Anda di halaman 1dari 15

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SECARA UMUM

DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Pendidikan Multikultural

Dosen Pengampu :

Dr. Meyniar Albina M.A

Disusun Oleh : Kelompok 12

PAI- 3/ Semester VII

Bagus Arya (0301192098)

Leni Muharni (0301192187)

Widya Iswara (03011921022)

Yusniar Rangkuti (0301192103)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puja setinggi puji kami panjatkan kepada sang Ilahi Allahu Rabbi, atas
segala limpahan Rahmat dan karunianya serta nikmat yang diberikan kepada kami
selaku pemakalah Kelompok 12. Karena dialah yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelasaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya diakhirat kelak.

Ribuan terima kasih kami tak henti ucapkan atas sega;la hal sehingga kami mampu
untuk menyelasaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah
Pendidikan Multikultural yang di ampu oleh Ibu Dosen Dr. Meyniar Albina M.A.

Maka dari itu Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, September 2022

Kelompok 12

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan Masalah...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian kegiatan ekstrakurikuler PAI............................................................3

B. Dasar hukum penyeleggaraan ekstrakurikuler PAI.............................................3

C. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PAI..................................................................5

D. Jenis ekstrakurikulerr pesantren kilat..................................................................5

E. Contoh kegiatan ekstrakurikuler PAI pesantren kilat.........................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan.........................................................................................................9

B. Saran....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


.Negara Indonesia ialah negara yang besar akan beragamnya suku, ras, keyakinan,
bahasa, budaya, sosial yang ada di Indonesia dengan hal ini maka Indonesia juga disebut
negara multikultural. Dengan keberagaman ini maka harus dikelola dengan baik agar negara
ini bisa maju dan berkembang karena jika tidak maka akan menimbulkan suasana yang tidak
diinginkan misalnya, menimbulkan konflik dan juga kekerasan sosial.

Pada masa sebelum merdeka sampai orde reformasi terlihat bahwa hubungan
multikultural di Indonesia sangat rendah sehingga menyebabkan beberapa kejadian yang
sangat disayang terjadi misalnya, terjadinya konflik di Ambon, Maluku, Poso dan juga
kerusuhan di kota Sampit. Hal ini menunjukkan bahwa multikultural masih kurang
diperhatikan sehingga menyebabkan hal-hal tersebut.

Dan kasus yang mencengangkan yaitu kasus di kota Sampit ( Kasus Etnis ) dan kasus
sangat menggegerkan warga Indonesia karena tak bisa dipungkiri bahwa daerah yang
bermasalah ialah warga Madura dengan warga Dayak yang tepatnya ada di Kalimantan
Tengah, padahal kedua daerah ini sudah lama hidup berdampingan. Tetapi dengan adanya
masalah yang terjadi menyebabkan banyak korban.

Jadi karena itu kami sebagai penulis akan membahas tentang problematika pendidikan
multikultural di Indonesia.1

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan beberapa masalah:

1. Apa Pengertian Pendidikan Multikultural?


2. Apa Saja Problematika Pendidikan Multikultural di Indonesia?

1.3 Tujuan Pembahasan


a. Untuk memahami Pengertian Pendidikan Multikultural.
b. Untuk Memahami Apa Saja Problematika Pendidikan Multikultural di
Indonesia.

1
Tobroni, dkk, pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM, Civil society, dan Multikulturalisme, PuSAPoM,
Malang, 2007, hal. 280

1
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Pendidikan Multikultural

A、 Pengertian Pendidikan Multikultural

Bhinneka Tunggal Ika adalah Semboyan kebanggaan Negara Indonesia yang


mempunyai arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Hal ini sudah sangat jelas menandakan
bahwa Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya, suku,
bangsa dan agama serta bahasa dan lainnya. Kelompok-kelompok budaya seperti Aceh,
melayu dan lainnya adalah contoh dari keberagaman tersebut. Oleh sebab itu, Begara
Indonesia disebut sebagai Negara Multikultural.

Keberagaman ini sangat diakui telah memunculkan beberapa persoalan,


contohnya perkelahian antarauku, separatis dan telah hilangnya rasa kemanusiaan untuk
mengjormati hak-hak orang lain. Untuk mencegah masalh tersebut, Maka dibutuhkan
auatu solusi, salah satunya adalah model pendidikan uang bersifat multikultural.

Pendidikan multikultural pada intinya adalah pendidikan yang memberikan


penekanan kepada proses penanaman cara hidup yang saling menghormati. Dengan
model pendidikan ini, Masyarakat Indonesia diharapkan untuk menerima, menolerir dan
menghargai keberagaman. Dalam dunia pendidikan multikultural, seorang pendidik
seharusnya tidak profesional di dalam akademik. Tetapi juga harus mampu menanamkan
nilai-nilai inti dari pendidikan ini, yaitu Demokrasi, Humanisme dan Pluralisme.

Pendidikan Multikulturan diharapkan mampu menjawab tantangan zaman di


masa Globalisasi. Pendidikan merupakan Salah satu tolak ukur dan standar mengenai
seberapa jauh suatu negara untuk mampu bersaing di dunia Internasional. Semakin baik
mutu Pendidikan suatu negara, maka negara itu semakin siap.

James A Banks memberikan pengertian tentang Pendidikan Multikultural sebagai


konsep, ide, atau sebagai fsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan dan menjadi salah
tau penjelasan untuk mengakui dan menilai betapa pentingnya keragaman budaya dan
etnis di dalam untuk membentuk gaya hidup, pengalaman sosial.

2
Sedangkan menurut Paul Gorski Pendidikan Multikultural adalah pendekatan
progresif untuk mengubah pendidikan secara holistik dengan mengkritik dan
memusatkan perhatian pada kelemahan dan kegagalan.

a. Problem Umum Kependidikan

Problem Pendidikan itu timbul akibat daru pesatnya kemajuan teknologi modern
yang semakin bangak mempengaruhi oleh kehidupan sistem di negara ini yang
berkembang dan yang sedang berkembang. Meskipun kemajuan teknologi ini sendiri
bermula bersumber dari sistem kependidikan yang telah ada, akan tetapi dampaknya
terhadap kehidupan masyarakat sangatlah kompleks.

Karena Pengaruh dari arus kemajuan teknologi, Banyak sistem dari kehidupan yang
telah ada menjadi terdorong ke arah perubahan sosial.

Di semua negara, bila kita teliti, akan didapati problema pokok yang sudah terkait
dengan sistem dan pola kependidikan nasionalnya masing-masing dalam lima
permasalahan dasar.

1. Pertambahan anak usia sekolah yang menakibatkan banyaknya anak yang tidak
dapat tertampung di sekolah dikatenakan jumlah peserta didik yang semakin
meningkat.
2. Produk pendidikan di sekolah tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakat.
Karena sekolah kurang manpu untuk menampung aspirasi dari tuntutan
masyarakat.
3. Kurangnya sumber biaya yang harus diatasi oleh oemerintah bahkan
masyarakatnya itu sendiri.
4. Kurangnya efektivitas dan efesiensi kerja, karena ini sangat berkaitan dengan
Penyediaan sarana dan sarana pendidikan di sekolah.
5. Kurang jelas ha tujuan pendidikan yang dirumuskan menjadi arah proses
pendidikan di luar sekolah

Di Indonesia, Selain menghadapi problema di atas, Indinesia juga menghadapi


berbagai masalah, seperti:

3
1. Pemerataan pendidikan bai seluruh rakyat yang masuk si perjuangan melalui
probgam pembangunan nasional
2. Profesi guru kurang menarik minat para pemuda di Indonesia, karena hal lain
yang gajinya relatif lebih rendah daripada bekerja pada bidang non guru.
3. Berkaitan dengan pembinaan yang berfokus pada watak bangsa yang
beridentitas Pancasila, Pendidikan sejarah perjuangan bangsa ini belum nampak,
sehingga masing-masing guru yang memegang bidang studi tersebut.
Oleh karena permasalahan kependidikan bagi masyarakat modern merupakan akibat
dari proses kehidupan yang semakin meningkat, maka permasalahannya tetap berkembangan
sejalan dengan proses kehidupan masyarakat itu sendiri, pemecahannya harus didasarkan
pada skala prioritas permasalahan mana yang harus dipecahkan lebih dahulu dan mana yang
masih dapat ditunda.

a. Faktor-faktor munculnya Problematika di Indonesia


Dua isu yang dibawa oleh pendidikan multikultural, yaitu:
Pertama-tama, pendidikan multikultural adalah suatu proses, artinya gagasan
pendidikan multikultural yang baru belakangan ini mendapat daya tarik dalam pendidikan
Indonesia, dikembangkan melalui proses perumusan, refleksi, dan kerja lapangan sejalan
dengan kemajuan gagasan-gagasan mendasar tentang pendidikan multikultural. pendidikan
dan hak asasi manusia.
Kedua, pendidikan multikultural memiliki banyak sisi, sehingga memerlukan strategi
lintas disiplin serta kontribusi dari praktisi dan profesional pendidikan untuk lebih
mengembangkan dan mempertajam gagasan pendidikan multikultural yang dibutuhkan oleh
masyarakat.2

b. Upaya Penyelesaian Problematika Pendidikan Multikultural di Indonesia.


Upaya untuk melemahkan ide ini meliputi: Pertama, reformasi kurikulum, yang
menyerukan teori kurikulum baru; teori ini melibatkan analisis sejarah; Analisis ini
mencakup pemeriksaan terhadap buku teks yang tidak menganut pluralitas budaya.

Kedua, untuk mempromosikan nilai-nilai budaya dan ras, tindakan sosial atau budaya
juga diperlukan ketika mengajarkan ide-ide keadilan sosial.

2
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan
Nasional, Grasindo, Jakarta, 2004, hal. 170

4
Kembangkan kompetensi multikultural Anda ketiga. Penciptaan identitas etnis dan
sub-etnis melalui kegiatan budaya termasuk dalam kategori ini.
Mengadopsi pedagogi kesetaraan, keempat. Pedagogi kesetaraan digunakan di
sekolah, misalnya, untuk menemukan cara belajar dan mendidik yang tidak menyakiti
perasaan atau tradisi seseorang.3
B. Problem Pendidikan Multikultural di Indonesia

Problem pendidikan multikultural di Indonesia

Pendidikan multikultural ini juga bisa diterapkan dalam proses pembelajaran tetapi
karena masyarakat menyukai pembelajaran ini memberikan kesan yang tidak baik, dan
perbedaan budaya lokal/ etnis juga bisa mempengaruhinya.

Oleh karena itu ada beberapa masalah tentang kebudayaan/ multikulturalisme dalam
proses pembelajaran yaitu:

1. Problem Kemasyarakatan Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Ajakan untuk selalu hidup berdampingan secara damai (peaceful coexistence)


merupakan salah satu metode sosialisasi prinsip multikultural dalam IPS. Dengan kegagalan
inisiatif nasionalis resmi, yang dikutuk karena mempromosikan persatuan atas perbedaan,
kesadaran akan nilai pluralitas mulai muncul. Dari kenyataan tersebut, kini diyakini bahwa
kebijakan multikultural yang mendukung keragaman menjadi semakin diperlukan. Namun,
ada sejumlah isu sosial yang muncul selama pelaksanaan pendidikan multikultural yang
membuat sulit untuk digunakan dalam setting pendidikan. Isu-isu tersebut terdiri dari:

a. Keragaman identitas budaya daerah


Baik potensi konflik maupun modal berada dalam ragam ini. Keanekaragaman
budaya daerah justru menambah kekayaan budaya dan menjadi salah satu sumber penting
dalam pembangunan Indonesia yang multikultural. Namun, lingkungan yang heterogen ini
memiliki kemampuan untuk menciptakan perpecahan dan menjadi tempat berkembang
biaknya konflik dan kebencian masyarakat. Masalah ini berkembang jika budaya lokal tidak
dapat berkomunikasi satu sama lain. Pendidikan multikultural dapat terhambat oleh
kurangnya komunikasi dan pemahaman kelompok budaya lain, yang dapat menyebabkan
konflik.

3
H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, Indonesia Tera, Magelang, 2003, hal 171-172

5
Untuk mempersiapkannya, keragaman yang sudah ada harus diakui sebagai sesuatu
yang harus ada dan dibiarkan berkembang secara alami. Selain itu, sistem manajemen konflik
diperlukan untuk mengidentifikasi kemungkinan konflik lebih awal dan mengambil tindakan
untuk menyelesaikannya, termasuk di dalamnya melalui pendidikan multikultural. Dengan
adanya pendidikan multikultural itu diharapkan masing-masing warga daerah tertentu bisa
saling mengenal, memahami, menghayati dan bisa saling berkomunikasi.

b. Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah


Baik potensi konflik maupun modal berada dalam ragam ini. Keanekaragaman
budaya daerah justru menambah kekayaan budaya dan menjadi salah satu sumber penting
dalam pembangunan Indonesia yang multikultural. Namun, lingkungan yang heterogen ini
memiliki kemampuan untuk menciptakan perpecahan dan menjadi tempat berkembang
biaknya konflik dan kebencian masyarakat. Masalah ini berkembang jika budaya lokal tidak
dapat berkomunikasi satu sama lain. Pendidikan multikultural dapat terhambat oleh
kurangnya komunikasi dan pemahaman kelompok budaya lain, yang dapat menyebabkan
konflik.

c. Kurang kokohnya nasionalisme


Untuk kemajemukan total negara ini, keragaman budaya membutuhkan kekuatan
yang terintegrasi. Pancasila berfungsi sebagai faktor pemersatu karena merupakan falsafah
hidup bangsa, karakter bangsa, dan ideologi negara. Pancasila saat ini tidak mendapat fokus
dan penghargaan yang layak karena keprihatinan lokal menjadi lebih kontroversial. Banyak
orang memiliki konsepsi sederhana dan salah tentang Pancasila dengan membandingkannya
dengan ideologi Orde Baru, yang harus ditolak. Sama seperti tidak semua yang ada di Orde
Baru sangat baik, tidak semua yang ada di dalamnya juga buruk. Ada beberapa hal yang perlu
dikembangkan.

d. Fanatisme sempit
Fanatisme dalam arti luas memang diperlukan. Namun yang salah adalah fanatisme
sempit, yang menganggap bahwa kelompoknya yang paling benar, paling baik dan kelompok
lain harus dimusuhi. Gejala fanatisme sempit yang banyak menimbulkan korban ini banyak
terjadi di masyarakat. Gejala bonek (bondo nekat) di kalangan supporter sepak bola nampak
menggejala di tanah air. Kecintaan pada klub sepak bola daerah memang baik, tetapi
kecintaan yang berlebihan terhadap kelompoknya dan memusuhi kelompok lain secara
membabi buta maka hal ini tidak sehat. Apalagi bila fanatisme ini berbaur dengan isu agama

6
(misalnya di Ambon, Maluku dan Poso, Sulawesi Tengah) maka akan dapat menimbulkan
gejala ke arah disintegrasi bangsa. Di sini pendidikan multikultural memiliki peran yang
penting sebagai wahana peredam fanatisme sempit. Karena di dalam pendidikan multikultural
terkandung ajaran untuk menghargai seseorang atau kelompok lain walaupun berbeda suku,
agama, rasa atau golongan.

e. Konflik kesatuan nasional dan multikultural


Ada tarik menarik antara kepentingan kesatuan nasional dengan gerakan
multikultural. Di satu sisi ingin mempertahankan kesatuan bangsa dengan berorientasi pada
stabilitas nasional. Namun dalam penerapannya, bangsa Indonesia pernah mengalami konsep
stabilitas nasional ini dimanipulasi untuk mencapai kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dapat menjadi contoh ketika kebijakan penjagaan
stabilitas nasional ini berubah menjadi tekanan dan pengerahan kekuatan bersenjata. Hal ini
justru menimbulkan perasaan antipasti terhadap kekuasaan pusat yang tentunya hal ini bisa
menjadi ancaman bagi integrasi bangsa.

f. Kesejahteraan ekonomi yang tidak merata di antara kelompok budaya


Orang akan dengan mudah terintimidasi untuk melakukan tindakan yang anarkis
ketika himpitan ekonomi mendera mereka. Mereka akan menumpahkan kekesalan mereka
pada kelompok-kelompok mapan dan dianggap menikmati kekayaan yang dia tidak mampu
meraihnya. Jadi, adanya tekanan ekonomi memaksa orang untuk bertindak destruktif.
Berangkat dari hal ini, pendidikan multikultural diharapkan dapat mendidik seseorang untuk
berperilaku menurut aturan yang berlaku. Selain itu, pendidikan multikultural diharapkan
dapat mengajarkan perbedaan-perbedaan yang dijumpai di masyarakat karena di masyarakat
terdiri dari beragam lapisan, seperti si kaya dan si miskin atau golongan borjuis dan proletar.
Untuk itu pendidikan multikultural perlu diajarkan untuk saling menghormati dan
menghargai satu sama lain, tidak peduli dari lapisan mana seseorang itu berasal.

2. Problem Pembelajaran Pendidikan Multikultural di Indonesia

Pendidikan multikultural yang akhir-akhir ini sedang hangat dibicarakan ternyata


tidak terlepas dari berbagai problem yang menghambatnya. Selain problem kemasyarakatan,
pendidikan multikultural juga tidak lepas dari problem dalam proses pembelajarannya. Dalam
kerangka strategi pembelajaran, pembelajaran berbasis budaya dapat mendorong terjadinya
proses imajinatif, metaforik, berpikir kreatif, dan sadar budaya. Namun demikian,
penggunaan budaya lokal (etnis) dalam pembelajaran berbasis budaya tidak terlepas dari

7
berbagai permasalahan yang terdapat dalam setiap komponen pembelajaran, sejak persiapan
awal dan implementasinya.

Beberapa permasalahan awal pembelajaran berbasis budaya (multikultural) pada


tahap persiapan awal, antara lain :

 Guru kurang mengenal budayanya sendiri, budaya lokal maupun budaya peserta didik.
 Guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta didiknya, terutama
dalam konteks mata pelajaran yang akan diajarkannya.
 Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang
minat, ingatan, dan pengenalan kembali peserta didik terhadap khasanah budaya masing-
masing dalam konteks budaya masing-masing serta dalam dimensi pengalaman belajar
yang diperoleh.
Pada kenyataannya berbagai dimensi dari keberagaman budaya Indonesia dapat
menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran, terutama dalam kelas yang budaya etnis
peserta didiknya sangat beragam, antara lain :

a. Masalah seleksi dan integrasi isi (content selection and integration) mata
pelajaran
Implementasi pendidikan mutikultural dapat terhambat oleh problem seleksi dan
integrasi isi mata pelajaran yang akan diajarkan. Masalah yang muncul dapat berupa
ketidakmampuan guru memilih aspek dan unsur budaya yang relevan dengan isi dan topik
mata pelajaran. Selain itu masih banyak guru yang belum dapat mengintegrasikan budaya
lokal dalam mata pelajaran yang diajarkan, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna
bagi peserta didik.

Untuk mengatasi problem di atas, guru harus memiliki pengetahuan budaya yang
memadai. selain itu diperlukan sikap dan keterampilan yang bijaksana dalam memilih metode
atau materi pelajaran yang mengandung sensivitas budaya, misalnya materi tentang
perbedaan etnis atau agama. Guru juga dapat memberikan sentuhan warisan budaya sehingga
dapat memotivasi peserta didik mendalami akar budayanya sendiri dan akan menghasilkan
pembelajaran yang kuat bagi peserta didik. Guru juga dapat menggunakan teknik belajar
kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan integrasi ras dan etnis di sekolah dan di
kelas.

8
b. Masalah “proses mengkonstrusikan pengetahuan” (the knowledge construction
process)
Selain masalah seleksi dan integrasi isi mata pelajaran, masalah proses
mengkonstruksi sebuah pengetahuan dapat menjadi problem bagi pendidikan mutikultural.
Jika peserta didik terdiri dari berbagai budaya, etnis, agama, dan golongan dapat
memunculkan kesulitan tersendiri untuk menyusun sebuah bangunan pengetahuan yang
berlandaskan atas dasar perbedaan dan keragaman budaya. Seringkali muncul kesulitan
dalam menentukan aspek budaya mana yang dapat dipilih untuk membantu peserta didik
memahami konsep kunci secara tepat.

Selain itu, guru juga masih banyak yang belum dapat menggunakan frame of
referencedari budaya tertentu dan mengembangkannya dari perspektif ilmiah. Hal ini terkait
kurangnya pengetahuan dari guru tentang keragaman budaya. Problem lain yang dapat
muncul adalah munculnya bias dalam mengembangkan perspektif multikultur untuk
mengkonstruksi pengetahuan. Kekhawatiran yang muncul adalah munculnya diskriminasi
dalam pemberian materi pelajaran sehingga hanya memunculkan satu kelompok atau
golongan tertentu yang menjadi pokok bahasan pembelajaran.

c. Masalah mengurangi prasangka (prejudice reduction)


Salah satu masalah lain yang muncul dalam pembelajaran mutikultural adalah adanya
prasangka dari peserta didik terhadap guru bahwa guru tertentu cenderung mengutamakan
unsur budaya kelompok tertentu. Selain itu, guru belum dapat mengusahakan kerjasama
(cooperation) dan pengertian bahwa strategi pemakaian budaya tertentu bukan merupakan
kompetisi, tetapi sebuah kebersamaan. Oleh karena itu guru harus mengusahakan bagaimana
agar peserta didik yang belum mengenal budaya yang dijadikan media pembelajaran menjadi
tidak berprasangka bahwa guru cenderung mengutamakan budaya tertentu. Contoh, jika guru
memilih Bagong (tokoh wayang di Jawa Tengah) untuk pembelajaran, maka guru harus
menjelaskan siapa Bagong dan mampu mengidentifikasi tokoh serupa seperti Cepot (Jawa
Barat), Sangut (Bali), Dawala dan Bawok (pesisir utara Jawa).

Dengan mengambil contoh yang sepadan, guru dapat menghindari prasangka bahwa
dia mengutamakan unsur budaya tertentu. Situasi tersebut mendorong kebersamaan antar
peserta didik dan saling memperkaya unsur budaya masing-masing.

d. Masalah kesetaraan paedagogi (equity paedagogy)

9
Masalah ini muncul apabila guru terlalu banyak memakai budaya etnis atau kelompok
tertentu dan (secara tidak sadar) menafikan budaya kelompok lain. Untuk mempersiapkan
atau memilih unsur budaya membutuhkan waktu, tenaga dan referensi dari berbagai sumber
dan pustaka sehingga guru dapat melaksanakan kesetaraan paedagogi. Guru harus memiliki
“khasanah budaya” mengenai berbagai unsur budaya dalam tema tertentu. Misalnya jika
menerangkan tentang kesenian teater, guru dapat menyebutkan dan mengidentifikasi beragam
kesenian dari berbagai daerah seperti Ludruk (Jawa Timur), Wayang Wong (Jawa Tengah),
Lenong (Betawi), dan Ketoprak (Yogyakarta).

Konklusinya, penerapan pendidikan mutikultural di Indonesia masih mengalami


berbagai problem atau masalah, yang dapat diidentifikasi menjadi dua problem utama yaitu
problem kemasyarakatan dan problem pembelajaran pendidikan mutikultural.

1
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pendidikan multikultural pada intinya adalah pendidikan yang memberikan
penekanan terhadap proses penanaman cara hidup yang saling menghormati, tulus, dan
toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat dengan
tingkat pluralitas yang tinggi. Maka dari sebagai pemaham dan pengamat pendidikan
multicultural harus senantiasa menjadi smart dan terintergritas

Problematika Pendidikan Multikultural di Indonesia meliputi 2 hal yakni:

1. Problem Kemasyarakatan Pendidikan Multikultural dan


2. Problem Pembelajaran Pendidikan Multikultural.

1
DAFTAR PUSTAKA

Banks, James. A. 1993. Multicultural Education: Issues and Perspective. Needham Heights,
Massachusetts: Allyn and Bacon.

Gorski, Paul. 2001. Six Critical Paradigm Shiifd For Multicultural Education and The
Question We Should Be Asking, http/www. Edchange.org/multicultural, diakses
tanggal 1 Juli 2011.

Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Rahmat, Pupu Saeful. 2008. Wacana


Pendidikan Multikultural di Indonesia. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/
04/04/wacana-pendidikan-multikultural-di-indonesia, diakses tanggal 1 Juli 2011.

Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme : Tantangan Global Masa Depan dalam


Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai