merupakan mahkluk yang mejaga keajegan dalam sistem
kepercayaannya dan diantara sistem kepercayaan dengan perilaku.  Asumsi ini melahirkan
teori yang disebut denga disonansi kognitif artinya  manusia akan akan mencari informasi
yang mengurangi  disonansi ( ketidakcocokan antara dua kognisi). Manusia bila bertemu
dengan informasi yang disonan dengan keyakinannya maka ia akan menolak, meragukan
sumbernya, menacri konsonan atau mengubahnya.

d. Manusia menurut  aliran psikologi humanistik

Manusia menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk  aktif alam merumuskan
strategi transaksional sengan lingkungannya (homo ludens).  Pada asumsi aliran ini manusia
dipandang berada dalam dunia kehidupan ( berupa the I (aku), me (Ku), my self (diriku))
yang dipersepsi dan diinterprestasi secara subjektif. Perilaku manusia berpusat pada konsep
dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-
ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya dalam fungsi untuk
mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan dirinya.

J. Pendekatan untuk memahami berbagai perilaku manusia.

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu
fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari sifatnya,
perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir
untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama
lain.

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan
kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut

21
dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu
di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.


Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari
lingkungan itu sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam


perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam


menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya
sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau


ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli


lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.

Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)


yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3. Proses

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)


adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

22
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu
mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada
respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam
pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian
diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman


masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.

Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya. Menurut
pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang
relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego
ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

5. Tingkat dari Kesadaran

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan
berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti
bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data

23
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner. Pendekatan reinforcement
mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat
observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan


bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi
bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari
segala pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku manusi terdiri
dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan
khusus perilaku manusia, bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku
manusia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal,  dan Faktor


Situsional. Sifat-sifat umumnya terdiri dari pengamatan, perhatian, tanggap, fantasi, ingatan,
berfikir, motif. Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perbahan alamiah, perubahan terencana,
kesediaan untuk berubah. Begitu juga macam-macam perilakunya yaitu perilaku refleks dan
perilaku refleks bersyarat.

DAFTAR PUSTAKA

25
Walgito, bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.CV.Andi Offset.
Widayatun, Tri Rusmi.1999.Ilmu Perilaku.Jakarta.CV.Sagung Seto.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-afipkhoiru-5471-3-babii.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai