DAN AKTIVITAS
BIOLOGIS OBAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
medisinal
Dosen pengampu : Luthfiana Nurulin Nafi’ah, M.Farm
PRODI S1 FARMASI
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
kimia analisis. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian selaku dosen
pembimbing mata kuliah kimia analisis. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
B. RUMUSANMASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUBUNGAN STRUKTUR, KELARUTAN DANAKTIVITAS
BIOLOGIS OBAT
B. AKTIVITAS BIOLOGIS SENYAWA SERIHOMOLOG
C. HUBUNGAN KOEFISIEN PARTISI DENGAN EFEKANESTESI
SISTEMIK
D. PRINSIPFERGUSON
1. Senyawa Berstruktur TidakSpesifik
2. Senyawa BerstrukturSpesifik
BABIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kimia medisinal adalah ilmu pengetahuan yang merupakan cabang
ilmu kimia dan biologi, digunakan umtuk memahami dan menjelaskan
mekanisme kerja obat pada tingkat molekul. Kimia Medisinal (Medicinal
Chemistry) disebut pula Kimia Farmasi (Pharmaceutical Chemistry),
Farmakokimia (Farmacochemie, Pharmacochemistry) dan kimia terapi
(Chimie Therapeutique). Batasan Kimia Medisinal menurut Burger (1970)
adalah : Ilmu pengetahuan yang merupakan cabang dari ilmu kimia dan
biologi, dan digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja
obat. Batasan Kimia Medisinal menurut IUPAC (1974) adalah : Ilmu
pengetahuan yang mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi dan
interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat molekul.
Batasan Kimia Medisinal menurut Taylor dan Kennewell (1981) adalah :
Studi kimiawi senyawa atau obat yang dapat memberikan efek
menguntungkan dalam sistem kehidupan dan melibatkan studi hubungan
struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja
senyawa pada sistem biologis, dalam usaha mendapatkan efek pengobatan
yang maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak menguntungkan.
Ruang lingkup bidang kimia medisinal menurut Burger (1980)
adalah : (1) Isolasi dan identifikasi senyawa aktif dalam tanaman yang
secara empirik telah digunakan untuk pengobatan; (2) Sintesis struktur
analog dari bentuk dasar senyawa yang mempunyai aktivitas pengobatan
potensial; (3) Mencari struktur induk baru dengan cara sintesis senyawa
organik, dengan ataupun tanpa berhubungan dengan zat aktif alamiah; (4)
Menghubungkan struktur kimia obat dengan cara kerjanya; (5)
Mengembangkan rancangan obat; (6) Mengembangkan hubungan struktur
kimia dan aktivitas biologis melalui sifat kimia fisika dengan bantuan
statistik.
Sifat kimia fisika dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat oleh
karena dapat mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh dan proses interaksi
obat-reseptor. Beberpa sifat kimia fisika penting yang berhubungan dengan
aktivitas biologis antara lain adalah ionisasi, pementukan kelat, potensial
redoks dan tegangan permukaan. Sifat-sifat fisika kimia merupakan dasar
yang sangat penting untuk menjelaskan aktivitas biologis obat, oleh karena :
(1) Sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam pengangkutan obat
untuk mencapai reseptor dan (2) Hanya obat yang mempunyai struktur
dengan kekhasan tinggi saja yang dapat berinteraksi dengan reseptor
biologis.
Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan
senyawa dalam media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang
ekstrem, yaitu pelarut polar seperti air, dan pelarut non polar seperti lemak.
Sifat hidrofilik atau lipofobik berhubungan dengan kelarutan dalam air,
sedang sifat lipofilik atau lipofobik berhubungan dengan kelarutan dalam
lemak. Gugus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam air
disebut gugus hidrofilik (lipofobik atau polar) sedangkan gugus yang dapat
meningkatkan kelarutan molekul dalam lemak disebut gugus lipofilik
(hidrifobik atau nonpolar).
B. RUMUSANMASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan struktur, kelarutan dan aktivitas biologisobat?
2. Bagaimana aktivitas biologis senyawa serihomolog?
3. Bagaimana hubungan koefisien partisi dengan efek anestesisistemik?
4. Bagaimana prinsipferguson?
5. Apakah yang dimaksud dengan senyawa berstruktur tidakspesifik?
6. Apakah yang dimaksud dengan senyawa berstrukturspesifik?
C. TUJUAN
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan struktur, kelarutan dan aktivitasbiologis
obat.
2. Untuk mengetahui aktivitas biologis senyawa serihomolog.
3. Untuk mengetahui hubungan koefisien partisi dengan efek anestesi
sistemik
4. Untuk mengetahui prinsipferguson
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan senyawa berstrukturtidak
spesifik
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan senyawa berstrukturspesifik
D. MANFAAT
Manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan struktur, kelarutan danaktivitas
biologis obat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui aktivitas biologis senyawa serihomolog.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan koefisien partisi denganefek
anestesi sistemik
4. Mahasiswa dapat mengetahui prinsipferguson.
5. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengansenyawa
berstruktur tidak spesifik.
6. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengansenyawa
berstrukturspesifik.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 28. Hubungan kelarutan dan aktivitas anti bakteri n-alkohol primer
terhadap kuman Bacillus typhosus (A) dan Staphylococcus aureus (B). C
adalah garis kejenuhan.
Hubungan jumlah atom C dgn aktivitas antibakteri seri homolog n-alifatis alkohol
Dari grafik pada Gambar 28 terlihat adanya “garis kejenuhan” (C).
senyawa di bawah “garis kejenuhan” menunjukkan bahwa pada kadar
tersebut larutan jenuhnya dapat menimbulkan efek antibakteri, sedang di atas
“garis kejenuhan” senyawa tidak mempunyai kelarutan yang cukup untuk
memberikan efek bakterisid.
Titik potong antara garis aktivitas senyawa seri homolog dan “garis
kejenuhan” tergantung pula pada daya tahan bakteri. Bakteri yang lebih kebal
(resisten) memerlukan kadar senyawa yang lebih tinggi untuk membunuhnya,
sehingga titik potong terjadi lebih awal.
Contoh seri homolog :
1. Seri homolog n-alkohol
Seri homolog n-alifatik alkohol primer, pada jumlah atom C1-
C7menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus thyposus yang semakin
meningkat dan mencapai maksimum pada jumlah atom C = 8 (oktanol). Hal ini
disebabkan makin panjang rantai atom C, makin bertambah bagian molekul
yang bersifat non polar, koefisien partisi lemak/air meningkat, penembusan
senyawa ke dalam membran bakteri meningkat, sehingga aktivitas antibakteri
juga meningkat, sampai tercapai aktivitas maksimum. Pada jumlah atom C
lebih besar 8, aktivitas menurun secara drastis. Hal ini disebabkan senyawa
mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil, yang berati senyawa praktis tidak
larut dalam cairan luar sel, sedang kelarutan senyawa dalam cairan luar
selberhubungan dengan proses transpor obat ke tempat aksi atau reseptor.
Terhadap Staphylococcus aureus aktivitas mencapai maksimum pada jumlah
atom C = 5 (amilalkohol).
Rantai alkohol yang bercabang, seperti alkohol sekunder dan tersier,
mempunyai kelarutan dalam air lebih besar, nilai koefisien partisi lemak/air
lebih rendah dibanding alkohol primer sehingga aktivitas antibakterinya lebih
kecil. Contoh : aktivitas n-heksanol 2 kali lebih besar dibanding heksanol
tersier. Adanya ikatan rangkap dapat meningkatkan kelarutan dalam airdan
menurunkan aktivitas antibakteri. Alkohol dengan berat molekul besar, seperti
setilalkohol, praktis tidak larut dalam air sehingga tidak berkhasiat sebagai
antibakteri.
2. Seri homolog 4-n-alkilresorsinol
Aktivitas antibakteriseri homolog 4-nalkilresorsinol terhadap Bacillus
typhosus mencapai maksimum pada jumlah atom C = 6, yaitu 4-n-
heksilresorsinol (Gambar 29), sedang terhadap Staphylococcus aureusaktivitas
mencapai maksimum pada jumlah atom C = 9 (4-n-nonil-resorsinol). Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan sensitivitas dari senyawa seri
homolog terhadap kuman yang berbeda.
3. Seri homolog ester asam para-hidroksibenzoat
Hubungan perubahan struktur seri homolog ester asam para-
hidroksibenzoat (PHB), koefisien partisi lemak/air dan aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hubungan Struktur seri homolog ester asam para-hidroksibenzoat
dengan nilai koefisien partisi lemak/air dan aktivitas antibakteri
terhadapStaphylococcus aureus
Ester PHB Koefisien Partisi Koefisien Fenol terhadap
Staphylococcus aureus
Metil 1,2 2,6
Etil 3,4 7,1
n-Propil 13 15
Isopropil 7,3 13
Alil 7,6 12
n-Butil 17 37
Benzil 119 83
D. PRINSIPFERGUSON
Banyak senyawa kimia dengan struktur berbeda tetapi mempunyai sifat
fisik sama, seperti ester, kloroform dan nitrogen oksida, dapat menimbulkan
efek narkosis atau anestesi sistemik. Hal ini menunjukkan bahwa sifat fisik
lebih berperan dibanding sifat kimia. Dari percobaan diketahui bahwa efek
anestesi cepat terjadi dan dipertahankan pada tingkat yang sama asalkan ada
cadangan obat dalam cairan tubuh. Bila cadangan tersebut habis maka efek
anestesi segera berakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada keseimbangan
kadar obat pada fasa eksternal atau cairan luar sel dan biofasa, yaitu fasa pada
tempat aksi obat dalam organisme. Pada banyak senyawa seri homolog
aktivitas akan meningkat sesuai dengan kenaikan jumlah atom C.
Fuhner (1904), mendapatkan bahwa untuk mencapai aktivitas sama, anggota
seri homolog yang lebih tinggi memerlukan kadar lebih rendah, sesuai
persamaan deret ukur sebagai berikut :
1/31,1/32,1/33,............1/3n
Hal tersebut terjadi pada seri homolog obat penekan sistem saraf
pusat, seperti turunan alkohol, keton, amin, ester, uretan dan hidrokarbon.
Perubahan sifat fisik tertentu dari suatu seri homolog, seperti tekanan uap,
kelarutan dalam air, tegangan permukaan dan distribusi dalam pelarut yang
saling tidak campur, kadang-kadang juga sesuai dengan deret ukur.
Nilai logaritma sifat-sifat fisik n-alkohol primer bila dihubungkan
dengan jumlah atom C ternyata memberikan hubungan yang linier dan hal ini
dapat dilihat pada Gambar 30.
Keterangan :
1. Kelarutan dalam air (mol x 10-6/l)
2. Kadar toksis terhadap Bacillus typhosus (mol x10-6/l)
3. Kadar yang diperlukan untuk menurunkan tegangan permukaan air menjadi
50dynes/cm (mol x10-6/l)
4. Tekanan uap pada 25°C (mm x104)
5. Koefisien partisi air/minyak biji kapas ( x10-3)
Menurut Ferguson, kadar molar toksik sangat ditentukan oleh
keseimbangan distribusi pada fasa-fasa yang heterogen, yaitu fasa eksternal,
yang kadar senyawanya dapat diukur, dan biofasa. Ferguson menyatakan
bahwa sebenarnya tidak perlu menentukan kadar obat dalam biofasa atau
reseptor karena pada keadaan kesetimbangan kecenderungan obat untuk
meninggalkan biofasa dan fasa eksternal adalah sama, walaupun kadar obat
dalam masing-masing fasa mungkin berbeda. Kecenderungan obat untuk
meninggalkan fasa disebut aktivitas termodinamik. Untuk menjelaskan
kecenderungan obat dalam meninggalkan biofasa dan fasa eksternal, derajat
kejenuhan masing-masing fasa merupakan pendekatan yang cukup beralasan.
Aktivitas termodinamik (a) dari obat yang berupa gas atau uap dapat
dihitung melalui persamaan sebagai berikut :
a : Pt/Ps
Pt :Tekanan parsial senyawa dalam larutan, yang diperlukan untuk
menimbulkan efek biologis.
Ps : Tekanan uap jenuhsenyawa.
Aktivitas termodinamik (a) dari obat yang berupa larutan dapat
dihitung melalui persamaan sebagai berikut :
a :St/So
St: kadar molar senyawa yang diperlukan untuk menimbulkan efek biologis.
So: kelarutan senyawa.
Karena harga Psdan Sotetap maka dimungkinkan untuk menentukan
dan mengamati perubahan Ptdan St. Bila senyawa memiliki tekanan parsial
tinggi atas kadar dalam fasa eksternal tinggi maka perbandingan Pt/Psataun
St/Sobesar, biasanya berkisar antara 1-0,01, hal ini berarti bahwa senyawa
didistribusikan ke seluruh organisme tanpa diikat secara tetap dalam sel dan
keseimbangan terjadi pada fasa eksternal dan biofasa. Demikian pula
sebaliknya bila perbandingan Pt/Psataun St/Sorendah, biasanya kurang dari
0,01, senyawa akan terikat pada reseptor tertentu dalam sel organisme dan
keseimbangan antara obat dan reseptor terjadi pada sel atau di dalamnya.
Contoh hubungan penghambatan enzim suksinat dehidrogenase oleh
beberapa senyawa dengan aktivitas termodinamik dapat dilihat pada Tabel 9.
Pada Tabel 9 terlihat bahwa senyawa 1 sampai 4, menunjukkan aktivitas
termodinamik yang lebih besar dari 0,01, dan aktivitas biologis dihasilkan
oleh sifat kimia fisika tertentu dari senyawa dan struktur senyawa bersifat
tidak spesifik.
Tabel 10. Hubungan kadar isoanestesi beberapa obat anestesi, yang berupa
uap atau gas, dengan aktivitas termodinamik, pada manusia (pada suhu 37°C)
Nama P uap (Ps) Kadar P parsial (a) (Pt/Ps)
Gas/Uap mm. Anestesi (Pt) mm.
(% vol)
Nitrogen 59.300 100 760 0,01
oksida 49.500 80 610 0,01
Etilen 51.700 65 495 0,01
Asetilen 1.780 5 38 0,02
Etil klorida 830 5 38 0,05
Etil eter 760 4 30 0,01
Vinil klorida 725 1,9 14 0,02
Etil bromida 324 0,5 4 0,01
Kloroform
Contoh :
1. Senyawa Kolinergik
4. Turunanfeniletilamin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Sifat kelarutan juga berhubungan erat dengan proses absorpsi obat. Halini
penting karena intensitas aktivitas biologis obat tergantung padaderajat
absorpsinya.
2. Makin panjang rantai samping atom C, makin bertambah bagianmolekul
yang bersifat non polar dan terjadi perubahan sifatfisik.
3. Senyawa kimia yang reaktif dan mudah larut dalam lemak ; Efekterlihat
jelas terutama pada sel-sel yang banyak mengandung lemak,seperti
sel saraf ; Efisiensi anestesi atau hipnotik tergantung pada koefisien partisi
lemak/air atau distribusi senyawa dalam fasa lemak dan fasa air jaringan.
4. Kadar molar toksik sangat ditentukan oleh keseimbangan distribusi pada
fasa-fasa yang heterogen, yaitu fasa eksternal, yang kadar senyawanya
dapat diukur, danbiofasa.
5. Senyawa berstruktur tidak spesifik adalah senyawa dengan strutkurkimia
bervariasi, tidak berinteraksi dengan reseptor spesifik, dan aktivitas
biologisnya tidak secara langsung dipengaruhi oleh struktur kimia tetapi
lebih dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia fisika, seperti derajat ionisasi,
kelarutan, aktivitas termodinamik, tegangan permukaan dan redoks
potensial.
6. Senyawa berstruktur spesifik adalah senyawa yang memberikan efeknya
dengan mengikat reseptor atau aseptor yangspesifik.
B. SARAN
Saran dari makalah ini yaitu diharapkan kepada mahasiswa agar dapat
mengaplikasikan mata kuliah Kimia Medisinal dalam bidang Farmasi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA