Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBELAJARAN PKN DI MALAYSIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAHMAWATY AT THAHIRAH

NIM : 210102001

JURUSAN : HUKUM KELUARGA ISLAM

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Ambon, 11 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............... ………………...……………………………………………………………………………………..ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang…………………………………...……............................................... .................... 1
B. Rumusan Masalah……….. ............................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 4
A. Profil Kurikulum PKN di Malaysia ................................................................................................ 4
B. Sistem Pendidikan Nasional di Malaysia ........................................................................................ 7
C. Kajian PKN di Malaysia……………….…………………………………………………………………………………………8
D.Aktor-aktor yang Terlibat dalam Pengembangan PKN .................................................................. 10
BAB III ............................................................................................................................................ 12
PENUTUP ....................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaysia adalah sebuah negara federasi di Asia Tenggara yang terdiri dari 13 negara
bagian dan tiga wilayah persekutuan. Kepala pemerintahan Malaysia dipimpin oleh seorang
perdana menteri dan kepala negara dimpin oleh yang diPertuang Agung. Malaysia di pisahkan
ke dalam dua kawasan yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia berbatasan
langsung dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam dan Filipina. Malaysia
dianggap unik di wilayah Asia Tenggara, karena menurut Singh dan Mukherjee (1993),
Malaysia merupakan negara yang pernah dijajah oleh Inggris yang merupakan negara
multietnis memiliki 60 kelompok etnis tidak hanya keragaman bahasa, budaya dan agama.
Malaysia terbagi menjadi 3 bagian yaitu Malaya, Sabah dan Sarawak yang merupakan
masyarakat yang multietnis dan multinegara dan memiliki jumlah populasi 22.4 juta
penduduk yang mayoritas beragama muslim, serta diikuti agama lainnya seperti kristen,
hindu, budha. Penduduk Malaysia terdiri dari 65,9% bumiputra (Melayu dan kelompok lain);
25,3% Cina; 7,5% India dan sisanya 1,3% suku lain (Unit Perencanaan Ekonomi, 2006)
Bahasa yang digunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi adalah bahasa melayu.
Hal ini terlihat pada adanya konstitusi yang menjadi kebebasan beragama bagi pemeluk
agama lain dan menjunjung tinggi otonomi pemerintah negara dalam hal yang menyangkut
agama Islam dan adat istiadat Melayu. Keunikan lain dari Malaysia bahwa pemerintah
Malaysia mengadopsi budaya pluralisme yang menjadi penghubung identitas bagi warga
negara berdasarkan suku dan kebangsaan. Namun budaya pluralisme merupakan pendekatan
utama terhadap pembangunan bangsa di negara-negara multikultural yang menggunakan
model mosaik dalam berkomitmen satu bangsa, banyak bangsa dan banyak budaya (Hill dan
Lian, 1995:95)
Sejarah pendidikan di Malaysia menurut Crouch (2001:230), pada awalnya adanya
kebijakan pendidikan sejak tahun 1960-an telah dipengaruhi oleh etnis. Bahkan menurut Ishak
(1999:110) bahwa pendidikan di Malaysia memiliki sejarah panjang dalam membentuk
mobilitasi politik etnis. Karena perbedaan etnis, pendidikan dianggap sebagai instrumen untuk
mempromosikan kesatuan nasional, kesetaraan sosial dan pengembangan ekonomi
(Lee,2000:109). Selama penjajahan yang dilakukan oleh Inggris hingga tahun 1957, Malaysia
dianggap sebagai negara melayu. Saat itulah, Inggris memperkenalkan kebijakan laissez faire
dalam pendidikan dan mengembangkan lima sekolah yakni sekolah bahasa Inggris
vernakular, Melayu sekolah vernakular, sekolah vernakular Cina, sekolah vernakular Tamil
dan sekolah Agama Islam.
Namun dalam perkembangannya, Malaysia memiliki progres pendidikan yaitu sekolah-
sekolah berbahasa Inggris yang dianggap pendidikan terbaik sebagai satu-satunya bangsa

1
melayu, Cina,dan Tamil. Selama ini sistem pendidikan yang dapat menyatukan berbagai etnis
itu tidak tersedia. Pendidikan bahasa Inggris hanya disediakan untuk anak-anak bangsawan
melayu dan beberapa bangsawan yang berasal dari luar.
Sejak awal kemerdekaan, Malaysia tepatnya tahun 1957 ini memiliki lebih dari 60
kelompok etnis yang terbagi ke dalam berbagai suku bangsa. Hal ini tercermin setiap
kelompok etnis memiliki ciri tertentu yang membedakannya seperti agama, bahasa, adat
istiadat, tradisi, pemimpin dan budaya masing-masing. Untuk negara baru di Malaysia dengan
lembaga-lembaga politik yang sedang berkembang. Kenyataan yang terjadi pada awal
kemerdekaan masih banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan kelompok komunis yang
menyebabkan terjadinya ketegangan rasial antar etnis di Malaysia.
Negara ini mempunyai jumlah populasi imigran yang sangat besar, tetapi tidak memiliki
visi yang sama dalam menentukan nasib masyarakat Malaysia ke depan. Maka, tidak jarang
kelompok etnis yang hidup terpisah menandai adanya perpecahan budaya dan ekonomi
maupun berbagai kesenjangan terutama di bidang pendidikan (Mahathir, 1970). Sejalan
dengan hal itu, mengakibatkan Malaysia ini belum optimal sepenuhnya berhasil dalam
perjalanannya menuju integrasi sosial. Sebagai salah satu contoh kejadian yang menimpa
Malaysia adalah kerusuhan etnis yang terjadi pada tanggal 13 Mei 1969 yang menewaskan
banyak orang dan menewaskan suku bangsa.
Sejak saat itu, Malaysia merumuskan Rukun negara yang merupakan ideologi
kebangsaan Malaysia yang dibentuk pada tanggal 31 Agustus 1970 oleh Majelis Gerakan
Negara setelah setahun terjadinya tragedi 13 Mei 1969 yang menghancurkan etnis dan
ketentraman negara. Selama 50 tahun setelah kemerdekaan Malaysia tahun 1957, terjadi
banyak perubahan yang dialami oleh Malaysia yaitu (1) Pemilihan Umum yang terjadi ke
sebelas kalinya pada bulan November 2003 yang mengakibatkan perkembangan sistem
demokrasi bidang politik dan ekonomi secara merata; (2) terjadi peningkatan jumlah populasi
mencapai 25,6 juta jiwa yang terdiri atas 54% bangsa melayu, 25% bangsa cina, 8% bangsa
Indian dan sisanya bangsa lain sekitar 12%. Sementara itu, kelompok bangsa maupun
kelompok etnis yang tetap mempertahankan identitas etnis mereka.

Terlepas dari kenyataan bahwa Malaysia telah menjadi negara berkembang dan maju.
Sebagai negara bekas jajahan Inggris, sejak saat itulah negara Malaysia telah mengupayakan
untuk mengembangkan pendidikan nasional yang dapat menyatukan etnis. Salah satunya
melalui Pendidikan Kewarganegaraa disebut juga Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan
yang merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam kurikulum
kebangsaan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat menengah maupun perguruan tinggi yang
bertujuan mewujudkan siswa yang berjiwa patriotik dan bertanggungjawab sebagai warga
negara Malaysia. Pada mata pelajaran pendidikan sivik dan kewarganegaraan bertujuan dalam
perkembangan diri, hubungan dengan orang lain serta berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.
Selain itu, pendidikan sivik dan kewarganegaraan sebagai tempat untuk mewujudkan
semangat dan apresiasi budaya masyarakat Malaysia. Tujuan pembelajaran mata pelajaran

2
sivik dan kewarganegaraan itu sendiri yaitu siswa akan memperoleh sebuah pengetahuan,
kemahiran dari nilai-nilai sivik dalam menghadapi masa depan mereka. Pendidikan sivik dan
kewarganegaraan di sekolah yang menyangkut masa depan siswa di negara Malaysia, pihak
sekolah memiliki tanggung jawab untuk membina potensi dan pengetahuan siswa dengan nilai
yang diperlukan oleh seorang siswa dalam melaksanakan hak dan tanggung jawab. Selain itu,
pendidikan sivik dan kewarganegaraan di sekolah yakni memberi kesadaran kepada siswa
tentang peranan, hak dan tanggung jawab mereka di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara untuk melahirkan suatu anggota masyarakat dan warganegara yang bersatu padu,
patriotik dan memiliki arah kesejahteraan bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut UNESCO mengatakan bahwa Pendidikan sivik dan kewarganegaraan di


Malaysia menekankan pada empat prinsip pendidikan yakni belajar untuk mengetahui
(learning to know), belajar untuk bertindak (learning to do), belajar untuk hidup bersama
(learning to live together) dan belajar untuk membentuk pribadi (learning to be). Dalam hal
ini yang menyangkut dengan belajar untuk bertindak (learning to do) merujuk pada sebuah
aplikasi pengetahuan maupun kemahiran siswa dalam kehidupan sehari-hari yang
dikembangkan melalui aktivitas baik di dalam maupun di luar. Belajar untuk membentuk
pribadi (learning to be) bertujuan memperbolehkan seorang siswa dalam berkembang secara
menyeluruh baik dari segi rohani, intelektual, fisik, emosi maupun sosial siswa itu sendiri.
Sedangkan prinsp belajar untuk hidup bersama (learning to live together) asas dalam
mewujudkan keamanan dan keharmonian siswa dalam lingkungan masyarakat sebagai warga
negara di Malaysia (Delors, 1996).
Pembelajaran Pendidikan kewarganegaran melalui pendidikan sivik dan
kewarganegaraan memiliki kenikan yang konten materinya berdasarkan rukun negara
merupakan mata pelajaran wajib yang merujuk pada ajaran rukun negara yang merupakan
ideologi nasional yang memiliki lima elemen yakni kepercayaan terhadap Tuhan, kesetiaan
kepada raja dan negara, menghormati aturan hukum, menjunjung tinggi konstitusi, moral dan
perilaku yang baik. Rukun negara dibuat wajib pendidikan kewarganegaraan di pendidikan
dasar dan menengah. Pendidikan kewarganegaraan diperkenalkan di Malaysia untuk
menanamkan nilai-nilai dengan memiliki tujuan khusus yaitu untuk menumbuhkan kesetiaan
dan cinta bagi negara, untuk menumbuhkan pertimbangan bagi orang lain dari asal-usul ras
dan kepercayaan yang berbeda, untuk mengembangkan kemandirian, untuk mengembangkan
sikap inovatif; dan untuk mengembangkan perilaku sosial yang benar, perilaku dan moralitas
yang baik (Fatimah Hamid Don, 1977:33)

Rumusan Masalah

1. Apa nama pembelajaran PKN di Malaysia?


2. Apa isi dari pembelajaran PKN di Malaysia?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Kurikulum PKN di Malaysia

Sejalan dengan pengaruh perkembangan globalisasi yang semakin pesat, kurikulum


pendidikan sivik kewarganegaraan di Malaysia banyak mengalami perkembangan. Dalam
perkembangannya (Lee, 2006), perubahan kurikulum Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan
dipengaruhi oleh ketegangan dan perselisihan dalam masyarakat tertentu karena keberagaman
budaya, sejarah, agama, dan tradisi. Kurikulum pendidikan sivik dan kewarganegaraan
didominasi atas munculnya perhatian pemerintah Malaysia untuk menumbuhkan persatuan
nasional didasarkan pada identitas etnis.
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan dalam kurikulum sekolah Malaysia umumnya
ada dalam kurikulum Social Studies oleh Kementerian Pendidikan Malaysia (2000) yang
merupakan salah satu mata pelajaran wajib untuk semua tingkatan yakni sekolah dasar dari
tingkat 1 sampai 6 dan sekolah menengah tingkat 5 maupun perguruan tinggi. Pada awal
perkembangannya tahun 1961, pembelajaran pendidikan sivik dan kewarganegaraan
dilaksanakan selama 40 menit perminggu. Pendidikan sivik dan kewarganegaraan telah
diintegrasikan ke dalam ilmu sosial, pendidikan moral, pendidikan islam, pendidikan sejarah,
pendidikan nilai-nilai serta di bidang pelajaran yang terkait dengan bahasa melayu. Integrasi
pendidikan kewarganegaraan ke dalam ilmu sosial dijelaskan lebih eksplisit. Ruang lingkup
pendidikan kewarganegaraan dalam kurikulum inti melampaui batas-batas nasional untuk
menutupi daerah dan mencapai tujuan dalam kompetensi kewarganegaraan global (Kennedy
& Brunold, 2016).
Menurut Kementerian Pendidikan Malaysia (2003) bahwa pada tahun 2000
memasukkan pendidikan moral sebagai bagian dari mata pelajaran pendidikan sivik dan
kewarganegaraan dalam kurikulum sekolah dasar.atau selama enam tahun terbagi menjadi 5
bidang yaitu :
a) Nilai-nilai berkaitan dengan pengembangan diri;
b) Nilai-nilai yang berkaitan dengan diri dan keluarga;
c) Nilai-nilai yang berkaitan diri dan Masyarakat;
d) Nilai-nilai yang berkaitan dengan diri dan lingkungan dan
e) Nilai-nilai yang berkaitan dengan diri dan negara.
Dari tahun pertama sekolah dasar, fokus dari kurikulum pendidikan moral adalah
tanggung jawab individu dalam masyarakat multietnis melalui kegiatan seperti menyanyikan
lau-lgu yang bertema persatuan dan berbicar tentang etnis dari kelompok lain. Sedangkan
untuk sekolah menengah, seluruh bidang nilai moral didedikasikan dengan nilai-nilai terkait
dengan perdamaian dan keharmonisan tetapi aspek multikulturalisme di relealisasikan di

4
seluruh kurikulum seperti toleransi dan moderasi yang ada pada nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengembangan diri (Departemen Pendidikan, 2000:12).
Selain itu, nilai-nilai yang berkaitan dengan negara atau kewarganegaraan berupa rasa
hormat dan taat pada raja atau pemimpin atau negara; menghormati aturan dan hukum; cinta
dan damai hidup harmonis. Untuk silabus pendidikan moral terfokus ke dalam empat
komponen yaitu nilai-nilai, akademik, hasil belajar dan ativitas belajar.
Mulai pada tahun 1970-an, kurikulum pendidikan kewarganegaraan di Malaysia mulai
dirumuskan dan dilaksanakan dalam silabus untuk pendidikan sekolah dasar dan sekolah
menengah. Namun, pada tahun 1976 adanya revisi terhadap silabus pendidikan
kewarganegaraan yang memiliki tema rukun negara. Yang tujuan Pendidikan
kewarganegaraan ini adalah: (1) menumbuhkan sikap patriotisme; (2) menanamkan sikap
toleransi terhadap ras dan kelompok-kelompok lain; (3) mengembangkan kemandirian; (4)
mengembangkan sikap positif terhadap perubahan; dan (5) untuk menanamkan karakter yang
baik.
Pada dasarnya tujuan dari kurikulum pendidikan sivik dan kewarganegaraan mencakup
sikap pribadi, tanggung jawab; tugas dan hak-hak sipil; identitas nasional, maupun
pemerintah. Di antara sikap yang ingin ditumbuhkan isi dari kurikulum itu adalah saling
menghormati, menjaga kebersihan, ketepatan waktu, kemandirian, rasa hormat dan ketaatan
aturan hukum, serta sportif. Selain itu, dilihat dari silabus kurikulum pendidikan
kewarganegaraan bertujuan untuk mengingatkan peran pendidik dalam menjaga hubungan
yang harmonis antara siswa dari berbagai kelompok etnis.
Namun, kurikulum pendidikan kewarganegaraan dihentikan oleh pemerintah
memperkenalkan pendidikan moral tahun 1983. Tetapi hal itu diklaim oleh orangtua dan
kongres persatuan guru yang melakukan kelalaian terhadap pelaksanaan pendidikan
kewarganegaran. Tampak jelas pada generasi muda yang menjadi warga negara yang tidak
sadar akan tanggung jawab, berhubungan baik dalam tingkat budaya, dan tidak dapat
menanmpilkan suatu pemahaman tentang isu-isu nasional.
Pada tahun 1978 diadakan reformasi kurikulum oleh Menteri pendidikan yang
menyebabkan perkembangan pada pelaksanaan kurikulum baru di sekolah tingkat dasar
terutama pada silabus. Silabus ini bertujuan untuk memahami identitas nasional melalui
pengetahuan tentang sejarah bangsa, menumbuhkan semangat kebersamaan menuju bangsa
sebagai satu kesatuan, dan menumbuhkan memori sejarah sebagai kerangka untuk kesadaran
nasional di kalangan warga sipil. Melalui perspektif sejarah yang memandang berbeda dengan
silabus lama seperti perspektif Inggris (Wong, 1997)
Pada tahun 1983 berdasarkan Kabinet Pelajaran Malaysia (1979) bahwa subjek
pendidikan sivik dan kewarganegaraan diganti dengan pendidikan moral yang kurikulum
untuk sekolah dasar disebut Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) dan kurikulum untuk
sekolah menengah disebut Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM). Tujuan kedua
kurikulum tersebut adalah menanamkan nilai-nilai yang ada dalam mata pelajaran yang
menekankan pada subjek pendidikan moral bagi siswa non muslim dan pendidikan islam
untuk siswa muslim. Setelah diperkenalkan Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) dan

5
Kurikulum Bersepadu Sekola Menengah (KBSM), maka pada tahun 1986 diperkenalkan
kurikulum terpadu tahun 1986 bagi sekolah tingkat menengah, maka pada tahun 1988 mulai
dilaksanakan kurikulum terpadu sekolah tingkat menengah sebagai subjek yang perlu
dipelajari selama lima tahun dari tingkat pertama sampai tingkat kelima yang jumlah periode
meningkat dari dua hingga tiga tingkat.
Sejalan dengan kurikulum terpadu lebih menekankan tema sejarah seperti penguasa
melayu, pentingnya konsep pembagian kekuasaan melalui barisan nasional, pemimpin yang
memastikan stabilitas politik. Disini, silabus mengandung konsep-konsep seperti keluarga,
masyarakat, komunitas sekolah, komunitas negara, komunitas negara, maupun masyarakat
dunia. Konsep kurikulum pendidikan sivik dan kewarganegaraan melibatkan melek politik
dan mencakup ide-ide dari hak-hak warga negara secara nasional maupun internasional, tugas
dan kewajiban warga sipul dan hak istimewa. Dalam isi kurikulum pendidikan sivik dan
kewarganegaraan juga membahas keadilan, hak dan tanggung jawab, kesetaraan gender dan
kebebasan individu, hukum, aturan dan peraturan, kekuasaan, kekuasaan dan kewenangan elit,
tekanan kelompok, kerja sama dan konflik, keragaman dan kemandirian.
Studi kurikulum Malaysia sangat erat kaitannya dengan kurikulum sejarah, geografi
yang keberadaan silabus mulai ditawarkan ke dalam program pelatihan layanan sipil
merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan di perguruan tinggi. Biasanya studi evaluasi
dilakukan untuk menilai apakah silabus sekolah resmi mulai diterapkan di dalam kelas.
Sementara itu, ada sebuah gagasan yang diartikulasikan secara rumit dari seluruh kurikulum
di sekolah khususnya kurikulum pendidikan sivik dan kewarganegaraan belum dilakukan
secara formal. Meskipun begitu, komponen yang terpenting dalam pendidikan sivik dan
kewarganegaraan telah tercantum dalam mata pelajaran lain. Namun, seluruh kegiatan
korikuler pendidikan sivik dan kewarganegaraan telah di praktekkan dan diajarkan di sekolah-
sekolah. Bukti ini ditemukan dalam sebuah proyek visi sekolah berupa siswa dan sekolah
telah memiliki fasilitas umum seperti gedung sekolah, lapangan bermain dan kantin sekolah
dimana siswa saling bersosialisasi diantara siswa lain. Kesempatan lain, dimana siswa yang
memiliki latar belakang yang berbeda datang bersama-sama selama dewan sekolah Malaysia.
Program layanan nasional selalu memberikan kesempatan bagi antar ras untuk saling
berbagi pengalaman kolektif dalam membangun karakter dan mendorong patriotisme. Yang
menjadi petanyaan apakah kegiatan korikuler itu bersifat kompetitif atau partisipatif?
Penjelasan ini, adanya sosialisasi antara siswa, guru dan orangtua yang memiliki latar
belakang etnis, agama, sosial, ekonomi yang berbeda dalam mengatur kegiatan bersama
dalam melakukan sportivitas kewarganegaraan bersama-sama. Untuk memastikan ini lebih
efektif atau tidak, maka dalam agenda pelaksanaan pendidikan sivik dan kewarganegaraan
harus ada artikulasi yang jelas dan koheren mengkonseptualisasikan kepentingan pendidikan
sivik dan kewarganegaraan.
Selama dua dekade terakhir, pendidikan di Malaysia telah difokuskan pada nilai-nilai
pendidikan (Barone dan Bajunid, 2001). Pendidikan nilai berhubungan langsung adanya
penekanan pada kebijakan pemerintah seperti penanaman nilai-nilai islam universal di
kalangan pemerintahan dan masyarakat. Sedangkan untuk pelayanan publik, nilai-nilai
kemanusiaan universal telah diidentifikasi dalam ke-12 (dua belas) pilar. Dalam konteks ini,
penekanan pada nilai-nilai maupun sistem pendidikan diidentifikasi 16 nilai-nilai inti yang

6
termuat dalam seluruh kurikulum. Sedangkan pada divisi pendidikan islam itu sendiri
diidentifikasi 47 nilai-nilai islam dalam studi kurikulum islam. Pengertian tentang
akuntabilitas, tata kelola maupun komunitas layanan warga sipil perlu ditingkatkan lagi
sekaligus perlu diklarifikasi lanjut (Bajunid, 1995). Wawasan komparatif dalam nilai-nilai
dianggap penting dalam masyarakat Malaysia maupun dalam pelayanan sipil. Nilai-nilai
dianggap penting utnuk ditanamkan dalam lintas studi kurikulum yang diperoleh dan
dianalisis oleh studi alam diidentifikasi dan disajikan dalam sebuah lampiran.
Nilai-nilai ini memiliki banyak cara baik secara langsung maupun tidak langsung terkait
dengan pusat nilai-nilai, prinsip maupun ide-ide, yang terkandung dalam cita-cita pendidikan
kewarganegaraan. Pada tingkat ajaran nilai dapat digunakan dalam berpikir yang berbasis
nilai-nilai strategis, strategis perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari warga sipil. Pencarian nilai-nilai dikawasan Asia dan Malaysia
adalah pembangunan nasional dan bersinggungan langsung dengan pengembangan
pendidikan kewarganegaraan (Richter dan Mar, 2002).

B. Sistem Pendidikan Nasional di Malaysia

Sejak terjadinya kerusuhan yang menewaskan banyak etnis pada tanggal 13 Mei 1969,
pemerintahan Malaysia telah melakukan pembenahan kebijakan dalam merumuskan dan
pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Nasional merupakan agenda pemerintahan dalam
membangun bangsa. Pembangunan bangsa dilakukan dengan pembenahan kebijakan melalu
keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang dianggap penting digunakan pada sistem pendidikan (Kementerian Pendidikan
Malaysia, 2002). Sistem pendidikan di Malaysia telah mengalami banyak perubahan sejalan
dengan pembangunan dan kemajuan bangsa. Salah satu tujuan dari sistem pendidikan di
Malaysia menurut Pemerintah Malaysia (1996:11) sebagaimana tercantum dalam Pendidikan
Act 1996 adalah sebagai berikut:
“Pendidikan memainkan peran penting dalam mencapai visi negara itu mencapai status
negara berkembang sepenuhnya dalam hal pembangunan ekonomi, keadilan sosial, spiritual,
moral dan etnis untuk menciptakan masyarakat yang bersatu, demokratis, liberal dan
dinamis”.

Dapat dilihat dari tujuan sistem pendidikan nasional di Malaysia, bahwa pendidikan di
Malaysia memiliki peranan penting dalam mencapai suatu visi negara yang salah satunya
mewujudkan negara itu menjadi maju dan berkembang melalui sistem pendidikan yang di
dalamnya membangun kemajuan suatu negara di bidang ekonomi dalam mencapai negara
demokratis, liberal dan dinamis. Untuk mencapai tujuan sistem pendidikan, maka sistem
pendidikan di Malaysia terbagi menjadi dua yaitu sistem pendidikan formal dan sistem
pendidikan nonformal. Sistem pendidikan di Malaysia berada di bawah kewenangan
Kementrian Pendidikan Malaysia.
Di Malaysia, warga negaranya dapat menempuh pendidikan dari sekolah milik kerajaan
baik sekolah swasta maupun individu. Sistem pendidikan yang wajib ditempuh yakni sekolah

7
tingkat rendah dan sekolah tingkat menengah. Meskipun bentuk pemerintahan Malaysia
adalah kerajaan, namun kerajaan tidak memiliki hak untuk menentukan kurikulum atau cara
pengajaran yang harus diterapkan. Semua kewenangan tersebut telah sepenuhnya dilimpahkan
kepada Kementrian Pelajaran Malaysia, sementara untuk peraturan pendidikan tinggi diatur
oleh Kementrian Pendidikan Tinggi Malaysia yang didirikan tahun 2004.
Sistem pendidikan di Malaysia memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan arah sistem pendidikan negara yang dasarnya pada Kebijakan Pendidikan
Nasional. Dasar kebijakan pendidikan nasional mulai dilaksanakan di Malaysia sejak tahun
1957. Umumnya ada tiga tujuan utama yang terkandung dalam dasar pendidikan nasional di
Malaysia (Kementrian Pelajaran malaysia, 1957) yaitu:

 Tujuan dasar pendidikan diselenggarakan adalah untuk menciptakan sistem


pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan negara dan mendorong perkembangan
kebudayaan, sosial, ekonomi dan politik.
 Untuk menghasilkan siswa yang berdisiplin serta mematuhi dan menghormati kedua
orang tua mereka. Sebagaimana prinsip ini sejalandengan dasar dan kebijakan
pendidikan dalam mengadakan proses pengajaran dan pembelajaran yang efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan.
 Untuk memastikan agar kebijakan ini dapat dilaksanakan dengan efisien khususnya
dalam menentukan perkembangan sistem pendidikan yang progresif dan bahasa
nasional dijadikan sebagai bahasa pengantar yang utama.

Malaysia memiliki sebelas sistem pendidikan yang dibagi menjadi 6 tahun pendidikan
dasar, 3 tahun pendidikan menengah, 2 tahun pendidikan menengah atas dan 2 tahun
pendidikan tinggi (universitas) . Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Tahun 2006,
selain penggabungan pendidikan prasekolah dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan
telah dibuat mata pelajaran wajib untuk siswa sekolah dasar.
Selama lima dekade perkembangan Sistem Pendidikan Nasional di Malaysia disadari
masih banyak terjadinya perdebatan yang merupakan agenda politis, intelektual maupun
definer kebangsaan dan kewarganegaraan. Meskipun begitu, perdepatan ini selalu melibatkan
pemerintahan baik pada sektor swasta maupun kepemimpinan non pemerintahan. Yang
melatarbelakangi dari kepemimpinan memiliki peranan yang sangat besar dan signifikan
dalam konseptualisasi subjek pendidikan kewarganegaraan.

C. Kajian PKN di Malaysia

Pendidikan Kewarganegaraan disebut juga dengan pendidikan sivik dan


kewarganegaraan. Pendidikan sivik dan kewarganegaraan dipandang sebagai cara untuk
mendidik generasi muda dengan pengetahuan sipil dan mempromosikan persatuan (Kennedy
dan Fairbrother, 2004). Sementara itu, pendidikan sivik dan kewarganegaraan menekankan
pada empat prinsip pendidikan yang penting yaitu belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk bertindak (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live
together) dan belajar untuk membentuk peribadi (learning to be).

8
Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan yang berfokus pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan nilai sivik. Pendidikan sivik dan kewarganegaraan berfokus pada
penguasaan pengetahuan didedikasikan untuk menjadi warganegara yang bertanggungjawab.
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan berfokus pada kemahiran sivik terdiri dari siswa
melibatkan diri dalam aktivitas di dalam maupun diluar, mampu membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah, meningkatkan kesadaran dan memberikan sumbangan terhadap
pembangunan keluarga dan masyarakat. Sedangkan pendidikan sivik dan kewarganegaran
berfokus pada nilai sivik yakni untuk melahirkan manusia yang memiliki akhlak mulia dan
menjadi warganegara yang bertanggungjawab.
Namun dalam pembelajaran pendidikan sivik dan kewarganegaraan tidak akan teratas
pada pembelajaran di kelas saja. Tetapi siswa ikut terlibat dalam kegiatan selama jam sekolah
dan siswa di luar jam sekolah memiliki kesempatan terlibat dalam pelayanan masyarakat.
Konteks kajian pendidikan kewarganegaraan berdasarkan pada ajaran rukun negara yang
dibuat wajib di pendidikan dasar dan menengah yang diperkenalkan untuk menanamkan nilai
dengan memiliki tujuan khusus (Fatimah Hamid Don, 1977:33) yaitu
1) Untuk menumbuhkan kesetiaan dan cinta bagi negara;
2) Untuk menumbuhkan pertimbangan bagi orang lain dari asal usul ras dan kepercayaan
yang berbeda;
3) Untuk mengembangkan kemandirian;
4) Untuk mengembangkan sikap inovatif dan
5) Untuk mengembangkan perilaku sosial yang benar, perilaku dan moralitas yang baik.
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan terkait dengan mata pelajaran lain seperti
pendidikan moral, pendidikan islam. Cakupan pendidikan sivik dan kewarganegaran lebih
luas dari pendidikan islam dan pendidikan moral. Fokus utama dari pendidikan moral adalah
siswa mampu bertanggungjawab terhadap individu dalam masyarakat multietnis melalui
kegiatan seperti menyanyikan lagu-lagu persatuan dan berbicara dengan teman-teman yang
dari etnis lain (Departemen Pendidikan, 2000:27). Kajian pendidikan sivik dan
kewarganegaraan dibuat secara tematik untuk sekolah dasar, sekolah menengah. Dalam
konteks ini murid diajarkan pengetahuan, keterampilan dan nilai yang menjadi ciri-ciri
masyarakat malaysia.
Adapun tema yang telah ditetapkan oleh Kementerian pendidikan (2000) untuk
pendidikan sivik dan kewarganegaraan tingkat sekolah dasar adalah sebagai berikut.
 Sayangi diri sendiri
 Sayangi keluarga
 Hidup bersama di lingkungan sekolah dan masyarakat
 Kenali budaya Malaysia
 Malaysia Negaraku
 Kesediaan menghadapi masa depan

9
Selain itu, tema yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan untuk pendidikan sivik
dan kewarganegaraan tingkat sekolah menengah adalah sebagai berikut.

 Pencapaian diri
 Hubungan kekeluargaan
 Hidup bermasyarakat
 Warisan budaya Malaysia
 Malaysia negara berdaulat
 Menghadapi masa depan
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan di tingkat universitas terletak pada inti pelajaran
wajib untuk semua mahasiswa yang dikenal dengan “Tamadun Islam dan Tamadun Asia”
(Mardiana & Hasnah, 2004). Pendidikan sivik dan kewarganegaraan harus memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan perilaku yang sesuai dengan kepribadian
mereka masing-masing. Siswa belajar aspek kewarganegaraan berkaitan dengan tindakan
yang benar dan salah serta memiliki pemahaman tentang pilihan untuk membuat keputusan
dan menerima tanggung jawab atas keputusan mereka buat. Dengan metode diskusi kelas para
guru melibatkan para siswa dalam melakukan diskusi secara mendalam terkait perkembangan
situasi dan isu-isu lokal dan internasional.

D. Aktor-aktor yang Terlibat dalam Pengembangan PKN

Segala bentuk keputusan maupun kebijakan yang terkait dengan pengembangan


pendidikan di Malaysia di atur dalam sebuah konstitusi dan perundang-undangan sistem
pendidikan nasional maupun kebijakan pendidikan nasional. Termasuk pengembangan
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan dalam kajian Social Studies merupakan sebuah
wacana yang dianggap serius oleh negara Malaysia. Hal ini terlihat, dalam keterlibatan
pembuat keputusan kebijakan sistem pendidikan oleh kementerian pendidikan nasional.
Terkait dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran pendidikan
kewarganegaran. Banyak diadakan seminar yang berhubungan dengan perkembangan mutu
pendidikan seperti Asosiasi pendidikan Malaysia, divisi pendidikan guru dan kementerian
pendidikan yaitu mengadakan seminar nasional pendidikan kewarganegaraan dan kontribusi
langsung terhadap memperjuangkan awal pembentukan pendidikan kewarganegaraan. Begitu
juga dengan Komite silabus meninjau silabus sejarah dari sekolah dasar sampai dengan
bentuk ke-6. Komite silabus merupakan komite kurikulum yang pertama yang terdiri dari
warga negara Malaysia dan pengembang kurikulum, pendidik guru, sejarawan dan guru.
Bahkan, sejarawan dan pendidik yang melihat sejarah sebagai yang lebih mendasar untuk
pembangunan bangsa menyebabkan penggantian PKN dengan Sejarah sebagai subjek sekolah
wajib.
Kementerian pendidikan Malaysia juga memberikan kontribusi pada sistem pendidikan
malaysia dimana memasukan pendidikan moral sebagai suatu program yang memungkinkan
seorang anak menjadi bermoral atau orang yang berakhlak mulia dengan kebajikan yang
menekankan pada pengembangan pemikiran moral, mempengaruhi moral atau perasaan atau
empati dan tindakan moral. Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan kontribusi dalam

10
mengatasi masalah pendidikan kewarganegaraan dengan mengikuti keterampilan
kewarganegaraan.
Sementara itu para sarjana dan pendidik malaysia terfokus pada memelihara budaya
membaca dan mengidentifikasi keaksaran baru yang memberikan kontribusi langsung dan
tidak langsung pada pendidikan sivik dan kewarganegaraan (Ambigapathy & Chakravarthy,
2003). Selain itu, sebelum pengenalan CCE pada tahun 2005 nilai-nilai patriotisme dan
loyalitas harus diajarkan melalui subjek sejarah yang mengembangkan sebuah masyarakat
bersatu dalam membangun bangsa malaysia melalui pendidikan moral untuk sisw non muslim
sebagai subjek baru pada pendidikan sivik dan kewarganegaraan berdasarkan Rencana Induk
Pengembangan Pendidikan 2006-2010 (Departemen Pendidikan, 2006).

11
BAB III

PENUTUP

Untuk menjadi negara maju dan berkembang merupakan sebuah cita-cita yang ingin
dicapai oleh setiap Negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju tidaknya
suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga
suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu berkembang atau tidak. Seperti kita ketahui
bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik
dari segi spiritual, intelegensi dan skill, dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi
penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan
bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus
dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Maka tentunya mutu pendidikan juga berpengaruh tehadap perkembangan suatu bangsa.
Salah satunya negara Malaysia yang memiliki penduduk etnis yang beragam termasuk
agama dan budaya maupun sistem pendidikan yang dijalankan. Setelah terjadinya kerusuhan
yang menewaskan banyak kelompok etnis 13 Mei 1969 yang harus merumuskan sebuah
ideologi negara yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan sivik dan kewarganegaraan.
Pendidikan sivik dan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran wajib untuk sekolah rendah
dan sekolah menengah yang dimasukkan dalam pendidikan moral, pendidikan islam,
pendidikan sejarah, pendidikan geografi dan sebagainya. Pendidikan sivik dan
kewarganegaraan merupakan subjek inti dalam sistem pendidikan Malaysia. Yang beberapa
kali mengalami perombakan khususnya dalam kurikulum pendidikan kewarganegaran.
Namun untuk semua pembuat kebijakan khususnya kementerian pendidikan malaysia
memiliki peran yang penting dalam memainkan perannya dalam mengkaji perubahan
kurikulum dari tahun 1970 sampai kurikulum 1986 yang menerapkan Kurikulum baru sekolah
rendah dan kurikulum baru sekolah menengah. Pendidikan di Malaysia bertujuan untuk
mewujudkan siswa yang bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat
maupun negaranya. Dalam demokrasi modern pendidikan sivik dan kewarganegaraan sebagai
program untuk belajar menjadi warga negara dalam demokrasi melalui program-program
pendidikan di sekolah-sekolah ( Torney Putra, 2002). Selanjutnya menurut Murray Print
(2007:12) mengatakan bahwa sekolah memainkan peran dalam mengembangkan politik dan
keterlibatan masyarakat dalam orang-orang muda diperlukan siswa memiliki kesempatan
untuk belajar tentng demokrasi, pemerintahan dan kewarganegaraan. Yang menghubungkan
pendidikan kewarganegaraan dengan siswa seperti pengetahuan kewarganegaran dan
partisipasi demokratis. Suatu pembangunan di bidang pendidikan dirancang untuk melibatkan
orang-orang muda lebih substansial dalam demokrasi melalui sistem pendidikan dan sekolah
yang ditemukan dalam kurikulum formal maupun informal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ambigapathy, P., & Chakravarthy, G. (eds.). (2003). New literacies, new practices and new
times.
Kementerian Pelajaran Malaysia.2000. Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah Sukatan
Pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan. Pusat Pengembangan kurikulum
Kementerian Pelajaran Malaysia.2000. Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah Sukatan
Pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan. Pusat Pengembangan kurikulum
Wong, J.Y.Y. (1997). Rhetoric and educational policies on the use of History for Citizenship
Shufiyati, E. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila. 1(1). 1-12.

13

Anda mungkin juga menyukai