Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPA BAGI ABK

Teori Pembelajaran IPA

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hj. Mega Iswari, M.Pd.

Kelompok 2 :

Annisa 19003119

Juwytha Yonenda 19003141

Ratih Safrani 19003027

Zahra Rahmi 19003172

Gina Junita Sari 19003062

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena
dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Pembelajaran IPA bagi ABK. Ada pun judul dari makalah ini adalah “Teori Pembelajaran IPA”.
Ini semua hanya sebatas pengetauan dan kemampuan yang penulis miliki dan penulis juga
berterima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu penulis baik
secara moril maupun materil.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini banyak
kekurangan dan jauh dari yang diharapkan.Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang mendukung untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Padang, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEBAHASAN

A. Teori Behaviorisme ................................................................................................. 2


B. Teori Kognitivisme .................................................................................................. 4
C. Teori Konstruktivisme ............................................................................................. 7
D. Teori Gagne ............................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan


sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan
satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia
belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari
belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme,
dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan
seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat
dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penerapan pembelajaran IPA menurut teori Behaviorisme ?


2. Bagaimana penerapan pembelajaran IPA menurut teori Kognitivisme ?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran IPA menurut teori Konstruktivisme?
4. Bagaimana penerapan pembelajaran IPA menurut teori Gagne?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran IPA menurut teori Behaviorisme
2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran IPA menurut teori Kognitivisme
3. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran IPA menurut teori Konstruktivisme
4. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran IPA menurut teori Gagne

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Behaviorisme
Skinner mengakui bahwa aplikasi dari teori operant adalah terbatas, tetapi ia
merasa bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia mengemukakan bahwa control
yang positif (menyenangkan) mengandung sikap yang menguntungkan terhadap
pendidikan, dan akan lebih efektif jika digunakan. (Sudjana N, 1990: 92)
Dengan three-term contingency modelnya (stimuli yang deskriptif, respons dan
reinforce) ia mengemukakan bahwa peranan utama dari pendidik adalah menciptakan
kondisi agar hanya tingkah laku yang diinginkan saja yang diberi penguatan. Stimulus
deskriminatif dipergunakan untuk memaksimalkan terjadinya tingkah laku yang
diinginkan. Ia menganjurkan untuk melakukan analisis langsung terhadap aktiitas-
aktivitas yang terjadi dalam situasi praktis untuk mengenal tingkah laku yang pantas dan
yang tidak pantas secara tepat. Pendidik hendaknya melakukan catatan dari kemajuan
siswa sehingga dapat dilakukan perubahan program yang diperlukan siswa.
Informasi yang diperoleh dapat diperbaiki untuk perbaikan selanjutnya baik
mengenai pendidikan maupun teknik yang dipakai dalam pendidikan. Pendidik perlu
mengetahui dan menentukan tugas-tugas mana yang akan dicoba (dilaksanakan),
bagaimana cara melaksanakannya dan hasil apa yang akan diharapkannya.
Menurut Skinner mengajar adalah mengatur kesatuan penguat untuk mencapai
proses belajar. Dengan demikian tugas guru harus sebagai arsitek dalam membentuk
tingkah laku siswa melalui penguatan sehingga dapat membentuk respons yang tepat bagi
siswa.
Dengan kata lain focus nyata dalam pengajaran adalah pemberian penguatan yang
konsisten, segera dan positif bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian tujuan
pengajaran yang diinginkan. Pengajaran berprogram adalah model yang diajukan oleh
Skinner berdasarkan teori belajarnya. (Sudjana N, 1990 : 92-93)
Ada beberapa prinsip pengajaran tingkah laku yang dapat digunakan berdasarkan
aliran behaviorisme menurut Skinner, yang dirancang agar pengetahuan siswa tetap
berada dalam benak siswa antara lain :

2
3

1) Perlu adanya tujuan yang jelas dalam pengertian tingkah laku apa yang diharapka
dicapai para siswa. Tujuan diatur sedemikian rupa secara bertahap dari yang
sederhana menuju yang kompleks.
2) Memberikan tekanan kepada kemajuan individu sesuai dengan kesanggupannya
3) Pentingnya penilaian yang terus menerus untuk menentukan tingkat kemajuan
yang dicapai siswa
4) Prosedur pengajaran dilakukan melalui modifikasi atas dasar hasil evaluasi dan
kemajuan yang dicapainya.
5) Hendaknya digunakan positif reinforcement secara sistematis bervariasi, dan
segera manakah respons siswa telah terjadi.
6) Prinsip belajar tuntas sebaiknya digunakan agar penguasaan belajar para siswa
dapat diperoleh sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan (tujuan yang ingin
dicpai dari pengajaran)
7) Program remedial bagi siswa yang memerlukan harus diberikan agar mencapi
prinsip tujuan belajar tuntas.
8) Peran guru lebih diarahkan kepada peranannya sebagai arsitek dan pembentuk
tingkah laku siswa.

Untuk mempertahankan atau mempertinggi perilaku, diberikan stimulus penguat


dan menghilangkan perilaku stimulus penguat dikurangi atau diturunkan. Untuk respon
yang tepat sebaiknya diberikan penguat positif secara langsung. Hasilnya dapat
dilihat bahwa seseorang akan mempertahankan perilakunya (respons) dengan baik
apabila diberikan stimulus penguat. (Sudjana N, 1990 : 89)
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam teori belajar Behaviorisme yang
berpedoman pada perubahan tingkah laku setelah melakukan pembelajaran dapat
diterapkan dengan menggunakan stimus-stimulus yang dapat membangkitkan semangat
siswa dalam belajar dan mampu merangsang siswa untuk merubah perilakunya sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Misalya dalam mengajarkna materi
tentang diri sendiri di kelas I SD, stimulus dapat diberikan dengan cara menunjukkan
gambar/foto Tubuh manusia atau menunjukkan torso manusia, dengan menunjukkan
media tentu siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk melakukan pembelajaran.
4

Selanjutnya dengan menunjukkan media pembelajaran yang menarik tentu siswa


akan menunjukkan respons yang positif, respons yang diberikan siswa merupakan
tindakan, jika siswa melakukan perubahan tingkah laku , (misalnya siswa bertanya fungsi
anggota tubuh manusia, atau mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru setelah
melihat media contohnya menujukkan bagian tubuh manusia dan bertanya pada siswa apa
fungsinya siswa yang mampu menjawab dengan benar dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai diindikasikan telah terjadi perubahan perilaku yakni
perilaku dari tidak tau menjadi tau)
Untuk mempertahankan pengetahuan dalam benak siswa dalam pembelajaran IPA
sesuai dengan teori Operant Concitioning yang dikemukan Skinner. Operant
Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali. Dalam pembelajaran IPA agar pengetahuan (perilaku/tindakan) siswa
dapat bertahan dalam ingatannya perlu dilakukan pengutan dengan cara mengulang (drill)
materi yang diberikan atau dengan cara memberikan pengutan kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan guru misalanya dengan memberikan pujian,
memberikan nilai yang sangat memuaskan, memberikan tepuk tangan, memberikan
senyuman, ancungan jempol atau dengan cara yang lainnya yang dapat membuat bangga
siswa yang telah berhasil. Untuk siswa yang tidak berhasil menjawab pertanyaan yang
diberikan guru akan diberikan kegiatan remedial sebagai bentuk penguatan berupa
pengulangan (drill).

B. Teori Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan


dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi
ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa
Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon
sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).
5

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar
kognitif leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk.
2012: 87). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar
behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya sebagai hubungan stimulusrespon,
model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak (Nurhadi, 2018: 7; Baharuddin,
2015: 167).

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari sistuasi


salaing berhubungan dengan seluruh kontek situasi tersebut. Memisah-misahkan atau
membagi-bagi situasi /materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil
dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang ssangat komplek. Prose
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diitrerima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan sudah terbentuk
dalam diri sesorang berdasarkan pemahman dan pengalaman-pengalaman sebelumnnya.
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan
seperti: “tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget, advance
organizer oleh ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki belajar oleh gagne,
webteacing oleh norman dan sebagainya (Budiningsih, 2015: 34).

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat
dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang
6

bersifat relatif dan berbekas (Given, 2014: 188). Dalam belajar, kognitivisme mengakui
pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau
lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan
lingkungan, dan hal itu terjadi terusmenerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu
perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita:
mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah,
mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya (Nugroho, 2015: 291).

Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi
yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu
adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan
perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini
dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat
berfikir secara abstrak (Nurhadi, 2018: 9). Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu (Suyono, el. 2011: 75):

1) Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks.
2) Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan.

Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk


mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur berfikir
yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga,
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan mempelajari
informasi pengetahuan yang baru (Muhaimin, dkk. 2012: 198). Teori ini juga
menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspekaspek kognitif dan persepsi
untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan
dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi
7

selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat
diamati) (Warsita, 2016: 69). Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-
bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara
keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-
komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan
kehilangan sesuatu (Muhaimin, dkk. 2012: 199).

C. Teori Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran siswa. Pengetahuan dikembangkan secara
aktif oleh siswa sendiri dan tidak diterima secara pasif dari sekitarnya. Ini berarti
pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan dipindahkan dari
guru kepada siswa. Yaitu tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran
yang lama, di mana guru hanya "menuang ilmu" kepada siswa tanpa siswa itu sendiri
berusaha dan menggunakan pengalaman atau pengetahuan mereka (Suherman, 2009).
Pada awal abad 20 John Dewey menyatakan bahwa pendidik yang baik harus
mekksanakan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara
terus menerus. Juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif dari siswa di dalam
aktivitas pembetajaran (Reys, 1998). Melalui pendekatan konstruktivisme, guru perlu
mengubah peranannya dalam kelas. Berbeda dengan peran guru pada kelas direct
instruction dalam pendekatan behaviorisme dimana guru mengkontrol sernua kegiatan
pembetajaran. Guru sebagai sumber pengetahuan dan guru menjadi pusat kegiatan
pembelajaran. Adapun dalam pembelajaran konstruktivisme, yang menjadi pusat
perhatian adalah siswa. Peran guru adalah sebagai fasilitator, terapis bahkan sebagai
liberator (pembebas) (A Lefrancois and Guy R; 2000).
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk memperoleh gambaran apakah melalui Penerapan Pendekatan
Konstruktivisme pada Pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas
III SD Integral Rahmatullah Tolitoli.
8

Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari


orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru
kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang
diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi
proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapaisuatu keseimbangan sehingga terbentuk
suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk
pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus.

Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, di mana peserta
didik membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan tingkah lakunya. Peserta didik
mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Pesertadidik sendiri lah yang bertanggung
jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran dengan apa
yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna, membandingkan dengan apa yang telah
ia ketahui dengan pengalaman dan situasi baru. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
adalah sebagai berikut. menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses
pembentukan pengetahuan, menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak
semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan
berbagai cara, mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui
kenyataan kehidupan sehari-hari

Penerapan teori belajar Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat


mengembangkan berbagai karakter, antara lain berpikir kritis, logis, mandiri, cinta ilmu,
rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri. Teori
konstruktivisme tidak bertujuan mengerti tentang realitas, tetapi hendak melihat
bagaimana suatu proses dalam hal ini adalah pembelajaran dari tidak mengetahui menjadi
mengetahui sesuatu tersebut. Model pembelajaran konstruktivisme merupakan strategi
pembelajaran yang bertitik tolak dari pengalaman yang dimiliki oleh siswa, menekankan
keterampilan proses, berdiskusi, berkolaborasi, bekerja sama dan beragumentasi dengan
teman sekolah sehingga siswa dapat menemukan sendiri baik secara individu
9

konstruktivisme siswa akan merasa senang dalam pembelajaran karena dapat


mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan cara bekerja sama dengan kelompoknya.

D. Teori Gagne
Salah satu teori belajar kognitif adalah teori yang dikemukakan oleh Robert M.
Gagne yang disebut dengan teori pembelajaran Gagne. Teori ini sebagai bentuk
rangkaian langkah belajar yang mengategorikan situasi belajar berdasarkan peristiwa
belajar, kemampuan belajar, dan pembagian tipe hasil belajar.

Proses belajar tidak bersifat tunggal tetapi terdapat beberapa jenis belajar yang
masing- masing mempunyai ciri - cirinya sendiri biarpun semuanya merupakan suatu
proses belajar. Sekedar istilah ada pakar yang menggunakan istilah ”bentuk belajar” ada
yang menggunakan istilah ”jenis belajar”

Robert M. Gagne menyusun sistematika bentuk atau jenis belajar yang diberi
nama ”Lima jenis belajar” Dasar pemikirannya dipusatkan pada hasil belajar yang
diperoleh, tetapi hasil itu dipandang sebagaima kemampuan internal (Capability) yang
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu untuk melakukan sesuatu.
Selain hasil belajar, Gagne juga meninjau proses belajar yang dilalui orang untuk sampai
pada hasil itu. Misalnya seorang yang telah mempunyai kemampuan main volley dengan
baik, mestinya telah menjalani suatu proses belajar sebelumnya selama beberapa waktu.

Dalam meninjau aspek proses belajar, perhatian khusus diberikan pada syarat –
syarat yang harus dipenuhi pelajar, supaya suatu proses belajar dapat berhasil (internal
condition), dan pada syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam lingkungan dimana
proses belajar berlangsung agar efisien (eksternal condition).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam teori belajar Behaviorisme yang
berpedoman pada perubahan tingkah laku setelah melakukan pembelajaran dapat
diterapkan dengan menggunakan stimus-stimulus yang dapat membangkitkan semangat
siswa dalam belajar dan mampu merangsang siswa untuk merubah perilakunya sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Teori belajar kognitif lebih menekankan
pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.
Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran siswa. Pengetahuan dikembangkan secara
aktif oleh siswa sendiri dan tidak diterima secara pasif dari sekitarnya. Ini berarti
pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan dipindahkan dari
guru kepada siswa. Yaitu tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran
yang lama, di mana guru hanya "menuang ilmu" kepada siswa tanpa siswa itu sendiri
berusaha dan menggunakan pengalaman atau pengetahuan mereka (Suherman, 2009).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini kedepannya, agar penulis dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi di kemudian hari dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dahar R, 1989.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta

Sudjana N, 1990. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta, 2009.

Teori Belajar Behaviorisme. trimanjuniarso.wordpress.com

Aeni, Umdatul & Qori’atul Maulidyah. T.th. Teori Kognitivistik Teori Kontruktivistik Dan

pengaruhnya Pada Psikologi Perkembangan. Fakultas Agama Islam, Program Studi

Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN 2354-614X

Hendro Darmojo, 1991. Pendidikan IPA II, Depdikbud. Dirjen Dikti.

11

Anda mungkin juga menyukai