Anda di halaman 1dari 5

Mengapa manusia dikatakan makhluk yang

unik ?

Mengapa manusia dikatakan makhluk yang unik ?

Manusia disebut sebagai makhluk unik atau berbeda dengan manusia yang lain karena mereka
memiliki kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. GordonGordon Alport, seorang
psikolog, yang menyebutkan bahwa setiap manusia dimuka bumi ini berbeda dengan manusia
yang lain. Perbedaan itu yang menjadikan mereka unik atau khas. Perbedaan atau kekhasan
setiap manusia itu tampak dari kepribadian (tingkah laku) yang dipengaruhi lingkungan. Selain
faktor lingkungan, faktor bawaan seperti kemampuan kognisi masing-masing individu
menyebabkan mereka tetap berlainan dengan lainnya, semisal kasus pada saudara kembar.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling unik sekaligus sempurna. Unik karena memiliki
kecenderungan gerak hidup yang multidimensional. Ia bisa bicara dengan beragam bahasa dan
memiliki banyak ekspresi yang tidak dimiliki makhluk Tuhan yang lainnya, seperti tertawa serta
menangis.

Khusus pada aspek ini manusia memiliki segudang keunikannya, bukan hanya pada dirinya sendiri
tetapi juga dengan yang lain. Dengan seketika, manusia bisa merubah keadaan menjadi ceria,
tawa, dan bahagia namun dengan seketika pula manusia secara tiba-tiba dapat menyulap keadaan
menjadi tegang, haru, sedih bahkan histeris. Itulah manusia, makhluk yang kadang terlihat bisa
mengendalikan bahkan mempengaruhi keadaan bagi yang lainnya.

Manusia juga dikatakan sebagai makhluk sempurna. Sebab makhluk yang satu ini memiliki
kelengkapan makhluk hidup sehingga ia diberi amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Kelengkapan itu ialah anugerah rasa, insting, hati dan akal. Pada makhluk lain, hanya aspek akal
yang tidak dimiliki. Akan tetapi aspek yang satu ini telah mampu membuat manusia dikatakan
sebagai makhluk yang sempurna. Sebab akal, manusia telah mampu mendayagunakan segenap
potensi hidup ini menjadi sesuatu yang dapat dimiliki, digunakan bahkan dikuasainya.

Akal juga yang telah menuntun manusia untuk mampu membedakan antara yang baik dan buruk
bagi dirinya sendiri. Sehingga ia dapat menjadikan segala sesuatu itu memiliki nilai manfaat dan
dapat menunjuk pada sesuatu yang dinilai tidak bermanfaat (buruk). Karena akal juga, manusia
dibuat sebagai makhluk rumit yang multidimensional. Rumit karena manusia memiliki sejuta misteri
yang tercermin pada karakter, sikap, pandangan, dan tindakannya. Antara satu orang dengan yang
lain memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga membuatnya susah dipahami secara pasti,
bukan hanya oleh orang lain bahkan oleh dirinya sendiri.

2
Mengenai hal itu, manusia sampai saat ini telah mencurahkan segenap perhatian, kemampuan dan
usaha yang sangat besar untuk memahami dirinya sendiri. Bahkan Dr. A. Carrel dalam
bukunya Man The Unknown (1986) pernah menulis bahwa para ilmuwan, sastrawan, filosof, dan ahli
keruhanian berusaha menyikap misteri manusia tetapi mereka hanya mampu mengetahui seberapa
segi tertentu dari diri manusia. Carrel mengaku bahwa, kita tidak mampu manusia secara utuh.
Sebab yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia memiliki bagian-bagian tertentu, itu pun masih
dibagi-bagi lagi menurut tata cara pandang kita sendiri.

Pada hakikatnya, semua pertanyaan yang dilontarkan oleh manusia untuk mempelajari manusia
yang lahir dalam dirinya sendiri sampai sekarang masih belum dapat terjawabkan. Itulah mengapa
penulis menyebut manusia sebagai makhluk yang unik, rumit juga multidimensional. Namun
menurut penulis, apa yang telah diberikan oleh Tuhan tersebut semata-mata bukan hanya sekedar
anugerah terbesar bagi makhluk dari semua makhluk di dunia. Akan tetapi bersamaan dengan itu
sesungguhnya telah tersimpan segudang misteri akan potensi-potensi yang besar di dalam diri
manusia.

Sebab sesuatu yang susah dipahami, bahkan pengetahuan manusia sampai sekarang, pastilah
sesuatu yang memang tidak akan habis misterinya sampai akhir waktu. Jika sesuatu misteri
memiliki kadar dan tingkat “kemisteriaanya” yang tidak bisa habis dikuak sampai akhir masa,
pastilah sesuatu itu memiliki rahasia potensi yang sangat besar pula. Baik itu tugas, peran,
tanggung jawab bahkan amanahnya sebagai sesuatu yang telah mampu menyimpan sejuta misteri.
Dan yang paling kita ketahui dari tujuan penciptaan manusia oleh Tuhan tiada lain ialah
menjadikannya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.

Khalifah Allah adalah pemimpin, pemandu, dan juga penyeru bagi seluruh makhluk lainnya.
Padahal selain manusia, segala sesuatu di seluruh jagat ini juga menyimpan segudang misteri
pengetahuan yang belum terungkap semuanya. Hal ini dapat berarti, selain manusia harus mampu
memahami dirinya sendiri juga dituntut untuk dapat menyingkap rahasia seluruh pengetahuan di
jagat ini sebagai bekal untuk menyandang title sebagai khalifah Allah.

Apa yang saya ungkapkan di atas tidak lebih agar kita sadar bahwa manusia ini memiliki sejuta
misteri dan potensi diri. Kita tidak akan menjadi manusia sejati atau seutuhnya apabila tidak mampu
memahami hakikat manusia, berikut segenap potensinya. Apa yang telah dianugerahkan Allah
pada manusia melebihi makhluk lain, bukan semata-mata pemberian tanpa ada maksudnya.

3
Kita sebagai manusia dituntut untuk dapat menguak dan memahaminya, sehingga dapat
mendayagunakan seluruh potensinya tersebut untuk kemaslahatan kehidupan. Mengetahui potensi-
potensi yang ada dalam diri manusia mutlak harus diketahui oleh setiap orang tua atau calon orang
tua. Hal ini diperlukan agar kita tidak buta terhadap potensi yang dimiliki oleh anak kita sendiri.

Untuk dapat mengetahui potensi tersebut, terlebih kita harus mengetahui unsur-unsur yang terdapat
dalam diri manusia. Sebab, unsur-unsur tersebutlah yang nantinya memainkan peran terhadap
sejauh mana potensi manusia itu. Setiap unsur yang terdapat manusia tersebut memiliki potensi
sendiri-sendiri yang apabila digali dan didayagunakan dapat membuat manusia cerdas secara
seutuhnya. Nah, apa saja unsur potensi dalam diri manusia tersebut?. Sesuai dalam Al-Qur’an,
yang juga diterangkan oleh M. Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an (1997) membagi
unsur manusia itu ada 4 di antaranya: nafs, qalbu, ruh dan ‘aql.

Menurut Shihab, nafs dalam pandangan Al-Qur’an adalah sesuatu yang diciptakan Allah dalam
keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia untuk berbuat baik atau
buruk. Maksud Tuhan memberi nafs pada manusia tiada lain agar manusia dapat menangkap
makna baik dan buruk. Selain itu, mendorongnya untuk dapat melakukan kebaikan juga keburukan.
Hal ini berbeda dengan apa yang diartikan dalamKamus Besar Bahasa Indonesia yang cenderung
negatif (diartikan sebagai “dorongan hati yang kuat dan berbuat kurang baik”).

Namun pada dasarnya, nafs adalah dorongan manusia untuk baik dan buruk. Al-Qur’an lebih
menghargai nafs sebagai potensi dasar yang sesungguhnya lebih kuat segi positifnya ketimbang
negatifnya. Akan tetapi, faktor eksternal atau daya tarik yang dimiliki oleh nafs lebih kuat daripada
daya tarik yang dipunyai oleh kebaikan.

Kedua ialah qalbu, sebagaimana pengertian yang diberikan Shihab ialah sebuah wadah dari
pembelajan, kasih sayang, takut, dan keimanan. Dalam bahasa sehari-hari qalbu juga dapat
disamakan dengan hati. Hati pada dasarnya ialah sumber rahasia dalam diri manusia. Di dalam
hati, maksud dan tujuan atau niat manusia bersemayam. Makanya Al-Ghazali kemudian
menetapkan hati sebagai wadah dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan dari seluruh kebaikan, sebab
pada dasarnya manusia itu memiliki kata hati dalam setiap tindakan.

4
Kata hati selalu mengarahkan pemiliknya pada kebaikan, makanya jika seseorang bingung hal yang
paling baik dilakukan adalah menuruti kata hati. Sebab hati merupakan pantulan kebaikan yang
disemprotkan oleh sifat-sifat Tuhan. Ada rasa kasih sayang, keadilan, empati, cinta, kebijaksanaan
dan lainnya. Itu semua adalah isi dalam manusia.

Ketiga ialah ruh. Ruh ada yang mengartikan sebagai nyawa. Di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa
ruh adalah urusan Tuhan dan manusia tidak memiliki ilmu kecuali sedikit (QS Al-Sira’ : 85). Namun
dapat dipahami bahwa ruh adalah makhluk spiritual sebagai inti kehidupan yang menyatu dengan
badan. Dalam setiap diri kita pasti mempunyai ruh yang dapat jika dikatakan manusia hidup. Sebab
ruh juga dapat dipahami sebagai sesuatu yang dapat memberi hidup (nyawa).

Keempat ialah ‘aql. Dalam al-Qur’an. ‘aql memiliki beberapa pengertian. Di antaranya, sebagai
daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu (QS Al-‘Ankabut: 43), dorongan moral (QS.
Al-“Anam: 151) atau daya pengetahuan untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah
(makna). Semuanya itu merupakan kerja daripada akal manusia.(anc)

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/255317#readmore

Anda mungkin juga menyukai