Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

QIRAAT MUTAWATIRAH

Tentang,

Imam Nafi’ al-Madaniy Riwayat Warsy

Oleh Kelompok 3 :

Shauren Servira 2015050132

Pahma Jumratul Sar‟i 2015050137

Dosen Pengampu :

Fredika Ramadhanil, S. Th

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1443 H/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sama sama kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beriringan salam tidak lupa kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman jahiliyyah sampai kepada zaman penuh ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.

Makalah ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Qiraat Mutawatirah yang bertjuan sebagai tugas kelompok.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan, artinya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
kepada pembaca agar sekiranya memberikan kritik dan saran agar kedepannya bisa
semakin baik dalam penulisan makalah. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen
pengampu yang telah membimbing dalam proses pembuatan makalah kami agar tersusun
dengan baik dan benar. Dan terima kasij juga kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 05 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………...…………………………………….

B. Rumusan Masalah…………………………………..……………..…………………….

C. Tujuan Penulisan…………………………………..…………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

Bigrafi Imam Nafi‟ al-Madaniy………………………….…………...……………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………..…………………….

B. Saran…………………………………………………………………...………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Qira‟at merupakan salah satu cabang ilmu dalam „Ulumul Qur‟an, namun tidak
banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya
kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, diantaranya adalah ilmu
ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari,
tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya, yang dapat dikatakan berhubungan
langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan ilmu Qira‟at tidak mempelajari
masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum
tertentu dalam kehidupan manusia. Selain itu, ilmu Qira‟at juga cukup rumit untuk
dipelajari. Banyak hal yang harus diketahui oleh peminat ilmu Qira‟at ini, yang
terpenting adalah pengenalan al-Qur‟an secara mendalam dalam banyak seginya.

B. Rumusan Masalah

Apa Bigorafi Dari Imam Nafi‟ al-Madaniy ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk Mengetahui Biografi Imam Nafi‟ al-Madaniy


BAB II

PEMBAHASAN

Biografi Imam Nafi al-Madaniy

Nafi' bin Abdurrahman bin Abi Nu'aim al-Laitsi al-Kanani (bahasa Arab: ‫نافع بن‬
‫)عبد الرحمن بن أبي نُعيم الليثي الكناني‬, atau lebih dikenali sebagai Nafi' al-Madani (lahir pada
tahun 70 H, wafat di Madinah pada tahun 169 H) yaitu seorang ulama dibidang qira'at al-
Qur'an dan merupakan salah satu Imam qira'at sepuluh. Beliau menjadi Imam di Masjid
Nabawi selama 60 tahun setelah wafatnya Sisa dari pembakaran Ja'far Yazid al-Madani.

Beliau mempelajari al-Qur'an dari 70 tabi'in, 5 diantaranya: Abdurrahman bin


Hurmuz al-A'raj, sahabat Sisa dari pembakaran Hurairah Sisa dari pembakaran Ja'far
Yazid bin al-Qa'qa', salah satu Imam qira'at sepuluh Syaibah bin Nashah Muslim bin
Jundub al-Hadzali Yazid bin Ruman rawi-rawi nya.

Nafi‟ adalah salah seorang Qori‟ yang tujuh, beliau berwarna hitam legam dan
asalnya dari Asbahan, berakhlak baik, berwajah manis dan suka humor. Beliau belajar
Qiroatnya dari 70 tabi‟in diantaranya ; Abu Ja‟far,Syaibah bin Nashah,Muslim bin
Jundub, Yazid bin Rouman, Muhammad bin Muslim bin Syihab Azzuhri dan
Abdurrohman bin Hurmuz Al A‟raj.

Abu Ja‟far berguru pada tuannya yaitu Abdullah bin Iyasy bin Abi Rubai‟ah Al
Mahzumi, pada Abdullah bin Iyasy dan pada Abi Hurairah. Ketiga Imam ini berguru
pada Ubay bin Ka‟ab. Abu Hurairah dan Ibnu Abbas juga berguru pada Zaid bin Tsabit
dan Zaid dan Ubay berguru pada Rosulullah SAW. Syaibah dan Muslim dan Ibnu
Rouman berguru pada Abdullah bin Iyasy bin Abu Ruba‟iah dan Syaibah mendengarkan
Qiro‟atnya dari Umar bin Khotob.

Al Zuhri berguru pada Sa‟id Ibnu Al Musayab, Sa‟id berguru pada Ibnu Abas
dan Abu Hurairah, Al A‟raj berguru pada Ibnu Abas, Abu Hurairah dan Abdullah bin
Iyasy bin Abi Robi‟ah, Ibnu Abi Robi‟ah, Ibnu Abas dan Abu Hurairah berguru pada
Ubay bin Ka‟ab. Ibnu Abas juga berguru pada Zaid bin Tsabit dan Umar, Zaid dan Ubay
berguru pada Rosulullah SAW.

Qiro‟at Nafi‟ ini Mutawatir dan kemutawatirannya ini bukan menunjukkan karena
beliau belajarnya dari 70 tabi‟in dan ia mutawatir pada semua tingkatan dan tidak boleh
dikatakan karena penyandaran pribadi pada seorang sahabat, karena hal yang semacam
itu bukan arti penyandaran Qiro‟at pada seorang yang tertentu bahwa orang itu tidak
dikenal selain Qiro‟at ini dan bukanlah Qiro‟at ini tidak diriwayatkan dari yang selainnya
tetapi yang dimaksud dengan penyandaran Qiro‟at adalah kepada seseorang yang jelas
bahwa dia adalah sedhobith – dhobithnya manusia ( orang yang paling menguasai dalam
Qiro‟at ) dan kebanyakan mereka adalah orang yang paling banyak bacaan dan cara
membacakannya. Hal semacam ini tidak bisa dikatakan bahwa dia tidak dikenal oleh
yang lainnya dan sungguh dia telah meriwayatkannya dari yang lainnya.

Qiro‟at Nafi‟ periwayatannya dari Rosulullah yaitu oleh para kebanyakan para
sahabat. Kalaulah penyandaraan Qiro‟at ini hanya kepada sebagian individu dari mereka
saja, maka sungguh hal semacam ini tidak bisa dikatakan periwayatan Qiro‟at seperti
tersebut di atas. Kebanyakan para Tabi‟in meriwayatkannya dari sahabat kemudian para
Imam meriwayatkannya dari Imam yang lainnya sehingga sampai kepada kita ini dan
ketetapan ini sudah dikatakan ( merupakan ketetapan ) pada semua Qiro‟at Imam yang
sepuluh, maka bukanlah ketetapan ini karena dorongan dari seseorang saja.

Pengkhususan cara membaca dan pengajaranya ini lebih dari 70 ( tujuh puluh)
tahun.Dia seorang alim terhadap segi – segi Qiro‟at dan mengerti benar terhadap atsar
para imam terdahulu di Negerinya. Sa‟id bin Mansur berkata : Saya mendengar Malik bin
Anas berkata : Qiro‟at ahli Madinah terkenal ( terpilih ) ada yang mengatakan : Qiro‟at
Nafi‟ ? Ia menjawab : Ya. Dan diriwayatkan bahwa apabila dia berbicara tertiuplah dari
mulutnya bau minyak misik, lalu ada yang mengatakan apakah kau pakai minyak wangi /
parfum setiap kali kau duduk dengan membacakan Qiro‟at itu pada manusia ? Dia
menjawab : Saya tidak pernah mendekat dan menyentuh parfum itu ; tetapi memang saya
pernah bermimpi ketika tidur Nabi SAW membacakan Qiro‟at itu pada mulutku, maka
ketika itulah mulutku tercium bau harum, ada yang mengatakan baiknya muka dan
perangaimu, lalu dia menjawab : bagaimana saya tidak menjadi seperti apa yang kamu
sebutkan, Rosul telah berjabat tangan dan membacakan Al Qur‟an kepadaku ketika tidur.

Dia seorang yang zuhud, baik selalu sholat di Masjid Rosulullah SAW. Selama 60
tahun. Ada yang mengatakan bahwa ketika dia mendekati ajalnya anak – anaknya berkata
kepadanya : berilah wasiat daku ! lalu beliau berkata : Artinya: “ Bertakwalah kepada
Allah, berbuat baiklah sesama kawanmu dan taatilah Allah dan RosulNya jikalau kamu
tergolong orang – orang beriman ”.

Di antara orang – orang yang belajar darinya yaitu 2 imam; Malik bin Anas dan
Al Laits bin Sa‟ad. Dan sebagian mereka Abu Amr bin Al Ala‟, Al Musaiba, Isa bin
Wirdan, Sulaiman bin Muslim bin Jamaz, Ismail dan Ya‟kub anak Ja‟far. Para perawi
yang paling masyhur dari Qiro‟at Nafi‟ ada 2 yaitu Qolun dan Warasy. Dan dibawah ini
biografi dari kedua perowi tersebut :

QOLUN

Qolun ialah Isa bin Mainan bin Wardan bin Isa bin Abdul Shamad bin Umar bin
Abdullah Al Zarqi Tuan Bani Zahrah dengan gelar Abu Musa dan dijuluki dengan Qolun
yaitu seorang Qori‟ Madinah dan seluruh pelosoknya. Ada yang mengatakan bahwa
beliau adalah anak tiri dari Imam Nafi‟, anak istrinya dan beliau telah menetapkannya
dengan kemanfaatan yang begitu banyak dan beliaulah yang menjulukinya dengan nama
Qolun, karena bagusnya dalam Qiro‟at. Qolun adalah bahasa Rum yang artinya bagus,
kakeknya adalah Abdullah dari sebahagian Tuan Rum pada masa Kholifah yang kedua
yaitu Umar bin Khotob. Beliau menawarkannya kepada orang yang menyenanginya ke
Umar di Madinah dan menjualnya, lalu dibelilah oleh sebagian Kaum Anshor yaitu Tun
Muhammad bin Muhammad bin Fairuz dari Kaum Anshor.

Qolun dilahirkan pada tahun ke 120 pada hari Hisyam bin Abdul Mulk. Beliau
berguru pada Nafi‟ pada tahun 150 pada masa kholifah Al Mansur. Dia berkata : saya
berguru pada Nafi‟ tidak sekali saja, ada yang mengatakan berapa kali kau berguru pada
Nafi‟ ? Beliau menjawab : Saya sampai tidak bisa menghitungnya, kecuali saya telah
bergaul setelah nganggur 20 tahun, Dia berkata : Nafi‟ telah bertanya berapa kali kau
berguru padaku duduklah sampai ada orang yang diutus untuk berguru kepadamu !

Beliau telah mengambil Qiro‟at dari Imam Nafi‟ yang mana Imam Nafi‟ tersebut
telah belajarnya dari Abi Ja‟far dan Qiro‟at yang telah Imam Nafi‟ pilih juga beliau telah
menyorog Qiro‟at ini kepada Isa bin Wardan.

Banyak orang telah meriwayatkan Qiro‟at darinya, berurutan satu per satu yaitu
Imam Ibnu Jazari dalam seluruh tingkatan Qurro. Abu Muhammad Al Bagdadi berkata :
Qolun adalah orang yang sangat tuli tidak mendengar bom, tetapi apabila ada orang yang
membacakan Al Qur‟an kepadanya beliau bisa mendengarnya, yaitu para Qori‟ yang
membacakannya dan beliau faham benar kesalahan mereka dan membetulkannya dengan
memberi contoh / mempraktekkannya. Beliau wafat pada tahun 220 pada masa Kholifah
Ma‟mun.

WARASY

Warasy adalah Utsman bin Sa‟id bin Abdullah bin Umar bin Sulaiman bin
Ibrohim pembantu keluarga Zubair bin Awam, gelarnya Abu Sa‟id dan julukannya
Warasy. Dilahirkan pada tahun 110 di sebagian Negeri dari dataran Negeri Mesir yang
asalnya negeri itu adalah Qoiraman. Beliau pergi ke Imam Nafi‟ di Madinah,
mentashihkan bacaan Al Qur‟an kepadanya beberapa tamatan pada tahun 155. Beliau
adalah bule, bermata biru dan berkulit putih serta gemuk , pendek dan berkecukupan (
sedang ). Ada yang mengatakan bahwa Nafi‟ menjulukinya dengan Warsyan ( yaitu
seekor burung yang menyerupai burung merpati , karena ringan gerakannya dan karena
beliau berpakaian yang pendek, lalu berjalan kelihatan kedua kakinya.

Imam Nafi‟ berkata ( memanggil ): kesinilah wahai Warsyan, bacalah hai


Warsyan dan dimanakah kau Warsyan ? Kemudian ia meringankan. Ada yang
mengatakan ia bukan Warsyan tetapi Warasy. Dan ada yang mengatakan bahwa Warasy
adalah sesuatu yang terbuat dari susu dan dijuluki dengan itu karena putihnya. Julukan ini
tetap sehingga dia tidak dikenal kecuali dengan nama itu dan tidaklah ada sesuatu yang
lebih dicintai darinya; lalu dia berkata : Wahai Guruku namailah aku ini dengan nama
Warasy.

Imam Warsy merupakan salah satu rawi yang meriwayatkan qira‟at dari Imam
Nafi‟ al-Madani. Bacaan beliau banyak diikuti di dunia terutama kaum muslimin yang
berada di Afrika bagian utara dan barat. Qira‟at Nafi‟ riwayat Warsy merupakan qira‟at
yang paling membutuhkan nafas yang panjang karena kebanyakan huruf mad dibaca
dengan Thuul (panjangnya 6 harakat). Qira‟at ini bisa dikatakan sebagai qira‟at yang
paling susah diperlajari karena banyak kaidah-kaidahnya yang tidak didapati dalam
qira‟at yang lain.

Dalam riwayat Warsy terdapat dua thariq yaitu thariq al-Azraq dan thariq al-
Ashbahani. Thariq al-Azraq merupakan thariq yang masyhur digunakan. Bahkan ketika
seseorang hanya berkata “riwayat Warsy” tanpa menyebutkan thariqnya maka
kemungkinan besar yang dia maksud adalah “riwayat Warsy thariq al-Azraq”.

Guru-gurunya :

Beliau mempelajari al-Qur'an dari 70 tabi'in, 5 diantaranya :

- Abdurrahman bin Hurmuz al-A'raj, sahabat Debu Hurairah


- Debu Ja'far Yazid bin al-Qa'qa', salah satu Imam qira'at sepuluh
- Syaibah bin Nashah
- Muslim bin Jundub al-Hadzali
- Yazid bin Ruman.

Murid-murid Imam Nafi’

Kealiman dan keistiqamahan yang dimiliki Imam Nafi‟, mengantarkan beliau


menjadi seorang maha guru yang disenangi oleh para murid-muridnya. Hal ini tandai
oleh banyaknya murid beliau dari berbagai Negara seperti Mesir, Sham, Madinah dan
lainnya. Di antara murid beliau yang terkenal adalah: Imam Malik bin Anas, Imam Laits
bin Sa‟ad, Abi Amr bin al-Ala‟, Isa bin Wardan, Sulaiman bin Muslim bin Jammaz dan
kedua putra gurunya (Imam Ja‟far), yaitu Ismail dan Ya‟qub.

Namun, di antara sekian banyak murid beliau, yang paling terkenal dan kemudian
menjadi perawi Imam Nafi‟ adalah Imam Qalun dan Imam Warsy.

Keilmuannya Dalam Bidang Hadis

Beliau mendapatkan hadis dari Na'fi budak Ibnu Umar, Al-A'raj, 'Amir bin
Abdullah bin az-Zubair dan Debu az-Zinad. Beliau meriwayatkan untuk Al-Qa'ni, Sa'id
bin Abi Maryam, Khalid bin Makhlad, Marwan bin Muhammad ath-Thathari dan Ismail
bin Abi Uwais.

Karamah Imam Nafi’

Imam Nafi‟ adalah seorang ahli Al-Qur‟an yang dianugerahi Allah beberapa
karamah. Di antaranya, beliau memiliki bau harum yang keluar dari lisannya.
Diceritakan bahwa jika beliau berbicara, maka terciumlah aroma harum minyak misk
yang keluar dari lisannya. Ketika ditanya oleh salah seorang muridnya, “Apakah Guru
memakai minyak wangi jika hendak mengajar?” Beliau menjawab, “Aku tidak pernah
mendekati minyak wangi apalagi menyentuhnya. Suatu saat aku bermimpi bertemu
dengan Rasulullah dan beliau membaca Al-Qur‟an persis di depan lisanku. Sejak saat
itulah keluar bau harum dari lisanku.” Selain kelebihan tersebut, Imam Nafi‟ juga
memiliki kelebihan yang lain, yaitu wajah yang selalu berseri-seri dan budi pekerti yang
luhur. Imam al-Musayyibi berkata, ketika ditanyakan kepada Imam Nafi‟ tentang hal
tersebut (wajahnya yang selalu berseri-seri), beliau menajawab: “Bagaimana aku tidak
berseri-seri, sementara Rasul menyalamiku dalam mimpi dan kepada Beliau aku
membaca Al-Qur‟an.”

Setelah mengabdikan jiwa dan raganya berkhidmah untuk Al-Qur‟an, Imam Nafi‟
dipanggil untuk menghadap Tuhannya pada tahun 169 H di Madinah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nafi' bin Abdurrahman bin Abi Nu'aim al-Laitsi al-Kanani (bahasa Arab: ‫نافع بن‬
‫)عبد الرحمن بن أبي نُعيم الليثي الكناني‬, atau lebih dikenali sebagai Nafi' al-Madani (lahir pada
tahun 70 H, wafat di Madinah pada tahun 169 H) yaitu seorang ulama dibidang qira'at al-
Qur'an dan merupakan salah satu Imam qira'at sepuluh. Salah satu guru imam nafi‟
adalah : Abdurrahman bin Hurmuz al-A'raj, sahabat Debu Hurairah, Debu Ja'far Yazid
bin al-Qa'qa', salah satu Imam qira'at sepuluh, Syaibah bin Nashah, Muslim bin Jundub
al-Hadzali, Yazid bin Ruman. Dan Imam Nafi‟ adalah seorang ahli Al-Qur‟an yang
dianugerahi Allah beberapa karamah. Di antaranya, beliau memiliki bau harum yang
keluar dari lisannya. Diceritakan bahwa jika beliau berbicara, maka terciumlah aroma
harum minyak misk yang keluar dari lisannya.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini mungkin banyak ditemukan kekurangan seperti


kesalahan penulisan kata, kurang tepatnya materi dan kekurangan yang lainnya yang
sejatinya tidak disengaja. Maka dari itu kita sebagai makhluk sosial sudah sepantasnya
saling mengingatkan jika mendapati hal yang kurang atau belum tepat untuk membangun
makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Tulisan ini disadur dari kitab "Siyar „A‟lam al-Nubala‟" karya Imam Al-Dzhabi, juz II,
hal 336; dan kitab "Makrifat al-Qurra‟ al-Kibar „Ala Al-Tabaqat wa al-A‟shar" karya
Imam Al-Dzhabi juz II, hal. 64.

Syamsuddin Adz-dzahabi (w. 748 H), Ma’rofatu al-Qurra’ al-kibar ‘ala ath-Thabaqat

Wa al-A’shar (Mesir; Dar ash-Shahabah, 2008)

Abu „Amr ad-Dani, At-Taisir fi al-Qiraat as-Sab’ (Mesir; Dar Ibn Katsir, 2015)

Anda mungkin juga menyukai