Anda di halaman 1dari 82

MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN

PENGAJARAN LITERASI DAN NUMERASI

MODUL PEMBELAJARAN UNTUK


GURU SEKOLAH DASAR

PROGRAM ORGANISASI PENGGERAK


Kata Pengantar
Indeks tingkat membaca di Indonesia berada pada urutan 62 dari 70 negara (PISA, 2015).
Anak-anak Indonesia terus mengalami tren penurunan kemampuan yang ditunjukkan
melalui laporan PISA tahun 2018. Skor rata-rata membaca siswa Indonesia pada tahun
2018 menurun 21 poin dari skor tahun 2015. Untuk matematika, skor siswa Indonesia
menurun 7 poin di periode pembanding yang sama. Nilai rata-rata sains sedikit menurun
di angka 396 poin dari 403. Ketiga nilai tersebut juga jauh di bawah rata-rata OECD. Hal
ini menunjukkan permasalahan tingkat literasi yang masih rendah yang dapat berdampak
pada kapabilitas dan kualitas hidup individu dan kehidupan sosial yang ada.

Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil belajar siswa di seluruh Indonesia, Kemendikbud
Ristek menyadari pentingnya kehadiran dan partisipasi komunitas yang bekerja bersama
dengan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Komunitas ini terdiri dari orang tua,
tokoh masyarakat dan adat, organisasi, cendekiawan, relawan, organisasi, dan pemangku
kepentingan lainnya. Untuk itu, Program Organisasi Penggerak dibentuk untuk bergotong
royong menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran dengan fokus utama pada peningkatan
kualitas guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan yang bermuara pada hasil belajar
siswa.

Program Organisasi Penggerak Indonesia Mengajar (POP IM) 2021 merupakan program
pelatihan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah
yang berdampak pada meningkatnya proses dan hasil belajar peserta didik di bidang literasi
dan numerasi di Kabupaten Rote, Tanimbar, Paser, dan Bengkalis. Penyusunan paket unit
pembelajaran POP IM 2021 didasarkan atas identifikasi beberapa permasalahan dan
tantangan di lapangan yang meliputi:

1. Kebutuhan untuk meluruskan konsep dasar literasi dan numerasi


2. Kebutuhan untuk mengaplikasikan pembelajaran literasi numerasi yang kontekstual
dan menyenangkan
3. Kebutuhan untuk penguatan kolaborasi kepala sekolah dan guru dalam mewujudkan
Gerakan Literasi Sekolah

Berdasarkan identifikasi di atas, POP IM bersama tim ahli modul mengembangkan sejumlah
unit pembelajaran pelatihan kepala sekolah dan guru yang interaktif dan inovatif. Kami
berharap modul ini dapat menjadi tambahan literatur, memperkaya referensi dan khasanah
pengetahuan guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan kondisi literasi numerasi
di sekolah dan komunitasnya. Kami percaya komunitas yang melek literasi merupakan
pondasi lahirnya generasi-generasi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner) dengan
kompetensi dan minat yang tinggi terhadap pengetahuan.

Jakarta, 4 November 2021

Tim Pengelola POP IM 2021

i Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i

Daftar isi ii

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 1

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 17


Strategi pembelajaran literasi
membaca menyenangkan SD 38
Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 54
Merancang model pembelajaran
literasi membaca dan numerasi SD 68

Daftar isi ii
Materi I
Miskonsepsi Literasi
dan Numerasi
Durasi: 120 menit

1 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


Tujuan:

Memahami kembali pengertian literasi dan numerasi dalam lingkup Sekolah


Dasar serta urgensinya dalam komponen Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM).

Capaian Kompetensi Yang Diharapkan:

1. Kemampuan memahami dan mengelaborasikan konsep literasi dan numerasi


dalam konteks pembelajaran sekolah dasar dan komponen Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM)
2. Kemampuan mengimplementasikan pemahaman mengenai keterampilan
literasi dan numerasi dalam merumuskan strategi atau metode pembelajaran
yang sesuai

Indikator:

● Mampu menjelaskan definisi keterampilan literasi dan numerasi


● Mampu membandingkan konsep literasi & numerasi dengan calistung
● Mampu menjelaskan indikator keterampilan literasi dan numerasi sebagai
komponen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
● Mampu mengaitkan konsep literasi dan numerasi sekolah dasar dengan
penyelesaian masalah sehari-hari

Agenda Pelatihan

● Apersepsi Pemantik - 20’


● Eksplorasi Materi - 40’
● Tanya Jawab
● Diskusi/Penugasan - 30’
● Kesimpulan - 20’

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 2


Apersepsi Pemantik
Selamat datang Bapak dan Ibu sekalian, selamat bergabung dalam pelatihan literasi dan
numerasi. Dua kata tersebut dapat dikatakan tidak asing di telinga kita dewasa ini. Maka
dari itu, sebelum kita memulai pelatihan kali ini, mari kita lihat bagaimana pemahaman
awal Bapak/Ibu terhadap materi yang akan kita pelajari selama beberapa hari ke depan.

● Ambillah satu benda di dekat Anda yang paling merepresentasikan kemampuan literasi.
Jelaskan mengapa Anda memilih benda tersebut.

Sebagai materi pembuka dalam rangkaian pelatihan literasi dan numerasi, mari kita terlebih
dahulu meredefinisikan makna keterampilan literasi dan numerasi itu sendiri. Silakan
cermati cerita dalam komik berikut:

3 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


Pertanyaan reflektif:

1. Pernahkah Anda mengalami 2. Bagaimana anda mendefinisikan


peristiwa tadi? kemampuan literasi setelah membaca
komik tersebut?

3. Apakah menurut Anda kemampuan melafalkan 4. Apa saja usaha yang sudah Anda lakukan
kalimat pada cerita dan membacanya dengan untuk meningkatkan kemampuan literasi
cepat seperti yang dilakukan anak-anak itu murid di kelas Anda?
termasuk kemampuan literasi?
Jelaskan alasan Anda!

Berbicara tentang literasi, apa yang


biasanya terlintas dalam kepala?

Suara anak belajar


membaca dengan mengeja? atau pojok barisan buku yang
berjejer rapi dalam sebuah rak?

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 4


Seringkali, pemahaman tentang literasi yang saat ini berkembang direduksi menjadi
keterampilan membaca atau menulis saja. Entah itu mengenal huruf, membunyikan sebuah
kata, kalimat, atau menyampaikan kembali sebuah cerita yang dibaca. Padahal, kemampuan
literasi yang sesungguhnya tidak berhenti sampai di sana. Sehingga, kemampuan membaca
kalimat pada buku bahkan dengan cepat saja tidak cukup dikatakan sebagai kemampuan
literasi. Literasi bukan sekedar aktif membaca, yang tujuannya membaca sebanyak-
banyaknya buku tanpa memahami lebih dalam apa isinya. Literasi yang diharapkan adalah
yang memfasilitasi membaca aktif, dimana membaca juga dibarengi dengan adanya
upaya untuk memaknai arti yang ada di setiap rangkaian katanya dan merefleksikannya
dengan pengalaman pribadi yang mungkin serupa. Lebih dari itu, literasi memampukan kita
mengolah informasi yang kita terima dan menggunakannya untuk memecahkan berbagai
masalah yang kita temui dalam dunia nyata.

Bagaimana dengan numerasi?


Silakan menonton video di link berikut:
Numerasi Vs Matematika, Serupa Tapi Tak Sama
bit.ly/mtkvsnumerasi

Naskah Video:
● Kejadian 1
Seo rang murid kelas 5 mampu menghafal tangga konversi satuan waktu dan jarak.
Di kelas, dia mampu melengkapi bagian-bagian yang rumpang dari tangga konversi
tersebut yang ditugaskan oleh guru di papan tulis.

● Kejadian 2
Keesokan harinya, sang murid berpapasan dengan guru dari arah seberang menuju
sekolah. Guru tersebut kemudian bertanya “Berapa waktu yang dibutuhkan oleh
sang murid untuk tiba di sekolah dari rumahnya. Murid menjawab dengan mantap
“hanya 10 menit jalan kaki bu”

● Kejadian 3
Ibu guru lalu bertanya lagi “kalau besok Ibu minta tolong kamu mampir ke tempat
fotocopy yang jaraknya 10 menit dari sekolah arah tempat Ibu, lalu kamu bantu Ibu
dulu sebentar untuk fotocopy kira-kira 150 lembar. Satu lembar nya mungkin sekitar
8 detik. Nanti sampai sekolah lagi 15 menit sebelum jam 06.30 ya. Berarti kamu
berangkat dari rumah jam berapa, tuh?”

Sang murid hanya bisa bergumam kebingungan sambil garuk-garuk kepala.

5 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


Pertanyaan reflektif:

1. Dari video tersebut, jelaskan perbedaan keterampilan numerasi dan matematika!

Numerasi Matematika

2. Ceritakanlah pengalaman serupa yang pernah Anda alami dengan murid terkait
dengan perbedaan keterampilan numerasi dan matematika!

3. Jelaskan apa yang bisa Anda lakukan untuk dapat mengatasi hal itu jika Anda adalah
Ibu Guru dalam cerita tersebut!

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 6


Eksplorasi Materi

Pada awal sesi, Bapak dan Ibu sudah memilih dan menjelaskan 1 barang yang
menurut Bapak dan Ibu paling menggambarkan kemampuan literasi dan numerasi.

Bagaimana dengan gambar benda ini? Bisakah Bapak dan Ibu menjelaskan keterkaitannya
dengan keterampilan literasi dan numerasi?

Memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang baik dapat dianalogikan dengan
kemampuan mengolah informasi yang ada di kemasan kotak susu dan merefleksikannya
untuk membantu kita menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan. Bukan hanya
informasi yang tersurat dan dapat ditemukan dengan mudah, namun juga informasi tersirat
yang membutuhkan nalar untuk dipahami secara menyeluruh.

Contohnya sebagai berikut:

Dari informasi tertulis yang ada di kemasan susu,


bisakah Bapak/Ibu menjawab pertanyaan ini?

Susu UHT sangat baik diminum setiap hari

BENAR SALAH

Seorang Ayah ingin memenuhi kebutuhan energi


anaknya sebesar 2500 kkal dengan presentase lemak
sebesar 45% AKG. Berapa banyak Susu UHT yang
harus diminum anaknya setiap harinya?

7 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


A. Pengertian Literasi

UNESCO mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,


menginterpretasi, menciptakan, dan mengkomunikasikan informasi dari macam-macam
teks tertulis dalam berbagai konteks. Kemampuan literasi mencakup rangkaian proses
pembelajaran yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya serta memungkinkannya berpartisipasi dalam komunitas
atau bahkan masyarakat luas dan global.

Dengan kata lain, kemampuan literasi dapat diartikan pula sebagai kemampuan memahami,
menalar, menganalisis, menyintesis, merefleksikan dan mengevaluasi informasi yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang ditemui. Artinya, kemampuan literasi
bukan hanya tentang mampu membaca dan menulis. Dari uraian terkait pengertian literasi
tadi, dapat dikatakan bahwa literasi juga mencakup kemampuan reseptif ketika membaca
dan menyimak (proses memahami, menalar, menganalisis) dan kemampuan produktif
seperti berbicara serta menulis (proses menggunakan dan mengkomunikasikan).

Dalam membaca informasi yang tertera pada kemasan kotak susu, tentu seseorang harus
terlebih dahulu mampu mengenal lambang-lambang dan membunyikan huruf sebelum
dapat membacanya menjadi sebuah padanan kata dan untaian kalimat lengkap. Setelahnya,
kemampuan itu berkembang menjadi kemampuan mengartikan rangkaian tulisan yang
dibunyikan tadi sebelum akhirnya informasi yang tidak secara langsung disampaikan
dalam bentuk teks tertulis tersebut dapat dipahami dan digunakan sesuai kebutuhan.

B. Dimensi Literasi

Berdasarkan peta jalan Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Kemendikbud tahun
2017, keterampilan literasi terdiri dari beberapa dimensi, yaitu:

● Literasi Baca-Tulis
Pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri,
mengolah dan memahami informasi untuk menanggapi, dan menggunakan teks
tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta
untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

● Literasi Numerasi
Pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh, menginterpretasikan,
menggunakan, dan mengkomunikasikan berbagai macam angka dan simbol
matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 8


kehidupan sehari-hari; bisa menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai
bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.

● Literasi Sains
Pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan,
memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil
simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains
dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta kemauan
untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait sains.

● Literasi Digital
Pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi,
atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi,
dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum
dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

● Literasi Finansial
Pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep
dan risiko, keterampilan, motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan
yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial,
baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

● Literasi Budaya dan Kewargaan


Pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan
Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat.

Pada modul pelatihan ini,


pembahasan akan difokuskan
pada literasi membaca dan
numerasi sesuai dengan
komponen Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM).
C. Konteks Literasi Numerasi di Sekolah Dasar

9 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


Sebelum masuk pada eksplorasi literasi dan numerasi di sekolah dasar, mari kita uji
pemahaman awal berilah tanda centang (√) pada kolom benar atau salah atas pertanyaan
dibawah ini

PERNYATAAN BENAR SALAH

Literasi dan Numerasi adalah bahasa keren dari calistung

Calistung adalah bagian dari kemampuan literasi dan numerasi

Sebelum masuk SD, seorang murid sudah harus mampu calistung

Pembelajaran literasi dan numerasi tidak hanya dipelajari melalui


mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika saja.
Kemampuan literasi dan numerasi akan diujikan untuk mengukur
penguasaan konten kurikulum yang ada pada buku teks

Literasi dan Numerasi melampaui calistung

Berbicara tentang literasi dan numerasi pada jenjang sekolah dasar biasanya tidak
dapat dipisahkan dengan istilah calistung atau membaca, menulis dan berhitung. Hal
ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah, karena calistung juga merupakan kompetensi
dasar yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi. Namun,
miskonsepsi yang perlu diluruskan adalah ketika pemaknaan terkait literasi dan numerasi
hanya merujuk pada kegiatan calistung semata. Satu hal yang perlu digarisbawahi,
calistung saja bukan menjadi tolak ukur kemampuan literasi dan numerasi seorang murid.
Seperti yang diilustrasikan di awal, belum tentu seorang anak yang terampil membaca atau
menghitung dengan cepat dan tepat paham bagaimana caranya memilah dan mengolah
apa yang sudah dibaca atau dihitungnya ketika dikaitkan dengan masalah yang relevan
dengan dirinya sendiri.

Literasi dan Numerasi bukanlah kemampuan bawaan dari lahir, tapi kemampuan yang dapat
diasah sesuai tahapan usia dan perkembangan murid.

Keterampilan Literasi dan Numerasi adalah keterampilan yang dapat diasah secara
bertahap sesuai dengan usia dan jenjangnya. Seorang bayi yang mulai memasukkan buku
ke mulut justru menunjukkan tahap kemampuan literasi awal yang perlu difasilitasi. Karena
bayi belum dapat berbicara dan mengungkapkan perasaan maupun kebutuhannya, salah
satu caranya mengeskplorasi dunia sekitarnya adalah dengan menstimulasi sensori atau
alat indranya lewat membacakan buku cerita dan menunjukkan simbol-simbol gambar

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 10


merupakan salah satu cara untuk mengasah kemampuan literasinya sebelum mengenal
huruf.

Begitu pula sebelum mengajarkan anak menulis dengan pensil, sebaiknya anak-anak
melatih motorik halusnya terlebih dahulu agar jari jemarinya makin terampil. Kegiatan
seperti mengancing baju, menjepit, mengikat tali sepatu, meronce dan menggunakan jari
telunjuk untuk menulis bentuk huruf di atas pasir merupakan kegiatan pra menulis yang
perlu dikuasai oleh anak sebelum akhirnya mampu menulis huruf dengan baik dan benar.

Kemampuan numerasi sejak dini juga dapat distimulasi ketika bayi mulai tertarik dengan
benda-benda yang memiliki ragam ukuran, warna, hingga kemudian mampu mengurutkan
dari yang besar ke yang kecil dan menyortir benda-benda yang memiliki warna yang sama.
Kemampuan ini akan terus berkembang sampai akhirnya anak mampu mengidentifikasi
angka dan besaran jumlah yang merepresentasikannya. Maka dari itu, penting untuk
menggunakan metode one-to-one correspondence atau membilang bilangan yaitu
menyebutkan satu per satu untuk mengetahui berapa banyaknya saat mengajarkan konsep
lambang dan nama bilangan dibanding hanya meminta anak menghafal bilangan tanpa
mengetahui besaran jumlahnya.

Sumber gambar: Kids R Kidsunnamed

Dalam konteks Sekolah Dasar, keterampilan literasi dan numerasi tidak hanya terpaku
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia atau Matematika saja, tapi juga kemampuan yang
harus dikembangkan secara lintas mata pelajaran. Maka dari itu, literasi dan numerasi

11 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


jangan sampai hanya divisualisasikan sebagai kegiatan bercerita atau cerdas cermat soal-
soal matematika, melainkan bisa juga diperluas menjadi terintegrasi dengan kegiatan
pembelajaran berbasis proyek seperti memasak, teater, mengadakan pasar kuliner kreatif,
sampai kepada membuat ide mitigasi bencana dan lainnya sesuai dengan konteks wilayah
yang ada di masing-masing sekolah.

Apa itu AKM?


Bapak dan Ibu mungkin sudah tidak asing dengan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). Sebelum kita membahas lebih
lanjut tentang AKM, mari kita perhatikan dulu ilustrasi berikut:

A B

Manakah dari kedua ilustrasi di atas yang menggambarkan fungsi dari asesmen?

Gambar A melambangkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas agar bunga
tumbuh dengan subur, sedangkan gambar B memberikan penilaian terhadap kondisi bunga
setelah beberapa waktu dirawat dan dipelihara.

Kata “asesmen” mungkin terdengar menakutkan karena dikaitkan dengan penilaian padahal
justru fungsi asesmen digambarkan oleh gambar A yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas. Gambar B sendiri merupakan fungsi dari evaluasi yang baru bisa diperoleh ketika
asesmen sudah dilakukan.

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 12


Menyambung dari ilustrasi tadi, asesmen diperlukan untuk mengobservasi seberapa
banyak kira-kira air yang dibutuhkan setiap harinya, jenis pupuk dan media tanam apa
yang cocok, bagaimana bentuk pot yang sesuai dan sebagainya untuk membantu bunga
tumbuh tinggi dan subur. Dalam hal pendidikan, asesmen dibutuhkan untuk menyusun
strategi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas pedagogi dan pembelajaran.

Sedangkan dalam konteks AKM sendiri, asesmen dapat dimaknai sebagai sebuah
pengukuran atau penilaian terhadap mutu pendidikan berdasarkan kemampuan literasi,
numerasi dan karakter murid. Penilaian ini akan menghasilkan informasi mencakup
tingkat kompetensi, kekuatan dan kelemahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas belajar-mengajar, memantau kesenjangan mutu pendidikan antarkelompok sosial
ekonomi maupun antarsekolah swasta dan negeri, dan pengembangan kompetensi serta
karakter murid.

AKM bukan pengganti UN, karena:

1. Hasilnya bukan sebagai penentu kelulusan melainkan menjadi pedoman untuk


evaluasi dan peningkatan mutu
2. Tidak diikuti oleh semua murid karena hanya sebagian murid yang dipilih menjadi
representasi evaluasi sekolah
3. Difokuskan pada kompetensi literasi, numerasi dan karakter murid
4. Perbedaan signifikan dalam bentuk, struktur dan isi soal yang bersifat non-rutin
(lebih dalam akan di bahas pada materi strategi numerasi)
5. Tidak dibuat untuk mengukur penguasaan konten atau materi melainkan kedalaman
pemahaman yang faktual untuk menyelesaikan masalah

TINGKAT
KOMPETENSI, PENYUSUNAN
ASESMEN
KEKUATAN DAN STRATEGI
KELEMAHAN

“MENGAJAR DENGAN LEVEL YANG SESUAI”

13 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


Literasi Numerasi dalam Konteks AKM

AKM mengukur 2 macam kemampuan literasi yaitu literasi membaca dan literasi
numerasi.

Literasi Membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami,


menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk
mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan
untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
Literasi Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur,
fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai
jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan
dunia.

Apa saja yang akan dinilai?


Baik kemampuan literasi maupun numerasi yang akan
diukur, ada tiga (3) keterampilan yang akan menjadi fokus
penilaian, yaitu:

1. Keterampilan berpikir logis-sistematis

2. Keterampilan bernalar menggunakan konsep dan


pengetahuan yang sudah dipelajari

3. Keterampilan memilah dan mengolah informasi

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 14


Lebih lanjut, terdapat 3 komponen dalam Asesmen Kompetensi Minimum meliputi konten,
proses kognitif dan konteks.

Komponen AKM Literasi Numerasi


• Bilangan
• Pengukuran dan
• Teks informasi
Konten Geometri
• Teks fiksi
• Data dan Ketidakpastian
• Aljabar
• Kemampuan menemukan
informasi
• Kemampuan • Pemahaman
Proses Kognitif menginterpretasi dan • Penerapan
integrasi informasi • Penalaran
• Kemampuan mengevaluasi
& merefleksikan informasi
• Personal
Konteks • Sosial Budaya
• Saintifik

Seperti yang sudah kita sama-sama pahami dari pembelajaran sesi kali ini, literasi dan
numerasi yang ada di AKM tentu bukan soal-soal yang sifatnya rutin seperti sekedar 15%
x 3,9 + (-245) atau sekedar mencari tahu nama dari tokoh cerita yang ada. Soal-soal yang
akan menjadi pengukuran kompetensi murid merupakan soal-soal yang dirancang dengan
tipe HOTS (high-order thinking skill) atau soal yang membutuhkan kemampuan analisis
yang sudah dikaitkan dengan permasalahan nyata yang ada pada kehidupan sehari-hari.
Sehingga, tidak ada formula atau rumus saklek yang dapat menjawab soal-soal AKM
selain melatih kemampuan berpikir kritis/logis sistematis, bernalar dan memilah maupun
mengolah informasi yang dapat dikembangkan dari proses pembelajaran di kelas.

Selengkapnya tentang
AKM bisa diakses di sini:

bit.ly/akmkemdikbud

15 Miskonsepsi Literasi dan Numerasi


Pertanyaan reflektif:

Apa itu asesmen?

Mengapa asesmen penting untuk dilakukan?

Apa saja kompetensi literasi yang akan diukur di AKM beserta indikator keterampilannya?

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara Bapak/Ibu membantu murid untuk dapat mengerjakan
soal-soal AKM yang mengukur kemampuan literasi dan numerasi dengan baik? Apakah
mengikuti bimbingan belajar khusus “AKM” di lembaga bimbel khusus merupakan sebuah
pilihan? Jelaskan alasan Bapak/Ibu!

Miskonsepsi Literasi dan Numerasi 16


Materi II
Menumbuhkan Budaya
Literasi Sekolah Dasar
Durasi: 120 menit

17 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Tujuan:

Memahami cara mendesain ekosistem pembelajaran yang mendukung


peningkatan keterampilan literasi

Capaian Kompetensi Yang Diharapkan:

1. Kemampuan mengidentifikasi upaya peningkatan budaya literasi


di lingkup sekolah
2. Kemampuan mengimplementasikan gerakan literasi sekolah yang
kontekstual dan berkelanjutan

Indikator:

● Mampu menjelaskan apa itu gerakan literasi sekolah, prinsip dan


tahapan-tahapan nya
● Mampu merumuskan upaya gerakan literasi sekolah yang akan dilakukan
di kelas atau sekolah masing-masing

Agenda Pelatihan

● Apersepsi Pemantik - 20’


● Eksplorasi Materi - 40’
● Tanya Jawab
● Diskusi/Penugasan - 30’
● Kesimpulan - 20’

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 18


Apersepsi Pemantik
Dapatkah Anda menebak, melambangkan apakah angka ini?

2009 2012 2015 2018

57 62 61 64

Angka-angka tersebut melambangkan peringkat Kemampuan Membaca Negara


Indonesia dalam PISA dari tahun 2009-2018.

PISA (The Programme For International Student Assessment) merupakan asesmen


global yang dilakukan 3 tahun sekali untuk mengukur kemampuan membaca,
matematika dan sains siswa umur 15 tahun.

Dilandasi dari hasil tersebut dan kesadaran akan pentingnya kemampuan literasi sebagai
kecakapan abad 21, maka Kemdikbud menginisiasi Gerakan Literasi Nasional yang di
dalamnya terdapat Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan ini diperkuat dengan Permendikbud
No. 23 tahun 2015 sebagai salah satu upaya menumbuhkan budi pekerti melalui kegiatan
membaca 15 menit.

Namun, apakah Gerakan


Literasi Sekolah sama
artinya dengan gerakan
membaca 15 menit saja?

19 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Pertanyaan pemantik:

● Upaya apa yang sudah dilakukan oleh sekolah Anda untuk menumbuhkan
budaya literasi?

Apakah terlihat
Rencana Aksi Upaya Yang Terlaksana peningkatan literasi murid?
(apa saja kegiatan yang sudah (upaya apa saja yang sudah (uraikan bagaimana upaya
dirancang dan direncanakan untuk terlaksana di sekolah dalam
yang sudah dilakukan berhasil/
menumbuhkan budaya literasi di rangka menumbuhkan budaya
tidak berhasil meningkatkan
sekolah) literasi di sekolah)
kemampuan literasi murid

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 20


● Diantara 2 pilihan dibawah ini. Menurut anda, Gerakan Literasi Sekolah bersifat:
a. Kompetitif, Individualis, Sementara
b. Kolaboratif, Partisipatif, Berkelanjutan
Jelaskan alasan Anda!

● Siapa saja yang terlibat dalam gerakan literasi sekolah?


a. Kepala Sekolah, Guru, Murid
b. Kepala Sekolah, Guru, Murid, Orangtua, Masyarakat,
semua pemangku kepentingan
Jelaskan alasan Anda!

21 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


● Berikut adalah beberapa contoh gerakan literasi sekolah yang dapat dilakukan:
1. Memperbanyak buku teks pelajaran
2. Menyediakan variasi buku maupun jenis teks non-pelajaran yang kontekstual
3. Mewajibkan baca buku
4. Mengajak anak membaca situasi, merefleksikan dan mengkomunikasikannya
Pilihlah beberapa jawaban yang menurut Anda tepat dilakukan untuk menumbuhkan
budaya literasi. Jelaskan alasan Anda!

● Menurut Anda, bagaimana sekolah yang literat?


1. Penuh dengan tulisan motivasi, poster maupun gambar yang mewah dan
dicetak di percetakan
2. Ada hasil karya anak yang dipajang dan diperbaharui secara berkala
Jelaskan alasan Anda!

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 22


Eksplorasi Materi
Rekonstruksi Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dimaknai sebagai sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar
yang literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Literasi dalam konteks GLS merujuk kepada kemampuan mengakses, memahami


dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas yang melibatkan
kemampuan reseptif (menyimak dan membaca) dan produktif (menulis dan berbicara)
serta capaian kompetensi berpikir, bernalar dan reflektif.

Siapa saja yang dimaksudkan


dalam pelibatan publik?

• Pemangku kepentingan
Mencakup pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sebagai pembuat kebijakan dan perencanaan, pelaksana
monitoring dan evaluasi, dan penyedia pelatihan guru
meliputi Kemendikbudristek, Dinas Pendidikan Provinsi
dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sampai kepada
Satuan Pendidikan atau semua perangkat sekolah itu
sendiri yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru, Tenaga
Kependidikan termasuk pustakawan, LPMP atau
komunitas guru belajar lainnya dan juga Peserta Didik.

• Orangtua
Baik yang tergabung dalam komite maupun seluruh
orangtua/wali murid yang terdaftar di sekolah

23 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


• Alumni
Ikatan persatuan peserta didik yang sudah lulus
dari satuan pendidikan dan aktif berkegiatan untuk
almamaternya

• Masyarakat
Warga sekitar, tokoh masyarakat, pekerja mayoritas
dalam suatu daerah di mana sekolah Bapak/Ibu berada,
pelaku industri kreatif

Prinsip Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah yang benar-benar terlaksana dengan efektif dan berkelanjutan
seyogyanya memiliki prinsip berikut:

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 24


Sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik peserta didik
masing-masing

Kemampuan literasi bermanfaat dalam berbagai aspek perkembangan baik itu bahasa,
kognitif, sosial bahkan emosi. Literasi memampukan kita untuk beradaptasi dengan
berbagai situasi dan kondisi lingkungan serta membantu kita mengambil keputusan. Oleh
karena itu, GLS yang dirancang oleh sekolah hendaknya berangkat dari apa yang betul-betul
menjadi kebutuhan peserta didik sesuai dengan jenjangnya dan didasari oleh pemahaman
mengenai apa yang menjadi minat, gaya belajar dan trend atau isu-isu kekinian yang menarik
untuk murid. Sehingga, GLS yang ditujukan untuk kelas rendah tentu berbeda dengan kelas
tinggi. Baik itu dari bahan bacaan maupun genre dalam hal literasi membaca. Misalnya,
murid di kelas rendah akan lebih terbantu dengan adanya buku yang menampilkan gambar-
gambar yang besar dan menarik dengan sedikit tulisan sedangkan murid-murid kelas tinggi
mungkin sudah dapat diajak membuat peta cerita yang memudahkan mereka mengolah
informasi pada bacaan.

Akan tetapi, kegiatan literasi juga perlu divariasikan dan diselipkan tantangan dengan
tingkat kesulitan yang berjenjang agar murid tidak bosan dan justru menanti-nantikan untuk
melakukannya lagi dan lagi, sampai pada akhirnya kegiatan literasi itu sendiri menjadi
kegiatan yang terintegrasi dengan pembelajaran dan lumrah untuk dilakukan karena sama
hakikatnya dengan belajar. Jangan sampai literasi dikotak-kotakkan dan disalah artikan
sebagai kemampuan berbahasa saja, padahal prosesnya sangat dekat dengan rutinitas
sehari-hari dan ada dalam setiap mata pelajaran.

Berkesinambungan atau berkelanjutan mengacu pada makna (mengakses, memahami


dan menggunakan) dan capaian kompetensi literasi (berpikir logis-sistematis, bernalar,
memilah dan mengolah informasi)

Kegiatan GLS hendaknya rutin dievaluasi efektivitasnya dan diperbaharui secara berkala
agar terjamin keberlanjutannya. Hal ini mewajibkan kepala sekolah dan guru untuk
senantiasa melakukan refleksi setiap melaksanakan kegiatan literasi. Apakah ada
peningkatan kompetensi literasi murid yang terlihat? Apakah murid menjalankannya dengan
gembira atau terpaksa? Apakah kegiatan yang dirancang membantu murid menjadi lebih
komunikatif dan senang belajar? Dan apakah kegiatan literasi sekolah secara langsung
maupun tidak langsung memberikan kontribusi bagi sekitar?

Terintegrasi dengan semua area kurikulum dan lintas mata pelajaran

Pelaksanaan GLS yang baik pada akhirnya terintegrasi dengan pembelajaran lintas disiplin
ilmu karena sifatnya yang saling berkaitan. Ketika belajar IPA tentang makhluk hidup

25 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


misalnya, murid dapat diminta membuat laporan hasil pengamatan jenis-jenis makhluk
hidup yang ada di sekitarnya dalam bentuk media yang sesuai dengan apa yang diminatinya,
baik itu laporan tertulis, infografik dengan desain menarik, video atau vlog. Secara tidak
langsung dapat pula dipadukan dengan pembelajaran Matematika seperti berapa banyak
jumlah jenis makhluk hidup yang diamati, berapa ukuran panjang, berat/massa nya, dan
lainnya.

Kontekstual, relevan, responsif terhadap kearifan lokal dan kaya akan jenis teks

Mendesain kegiatan GLS perlu diseimbangi dengan ketersediaan buku-buku cerita, fiksi
dan non fiksi, cerita rakyat atau legenda yang berhubungan dengan budaya setempat.
Pelaksanaannya juga sebaiknya dikaitkan dengan apa yang menjadi topik pembelajaran
pada saat itu dan tidak melupakan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masing-masing
daerah. Salah satu kegiatan yang dapat dibuat adalah dengan membuat buku cerita
kolaboratif bagi kelas tinggi yang menyangkut adat istiadat atau kebiasaan di daerahnya
masing-masing. Bagi anak-anak yang suka menggambar, dapat ditugaskan menjadi
ilustrator. Anak-anak yang kinestetik atau lebih suka bergerak, dapat dilibatkan dalam
pembuatan fisik buku cerita seperti misalnya mencari kardus-kardus untuk membuat buku
ceritanya, menggunting, menempel, menjilid buku dan lainnya.

Melibatkan semua pihak

Salah satu cara pelibatan publik yang merangkul semua pihak adalah dengan membentuk
Tim Literasi Sekolah (TLS) yang beranggotakan berbagai representatif dari perangkat
sekolah dan masyarakat yang akan bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah,
baik itu dari anggota komite sekolah atau orangtua murid, pustakawan, guru dan pegiat
literasi dari kalangan masyarakat. Tugas TLS antara lain merumuskan kegiatan literasi di
tingkat sekolah maupun kelas, memberikan sosialisasi dan pendekatan kepada orangtua
untuk dapat mempromosikan kegiatan literasi di rumah, mempublikasikan kegiatan di
media massa dan sosial agar memperoleh dukungan luas dari masyarakat dan berjejaring
dengan pemangku kepentingan maupun TLS dari sekolah lain agar dapat berkolaborasi
dan bekerja sama untuk membuat gerakan literasi sekolah yang berkelanjutan.

Bagaimana membangun ekosistem sekolah yang literat?

1. Lingkungan Fisik

Dalam menciptakan lingkungan fisik yang literat, perlu kita ingat kata kunci
dari makna literasi dalam konteks GLS yang sebelumnya diuraikan di atas yaitu
mengakses, memahami, dan menggunakan. Walaupun lingkungan fisik erat

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 26


hubungannya dengan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan literasi,
namun tidak juga berarti segala sesuatunya harus modern atau mewah dan serba
baru.

Kata kunci pertama yaitu mengakses, yang bisa diartikan sebagai kemudahan
untuk dilihat, disadari dan dijangkau. Penataan buku-buku maupun media literasi
lainnya hendaknya “mengundang” untuk dihampiri, disinggahi dan memberikan
kesan terlalu menarik untuk dilewati begitu saja.

Coba perhatikan kedua gambar di bawah ini. Manakah yang membuat Anda
tertarik untuk mengaksesnya?

Sumber gambar: google Sumber gambar: google

Sama seperti ketika pergi ke toko buku, beberapa orang bisa menghabiskan
waktu berjam-jam dan dengan nyamannya selonjoran sambil membaca berbagai
jenis buku. Ada juga fenomena “lapar mata” ketika mengunjungi pameran buku
yang membuat sebagian orang berbelanja buku secara impulsif. Selain daripada
sampul buku yang menarik, tentunya ada peran dari tata letak atau penataan buku
yang sedemikian rupa mengundang orang untuk mengambil dan membacanya.

Mengapa tidak sudut baca dan perpustakaan-perpustakaan juga dibuat semenarik


mungkin dengan desain-desain kreatif yang ekonomis menggunakan barang-barang
bekas yang ada di sekitar? Seperti contohnya pada kedua gambar di bawah ini
yang menggunakan belahan bambu dan paralon untuk dimanfaatkan sebagai rak
pemajang buku.

Sumber gambar: google Sumber gambar: google

27 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Selain itu, buku-buku bisa diberikan label dan diklasifikasikan menurut jenis atau
genre nya. Ada juga buku-buku yang dapat dipromosikan sebagai “buku terfavorit
murid kelas 1-6” atau “buku pilihan kelas 3B” maupun predikat-predikat lainnya yang
dipilih atau dibuat oleh murid sendiri di perpustakaan. Sementara di kelas bisa juga
dibuat pojok literasi yang menampilkan semacam “jejak literasi” murid di dinding
seperti foto sampul buku pilihan beberapa murid dan semacam ulasan mengapa
buku tersebut menarik dan patut dibaca.

Lingkungan yang kaya teks dan literat hendaknya jangan sampai dipersempit
maksudnya hanya sebatas memasang kata-kata mutiara atau poster maupun
pajangan penuh dengan tulisan yang belum tentu dipahami artinya oleh murid.
Akan tetapi, poster-poster hasil karya murid akan lebih menarik untuk dipamerkan di
tempat-tempat yang memanjakan mata. Karya seni murid lainnya baik yang berbentuk
2 dimensi maupun 3 dimensi juga bisa dipasang untuk menghias kelas maupun
koridor sekolah. Dengan begitu, murid pun akan merasa diapresiasi dan bangga
dengan hasil jerih payahnya. Rasa kepemilikan terhadap program gerakan literasi
sekolah itu sendiri juga dapat ditumbuhkan dan memberikan motivasi tersendiri bagi
murid.

Memahami, artinya mudah untuk dimengerti dari segi visual maupun maknanya.
Tidak terlalu terang, tidak terlalu gelap, dan apabila berbentuk tulisan jenis dan
kejelasan bentuk hurufnya pun perlu diperhatikan. Pastikan juga tata bahasanya baik
dan benar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) atau jika
menggunakan bahasa Inggris maka grammar nya pun perlu dicek lagi kebenarannya.

Menggunakan, yaitu aplikatif dan mudah untuk diimplementasikan. Lingkungan fisik


yang literat juga dapat dinilai dari adanya kebun sekolah, UKS, tempat cuci tangan
yang juga dilengkapi dengan poster berisi ajakan untuk berperilaku hidup bersih
sehat dan menjaga lingkungan. Harapannya bukan hanya sebatas slogan saja namun
juga ada kegiatan yang dilaksanakan secara nyata seperti menanam bibit pohon,
membawa botol minum sendiri, dan sebagainya.

2. Lingkungan Sosial Afektif

Lingkungan sosial yang afektif mendorong adanya kolaborasi dan partisipasi dari
berbagai pihak. Bentuk kolaborasi dapat ditunjukkan dari sikap pimpinan atau
kepala sekolah yang mengakui dan mengakomodir kelebihan setiap guru dan
memfasilitasi para guru yang memiliki ide kegiatan literasi untuk saling bersinergi
dan mengembangkannya secara kolaboratif.

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 28


Kepala sekolah dan guru juga sebaiknya merangkul orangtua, masyarakat setempat
yang didalamnya termasuk pekerja mayoritas (cth: nelayan), pelaku industri kreatif,
maupun pihak eksternal dalam lingkup pendidikan untuk berbagi praktik baik dan
aktif mengikutsertakan diri dalam kegiatan literasi yang berkelanjutan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya:


● mengundang perwakilan orangtua dengan salah satu profesi tertentu untuk
menjadi narasumber dalam pendalaman materi IPS tentang ekonomi
● bekerjasama dengan dinas pemberdayaan anak dan perempuan/dinas
pemberdayaan masyarakat dan desa setempat untuk mengadakan kegiatan
magang bagi kelas tinggi

Sedangkan partisipasi murid dapat ditumbuhkan dengan cara melibatkan murid


dan orangtua dalam merancang kegiatan-kegiatan literasi dan pembelajaran serta
memberikan kesempatan murid untuk mengeksplorasi minat bakatnya yang bisa
dikaitkan dengan berbagai dimensi literasi. Lingkungan yang afektif juga patut
dicerminkan dari sikap dan perilaku semua warga sekolah yang menjunjung tinggi
toleransi dan saling menghargai satu sama lain.

3. Lingkungan Akademik
Lingkungan akademik sekolah yang literat salah satunya ditunjukkan dari program
literasi yang didesain sekolah dengan tujuan untuk menumbuhkan minat membaca
murid terhadap berbagai jenis teks dan menunjang kegiatan pembelajaran di SD.
Lebih lanjut, mari kita bahas tahapan gerakan literasi sekolah yang perlu menjadi
acuan dalam merancang program literasi yang efektif dan berkelanjutan.

29 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Ada 3 tahapan Gerakan Literasi Sekolah yang perlu direncanakan, dirancang dan
dilaksanakan secara komprehensif yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.

Kegiatan Membaca 15 menit, menata ulang perpustakaan atau memperindah pojok literasi
dan memperkaya jenis buku bacaan adalah beberapa contoh bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan pada tahap pembiasaan. Akan tetapi seringkali gerakan literasi sekolah mandek
atau jalan di tempat sampai di tahap pembiasaan saja sehingga dirasa tidak efektif padahal
bisa jadi karena GLS itu sendiri belum dilaksanakan sampai tuntas.

1. Tahap Pembiasaan

Tahap pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan
dan terhadap kegiatan membaca. Karena masih pada tahap pembiasaan, kegiatannya
dapat difokuskan pada kegiatan reseptif (membaca dan menyimak). Kegiatan membaca
15 menit menjadi salah satu kegiatan yang direkomendasikan dalam tahap pembiasaan
sesuai dengan Permendikbud No. 13 Tahun 2015. Akan tetapi, bentuk kegiatannya
sebetulnya bisa beragam dan bahan bacaannya pun juga bisa bermacam-macam. Jangan
batasi pada buku saja, melainkan media teks apapun. Bisa berupa selebaran atau brosur
yang disebar di jalan, bisa pula berupa petunjuk penggunaan pada kemasan sabun, atau
membaca lambang lalu lintas.

Berikan murid kesempatan dan kewenangan untuk merancang kegiatan literasi setiap
harinya. Tugas kita sebagai guru di kelas adalah dengan memberikan pilihan yang bisa
menjadi gambaran untuk murid berimajinasi dan berkreasi.

Penerapannya pun tidak harus terpisah dari kegiatan belajar mengajar, melainkan dapat
diintegrasikan sesuai dengan mata pelajaran atau tema yang akan diampu hari itu.

Misalnya, hari ini murid akan belajar tentang jenis-jenis sampah dan pengolahannya.
Ajak murid keluar ruangan dan mengamati tempat sampah yang dibedakan berdasarkan
jenisnya. Berikan anak lembar kerja yang berisi pertanyaan seputar apa perbedaan dari
setiap tempat sampah yang disediakan meliputi warna, gambar atau tulisan yang tertera,
dan apakah isi dari tempat sampah sudah sesuai dengan jenis yang dibaginya.

Beri anak tantangan untuk mendapatkan informasi mengenai kelanjutan dari sampah-
sampah yang sudah dibuang dan dipilah sesuai jenisnya.

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 30


Namun, ketika memilih buku bacaan untuk menjadi kegiatan di tahap pembiasaan, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan

Buku bergambar (gambar dapat Buku ilustrasi, dimana gambar atau


menggantikan teks). Artinya, jika murid ilustrasi yang ditampilkan melengkapi atau
masih berada di kelas rendah, kegiatan menggambarkan isi teks
membaca bisa mulai digalakkan dari
membaca gambar sebelum membaca
teks atau tulisan.

Ketika melakukan pembiasaan membaca, ada 2 strategi membaca yang dapat dilakukan
di kelas sesuai kebutuhan yaitu:

a. Membaca nyaring atau membaca nyaring interaktif


Dimana guru membaca dengan memperhatikan intonasi, artikulasi, ekspresi dan
gestur saat bercerita kepada seluruh murid di kelas. Guru dapat memulainya dengan
menunjukkan sampul buku terlebih dahulu dan meminta murid menebak isinya, lalu
menyebutkan judul buku, nama pengarang, dan ilustrator. Setelah itu, guru mulai
membaca dengan gaya yang menarik. Untuk kelas rendah, guru juga dapat berkreasi
dengan membuat topeng atau properti atau kostum yang berhubungan dengan
tokoh/karakter cerita.

Ketika membaca nyaring interaktif guru dapat berhenti sejenak untuk mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan cerita, memberi pemahaman tentang arti kata
sulit maupun maksud dari sebuah kalimat yang mungkin dirasa membingungkan
oleh murid.

Setelah membaca nyaring, guru dan murid bersama-sama menceritakan kembali


isi cerita dengan bahasa murid dan mengidentifikasi tokoh, latar, konflik dan pesan
moral yang ada di cerita.

31 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


b. Membaca mandiri atau membaca dalam hati
Adalah ketika murid dibebaskan untuk membaca bahan bacaan apa saja yang
dibawa dari rumah atau meminjam buku di sudut baca maupun perpustakaan
sesuai minatnya, lalu diberikan waktu untuk membacanya secara mandiri dan diberi
kebebasan untuk membacanya di sudut kelas yang membuat mereka nyaman.

Setelah itu, guru dapat menanyakan isi bacaan yang dibaca murid dan meminta
murid membuat jurnal baca harian baik itu dari bacaan buku fiksi/non-fiksi maupun
bacaan ragam jenis teks lainnya (infografik dari media sosial/poster panduan cuci
tangan/buku manual TV) .

Selain membaca, kegiatan literasi pada tahap pembiasaan lainnya adalah dengan
menyusun tim literasi kelas yang beranggotakan para murid dan membuat dekorasi
kelas seperti buletin (hiasan yang berisi foto-foto anggota kelas), informasi jadwal
piket atau jadwal pelajaran, sudut baca dan hasil karya atau portofolio murid yang
dapat digantung dengan rapi. Baiknya juga dapat disediakan tempat khusus untuk
meletakkan alat tulis kelas yang dapat dengan mudah dijangkau oleh murid. Bagi
murid kelas tinggi, murid dapat ditugaskan untuk mendesain dekorasi kelas dan
bersama-sama dengan guru dan wali murid memikirkan cara untuk mengeksekusinya.

2. Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis


dalam memahami berbagai jenis teks dan mendorong kemampuan berkomunikasi ketika
mengaitkan bahan bacaan dengan pengalaman pribadi.

Dalam tahap pengembangan, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan setelah
membaca, yaitu:

a. Diskusi informal menanggapi apa yang sudah dibaca


b. Presentasi mengenai informasi dari bahan bacaan menggunakan bahasa sendiri
c. Mencatat kata-kata sulit untuk dibahas bersama
d. Menentukan bagian cerita favorit dan alasannya
e. Pada kelas rendah, dapat divariasikan dengan kegiatan membedakan teks fiksi dan
informasi (ada 2 jenis teks)
f. Pada kelas tinggi, mengolah informasi/tokoh karakter dalam bacaan dan
mengembangkan kelanjutan ceritanya sesuai dengan imajinasi masing-masing

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 32


3. Tahap Pembelajaran

Sedangkan kegiatan pada tahap pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kompetensi


literasi murid yaitu berpikir logis-sistematis, bernalar menggunakan konsep dan
pengetahuan yang sudah dipelajari dan keterampilan memilah dan mengolah informasi
yang diintegrasikan dalam pembelajaran lintas bidang studi.

Dalam tahap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan kecerdasan majemuk dan


ragam gaya belajar dengan menerapkan diferensiasi.

Diferensiasi dapat dibedakan menurut konten, proses dan produk pembelajarannya


mengacu pada kesiapan belajar, minat dan gaya belajar murid yang dibedakan menjadi
visual (lebih suka menyimak gambar/ilustrasi/video penjelasan/bacaan), auditori (lebih
suka mendengar penjelasan verbal) dan kinestetik (lebih suka bergerak dalam mempelajari
sesuatu).

Contoh diferensiasi bisa dilihat di video berikut:


bit.ly/diferensiasi1

Contoh tahapan gerakan literasi dalam pembelajaran IPA di kelas V (hal 6-9):
bit.ly/Gerakanliterasi

Pada tahap pembelajaran, guru juga dapat memberikan variasi asesmen untuk mengukur
keterampilan literasi murid yang dirancang dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menstimulasi HOTS atau kemampuan bernalar tingkat tinggi.

Oleh karena itu, AKM hendaknya merefleksikan kemampuan murid dan sekolah yang
sebenarnya tanpa harus terbebani keharusan untuk mendapatkan nilai yang sempurna.
Karena justru dari situlah informasi terkait evaluasi pembelajaran dapat kita peroleh dan
pergunakan untuk merancang dan menentukan strategi yang tepat dan sesuai dengan
kemampuan murid untuk mencapai kompetensi literasi dan numerasi yang diharapkan.

Selengkapnya tentang panduan gerakan literasi sekolah tingkat SD di sini:


bit.ly/panduangls

33 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Pertanyaan reflektif:
Mari simak cerita pengalaman guru yang diambil dari
Surat Kabar Guru Belajar 19 Edisi 1 tahun ke-4 31 Januari 2019:

Apakah kedua guru tersebut sudah menerapkan gerakan literasi sekolah?


GURU
YA TIDAK
Guru A

Guru B

PERTAYAAN GURU A GURU B

Bagaimana perbedaan
gerakan literasi sekolah
yang diterapkan oleh
guru A dan Guru B?

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 34


PERTAYAAN GURU A GURU B

Tahapan kegiatan literasi


Yang dilakukan
(termasuk pada tahapan
mana kegiatan
Literasi tersebut dilakukan
dan uraikan bentuk
kegiatannya)

Dimensi literasi yang


dikembangkan

Pihak yang terlibat

Jenis bahan bacaan yang


digunakan

Situasi
(menyenangkan/
membosankan)

Lingkungan Belajar

Menurut Anda, mana gerakan literasi sekolah yang lebih efektif? Jelaskan alasan Anda!

35 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Pertanyaan reflektif lanjutan:
Diskusikanlah, menurut Anda apakah kegiatan membaca buku 15 menit efektif untuk
dilakukan? Jelaskan alasan atau alternatif kegiatan yang menurut Anda sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik Anda

Rumuskanlah apa saja upaya yang akan Anda lakukan sebagai kepala sekolah, guru dan
perangkat sekolah dalam mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah?

Pembiasaan

Lingkup kelas

Lingkup sekolah

Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar 36


Pengembangan

Lingkup kelas

Lingkup sekolah

Pembelajaran

Lingkup kelas

Lingkup sekolah

37 Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah Dasar


Materi III
Strategi pembelajaran literasi
membaca menyenangkan SD
Durasi : 120 menit

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 38
Tujuan:

Meningkatkan kemampuan menyusun strategi dan metode pembelajaran literasi


membaca yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan peserta didik

Capaian Kompetensi Yang Diharapkan:

1. Kemampuan menguraikan macam-macam strategi terstruktur yang dapat


digunakan dalam pembelajaran literasi membaca

2. Kemampuan memilih strategi membaca komprehensif yang sesuai dengan


kebutuhan dan karakter peserta didik

Indikator:

● Mampu menyebutkan berbagai strategi membaca komprehensif terstruktur


● Mampu menyelesaikan soal/pertanyaan menggunakan strategi yang sudah
dipelajari
● Mampu menggunakan strategi pembelajaran literasi membaca yang sesuai
dengan jenis teks/pertanyaan

Agenda Pelatihan

● Apersepsi Pemantik - 20’


● Eksplorasi Materi - 40’
● Tanya Jawab
● Diskusi/Penugasan - 30’
● Kesimpulan - 20’

Strategi pembelajaran literasi


39 membaca menyenangkan SD
Apersepsi Pemantik
Pertanyaan pemantik:

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,


ke manakah mereka..
Di atas roda-roda baja mereka berkendara.
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota..
Merebut hidup di pasar-pasar kota..

1. Apakah teks tersebut termasuk teks fiksi atau teks informasi?

2. Apakah tulisan ini mengingatkan Bapak/Ibu dengan sesuatu?

3. Bagaimana kelanjutan cerita ini menurut Bapak dan Ibu?

4. Dapatkah Bapak/Ibu menebak latar tempat dari cerita itu?

5. Apa yang penulis ingin sampaikan dari cerita itu?

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 40
Mengacu pada Asesmen Kompetensi Minimum atau AKM, literasi membaca murid akan
diukur dari 2 jenis teks yaitu teks informasi dan teks fiksi.

Terdapat 3 kompetensi proses kognitif literasi membaca dalam AKM yaitu:


1. Kemampuan Menemukan Informasi
2. Kemampuan Memahami Informasi
3. Kemampuan Mengevaluasi dan Merefleksi Informasi

Sedangkan indikator pada setiap capaian kompetensi dibuat berjenjang berdasarkan


tingkat/kelas dan tahapan usia atau perkembangan. Apabila kita perhatikan lebih saksama,
indikator dalam kompetensi yang dibedakan sesuai tingkat pada dasarnya disesuaikan
dengan tingkat kesulitan dan kedalaman dari suatu capaian kompetensi. Misalnya saja
pada kompetensi “memahami teks secara literal” yang ada pada jenis teks fiksi. Indikator
pada tingkat 1 yaitu “mengidentifikasi kejadian yang dihadapi tokoh cerita pada teks”,
sedangkan tingkat selanjutnya meningkat menjadi “mengidentifikasi dan menjelaskan
permasalahan yang dihadapi tokoh cerita” dan pada tingkat 3 bukan saja kejadian dan
permasalahan dalam cerita namun juga “mengidentifikasi perubahan dalam elemen
intrinsik (kejadian/karakter/setting/konflik/alur cerita).

Lebih jelasnya dapat kita baca satu per satu sebagai berikut:

1. Kemampuan menemukan informasi


Memiliki indikator:

● Mengakses dan mencari informasi dalam teks


● Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada
teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

3 Kompetensi Proses Kognitif


Indikator Teks Fiks
Literasi Membaca dalam AKM

• Mengakses dan mencari informasi dalam teks


Kemampuan Menemukan Informasi
• Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada
teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Strategi pembelajaran literasi


41 membaca menyenangkan SD
2. Kemampuan memahami informasi
Memiliki indikator:

● Memahami teks secara literal

Teks Informasi

• Mengidentifikasi topik atau fokus pembahasan pada teks informasi yang


sesuai jenjangnya

• Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks informasi yang
terus meningkat sesuai jenjangnya.

Teks Fiksi

• Mengidentifikasi kejadian yang dihadapi tokoh cerita pada teks sastra sesuai
jenjangnya. (tingkat 1)

• Mengidentifikasi dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi tokoh cerita


pada teks sastra sesuai jenjangnya. (tingkat 2)

• Mengidentifikasi perubahan dalam elemen intrinsik (kejadian/karakter/setting/


konflik/alur cerita) pada teks sastra sesuai jenjangnya. (tingkat 3)

● Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks
jamak

Teks Informasi

• Menyimpulkan kejadian pada teks informasi sesuai jenjangnya. (tingkat 1)

• Menyimpulkan kejadian, prosedur, gagasan atau konsep berdasarkan informasi


rinci di dalam teks informasi yang sesuai jenjangnya. (tingkat 2)

• Menyimpulkan perubahan kejadian, prosedur, gagasan atau konsep di dalam


teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (tingkat 3)

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 42
• Membandingkan hal-hal utama (misalnya perbedaan kejadian, prosedur, ciri-ciri
benda) dalam teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (tingkat
1-3)

Teks Fiksi

• Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh pada teks sastra sesuai jenjangnya.
(tingkat 1)

• Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar
cerita, kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks
sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (tingkat 2)

• Menyusun inferensi (kesimpulan) terkait isi teks untuk menentukan apakah


suatu komentar/ pertanyaan/ pernyataan relevan dengan isi teks pada teks
sastra atau teks informasi. (tingkat 2)

• Menyusun inferensi (kesimpulan) berdasarkan unsur-unsur pendukung


(grafik,gambar, tabel, dll) di dalam teks sastra atau teks informasi sesuai
jenjangnya. (tingkat 3)

• Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik


lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (tingkat 1-3)

3 Kompetensi
Proses
Kognitif
Indikator Indikator Teks Informasi Indikator Teks Fiks
Literasi
Membaca
dalam AKM
• Mengidentifikasi kejadian
yang dihadapi tokoh cerita
pada teks sastra sesuai
jenjangnya. (tingkat 1)
• Mengidentifikasi topik atau
fokus pembahasan pada
• Mengidentifikasi dan
teks informasi yang sesuai
menjelaskan permasalahan
jenjangnya
Kemampuan • Memahami yang dihadapi tokoh cerita
memahami teks secara pada teks sastra sesuai
• Menjelaskan ide pokok dan
informasi literal jenjangnya. (tingkat 2)
beberapa ide pendukung
pada teks informasi yang
• Mengidentifikasi perubahan
terus meningkat sesuai
dalam elemen intrinsik
jenjangnya.
(kejadian/karakter/setting/
konflik/alur cerita) pada teks
sastra sesuai jenjangnya.
(tingkat 3)

Strategi pembelajaran literasi


43 membaca menyenangkan SD
• Menyimpulkan perasaan dan
sifat tokoh pada teks sastra
sesuai jenjangnya. (tingkat 1)

• Menyimpulkan perasaan
dan sifat tokoh serta elemen
• Menyimpulkan kejadian intrinsik lain seperti latar
pada teks informasi sesuai cerita, kejadian-kejadian
jenjangnya. (tingkat 1) dalam cerita berdasarkan
informasi rinci di dalam teks
• Menyimpulkan kejadian, sastra yang terus meningkat
prosedur, gagasan atau sesuai jenjangnya. (tingkat
konsep berdasarkan 2)
• Menyusun
informasi rinci di dalam
inferensi,
teks informasi yang sesuai • Menyusun inferensi
membuat
jenjangnya. (tingkat 2) (kesimpulan) terkait isi teks
koneksi dan
untuk menentukan apakah
prediksi baik
• Menyimpulkan perubahan suatu komentar/ pertanyaan/
teks tunggal
kejadian, prosedur, gagasan pernyataan relevan dengan
maupun teks
atau konsep di dalam isi teks pada teks sastra atau
jamak
teks informasi yang terus teks informasi. (tingkat 2)
meningkat sesuai jenjangnya.
(tingkat 3) • Menyusun inferensi
(kesimpulan) berdasarkan
• Membandingkan hal-hal unsur-unsur pendukung
utama (misalnya perbedaan (grafik,gambar, tabel, dll) di
kejadian, prosedur, ciri-ciri dalam teks sastra atau teks
benda) dalam teks informasi informasi sesuai jenjangnya.
yang terus meningkat sesuai (tingkat 3)
jenjangnya. (tingkat 1-3)
• Membandingkan hal-hal
utama (misalnya karakter
tokoh atau elemen intrinsik
lain) dalam teks sastra yang
terus meningkat sesuai
jenjangnya. (tingkat 1-3)

3. Kemampuan mengevaluasi dan merefleksi


Memiliki indikator:

● Menilai format penyajian dalam teks

● Menilai kesesuaian antara ilustrasi dengan isi teks sastra atau teks informasi yang
terus meningkat sesuai sesuai jenjangnya

● Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan


mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 44
Teks Informasi

• Merefleksi pengetahuan baru yang diperoleh dari teks sastra atau teks informasi
terhadap pengetahuan yang dimilikinya yang terus meningkat sesuai jenjangnya
(tingkat 1-3)

Teks Fiksi

• • Mengaitkan isi teks sastra atau teks informasi dengan pengalaman pribadi
sesuai jenjangnya (tingkat 1-3)

3 Kompetensi
Proses
Kognitif
Indikator Indikator Teks Informasi Indikator Teks Fiks
Literasi
Membaca
dalam AKM
• Menilai format
penyajian dalam teks
• Menilai kesesuaian
antara ilustrasi
dengan isi teks sastra
atau teks informasi
• Merefleksi pengetahuan
yang terus meningkat
baru yang diperoleh • Mengaitkan isi teks
sesuai sesuai
dari teks sastra atau sastra atau teks
Kemampuan jenjangnya terhadap
teks informasi terhadap informasi dengan
mengevaluasi pengalaman pribadi
pengetahuan yang pengalaman pribadi
dan merefleksi
dimilikinya yang terus sesuai jenjangnya
meningkat sesuai (tingkat 1-3)
• Merefleksi isi wacana jenjangnya (tingkat 1-3)
untuk pengambilan
keputusan,
menetapkan pilihan,
dan mengaitkan isi
teks

Tingkatan indikator kompetensi proses kognitif dalam literasi membaca yang diuraikan
di atas dibuat berdasarkan jumlah dan kerumitan kegiatan yang harus dilakukan peserta
didik terhadap sumber bacaan. Panduan yang disajikan pada uraian dan tabel di atas
dapat digunakan untuk memandu peserta didik secara tahap demi tahap menunjukkan
ketercapaian kompetensi literasi membacanya dimulai dari tingkat yang sederhana hingga
paling rumit.

Kompetensi dan indikator ketercapaian kompetensi literasi membaca di atas dapat


menjadi acuan, panduan atau referensi dalam merumuskan strategi literasi membaca
menyenangkan yang akan kita bahas.

Strategi pembelajaran literasi


45 membaca menyenangkan SD
EKSPLORASI MATERI

Strategi Literasi Membaca Menyenangkan

Scaffolding (terstruktur)

Vygotsky mendefinisikan scaffolding sebagai strategi pembelajaran dengan memberikan


bantuan secara bertahap kepada anak sebelum anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar.

Dalam konteks strategi membaca, strategi scaffolding membantu anak membaca


terstruktur untuk memudahkannya menemukan, memahami, mengevaluasi dan merefleksi
informasi yang dibacanya (membaca komprehensif). Strategi ini dapat dibedakan menurut
jenjangnya.

Strategi Scaffolding Untuk Kelas Rendah


Membaca Terpandu (SQ3R)

SQ3R merupakan kepanjangan dari survey, question, read, recite, and review atau dapat kita
bahasakan dengan ringkas menjadi strategi membaca terpandu.

Strategi ini cocok untuk digunakan bagi kelas rendah yang pada tahapan tertentu masih
membutuhkan pendampingan dalam menemukan, mengolah dan merefleksikan informasi
pada bacaan.

Strategi ini dimulai dari kegiatan survey dimana guru menunjukkan sampul buku depan cerita
atau judul bahan bacaan beserta gambar dan ilustrasinya. Setelah itu, guru dapat meminta
murid mengamati lalu menjelaskan gambar apa yang mereka lihat lalu mengungkapkan
pengalaman yang serupa dan memprediksi isi cerita yang ada di dalamnya. Dari proses

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 46
survey tersebut guru kemudian mengarahkan murid untuk memformulasikan question
atau pertanyaan yang muncul saat melihat sampul buku depan atau judul.

Setelah itu, lanjut ke kegiatan read dimana murid-murid bersama dengan guru membaca
bergantian dengan nyaring, kemudian murid membaca lagi secara mandiri dengan
menandakan kata-kata yang sulit dipahami atau informasi penting pada kegiatan recite
sebelum akhirnya diakhiri dengan kegiatan review yaitu mengulas dan memvisualisasikan
informasi yang ada pada bacaan tersebut dengan menggunakan alat bantu seperti peta
cerita atau graphic organizer secara bersama-sama serta menjawab berbagai pertanyaan
reflektif yang berkaitan dengan bacaan. Pertanyaan ini bisa dirancang dengan berpedoman
pada indikator capaian kompetensi literasi membaca yang sudah diuraikan di atas.

Strategi Scaffolding Untuk Kelas Tinggi

Membaca Bersama (Close Reading)

Bagi kelas tinggi, salah satu strategi membaca menyenangkan yang dapat diterapkan
adalah close reading yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yaitu:

1. Membaca secara mandiri

Dalam kegiatan ini, murid diberikan waktu untuk membaca sendiri bacaan yang
sudah ditentukan. Ketika membaca mandiri dilakukan, murid dapat menggunakan
penanda metakognitif atau memberi simbol tertentu pada bagian-bagian bacaan,
misalnya:

! fakta yang mengejutkan atau menarik perhatian



? bagian yang membingungkan

“ menuliskan komen/opini

Strategi pembelajaran literasi


47 membaca menyenangkan SD

 bagian penting

 bagian favorit

2. Membaca aktif dengan bantuan guru

Dalam kegiatan ini, guru membaca teks dengan nyaring dan murid melingkari kata-
kata sulit, memberikan warna atau stabilo pada ide cerita, atau menggarisbawahi
kembali poin-poin penting.

3. Membaca komprehensif atau membaca pemahaman

Guru membagi murid ke dalam kelompok-kelompok kecil dimana murid mulai


memetakan isi cerita menggunakan peta konsep, menelaah konflik dan kejadian di
awal, tengah dan akhir cerita, atau membandingkan tokoh dengan menggunakan
diagram venn.

Sedangkan terdapat pula beberapa alat bantu atau tools yang dapat digunakan
untuk mengolah, merefleksikan dan mengevaluasi informasi pada bacaan. Alat
bantu ini berupa lembar kerja yang menyempurnakan strategi-strategi tersebut dan
dapat diibaratkan sebagai kendaraan menuju tujuan, dimana strategi tadi adalah
jalan yang kita lewati untuk sampai ke destinasi.

Beberapa alat bantu itu berupa:

1. Peta cerita/graphic organizer

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 48
1. Tabel T-I-P (Tahu-Ingin-Pelajari)

Sebelum Membaca Sesudah membaca

Tahu Ingin Prediksi Pelajari

2. Dan lembar kerja yang didesain dengan metode GIST (Generating Information
Between Schemata and Text)

APA SIAPA KAPAN


Kejadian/peristiwa, konflik, Tokoh/karakter atau aktor yang Informasi mengenai latar
pesan moral disebutkan di teks waktu pada teks

DIMANA MENGAPA BAGAIMANA


Informasi mengenai latar Alasan-alasan terkait Informasi terkait cara/solusi
tempat pada teks kejadian atau konflik yang ada pada teks

1 kalimat kesimpulan dari semuanya adalah

Strategi pembelajaran literasi


49 membaca menyenangkan SD
Sedangkan beberapa teknik yang dapat digunakan pada proses membaca pemahaman
untuk memvariasikan kegiatan sesuai dengan gaya belajar murid antara lain:

● Gulingkan dan Ceritakan!

Menggunakan dadu atau bola untuk melontarkan pertanyaan berkait cerita (apa
yang terjadi, latar, dll). Jika menggunakan dadu, maka ada lembar tersendiri yang
berisi pertanyaan-pertanyaan pada setiap nomor dadu 1-6. Jika menggunakan bola,
tuliskan pertanyaan di bagian-bagian bola.

● 3-2-1

1 2 3
Murid diminta menuliskan 3 informasi yang didapat, 2 hal yang disukai dan 1
pertanyaan terkait bacaan

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 50
● Cerita 5 Jari

Murid diminta menguraikan atau menjelaskan elemen/unsur intrinsik cerita pada


setiap jarinya (misal: karakter, latar, kejadian awal, kejadian tengah, kejadian akhir/
masalah/solusi)

● Ikuti Jalan Setapak

Pertama-tama, tentukan dulu elemen cerita yang akan dijadikan pertanyaan


lalu gambar atau tuliskan di atas setiap karton untuk dilompati oleh anak secara
bergantian sambil menjelaskannya dengan bahasa sendiri dan menuliskannya di
buku

Strategi pembelajaran literasi


51 membaca menyenangkan SD
● Piramida Cerita

Membuat piramida dari gelas/benda lainnya dan melabeli dengan simbol elemen
cerita. Selagi membangun satu per satu sambil bertanya kepada murid sesuai
dengan label yang sudah ditentukan.

(contoh: gelas 1 diletakkan, minta perwakilan murid menjelaskan karakter, gelas 2


diletakkan, minta perwakilan murid lain menjelaskan latar waktu, dst)

● Kode Warna

Menebalkan atau menggarisbawahi kalimat dengan warna-warna tertentu untuk


menandakan ide pokok, informasi utama, tokoh, latar, dll

Tugas kelompok:
Kupas tuntas soal AKM yang sudah
dibagi per kelompok menggunakan
strategi/aktivitas membaca yang
menurut Anda paling menarik dan sesuai!

Strategi pembelajaran literasi


membaca menyenangkan SD 52
Pertanyaan reflektif:
1. Apa saja kompetensi literasi membaca yang diukur dalam AKM?

2. Sebutkan strategi literasi membaca yang sudah Anda pelajari dan analisa
kelebihan maupun kekurangannya! Bedakanlah strategi tersebut berdasarkan
jenjang kelas tinggi dan rendah!

Strategi Literasi Cocok Untuk Kelas


Kelebihan Kekurangan
Membaca Rendah/Tinggi

3. Dalam sebuah kelas, kemampuan murid dalam membaca pemahaman


tentu beragam. Bagaimana Anda memastikan setiap murid dalam kelas
mendapatkan pengalaman belajar literasi membaca yang sesuai dengan
kebutuhannya?

Strategi pembelajaran literasi


53 membaca menyenangkan SD
Materi IV
Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD
Durasi: 120 menit

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 54
Tujuan:

Meningkatkan kemampuan mengintegrasikan pembelajaran numerasi dengan


fenomena kehidupan yang ditemui sehari-hari

Capaian Kompetensi Yang Diharapkan:

Kemampuan mengimplementasikan strategi pembelajaran numerasi berbasis


STEAM yang sesuai dengan konteks, kebutuhan dan karakter peserta didik

Indikator:

● Mampu menjelaskan apa itu STEAM dan implikasinya dalam pembelajaran


numerasi menyenangkan
● Mampu mengidentifikasi tantangan dalam implementasi STEAM pada
pembelajaran numerasi

Agenda Pelatihan

● Apersepsi Pemantik - 20’


● Eksplorasi Materi - 40’
● Tanya Jawab
● Diskusi/Penugasan - 30’
● Kesimpulan - 20’

Strategi Pembelajaran
55 Numerasi Menyenangkan SD
Apersepsi Pemantik
Coba bedakan kedua bentuk soal ini!

SOAL A
Membuat Bolu Kukus
Fitri akan membuat bolu kukus. Untuk setiap resep ia memerlukan 1/5 kg gula,
1/4 kilogram tepung serta 150 gram mentega dan 300 gram bahan-bahan
lainnya.

1. Fitri memerlukan 1/5 kilogram gula. Ia


meletakkan sejumlah gula di timbangan dan
ditunjukan pada gambar berikut:

Berapa gram kah gula yang harus


dikurangkan?... gram

2. Jika fitri membuat 6 resep adonan, jumlah gula, tepun dan mentega yang
dibutuhkan dalam kilogram adalah...

a. 1/6 x (1/5 gula + 1/4 tepung + 150 mentega)


b. 6 x ( 1/5 gula + 1/4 tepung + 150 mentega)
c. 1/6 x (200 gula + 1/4 tepung + 150 mentega)
d. 6 x (1/5 gula + 1/4 tepung + 0,15 mentega)

SOAL B

Putri membutuhkan 750 gram coklat dan 1,5 kilogram gula untuk pesta ulang
tahun. Saat ditimbang beratnya...kilogram.

a. 2
b. 2,20
c. 2,25
d. 2,5

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 56
Pertanyaan pemantik:
1. Uraikan dengan singkat perbedaan yang paling signifikan dari kedua bentuk soal
tersebut!

2. Manakah dari soal tersebut yang menampilkan prosedur dan alat matematika?
Jelaskan alasan Anda!

3. Manakah dari soal tersebut yang menunjukkan penggunaan matematika dalam


situasi nyata?

4. Manakah dari soal tersebut yang menstimulasi kemampuan bernalar untuk


menyelesaikan masalah dalam soal?

5. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian dari soal A?

Strategi Pembelajaran
57 Numerasi Menyenangkan SD
Eksplorasi Materi

Literasi Numerasi dalam konteks AKM

Konten kemampuan Literasi Numerasi yang diukur dalam AKM dikelompokkan menjadi 4
topik berikut:

● Bilangan
Yang di dalamnya mencakup:
1. Representasi
2. Sifat Urutan
3. Operasi
● Geometri dan Pengukuran
Yang di dalamnya mencakup:
1. Bangun Geometri
2. Pengukuran
● Aljabar
Yang di dalamnya mencakup:
1. Persamaan dan Takpersamaan
2. Relasi Fungsi (termasuk pola bilangan)
● Data dan Ketidakpastian
Yang di dalamya mencakup:
1. Data dan Representasinya
2. Ketidakpastian dan Peluang

Sedangkan kompetensi proses kognitif yang akan dinilai meliputi:

1. Pemahaman memahami fakta, prosedur dan alat matematika


2. Penerapan menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin
3. Penalaran, bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah
bersifat non rutin

Pada umumnya, terdapat 2 jenis soal/masalah matematika yang digunakan untuk


mengukur pemahaman murid, yaitu:

● Masalah Rutin
Soal yang mencakup penyelesaian suatu prosedur matematika yang sama atau
mirip dengan hal dan materi yang baru dipelajari

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 58
● Masalah Non Rutin
Soal yang membutuhkan analisis dan proses bernalar untuk dapat diselesaikan
dan sifatnya aplikatif untuk diterapkan dalam memecahkan masalah faktual yang
ditemui dalam keseharian

Kemampuan numerasi yang baik dapat ditingkatkan dengan mengadopsi prinsip masalah
non rutin saat merancang kegiatan pembelajaran dan asesmen untuk murid. Dalam
mendesain pembelajaran numerasi di kelas, terdapat pula beberapa strategi yang dapat
kita gunakan untuk membuat pembelajaran terasa menyenangkan dan relevan. Salah
satunya adalah dengan menggunakan strategi atau pendekatan STEAM yang akan dibahas
sebagai berikut.

Menurut Bapak/Ibu, manakah dari kedua soal


di awal tadi yang merupakan contoh masalah
non-rutin?

Apa itu
STEAM dapat dikatakan sebagai strategi, metode,
pendekatan ataupun kerangka pembelajaran yang
STEAM mengintegrasikan Sains, Teknologi, Engineering
atau Teknik, Art atau Seni dan Matematika melalui
berbagai aktivitas berbasis proyek/eksperimen yang
memfasilitasi murid untuk berpikir kritis, kreatif dan
inovatif dalam membantunya menyelesaikan masalah
di dunia nyata. Pembelajaran STEAM biasanya selalu
berangkat dari persoalan yang kerap ditemukan oleh
murid sehari-hari untuk dicarikan solusinya. Sehingga,
murid menjadi lebih mampu mengaitkan apa yang
sedang dipelajari dengan kehidupannya sendiri karena
pembelajaran akan lebih terasa aplikatif.

Strategi Pembelajaran
59 Numerasi Menyenangkan SD
Kemampuan numerasi pada dasarnya tidak dapat

Mengapa dipisahkan dari kemampuan memahami dan


menerapkan berbagai disiplin ilmu yang saling
STEAM? berkaitan dibalik setiap fenomena kehidupan.
STEAM menjadi jembatan dalam menghubungkan
berbagai konsep yang perlu dipahami dan
diaplikasikan secara utuh untuk menjawab
bermacam persoalan yang relevan dengan apa
yang ditemui peserta didik di dunia nyata.

Di samping itu, STEAM juga menunjang keterampilan


abad 21 yaitu menstimulasi kemampuan berpikir
kritis, mendorong adanya kolaborasi, meningkatkan
komunikasi dan menyalurkan kreativitas yang
mana keempat kecakapan ini menjadi kemampuan
penting yang perlu dimiliki murid untuk dapat
mengikuti arus perubahan zaman.

4C’s
(Critical Thinking, Collaboration, Communication, Creativity)

Critical Thinking (Berpikir Kritis)

Dengan menerapkan STEAM, murid dapat mengembangkan rasa ingin tahu yang akan
memandunya untuk merefleksikan pembelajaran dengan pengalaman serupa yang ia lalui.
Proses ini mendukung murid untuk dapat merumuskan pertanyaan, menganalisis kejadian
dan membuat hipotesis beserta kesimpulan.

Collaboration (Kolaborasi)

Pembelajaran berbasis STEAM juga akan menyadarkan murid akan pentingnya kolaborasi
dalam menjawab tantangan yang ada, dimana dalam berkolaborasi itu sendiri, seseorang
harus mampu menerima dan menggabungkan ide dari orang lain agar tercipta kerja sama
tim yang baik.

Communication (Komunikasi)

STEAM mendorong kemampuan murid dalam mengkomunikasikan sesuatu yang dibangun


dari pengetahuan yang ditemukannya sendiri atau dikenal sebagai istilah konstruktivisme
melalui proyek/eksperimen/percobaan yang dilakukannya.

Creativity (Kreatifitas)

Adanya aktivitas berbasis proyek dalam pembelajaran STEAM juga membantu


murid menyalurkan kreativitas yang melahirkan inovasi. Murid dapat dengan bebas
mengekspresikan ide-idenya dalam mendesain produk yang sesuai dan fungsional.

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 60
Selain itu, STEAM juga mendorong murid untuk memiliki karakter pantang menyerah dan
memandang kegagalan sebagai hal yang wajar melalui proses percobaan yang mungkin
tidak langsung berhasil ketika baru dilakukan sekali. Dengan demikian, murid akan lebih
menghargai proses dan melihat tujuan pembelajaran yang tidak melulu berorientasi
terhadap hasil akhir.

Dalam menerapkan pembelajaran berbasis STEAM, hendaknya mengikuti 6 alur desain


teknik atau engineering design process sebagai berikut:

1. Ask/Bertanya
Yaitu mengidentifikasi masalah dengan pendekatan saintifik. Mulailah dengan
pertanyaan yang diajukan kepada murid. Siapa yang pernah melewati jembatan yang
hampir roboh? Atau, siapa yang pernah minum es jeruk tapi rasanya terlalu asam?
Dan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang ingin diselesaikan dan ditelaah
keterkaitannya dengan 5 disiplin ilmu pembelajaran tadi, khususnya pada bagian
numerasi.

2. Brainstorm/Diskusi
Setelah masalah tadi terungkap, ajak murid berpikir bersama bagaimana cara
menyelesaikan masalah tersebut? Murid dapat bereksplorasi, dan saling bertukar ide
dan solusi satu sama lain dalam bentuk diskusi.

3. Desain
Setelah mendapatkan solusi dari hasil diskusi tadi, murid dapat merancang dan
menggambarkan solusi tersebut ke dalam bentuk desain yang sesuai. Misalnya
dalam hal jembatan yang kokoh, bagaimana desain yang seharusnya dibuat? Atau
dalam hal membuat es jeruk yang manis, kira-kira seberapa banyak air, es batu dan
jeruknya? Minta murid membuat solusinya tadi menjadi sebuah rencana aksi aplikatif

4. Menciptakan
Setelah itu, alur yang selanjutnya adalah mewujudkan solusi yang ada ke dalam
bentuk nyata. Murid dapat memanfaatkan benda yang ada di sekitar untuk membuat
jembatan, misalnya dengan kertas karton, atau sedotan, dan lainnya yang dirasa
akan kuat menahan beban. Begitu pula dengan es jeruk yang dapat langsung dibuat
sesuai dengan perhitungan masing-masing bahan yang sudah diestimasikan.

5. Menguji
Sesudah produk selesai dibuat, murid akan menguji efektivitas produk atau solusi
tersebut. Berapa banyak beban yang mampu ditahan, apakah rasa es jeruk sudah

Strategi Pembelajaran
61 Numerasi Menyenangkan SD
pas manisnya, dan pada proses ini murid membutuhkan lembar kerja untuk mencatat
hasil pengujiannya.

6. Meningkatkan
Dari hasil uji coba tersebut maka didapatkanlah hal-hal yang dapat ditingkatkan
untuk membuat produk dapat berfungsi lebih baik dan dapat diperbaharui sesuai
dengan kebutuhan.

Tips melakukan pembelajaran STEAM:

1. Ketika mengajarkan topik bilangan pada kelas rendah, gunakan metode


penghitungan one-to-one correspondence atau membilang banyaknya benda
dengan menggunakan objek yang nyata
2. Gunakan bahan yang tersedia dan mudah didapat di sekitar
3. Mulai dengan pertanyaan stimulus
4. Sediakan lembar kerja kelompok yang memandu peserta didik menerapkan
tahapan desain teknik (engineering design process)
5. Ajak anak membuat kesimpulan dengan bahasanya sendiri

Ada beberapa tantangan yang mungkin ditemukan dalam menerapkan strategi STEAM
pada pembelajaran numerasi, antara lain:

1. Menemukan benang merah untuk mengintegrasikan topik atau materi dengan


pendekatan STEAM
2. Memastikan ketercapaian proses berpikir kritis dan pemecahan masalah
terfasilitasi
3. Ketersediaan alat dan bahan yang terbatas membutuhkan usaha lebih untuk
mempersiapkannya
4. Kesulitan mengatur waktu pembelajaran yang dapat mengakomodir semua
tahapan desain teknik (engineering design process)

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 62
Contoh aktivitas pembelajaran numerasi
dengan pendekatan STEAM:

Membuat Es Jeruk

Topik numerasi:
1. Bilangan (operasi hitung)

2. Pengukuran:
Satuan berat (gr/kg)
Satuan volume (l)

Alat dan Bahan:


1. 5 buah jeruk kecil
2. Air 1L
3. Gelas ukur 1L
4. Timbangan
5. Es batu
6. Gula
7. Sendok makan
8. Gelas minum 5 buah
9. Pisau
10. Alat perasan jeruk

Keterkaitan disiplin ilmu:

Sains : perubahan wujud benda


Teknologi : alat-alat yang digunakan yang membantu memudahkan pembuatan es jeruk
Engineering : teknik mengaduk, teknik menuang air dan menyendok gula, melarutkan dan
mengekstrak jeruk
Art : perubahan warna, penyajian es jeruk
Matematika : berapa jumlah es batu, jumlah jeruk, berat es batu, jumlah takaran sendok
gula dan volume air untuk membuat rasa manis pas.

Langkah-langkah pembelajaran:

1. Mulai dengan membuat skenario dan bertanya,


Suatu hari kamu ada di rumah dan kedatangan tamu yang membawa 4 anggota
keluarganya. Bapak dan Ibumu sedang pergi ke luar. Tamu itu ingin menunggu Bapak
dan Ibumu pulang. Kamu pergi ke dapur dan melihat isi kulkas, ternyata hanya ada 5

Strategi Pembelajaran
63 Numerasi Menyenangkan SD
jeruk, 12 es batu berbentuk kubus dan 1 L air. Teh pun habis. Minuman apa yang bisa
kamu sajikan untuk 5 orang tamu? Lalu, berapa ml minuman yang dapat diberikan
kepada setiap orang?

2. Bagi anak ke dalam beberapa kelompok, lalu minta anak mendiskusikan dan
merencanakan minuman apa yang bisa dibuat, sertakan juga lembar kerja yang
dapat membantu anak mengaitkan percobaanya dengan topik matematika

3. Bagikan kepada anak alat dan bahan yang diperlukan, apabila tidak ada alat bahan
yang cukup, maka guru dapat mendemonstrasikan di depan kelas dengan meminta
anak untuk menjadi pengarah nya

4. Minta anak mencoba rasa es jeruk yang sudah dibuat dan apakah es jeruk itu cukup
untuk 5 orang tamu yang datang. Tanyakan kepada anak bagaimana membuat
tampilan es jeruk itu lebih menarik.

5. Minta anak menyimpulkan hasil jawaban dari setiap pertanyaan yang ada di lembar
kerja dan mengkomunikasikannya ke depan.

(Bikin lembar kerjanya yg menarik ada gambar es batu, buah jeruk, gelas ukur)

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 64
Latihan

Proyek Akhir Tahun:


Pasar Kuliner Kreatif

Topik numerasi:
Bilangan
Pengukuran dan Geometri
Aljabar

Keterkaitan disiplin ilmu:


Sains : energi dan perubahannya
Teknologi : meja, kursi, kompor atau barang-barang lain yang digunakan untuk
menghias kios dan menjual makanan
Engineering : pembuatan makanan, tata letak kios yang menarik pengunjung
Art : mendesain kios yang menarik
Matematika : harga jual beli, untung dan rugi (aritmatika), jumlah pengunjung/pembeli
yang disajikan dalam bentuk data, geometri, luas dan keliling.

Dapatkah Bapak/Ibu menguraikan


langkah-langkah pembelajaran dan
desain lembar kerjanya?

Strategi Pembelajaran
65 Numerasi Menyenangkan SD
Contoh lain dalam pembelajaran STEAM beserta lembar kerjanya:

Membuat perahu bertenaga balon.

Topik numerasi:
Satuan pengukuran
Data berbentuk grafik hasil percobaan

Contoh lembar kerja:

Strategi Pembelajaran
Numerasi Menyenangkan SD 66
Pertanyaan Reflektif

1. Menurut Anda, apa saja yang harus diperhatikan dalam merumuskan strategi
pembelajaran yang tepat untuk mencapai kemampuan numerasi?

2. Bagaimana Anda mendefinisikan pendekatan STEAM?

3. Bagaimana pendekatan STEAM akan membantu peserta didik mencapai


kompetensi kemampuan numerasi?

4. Sejauh mana Anda memahami materi tentang STEAM sebagai strategi


numerasi menyenangkan? Apa yang akan anda lakukan untuk dapat
menerapkan strategi STEAM yang kontekstual dalam pembelajaran?

5. Pada saat eksplorasi materi dalam bentuk penugasan, Anda menemukan


beberapa tantangan dalam mengimplementasikan strategi atau pendekatan
STEAM. Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan
tersebut?

Strategi Pembelajaran
67 Numerasi Menyenangkan SD
Materi V
Merancang model
pembelajaran literasi
membaca dan numerasi SD
Durasi: 120 menit

Merancang model pembelajaran


literasi membaca dan numerasi SD 68
Tujuan:

Menstimulasi kreativitas dan kolaborasi guru dalam merancang strategi


pembelajaran literasi SD yang menyenangkan

Capaian Kompetensi Yang Diharapkan:

Keterampilan berinovasi dalam mendesain pembelajaran literasi maupun numerasi


yang menyenangkan

Indikator:

● Memahami konsep merdeka belajar dalam mendesain pembelajaran literasi


yang bermakna dan menyenangkan
● Mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran literasi dan numerasi
sederhana yang mengacu pada indikator AKM
● Mampu membuat model atau media pembelajaran literasi dan numerasi
menyenangkan dengan memanfaatkan benda sekitar

Agenda Pelatihan

● Apersepsi Pemantik - 20’


● Eksplorasi Materi - 40’
● Tanya Jawab
● Diskusi/Penugasan - 30’
● Kesimpulan - 20’

Merancang model pembelajaran


69 literasi membaca dan numerasi SD
Apersepsi Pemantik

Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang merdeka belajar? Bagaimana hubungannya dalam
mendesain rancangan pelaksanaan pembelajaran literasi dan numerasi?

Eksplorasi Materi

Bapak dan Ibu tentu sudah sering mendengar istilah “merdeka belajar” yang menjadi
program kebijakan pendidikan Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Sudahkah
Bapak/Ibu memahami betul apa yang menjadi definisi merdeka belajar dari sisi pelaksana
kebijakan, pengawas, kepala sekolah maupun peserta didik?

Secara singkat, Merdeka Belajar dapat diartikan dengan kemerdekaan dari belenggu-
belenggu yang membuat proses pembelajaran menjadi kurang membahagiakan. Entah itu
belenggu administrasi, belenggu keharusan mencapai skor atau nilai tertentu, belenggu
mengejar tujuan belajar yang ditetapkan secara seragam, dan lainnya.

Dalam mendesain pembelajaran di kelas, penting untuk mengamalkan prinsip merdeka


belajar yang salah satu manfaatnya adalah mengembangkan kompetensi dan
profesionalitas guru, mengetahui karakter dan kebutuhan peserta didik, serta mencegah
adanya duplikasi desain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ini artinya, guru perlu
memahami secara menyeluruh tahap kemampuan murid sebelum merumuskan tujuan
belajar yang dapat dimodifikasi dari kurikulum dan dikombinasikan dengan indikator
literasi dan numerasi di AKM. Sehingga, guru merdeka menentukan tujuan belajarnya
sendiri alih-alih menyalin dengan persis tujuan belajar yang sudah tertera di silabus yang
disediakan, mengingat belum tentu tujuan belajar yang sudah ditetapkan secara seragam
itu benar sejalan dengan kemampuan murid-murid di kelas. Pada dasarnya, tujuan-tujuan

Merancang model pembelajaran


literasi membaca dan numerasi SD 70
yang sudah dirancang itu hanya menjadi panduan yang dapat disesuaikan kembali dengan
kondisi masing-masing sekolah.

Walaupun tujuan belajar kebanyakan sudah bawaan dari kurikulum dan bisa langsung
digunakan di RPP, prinsip merdeka belajar mendorong guru untuk berdaya, peduli dan
reflektif terhadap situasi murid dan pembelajaran yang terjadi sebenarnya di kelas yang
diampu. Asesmen maupun rapor yang dirancang mungkin saja tidak dapat diubah indikator
kompetensinya, namun ketika proses pembelajaran dalam setiap harinya berlangsung,
guru yang merdeka belajar artinya memiliki kewenangan untuk dapat mengatur aktivitas
pembelajaran sedemikian rupa yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid
hingga akhirnya kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Sehingga, asesmen dan
rapor itu justru dapat menjadi evaluasi untuk sekolah dan guru meninjau kembali strategi
yang digunakan saat pembelajaran.

Contohnya, tujuan pembelajaran tematik di kelas 1 yaitu “siswa dapat membuat bagan
silsilah keluarga”, sedangkan, banyak murid di kelas Bapak/Ibu yang bahkan belum bisa
membaca.

Bagaimana mungkin tujuan belajar


membuat bagan silsilah keluarga itu
dapat dicapai ketika murid belum
mampu membaca?

Maka dari itu, Bapak/Ibu memiliki kewenangan untuk memodifikasi tujuan yang telah
ditetapkan tersebut, contohnya bisa saja menjadi “siswa dapat menggunakan kosakata
yang berhubungan dengan keluarga dan merinci huruf yang menyusunnya secara lisan
dan tulisan” sebelum akhirnya dapat membuat bagan silsilah keluarga di pembelajaran
berikutnya. Ini yang disebut juga sebagai personalisasi belaajra.

Meminjam istilah dan teknik mendesain model pembelajaran yang menerapkan prinsip
merdeka belajar ke dalam RPP oleh Kampus Guru Cikal, ada 3 komponen utama yang perlu
dicantumkan, yaitu:

1. Cita
Yang berisi tujuan belajar yang disertakan bukti dan asesmen

2. Cara
Yang menguraikan strategi dan rangkaian aktivitas belajar

Merancang model pembelajaran


71 literasi membaca dan numerasi SD
3. Cakupan
Berisi Konten/isi yang dipelajari sebagai konteks untuk mencapai cita

Selain itu, guru juga diharapkan mampu untuk melakukan beberapa hal berikut saat
merancang RPP yang merdeka belajar:

● Memetakan profil murid (apakah murid Bapak Ibu memiliki gaya belajar visual/
kinestetik/auditori)
● Menggunakan prinsip 5M (akan dibahas lebih lanjut di bawah)
● Menggunakan backward thinking atau cara berpikir mundur, yaitu memulai dari
tujuan dan asesmen hingga ke kegiatan

Pembelajaran yang merdeka bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang


membahagiakan dan bermakna bagi murid untuk diaplikasikan dalam kehidupannya.
Sehingga, murid akan senang dan merasa butuh untuk belajar sepanjang hayatnya.
Menyambung dengan keterampilan literasi numerasi yang merupakan kecakapan hidup
bagi murid, penting untuk menerapkan 5M dalam merancang desain pembelajaran di RPP:

PRINSIP 5M

1. Memberdayakan Konteks
Bagaimana hasil/produk belajar yang dilakukan murid relevan dengan kehidupan
sehari-hari?

2. Memilih Tantangan
Bagaimana murid dapat memilih tantangan sesuai minat bakat atau gaya belajarnya?

3. Membangun Keberlanjutan
Bagaimana umpan balik diberikan pada saat pembelajaran? Umpan balik dibutuhkan
murid untuk mengembangkan kemampuannya, sehingga proses tercipta proses
belajar yang berkelanjutan. Umpan balik juga dapat berlaku sebagai asesmen yang
dilakukan dalam proses belajar secara mandiri untuk mengukur kemajuan dari
proses belajarnya. (terlampir contoh asesmen diri yang diambil dari buku siswa
kelas 1 tema 3 kurikulum 2013)

4. Memahami Konsep
Bagaimana murid mempelajari dan menguasai konsep?

5. Memanusiakan Hubungan
Bagaimana murid merasa dipahami?

Merancang model pembelajaran


literasi membaca dan numerasi SD 72
Membuat Kanvas RPP Merdeka Belajar

Keterangan:

Dalam merumuskan tujuan belajar di kelas tinggi, guru dapat melibatkan murid untuk
mendesain sendiri tujuan dan indikator pembelajaran yang ingin dicapai bersama-
sama. Melibatkan murid dalam merancang pembelajaran merupakan salah satu upaya
personalisasi belajar, dimana tujuan belajar didasari oleh apa yang dibutuhkan dan
disukai oleh murid, sehingga pembelajaran pun akan berpusat atau berpihak pada murid.
Harapannya, murid akan bersikap aktif dalam pembelajaran.

Merancang model pembelajaran


73 literasi membaca dan numerasi SD
Contoh Kanvas RPP Merdeka Belajar
Literasi Membaca Menyenangkan

Merancang model pembelajaran


literasi membaca dan numerasi SD 74
Contoh Kanvas RPP Merdeka Belajar
Numerasi Menyenangkan

Merancang model pembelajaran


75 literasi membaca dan numerasi SD
Contoh asesmen mandiri untuk murid

Merancang model pembelajaran


literasi membaca dan numerasi SD 76
Profil Penulis
Galih Sulistyaningra merupakan lulusan S1 PGSD
UNJ yang memulai karir mengajarnya di Engineering
for Kids Indonesia, sebuah pusat pembelajaran
berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering,
Arts and Mathematics) dengan kurikulum dari
Amerika Serikat. Galih pernah mengajarkan
STEAM sebagai ekstrakulikuler di berbagai Satuan

Galih Pendidikan Kerjasama (SPK) mulai dari Jakarta


International School, British School Jakarta,

Sulistyaningra Nanyang, ACS, Highscope dan lainnya. Galih juga


beberapa kali tampil di berbagai acara stasiun TV
seperti Hitam Putih, Modern Moms, dan Pagi-Pagi
untuk mendemonstrasikan eksperimen-eksperimen berbasis STEAM. Galih melanjutkan
studi S2 nya dengan beasiswa LPDP ke University College London, Inggris jurusan
Educational Planning, Economics and International Development pada tahun 2018.
Sepulangnya ke tanah air, Galih mendirikan komunitas Bekal Pendidik bagi para mahasiswa
keguruan dan tergabung dalam organisasi pendidikan Semua Murid Semua Guru. Sebelum
mengabdikan diri menjadi guru, Galih menjadi tim kurator blended learning RPP DKI Jakarta
kolaborasi Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Sekolah.mu dan menjadi learning designer
di Sekolah.mu serta pengembang kurikulum Sekolah Murid Merdeka – sekolah blended
learning pertama di Indonesia selama 1 tahun.

Saat ini, Galih juga menjadi penyusun dan pelatih ToT modul Literasi & Numerasi untuk
Guru SD di 4 Kabupaten; Paser, Rote Ndao, Bengkalis dan Tanimbar yang merupakan
program organisasi penggerak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
dan berkolaborasi dengan Indonesia Mengajar di tengah-tengah kesibukannya menjadi
seorang ibu satu anak dan guru di sekolah.

Galih percaya pendidikan berkualitas adalah hak setiap anak apapun latar belakangnya.
Pendidikan sejatinya menjawab kebutuhan dan tantangan yang sedang dihadapi di masa
kini, bukan hanya sebagai bekal untuk mempersiapkan kehidupan di masa mendatang.
Maka hendaknya pendidikan bersifat kontekstual, memerdekakan, memberdayakan dan
berpihak kepada anak agar dapat membantunya tumbuh sebagai individu yang mandiri,
reflektif, dan mampu berkontribusi bagi komunitasnya sesuai dengan potensinya masing-
masing.
Bergabung dengan Komunitas Guru Merdeka Belajar

dan temukan sesi-sesi pelatihan guru dengan beragam materi

yang dibutuhkan guru untuk menjawab berbagai tantangan

mengajar di dalam kelas!

Anda mungkin juga menyukai