245005857-Keperawatan-Jiwa-Dengan-Resiko-Bunuh-Diri (1) - Dikonversi
245005857-Keperawatan-Jiwa-Dengan-Resiko-Bunuh-Diri (1) - Dikonversi
A. Definisi
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri.
Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk
membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang
yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat
(W.F.Maramis, 1995)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri yang terselubung (masked suicide) : orang yang sengaja
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian dengan cara terselubung,
misalnya : mendatangi t4 kerusuhan biar terbunuh, olah raga yang berbahaya,
overDosis pada orang yang tergantung pada zat dan sebagainya.
Menurut tomb (2003) mengemukakan pasien yang berpotensi bunuh
diri yaitu :
1. Pasien pernah mencoba bunuh diri.
2. Keinginan bunuh diri dinyatangan secara terang-terangan maupun
tidak, atau berupa ancaman. Misalnya pasien mengatakan “saya tidak
lagi akan bertemu dengan kalian”
3. Secara objektif terlihat mood depresif atau kecemasan.
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna (misalnya pekerjaan,
harga diri, dan pasangan)
5. Perubhan sikap yang mendadak : mudah marah, sedih atau menarik
diri.
6. Perubahan prilaku yang tak terduga, menyampaikan pesan-pesan,
membagikan barang-barang miliknya.
B. Etiologi
1. Etiologi bunuh diri yang digolongkan berdasarkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan.
Angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya umur. Kurvanya
merupakan garis lurus yang mendaki. Pada wanita, kurva ini naik sampai
umur 60th kemudian turun lagi.
Anak-anak dibawah umur 15th jarang sekali melakukan bunuh diri. Jadi
angka bunuh diri berbanding lurus dengan meningkat umur, tetapi beberapa
peneliti menemukan angka meningkat pada usia muda yaitu antara 15-30
tahun.
a. Penyebab bunuh diri pada anak : pelarian dan penganiayaan atau
pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan yang tidak disayang
atau selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau selalu dihina diskolah,
kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
b. Penyebab bunuh diri pada remaja : hubungan interpersonal yang tidak
bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dan
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti orang
lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang
tua, masalah seksual, depresi.
c. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal : self ideal yang terlalu tinggi,
cemas pada tugas akademi yang terlalu banyak, kegagalan akademik yang
berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi
untuk sukses.
d. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia : prubahan status dari mandiri ke
tergantungan, penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan
tidak berarti dimasyarakat, kesepian dan isolasi social, kehilangan ganda
( seperti pekerjaan,kesehatan,pasangan), dan sumber hidup berkurang.
2. Factor determinan
a. kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekat seseorang individu untuk
mempengaruhi hidupnya dan merupakan factor penting yang
mempengaruhi hal bunuh diri disamping kedudukan social ekonomi dan
situasi eksterm yang merugukan
b. jenis kelamin
angka bunuh diri pada wanita lebih besar daripada pria, disemua Negara
dan di sepanjang masa. Perbandinga tertinggi terdapat di Rhode Island dan
New York yaitu 3 : 1 , angka perbandingan terendah didapati di Australia
1,3 : 1
c. status social
di Inggris, amerika, Denmark dan italia, angka bunuh diri tertinggi
terdapat setatus social tinggi, misalnya dokter, dokter gigi dan ahli hokum.
Menurut Henderson, 1 dari 50 dokter di inggris melakukan bunuh diri
dengan overdosis, pada umumnya mereka berumur kurang dati 50 th dan
banyak yang menderita ketergantungan obat dan alkohol.
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi
Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa
2. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabakan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine.
. b. Faktor Presipitasi
c. Perilaku Koping
d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan
diri yang ada seharusnyatidak ditentang tanpa memberikan koping
alternative.
Objektif :
Impulsif.
Menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh).
Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan
penyalahgunaan alcohol).
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
atau kegagalan dalam karier).
Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
Status perkawinan yang tidak harmonis.
G. Mekanisme koping
Mekanime koping adalah segala sesuatu yang diarahkan untuk menanggulangi
stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan
masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak
tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistik atau anomik berada
dalam keadaan patologis. Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi
mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu
ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak mungkin kecuali
bila kebudayaan dan norma- norma masyarakat diubah.
H. Penatalakasaan
I. Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri
kehilangan
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Resiko Perilaku Bunuh Diri
A. Pengkajian
Hal utama yang harus dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentkan tingkat
resiko dari tingkah laku bunuh diri. Ditekankan pada prilaku, faktor predisposisi,
stressor presipitasi, penilaian stressor dan mekanisme koping.
a. Perilaku
1. Perilaku ketidak patuhan
Individu sadar alasan tidak patuh, merupakan tindakan yang meruugikan diri
sendiri. Telah diperkirakan bahwa sebgian dari pasien tidak path terhadap
rencana pengobatan kesehatan mereka. Perilaku yang berkaitan dengan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan ditunjukan dengan meremehkan
keseriusan terhadap masalah, adanya penyakit kronik yang ditandai dengan
periode asimtomatik, kesehatan mencari muzizat penyakitnya, sering berganti
petugas kesehatan dan rasa bersalah yang menganggu asuhan keperawatan.
2. Perilaku mencederai diri
Mencederai diri adalah suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yamg
dilakukan dengan sengaja, tanpa bantuan orang lain. Contohnya memotong
atau membakar kulit, membenturkan kepala, mengkorek-korek luka dan
menggigit jari.baisanya pada pasien dengan gangguan kepribadian.
3. Perilaku bunuh diri
Semua bentuk perilaku bunuh diri baik ancaman, usaha atau perilaku bunuh
diri harus ditanggapi secara serius apapun tujuannya. Namun perhatian lebih
ditujukan ketika seseorang merencanakan atau mencoba dengan cara yang
paling mematikan seperti menembak diri, memotong urat nadi, menabrakkan
diri ke kendaraan dan atau terjun dar ketinggian
B. Dignosa Keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang cermat.
Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh mempengaruhi
perawat dalam melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan
didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang dikumpulkan oleh
pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang diberikan oleh pasien dan
keluarga. Jika ditentukan data bahwa pasien memberikan ancamanan atau
mencoba bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa
NANDA yang berhubungan dengan respon proteksi diri maladatif adalah resiko
bunuh diri.
C. Perencanaan
Tujuan yang diharapkan pasien tidak akan membahayakan diri sendiri secara
fisik. Rencana asuhan keperawatan untuk individu dengan prilak bunuh diri
difokuskan pada melindungi pasien dari perilakunya yang dapat membahayakan
diri dan mengganti klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang
konstruktif. Rencana keperawatan juga mencakup penyuluhan tentang penyakit.
1. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada kondisi : Ancaman /Percobaan bunuh diri dengn
diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri
Tindakan keperawatan untuk psien percobaan bunuh diri.
a. Tujuan : paien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,
maka sudara dapat melakukan tindakan berikut :
1. Menemani pasien terus – menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketempat yang aman.
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya ( Misalnya : Pisau, silet,
gelas, tali pinggang )
3. Memeriksa apakah pasien benar benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan kepada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
c. Tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatn strategi
pelaksanan (SP)
D. Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien keluarga dan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri.