Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Definisi
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri.
Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk
membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang
yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat
(W.F.Maramis, 1995)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri yang terselubung (masked suicide) : orang yang sengaja
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian dengan cara terselubung,
misalnya : mendatangi t4 kerusuhan biar terbunuh, olah raga yang berbahaya,
overDosis pada orang yang tergantung pada zat dan sebagainya.
Menurut tomb (2003) mengemukakan pasien yang berpotensi bunuh
diri yaitu :
1. Pasien pernah mencoba bunuh diri.
2. Keinginan bunuh diri dinyatangan secara terang-terangan maupun
tidak, atau berupa ancaman. Misalnya pasien mengatakan “saya tidak
lagi akan bertemu dengan kalian”
3. Secara objektif terlihat mood depresif atau kecemasan.
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna (misalnya pekerjaan,
harga diri, dan pasangan)
5. Perubhan sikap yang mendadak : mudah marah, sedih atau menarik
diri.
6. Perubahan prilaku yang tak terduga, menyampaikan pesan-pesan,
membagikan barang-barang miliknya.

Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh


diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009)
Ada 4 hal krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah :
a. suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap
di rumah sakit jiwa,
b. faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang
adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi
staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya
informasi tentang pasien.
c. pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat
di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan
pengobatan atau treatmen lainnya.
d. hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri
perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko
bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di
rumah sakit.

B. Etiologi
1. Etiologi bunuh diri yang digolongkan berdasarkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan.
Angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya umur. Kurvanya
merupakan garis lurus yang mendaki. Pada wanita, kurva ini naik sampai
umur 60th kemudian turun lagi.
Anak-anak dibawah umur 15th jarang sekali melakukan bunuh diri. Jadi
angka bunuh diri berbanding lurus dengan meningkat umur, tetapi beberapa
peneliti menemukan angka meningkat pada usia muda yaitu antara 15-30
tahun.
a. Penyebab bunuh diri pada anak : pelarian dan penganiayaan atau
pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan yang tidak disayang
atau selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau selalu dihina diskolah,
kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
b. Penyebab bunuh diri pada remaja : hubungan interpersonal yang tidak
bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dan
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti orang
lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang
tua, masalah seksual, depresi.
c. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal : self ideal yang terlalu tinggi,
cemas pada tugas akademi yang terlalu banyak, kegagalan akademik yang
berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi
untuk sukses.
d. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia : prubahan status dari mandiri ke
tergantungan, penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan
tidak berarti dimasyarakat, kesepian dan isolasi social, kehilangan ganda
( seperti pekerjaan,kesehatan,pasangan), dan sumber hidup berkurang.
2. Factor determinan
a. kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekat seseorang individu untuk
mempengaruhi hidupnya dan merupakan factor penting yang
mempengaruhi hal bunuh diri disamping kedudukan social ekonomi dan
situasi eksterm yang merugukan
b. jenis kelamin
angka bunuh diri pada wanita lebih besar daripada pria, disemua Negara
dan di sepanjang masa. Perbandinga tertinggi terdapat di Rhode Island dan
New York yaitu 3 : 1 , angka perbandingan terendah didapati di Australia
1,3 : 1
c. status social
di Inggris, amerika, Denmark dan italia, angka bunuh diri tertinggi
terdapat setatus social tinggi, misalnya dokter, dokter gigi dan ahli hokum.
Menurut Henderson, 1 dari 50 dokter di inggris melakukan bunuh diri
dengan overdosis, pada umumnya mereka berumur kurang dati 50 th dan
banyak yang menderita ketergantungan obat dan alkohol.

Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi
Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa
2. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabakan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine.

. b. Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang


dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri

c. Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam


kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.

d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan
diri yang ada seharusnyatidak ditentang tanpa memberikan koping
alternative.

C. Rentang Respon Berhubungan Dengan Bunuh Diri


Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengambarkan respon adaptif
sampai maladaptive pada bunuh diri. Rentang respon peningkatan diri ( self
enchancemen) merupakan rentang respon paling adaptif, sedangkan bunuh diri
(suicide) sebagai respon yang maladaptive. Dalam kehidupan, individu selalu
menghadapi masalah atau stressor. Respon individu terhadap stressor
tergantung pada kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki dan tingkat
stress yang dialaminya. Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif
dan jika gagal dia berespon secara maladaptif dengan menggunakan koping
bunuh diri.

Rentang Respon Bunuh Diri

Rentang respon perlindungan diri yang adaptif yaitu:

1. Self enhancement (pengembangan diri) : menyayangi kehidupan diri,


berusaha selalu meningkatkan kualitas diri.
2. Growth promoting risk taking : berani mengamnbil resiko untuk
meningkatkan perkembangan diri.

Sedangkan Rentang respon maladaptif meliputi :

1. Indirect self-destruktif behavior ; prilaku merusak diri tidak langsung,


aktivitas yang dapat mengancam kesejahteraan fisik dan berpotensi
mengakibatkan kematian, individu tidak menyadari atau menyangkal
bahaya aktivitas tersebut.
2. Self- injury ; mencederai diri,tak bermaksud bunuh diri tetapi prilakunya
dapat mengancam diri.
3. Suicide atau bunuh diri ; prilaku yang sengaja menimbulkan kematian diri,
individu sadar bahkan menginginkan kematian.
D. Karakteristik Bunuh Diri
Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori social, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic : terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya dalam
satu kelompok social. Misalnya orang yang hidup sendiri lebih rentan untuk
bunuh diri daripada yang hidup ditengah keluarg, dan pasangan yang
mempunyai anak merupakan proteksi yang kuat dibandingkan yang tidak
memiliki anak. Masyarakat perdesaan lebih mempunyai integritas social
daripada di perkotaan.
2. Bunuh diri altruistik : terjadi pada orang – orang yang mempunyai integritas
berlebih terhadap kelompoknya, contoh : tentara korea dalam peperangan dan
plaku bom bunuh diri.
3. Bunuh diri anomik : terjadi pada orang-orang yang tinggal dimasyarakat yang
tidak mempunyai aturan dan norma dalam kehidupan social.
4. Bunuh diri fatalistic : terjadi pada individu yang hidup di masyarakat yang
terlalu ketat praturannya. Dalam hal ini individu dipandang sebagai bagian
dimasyarakat dari sudut integritasi atau disintegrasi yang akan membentuk
dasar dari system kekuatan, nilai-nilai, keyakinan, dan moral dari budaya
tersebut.

E. Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)

a. Mempunyai ide untuk bunuh diri


b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
e. Memiliki riwayat bunuh diri.

F. Data Fokus, Fitria, Nita (2009)

Masalah Keperawatan Data Fokus


Resiko bunuh diri Subjektif :
Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga.
Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat yang mematikan.
Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekeasan saat kecil.

Objektif :
Impulsif.
Menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh).
Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan
penyalahgunaan alcohol).
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
atau kegagalan dalam karier).
Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
Status perkawinan yang tidak harmonis.

G. Mekanisme koping
Mekanime koping adalah segala sesuatu yang diarahkan untuk menanggulangi
stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan
masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak
tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistik atau anomik berada
dalam keadaan patologis. Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi
mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu
ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak mungkin kecuali
bila kebudayaan dan norma- norma masyarakat diubah.

H. Penatalakasaan

Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan


interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat
tingkah laku anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist
bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota
dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan
dipelajari.

Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar


pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan
pengobatan terhadap luka- luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak
selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan pearawatan tidak
tergantung pada faktor sosial teapi berhubungan erat dengan kriteria yang
mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau
terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak hanya
berhubungan dengan beratnya gangguan badaniah dengan gangguan psikologik.
Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya.
Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro- konvulusi, obat – obat
terutama anti depresan dan psikoterapi.

I. Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah

Koping individu inefektif

kehilangan
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Resiko Perilaku Bunuh Diri

A. Pengkajian
Hal utama yang harus dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentkan tingkat
resiko dari tingkah laku bunuh diri. Ditekankan pada prilaku, faktor predisposisi,
stressor presipitasi, penilaian stressor dan mekanisme koping.
a. Perilaku
1. Perilaku ketidak patuhan
Individu sadar alasan tidak patuh, merupakan tindakan yang meruugikan diri
sendiri. Telah diperkirakan bahwa sebgian dari pasien tidak path terhadap
rencana pengobatan kesehatan mereka. Perilaku yang berkaitan dengan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan ditunjukan dengan meremehkan
keseriusan terhadap masalah, adanya penyakit kronik yang ditandai dengan
periode asimtomatik, kesehatan mencari muzizat penyakitnya, sering berganti
petugas kesehatan dan rasa bersalah yang menganggu asuhan keperawatan.
2. Perilaku mencederai diri
Mencederai diri adalah suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yamg
dilakukan dengan sengaja, tanpa bantuan orang lain. Contohnya memotong
atau membakar kulit, membenturkan kepala, mengkorek-korek luka dan
menggigit jari.baisanya pada pasien dengan gangguan kepribadian.
3. Perilaku bunuh diri
Semua bentuk perilaku bunuh diri baik ancaman, usaha atau perilaku bunuh
diri harus ditanggapi secara serius apapun tujuannya. Namun perhatian lebih
ditujukan ketika seseorang merencanakan atau mencoba dengan cara yang
paling mematikan seperti menembak diri, memotong urat nadi, menabrakkan
diri ke kendaraan dan atau terjun dar ketinggian

Berdasarkan besar kemungkinan individu melakukan bunuh diri, maka bunuh


diri di bagi 3 yaitu :
1. Ancamana bunuh diri ( Suicide Threats)
Merupakan peringatan verbal atau non verbal bahwa seseorang tersebut
mempertimbangkan bunuh diri. Individu akan mengatakan bahwa
hidupnya tidak akan lama lagi atau mungkin menunjukkan respon non
verbal dengan memberikan barang-barang yang dimilikinya.
2. Percobaan bunuh diri(Suicide attempts)
Klien sudah melakukan percobaan bunuh diri. Semua tindakan yang
dilakukan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh indivdu dan dapat
menyebabkan kematian, jika tidak dilakukan petolongan segera. Pada
keadaan ini klien akan aktif mencoba bunuh diri dengn berbagai cara
seperti gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan
diri dari tempat yng tinggi.
3. Completed Suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaaikan. Orang yang
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benaar-benar mati mungkin akan
mati,jika tidak ditemukan pada waktunya.
b. Faktor Prediposisi
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi:
1. Diagnosa medis; gangguan jiwa
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
2. Sifat kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka
bermusuhan, implusif, kepribadian anti sosial dan depresif.
3. Lingkungan Psikososial
Individu yang mengalami kehilangan denga proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang dan
dukungan sosial merupakan faktor penting yang memepengaruhi individu
untuk melakukan tindakan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam
keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
c. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena status yang berlebihan yang dialami individu.
Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti
masalah hubungan inteterpersonal, dipermalukan didepan umum, kehilangan
pekerjaan, ancamana penahanan dan dapat juga pengaruh media yang
menampilkan peristiwa bunuh diri.
Sumber koping : Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali
membutuhkan bantuan orang lain.
d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak
langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang
yang melakukan tindakan bunuh diri adalah individu telah gagal menggunakan
mekanismepertahanana diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar
menyelesaikan masalah hidupnya.
e. Intensitas Bunuh Diri
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Shivers, (1998) mengkaji intensitas
bunuh diri yang disebut SIRS(Suicidal Intertion Rating Scale ) Intensitas bunuh
diri dengan skor 0-4 dijelaskan pada tabel.

B. Dignosa Keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang cermat.
Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh mempengaruhi
perawat dalam melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan
didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang dikumpulkan oleh
pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang diberikan oleh pasien dan
keluarga. Jika ditentukan data bahwa pasien memberikan ancamanan atau
mencoba bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa
NANDA yang berhubungan dengan respon proteksi diri maladatif adalah resiko
bunuh diri.

C. Perencanaan
Tujuan yang diharapkan pasien tidak akan membahayakan diri sendiri secara
fisik. Rencana asuhan keperawatan untuk individu dengan prilak bunuh diri
difokuskan pada melindungi pasien dari perilakunya yang dapat membahayakan
diri dan mengganti klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang
konstruktif. Rencana keperawatan juga mencakup penyuluhan tentang penyakit.
1. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada kondisi : Ancaman /Percobaan bunuh diri dengn
diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri
Tindakan keperawatan untuk psien percobaan bunuh diri.
a. Tujuan : paien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,
maka sudara dapat melakukan tindakan berikut :
1. Menemani pasien terus – menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketempat yang aman.
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya ( Misalnya : Pisau, silet,
gelas, tali pinggang )
3. Memeriksa apakah pasien benar benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan kepada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
c. Tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatn strategi
pelaksanan (SP)

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan :
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan
pernah meninggalkan pasien sendirian
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya disekitar pasien
3. Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri
4. Mendiskusikan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur
c. Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP).

D. Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien keluarga dan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai