Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tenun Ikat Khas Ende Motif “Jara”

Oleh

Kelompok Ende
Anggota :
1. Maikel Febriansyah Sitepu (2020220414)
2. Maria Adventia Ine Mere (2020220660)
3. Muzia Devia Sari (2020220808)
4. Asura Syafir (2020220710)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Flores
2021
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya yang
berlimpah ruah menciptakan alam semesta dan isinya ini. Kami mengucapkan limpah terima
kasih kepada-Nya dan pihak-pihal yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Tenun merupakan kerajinan tangan khas dari daerah. Setiap motif tenunan memiliki
makna yang merepresentasikan imajinasi dari para penenunnya. Salah satu hasil tenun yang
ada di Nusa Tenggara Timur yakni tenunan khas Ende.

Kegunaan hasil tenunan mulai dari kebutuhan sehari-hari sebagai pakaian


berkembang menjadi kebutuhan adat. Hingga sekarang, tenun dijadikan sebagai busana
modern yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Tenun dari Ende mempunyai motif yang berbeda-beda. Dari yang tradisional sampai
yang konteporer. Motifnya biasa terdiri dari flora dan fauna. Untuk tenunan motif tradisional
biasanya memiliki makna yang berkaitan dengan adat daerah. Oleh karena itu, kami memcari
tau makna dari salah satu motif tenun ikat khas Ende yakni motif jara.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami memohon sudi kiranya para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran.

Ende, Mei 2021

Penulis

Tenun Ikat Khas Ende Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

A. Tenun Ikat Khas Ende Zawo ‘Jara’.................................................. 3


B. Bahan.................................................................................................... 3
C. Alat....................................................................................................... 4
D. Cara Membuat.................................................................................... 4
E. Gambar Motif...................................................................................... 7
F. Makna Motif........................................................................................ 8

BAB III PENUTUP....................................................................................... 9

A. Kesimpulan.......................................................................................... 9
B. Saran.................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................10

LAMPIRAN...................................................................................................11

Tenun Ikat Khas Ende Page ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ende merupakan salah satu kabupaten yang ada di Flores, Nusa Tenggara
Timur. Luas kabupaten ini ialah 2.067,75 km². Wilayah ini berbatasan dengan
kabupaten Nagakeo dari arah barat, kabupaten Sikka dari arah timur, sebelah selatan
dengan laut Sawu, dan dari arah utara dengan Laut Flores.
Kabupaten Ende telah berdiri sejak tahun 1958 dengan ibukotanya Ende.
Jumlah penduduk pada tahun 2016 berkisar 282.154 jiwa. Wilayah administrasinya
terdiri dari 21 kecamatan yakni Kecamatan Nangapanda, Pulau Ende, Ende, Ende
Timur, Ende Tengah, Ende Selatan, Ende Utara, Ndona, Wolowaru, Maurole,
Detusoko, Maukaro, Wewaria, Wolojita, Kelimutu, Detukeli, Kota Baru, Lio Timur,
Ndori, Ndona Timur dan Lepembusu Kelisoke.
Ende biasa disebut dengan Ende Lio. Hal ini dikarenakan penyebaran etnis di
kabupaten ini terdiri dari etnis Ende dan Etnis Lio. Kedua etnis tersebut memiliki ciri
budaya yang terkadang mirip tetapi tak sama. Etnis Ende memiliki ciri budaya seperti
bahasa, rumah adat, tarian, upacara, tenun dll.
Kain tenun khas Ende merupakan harta milik keluarga yang bernilai tinggi
karena kerena dalam proses pembuatan motifnya diperlukan imajinasi penenun agar
dapat menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Tenunan yang bernilai dapat dilihat
dari nilai simbolis yang terkandung didalamnya, termasuk makna dari ragam hias
tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spritual dan mistik menurut adat.
Pada awalnya, tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai
pakaian penutup dan pelindung tubuh. Kemudian, tenunan berkembang sebagai
kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematiaan). Hingga sekarang,
tenunan digunakan sebagai busana resmi dan modern yang didesain sesuai dengan
perkembangan mode, juga memenuhi kebutuhan konsumen.
Orang-orang suku Ende dapat menenun tanpa adanya larangan adat yang
menyertai. Namun, sebagian besar masyaraat suku ini tidak dibiasakan menenun.
Tenun Ende lebih berpusat pada tenun Ende Ndona. Setiap sarung Ende biasanya
berwarna dasar merah tua kecoklatan atau hitam. Tenunan itu ditenun dua kali dan

Tenun Ikat Khas Ende Page 1


dijahit dengan memisahkan bagian tengan (one) dam bagian kaki (ai). Bagian tengah
memiliki ikatan sebagai pola khusus, sedangkan bagian kaki senantiasa diperkecil
sehingga setiap jalur memiliki nama masing-masing.
Tenunan pria Ende mempunyai jalur-jalur sepanjang lungsin yang sejalan
dengan jalurnya mendatar yang biasa disebut ragi sura mba’o. Tenunan kedua,
setelah dijahit, jalur-jalurnya lurus dari atas ke bawah disebut ragi surang ndari. Jadi,
jalur-jalur pada tenun pria Ende ada yang membujur dan ada yang melintang. Jenis
motif tenun pria Ende dibagi menjadi 2 yakni, semba dan senai atau zuka.
Pada umumnya, motif tenun perempuan Ende adalah motif flora dan fauna
seperti kuda, daun, burung, lalat atau sayap lalat. Sedangkan, pada motif kain atau
selendang didominasi oleh motif bunga yang diselingi garis hhitam kecil diantara
motif-motifnya. Berikut ini merupakan motif-motif tenun perempuan yang terkenal
di kabupaten Ende: zawo jara nggaja, zawo pudi, zawo soke, zawo soke mata ria,
zawo soke mata lo’o, zawo nepa mite, zawo nepa te’a, zawo mangga, zawo mata
sinde, zawo jara, zawo pea kanga, zawo one mesa, zawo mata anggo dan zawo mata
rote.
Dari banyaknya motif tenun khas Ende tersebut, kami memilih salah satu
motif tenun wanita khas Ende yaitu jara. Oleh karena itu, dalam makalah sederhana
ini, kami mengangkat judul tentang “Tenun Ikat Khas Ende Motif ‘Jara’”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumasan masalah yang diambil adalah bagaimana
proses pembuatan dan makna tenun ikat motif ‘Jara’?
C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dibuat makalah ini adalah:
1. Mengetahui motif tenunan khas Ende
2. Mengetahui dan menambah wawasan cara membuat tenun ikat khas Ende
3. Mengetahui dan mengaplikasikan nilai-nilai atau makna yang ada pada motif
tenunan.

Tenun Ikat Khas Ende Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Tenun Ikat Khas Ende Zawo ‘Jara’


Jenis motif    : sarung perempuan
Bentuk motif    : motif Jara (kuda) dan mata Saliwu
Jumlah motif    : vertikal 18 motif, Horisontal 2×13 motif
Jumlah lembar    : 3 (tiga) terdiri dari 1 (satu) One/tengah dan 2 (dua) Singi/pinggir
Ukuran    : 200 cm x 160 cm
Nama sarung ini sesuai dengan dengan bentuk motifnya yaitu jara atau kuda
dan untuk menambah motif diantara kuda yaitu ditambahkan motif mata saliwu.
Warna dasarnya adalah hitam. Motif jara sebenarnya bagian dari motif zawo jara
nggaja hanya jumlah gaminya agak berbeda. Sarung ini digunakan oleh kaum wanita
pada saat acara keluarga dan acara keagamaan. Cara memakainya harus sesuai dengan
motif kuda berdiri sehingga tidak terbalik.
B. Bahan
1. Benang katun/bordir
2. Mboro/ gebang/ tali rafia

3. Pewarna
 Alami
Pewarna alami dapat berupa wunu kembo yang menghasilkan
warna merah dan wunu tarum yang mengasilkan warna hitam.
 Kimia
Pewarna kimia yang biasa digunakan adalah: Nepthol ASBO, garam diazo
biru B, garam diazo merah B, garam diazo hitam B.

Tenun Ikat Khas Ende Page 3


4. Kanji
C. Alat
1. Alu mekka

2. Ozo woe
3. Ozo zii

4. Mbeza

5. Kha’be

Tenun Ikat Khas Ende Page 4


6. Konggo
7. Sippe

8. Nggando

Tenun Ikat Khas Ende Page 5


9. Kuku rette

10. Hi’a

D. Cara Membuat
Proses pembuatan tenun ikat secara tradisional yaitu:
1. Woe Lelu/menggulung benang,
2. Meka Pette/ mengikat benang,
3. Go’a/merentangkan benang ,
4. Podo Ngili/pencelupan benang,
5. Redu Perru/mencabut tali gebang,
6. Kekku /pencelupan warna,
7. Dao Go’a/merentangkan benang,
8. Pili Perru/mengatur benang
9. Ae Ti/memberi kanji, dan
10. Seda/menenun

Tenun Ikat Khas Ende Page 6


E. Gambar Motif Zawo Jara

Tenun Ikat Khas Ende Page 7


F. Makna dari Motif
Ragam hias Jara dimaknai sebagai lambang kendaraan para arwah dan ragam
hias semba dimaknai sebagai lambang kebesaran para Mosalaki. Menurut mama Anas
(penenun kain khas Ende), motif mata saliwu hanya digunakan sebagai hiasam
tambahan yang melambangkan emas.

Tenun Ikat Khas Ende Page 8


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenun Ikat Khas Ende Zawo ‘Jara’ merupakan jenis motif tenun perempuan.
Bentuk motif yakni jara atau kuda dan mata saliwa. Sarung ini digunakan oleh kaum
wanita pada saat acara keluarga dan acara keagamaan. Cara memakainya harus sesuai
dengan motif kuda berdiri sehingga tidak terbalik.
Bahaan yang digunakan untuk membuat kain tenun yaitu, Benang katun/bordir
Mboro/ gebang/ tali rafia dan pewarna yang terdiri dari pewarna alami dan kimia.
Alat- alat yang digunakan dalam proses tenun sebagai berikut: alu mekka, ozo woe, ozo
zii, mbeza, kha’be , konggo, sippe, nggando, kuku rette dan hi’a.
Cara membuat tenun ikat Ende sebagai berikut: woe lelu/menggulung benang,
meka pette/ mengikat benang, go’a/merentangkan benang, podo ngili/pencelupan
benang, redu perru/mencabut tali gebang, kekku /pencelupan warna, dao
go’a/merentangkan benang, pili perru/mengatur benang, ae ti/memberi kanji, dan
seda/menenun.
Ragam hias Jara dimaknai sebagai lambang kendaraan para arwah dan ragam
hias semba dimaknai sebagai lambang kebesaran para Mosalaki. Menurut mama Anas
(penenun kain khas Ende), motif mata saliwu hanya digunakan sebagai hiasam
tambahan yang melambangkan emas.
B. Saran
Saran penulis bagi generasi muda agar lebih giat mencari dan mempelajari
kebudayaan tenun ikat khas daerah. Tenun ikat ini dapat dijadikan sebagai salah satu
model usaha yang memiliki peluang yang sangat besar di masyarakat. Oleh karena itu,
diharapkan adanya partisipasi para pembaca untuk terus melestarikan tenun khas
daerah agar tidak punah ditelan zaman.

Tenun Ikat Khas Ende Page 9


DAFTAR PUSTAKA

Dato, Ihsan. 2015. “Tenun Ikat Ende Lio, Ditengah Hegemoni Tekstil Modern”, (Online,
(https://athanua.wordpress.com/2015/11/20/tenun-ikat-ende-lio-ditengah-
hegemoni-tekstil-modern/), diakses tanggal 3 Mei 2021.
Bunga, Katarina. Bantuan Bahan Baku/Penolong & Peralatan Tenun Ikat “Beringin
Indah”.
Gwi. 2018. “Kain Tenun Ikat Ende Lio Nusa Tenggara Timur”, (online),
(https://gpswisataindonesia.info/kain-tenun-ikat-ende-lio-nusa-tenggara-
timur/), diakses tanggal 02 Mei 2021.
Wikipedia. 2021. Kabupaten Ende, (Online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ende), diakses tanggal 1 Mei 2021.
Anastasia (ketua IK. Tenun ikat Aenari) interview. 2021. Tenun Ikat Khas Ende. Ende.

Tenun Ikat Khas Ende Page 10


LAMPIRAN

Wawancara dengan Mama Anas dari kelompok


Tenun Ikat AENARI

Tenun Ikat Khas Ende Page 11


Motif-motif tenun ikat yang lain

Zawo mangga

Tenun Ikat Khas Ende Page 12


Zawo mata rote/kembo

Zawo nggaja

Tenun Ikat Khas Ende Page 13

Anda mungkin juga menyukai