Profil pelajar ● Mandiri Model Tatap muka / PJJ Daring / PJJ Luring /
Pancasila yang pembelajaran Paduan antara tatap muka dan PJJ
berkaitan
● Bernalar Kritis
(blended learning)
Tujuan Tujuan 1 :
Pembelajaran Melalui diskusi dan tanya jawab, siswa mampu menelaah unsur pembangun dalam sebuah teks
fiksi.
Tujuan 2 :
Melalui bantuan 2 teks pendek atau lebih, siswa mampu membandingkan unsur pembangun dari 2
teks yang disajikan.
Tujuan 3 :
Siswa mampu menceritakan kembali karya sastra yang mereka baca untuk dipresentasikan unsur
intrinstik di dalamnya.
Tujuan 4 :
Melalui penugasan, siswa mampu menyajikan unsur pembangun dari karya sastra teks fiksi yang
ditulisnya sendiri.
Deskripsi Kegiatan belajar yang memformulasikan empat keterampilan berbahasa mulai dari menyimak,
umum membaca dan memirsa, berbicara dan mempresentasikan serta menulis lewat 1 materi bahasan
kegiatan yaitu unsur intrinsik. Melalui kegiatan belajar ini, siswa diajak untuk belajar bahasa Indonesia
dengan kegiatan yang menyenangkan.
Sarana 1. Bila memungkinkan akan lebih maksimal apabila tersedia computer dan jaringan internet
Prasarana agar siswa dapat membaca teks fiksi secara online.
2. Apabila sarana computer dan internet tidak tersedia, guru dapat mencetak dan
memperbanyak cerita yang diunduh.
UNSUR INTRINSIK
DALAM TEKS FIKSI
YAYUK HARTINI,
M.Pd
PERANGKAT
BAHAN AJAR
Materi Pembelajaran :
Bahasa Indonesia
Fase B Kelas IV SD
PROFIL PELAJAR PANCASILA
Mandiri
Mengidentifikasi beberapa
strategi dan cara belajar
dengan bimbingan dari orang
dewasa.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui diskusi dan tanya jawab, siswa mampu
menelaah unsur instrinstik dalam sebuah teks
fiksi.
1 2 3 4
PENGERTIAN UNSUR INTRINSIK
KARYA SASTRA
Alur Penokohan
TEMA
Menguraikan tentang
Jalan cerita/rangkaian watak/sifat para tokoh
Sesuatu yang menjadi pokok peristiwa dari awal dalam cerita.
masalah/pokok pikiran dari sampai akhir.
pengarang yang ditampilkan
dalam karangannya PESAN
Sudut Pandang
Pesan/kesan yang dapat
memberikan tambahan Posisi/kedudukan pengarang
pengetahuan, pendidikan, dan dalam membawakan cerita.
sesuatu yang bermakna dalam Terdiri dari sudut pandang
hidup yang memberikan orang ke-1 yaitu tokoh utaman
penghiburan, kepuasan dan dan orang ke-2 sebagai tokoh
kekayaan batin kita terhadap tambahan.
hidup
PERTEMUAN 1
Kegiatan Pembuka ( 25 Menit)
✔Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
✔Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai pembelajaran.
✔Mengadakan apersefsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan pembelajaran
yang akan dilakukan hari ini.
PENGAYAAN REMEDIAL
Naskah teks cerita fiksi untuk Naskah teks cerita fiksi untuk
pengayaan : remedial :
https://ceritaanak.org/cerita-dongeng-anak/
https://www.1000dongeng.com
SOAL EVALUASI
1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik dalam karya sastra?
Carilah 1 karya sastra yang kamu suka, dan uraikan unsur intrinsic dalam karya
4 sastra yang kamu baca
RUBRIK PENILAIAN
Apabila siswa bisa Apabila siswa bisa menyebutkan Apabila siswa hanya bisa
menyebutkan pengertian lebih dari 3 pengertian unsur menyebutkan kurang dari 2
seluruh unsur intrinsik dalam intrinsik dalam karya sastra, dan pengertian unsur intrinsik dalam
karya sastra, dan mampu mampu menjelaskan unsur karya sastra, dan belum mampu
menjelaskan unsur instrinsik instrinsik di dalamnya dari menjelaskan unsur instrinsik dari
dengan seluruhnya benar dari karya sastra yang dibaca. karya sastra yang dibaca dengan
karya sastra yang dibaca. baik.
REFLEKSI
Mengadakan refleksi dengan
memberikan beberapa
pertanyaan
terkait materi yang telah
dipelajari, misalnya ;
1. Bagaimana perasaanmu
setelah mengikuti
pelajaran hari ini? PENGAYAAN REMEDIAL
2. Apakah kamu telah (Diberikan pada siswa dengan (Diberikan pada siswa kemampuan
mengerti semua? pencapaian hasil belajar tinggi) Belajar yang membutuhkan
Pendampingan)
3. Bagian mana yang paling
kamu sukai? Bentuk pengayaan untuk siswa
Dengan kecepatan belajar dan Hanya diberikan teks fiksi
4. Apa yang tidak kamu
kemampuan belajar yang baik yang lebih sederhana untuk
sukai di materi ini?
bisa diberikan 2 atau 3 teks Dianalisis, dengan alur cerita yang
5. Apakah kalian bersedia
cerita fiksi sekaligus untuk mudah dan tidak rumit danjumlah
mengikuti materi
ditelaah. paragraph sedikit.
berikutnya?
ALUR PEMBELAJARAN
Pertemuan 2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui bantuan 2 teks pendek atau lebih,
siswa mampu membandingkan unsur
instrinstik dari 2 teks yang disajikan.
1 2 3 4
PERTEMUAN 2
Kegiatan Pembuka ( 25 Menit)
✔Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
✔Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
✔Mengadakan apersefsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
https://merahputih.com/post/read/5-dongeng-
terbaik-sepanjang-masa
PENGAYAAN
https://www.1000dongeng.com/
Naskah teks cerita fiksi untuk
https://made-blog.com/cerpen-anak/ pengayaan :
https://histori.id/category/folklore/legenda/ https://ceritaanak.org/cerita-dongeng-anak/
https://www.posbunda.com/hiburan/cerita-pendek- REMEDIAL
untuk-anak/
Naskah teks cerita fiksi untuk
remedial :
https://www.1000dongeng.com
SOAL EVALUASI
1 Bacalah 2 teks sastra di bawah ini berjudul “Legenda Batu menangis” sebuah karya
sastra legenda yang berasal dari Kalimantan Selatan dan cerita “Legenda Situ
bagendit” dari Jawa barat.
Telaah isi kedua cerita tersebut lalu bandingkan unsur instriktik di dalamnya
seperti tema, latar, alur cerita, penokohan dan sudut pandangnya.
Berikan alasan dari jawaban perbandingan kalian.
Link Cerita
https://www.penuliscilik.com/cerita-legenda-batu-menangis-dari-daerah-
kalimantan-selatan/
https://dongengkakrico.wordpress.com/pendongeng-cerita/legenda-situ-
bagendit/
RUBRIK PENILAIAN
Apabila siswa mampu Apabila siswa mampu Apabila siswa hanya bisa
membandingkan unsur membandingkan unsur membandingkan 2 unsur intrinsik
instrinstik karya sastra lebih instrinstik karya sastra lebih karya sastra dan belum mampu
dari 4, dan mampu dari 2, dan mampu menjelaskan menjelaskan unsur instrinsik
menjelaskan unsur intrinsic unsur intrinsik dengan dengan seluruhnya benar dari
dengan seluruhnya benar dari seluruhnya benar dari karya karya sastra yang dibaca.
karya sastra yang dibaca. sastra yang dibaca.
REFLEKSI
Mengadakan refleksi dengan
memberikan beberapa
pertanyaan
terkait materi yang telah
dipelajari, misalnya ;
1. Bagaimana perasaanmu
setelah mengikuti
pelajaran hari ini? PENGAYAAN REMEDIAL
2. Apakah kamu telah (Diberikan pada siswa dengan (Diberikan pada siswa kemampuan
pencapaian hasil belajar tinggi) Belajar yang membutuhkan
mengerti semua?
Pendampingan)
3. Bagian mana yang paling
Bentuk pengayaan untuk siswa
kamu sukai? Dengan kecepatan belajar dan Untuk siswa dengan kemampuan
4. Apa yang tidak kamu kemampuan belajar yang sangat cepat belajar yang membutuhkan
sukai di materi ini? bisa diberikan teks pendampingan hanya diberikan
5. Apakah kalian bersedia cerita fiksi lebih dari 2 untuk 2 teks fiksi yang lebih sederhana
ditelaah dan dibandingkan. Teks fiksi untuk dianalisis dan
mengikuti materi
yang diberikan adalah teks fiksi dengan dibandingkan.
berikutnya?
alur dan isi cerita yang beragam dan
menantang.
ALUR PEMBELAJARAN
Pertemuan 3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu menceritakan kembali karya
sastra yang mereka baca untuk
dipresentasikan unsur intrinsic di dalamnya.
1 2 3 4
PERTEMUAN 3
Kegiatan Pembuka ( 25 Menit)
✔Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
✔Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
✔Mengadakan apersefsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
Apabila siswa mampu Apabila siswa mampu menelaah dan Apabila siswa hanya mampu
menelaah dan mempresentasikan hasil telaahan dari
menelaah dan mempresentasikan
mempresentasikan hasil 1 buah cerita dengan baik.
hasil telaahan dari 1 buah cerita
telaahan dari 2 buah cerita namun hasil telaahan belum
atau lebih dengan sangat baik. sempurna dan masih ada yang
belum tepat.
REFLEKSI
Mengadakan refleksi dengan
memberikan beberapa
pertanyaan
terkait materi yang telah
dipelajari, misalnya ;
1. Bagaimana perasaanmu
setelah mengikuti
pelajaran hari ini? PENGAYAAN REMEDIAL
2. Apakah kamu telah (Diberikan pada siswa dengan (Diberikan pada siswa kemampuan
mengerti semua? pencapaian hasil belajar tinggi) Belajar yang membutuhkan
Pendampingan)
3. Bagian mana yang paling
Bentuk pengayaan untuk siswa
kamu sukai? Dengan kecepatan belajar dan Hanya diminta menceritakan telaahan
4. Apa yang tidak kamu kemampuan belajar yang tinggi dari cerita
sukai di materi ini? bisa diminta untuk membaca dan yang lebih sederhana untuk
5. Apakah kalian bersedia menganalisis beberapa cerita dianalisis, dengan alur cerita yang mudah
mengikuti materi sekaligus. dan tidak rumit dan jumlah paragraph
sedikit.
berikutnya?
ALUR PEMBELAJARAN
Pertemuan 4
TUJUAN PEMBELAJARAN
1 2 3 4
PERTEMUAN 4
Kegiatan Pembuka ( 25 Menit)
✔Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
✔Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
✔Mengadakan apersefsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
Apabila siswa mampu Apabila siswa mampu menulis cerita Apabila siswa belum mampu
menulis cerita dengan sangat dengan baik dan menarik serta
menulis cerita dengan baik dan
baik dan menarik serta mampu menjelaskan 3 unsur
instrintik atau lebih dari karya sastra menarik serta mampu hanya
mampu menjelaskan mampu menyebutkan tidak lebih
yang dipilih dan ditulisnya secara
keseluruhan unsur instrintik mandiri. dari 2 unsur instrinstik dari karya
dari karya sastra yang dipilih sastra yang dipilih dan ditulisnya
dan ditulisnya secara mandiri. secara mandiri.
REFLEKSI
Mengadakan refleksi dengan
memberikan beberapa
pertanyaan
terkait materi yang telah
dipelajari, misalnya ;
1. Bagaimana perasaanmu
setelah mengikuti
pelajaran hari ini? PENGAYAAN REMEDIAL
2. Apakah kamu telah (Diberikan pada siswa dengan (Diberikan pada siswa kemampuan
mengerti semua? pencapaian hasil belajar tinggi) Belajar yang membutuhkan
Pendampingan)
3. Bagian mana yang paling
Bentuk pengayaan untuk siswa
kamu sukai? Dengan kecepatan belajar dan Hanya diminta menulis cerita
4. Apa yang tidak kamu kemampuan belajar yang tinggi yang lebih sederhana untuk
sukai di materi ini? bisa diminta untuk menulis dan dianalisis, dengan alur cerita yang mudah
5. Apakah kalian bersedia menganalisis beberapa cerita dan tidak rumit dan jumlah paragraph
mengikuti materi sekaligus. sedikit.
berikutnya?
LAMPIRAN
CERITA KARYA SASTRA
Klik disini!
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Keledai dan Penjual garam. 7+ Contoh Cerita Fantasi Anak Singkat yang Paling Populer (Terbaru) (thegorbalsla.com). Diunduh tanggal
5 November 2020
Legenda Batu Menangis. Sumber : Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis (dongengceritarakyat.com). Diunduh tanggal 5 November
2020
Penyumpit dan putri malam. Cerita Rakyat Kisah Penyumpit dan Putri Malam – Histori. Diunduh tanggal 5 November 2020
TERIMAKASIH
YAYUK HARTINI, M.Pd
Pedagang garam tersebut memiliki seekor keledai yang digunakan untuk mengangkut
garam ke kota terdekat. Ia sangat menyayangi keledai tersebut sampai makanan dan
tempat tinggal keledai selalu disediakan. Keledai tersebut sudah dianggap keluarga dan
menjadi teman hidup satu-satunya pedagang garam tersebut. Akan tetapi keledai tersebut
tampaknya tidak puas dengan perlakuan pedagang garam.
Setiap kali hendak pergi menjual garam ke kota, keledai selalu menggerutu karena harus
terbebani dengan karung garam serta berjalan cukup jauh. “Mengapa kau tidak membeli
gerobak saja wahai tuanku? Bukankah hasil menjual garam sudah cukup untuk membeli
gerobak, tapi uangmu kau selalu berikan kepada orang lain” kata keledai pada suatu hari
kepada tuannya ketika hendak berangkat.
Pedagang garam tersebut hanya terdiam dan melanjutkan menaikan beberapa karung
garam di kantong kain pada tubuh keledai. Pedagang garam kemudian menuntun keledai
sembari membawa satu karung garam di pundaknya. Mereka terus berjalan hingga
akhirnya melewati sebuah jembatan yang dialiri air sungai yang cukup deras dan jernih.
Pedagang garam kemudian berhenti dan beristirahat.
Di tengah peristirahatan tersebut, ternyata si keledai memiliki ide yang cukup konyol. Bila
esok pedagang membawanya kembali melalui jalan ini, maka ia akan berpura-pura
terjatuh ke dalam sungai dan garam yang akan di bawa akan semakin ringan karena larut
di dalam air. Benar saja, keesokan harinya ketika mereka berangkat melewati jalan yang
sama, keledai berpura-pura kelelahan dan terjatuh ke sungai.
Karung garam yang dibawa keledai terendam cukup lama karena pedagang garam
meminta tolong kepada orang sekitar untuk membantu mengangkat keledai. “Maafkan
aku tuan, aku tidak sengaja terjatuh ke dalam sungai karena sepertinya beban garamnya
tidak seimbang”, ungkap keledai dengan alasannya. “ Baiklah kalau begitu aku akan
membawa lebih banyak garam agar kau seimbang”.
Akhirnya pedagang membawa dua karung garam agar keledainya bisa meneruskan
perjalanan meski garam yang dibawa keledai sangat ringan karena sebagian garam sudah
larut di dalam air sungai. Esoknya lagi, keledai melakukan hal yang sama dengan alasan
kakinya tersandung batu, dan alasan lain diberikan setiap harinya kepada pedagang. Hal
ini membuat tuannya curiga dan ingin memberi balasan.
Suatu hari, dinaikkan lah kapas pada punggung keledai. Petani tidak memberitahukan
bahwa yang dibawa bukanlah garam melainkan kapas. Hal ini untuk memberikan
pelajaran kepada keledai yang suka mengeluh padahal sudah sangat dikasihi. Setiba di
jembatan, keledai tersebut tanpa menunda waktu langsung menjatuhkan diri ke dalam
sungai dan kapas kemudian menyerap air sungai.
Bukannya semakin ringan, akan tetapi karung yang dibawa keledai semakin berat hingga
keledai kesulitan berjalan. Keledai tersebut terus melangkahkan kakinya sembari bertanya
kepada tuannya. “Tuanku, mengapa garamnya semakin berat ketika terkena air, padahal
biasanya akan semakin ringan. Aku sungguh tidak bisa berjalan jika harus membawa
beban seberat ini ke kota”.
Petani kemudian menjawab dengan bijaksana “Keledai ku, sungguh yang kau bawa
bukanlah garam melainkan kapas yang menyerap air. Aku tahu kau hanya berpura-pura
terjatuh agar bebanmu tidak berat akan tetapi perbuatanmu sungguh merugikan”. Keledai
tersebut kemudian sangat malu karena selama ini ia seperti tidak tahu diri dan tidak tahu
terimakasih kepada si pedagang garam.
Sumber : 7+ Contoh Cerita Fantasi Anak Singkat yang Paling Populer (Terbaru)
(thegorbalsla.com)
LEGENDA BATU MENANGIS
(Cerita legenda dari Kalimantan Selatan)
Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin
bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia selalu
membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama dengan sifat
yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.
Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti.
Tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun
sering sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.
Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah mereka
sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat putrinya
kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat
bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi
kecantikannya, sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan,
berpakaian sangat dekil layaknya pembantu.
Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada
satu orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata tertuju
kepada kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya dan
memandang wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan
tua di belakangnya tersebut.
‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.
Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal
yang sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri
di perlakukan sebagai seorang pembantu.
Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari Putri
kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat
menyakkitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil
meneteskan air mata.
‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.
Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan
ibunya, sang anak merasa kebingungan.
‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.
Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya
sendiri.
‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik
putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka
ini.’’ Doa sang Ibu.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun
turun. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah menjadi
batu dan sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon ampun kepada
ibunya. Ia merasa ketakutan.
‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi
anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.
Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat.
Hukuman itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu.
Gadis durhaka itu hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum
kepalanya menjadi batu, sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang
yang berada di sana menyaksikkan peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah
menjadi batu.
Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata
seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan
Batu Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.
Pada jaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya
kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah
kekurangan air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah
ruah. Namun meski begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan.
Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk
sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai
padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai
Endit.
Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat
luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu.
Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya
kepada Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah
kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika
pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang
melambung tinggi.
“Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada temannya. “Tidak tahan
saya hidup seperti ini. Kenapa yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?”
“Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!” sahut temannya. “Kita mah
harus sabar! Nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka
berbuat aniaya pada orang lain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!”
Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan
makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit
selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya. “Aduh pak,
persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke
Nyai Endit. Kata tetangga sebelah harganya sekarang lima kali lipat disbanding saat kita
jual dulu. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu membeli keperluan yang lain. Ya
Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul.” Begitulah gerutuan para
penduduk desa atas kesewenang-wenangan Nyai Endit.
Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-
bungkuk. Dia melewati pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba.
“Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja.
Sepertinya hal ini harus segera diakhiri,” pikir si nenek. Dia berjalan mendekati seorang
penduduk yang sedang menumbuk padi. “Nyi! Saya numpang tanya,” kata si nenek. “Ya
nek ada apa ya?” jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi tersebut “Dimanakah saya
bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” tanya si nenek “Oh, maksud nenek
rumah Nyi Endit?” kata Nyi Asih. “Sudah dekat nek. Nenek tinggal lurus saja sampai ketemu
pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat rumah yang sangat besar. Itulah
rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?” “Saya mau minta sedekah,” kata
si nenek.
“Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan dikasih. Kalau nenek lapar, nenek bisa
makan di rumah saya, tapi seadanya,” kata Nyi Asih. “Tidak perlu,” jawab si nenek. “Aku
Cuma mau tahu reaksinya kalau ada pengemis yang minta sedekah. O ya, tolong kamu
beritahu penduduk yang lain untuk siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada
banjir besar.”
“Nenek bercanda ya?” kata Nyi Asih kaget. “Mana mungkin ada banjir di musim kemarau.”
“Aku tidak bercanda,” kata si nenek.”Aku adalah orang yang akan memberi pelajaran pada
Nyi Endit. Maka dari itu segera mengungsilah, bawalah barang berharga milik kalian,” kata
si nenek.
Setelah itu si nenek pergi meniggalkan Nyi Asih yang masih bengong.
Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para
centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para
centeng. “Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor
terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan
yang bisa saya makan. Sudah tiga hari saya tidak makan,” kata si nenek. “Apa peduliku,”
bentak centeng. “Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya beli jangan minta! Sana,
cepat pergi sebelum saya seret!” Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya. “Nyai Endit
keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiiit…!” teriak si nenek.
Centeng- centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak
berhasil. “Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit. “Ganggu orang makan
saja!”
“Hei…! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak
Nyai Endit. “Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak
makan,” kata nenek. “Lah..ga makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini!
Nanti banyak lalat nyium baumu,” kata Nyai Endit. Si nenek bukannya pergi tapi malah
menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Endit dengan penuh
kemarahan.
“Hei Endit..! Selama ini Tuhan memberimu rijki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau
kikir! Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan
makanan” teriak si nenek berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para
penduduk yang sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.”
“Ha ha ha … Kau mau menghukumku? Tidak salah nih? Kamu tidak lihat centeng-
centengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati,” kata Nyai Endit.
“Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa
mencabut tongkatku dari tanah.” “Dasar nenek gila. Apa susahnya nyabut tongkat. Tanpa
tenaga pun aku bisa!” kata Nyai Endit sombong.
Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat
itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming juga.
“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak tercabut.
Gaji kalian aku potong!”
Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh
tiga orang, tongkat itu tetap tak bergeming.
“Ha ha ha… kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa.
Lihat aku akan mencabut tongkat ini.”
Bras! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tiba-
tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras.
“Endit! Inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara
karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”
Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit
yang panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan
hartanya, namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.
Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya ‘Situ
Bagendit’. Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang
percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau.
Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.
Sesampainya di gua istana Raja Raksasa, Kerbau bersembunyi di luar gua. Ia mengintip apa
yang terjadi di dalam gua. Raja Raksasa terlihat sangat senang, sementara Gajah tampak
ketakutan dari dalam kandangnya yang sangat besar. “Mimpiku selalu benar. Semalam,
aku bermimpi akan memakan daging gajah. Sekarang mimpi itu akan menjadi kenyataan.
Hmm, malam ini pasti aku akan sangat kenyang,” ucap Raja Raksasa sambil mengelus
perutnya yang buncit.
Mendengar ucapan Raja Raksasa, Kerbau mendapat ide. Ia pun segera menemui Raja
Raksasa. “Aku bermimpi menikahi Permaisuri raja raksasa. Mungkin itu juga akan menjadi
kenyataan.” teriak Kerbau. Raja Raksasa yang tak menyadari kedatangan Kerbau pun
kaget. Ia hendak marah, namun tiba-tiba ia terdiam. Ia memikirkan mimpi Kerbau. Selama
ini, ia sangat percaya dengan mimpi. “Kau tak boleh menikahi istriku!” Teriak Raja Raksasa.
“Jika aku tak boleh menikahi Permaisuri, maka kau juga tak boleh memakan Gajah,” balas
Kerbau. Raja Raksasa menjadi bingung. Ia ingin sekali makan daging Gajah. Tapi, ia juga
sangat mencintai istrinya. Akhirnya, Raja Raksasa mengalah. Ia melepaskan Gajah agar
Kerbau tak menikahi permaisuri. Gajah pun bebas dan bisa kembali ke hutan bersama
Kerbau. “Ternyata kau sangat cerdik, Kerbau. Terima kasih telah menolongku,” ucap Gajah
ketika mereka kembali ke hutan. “Sama-sama, Gajah. Itulah gunanya sahabat,” jawab
Kerbau. Ia senang karena bisa menolong Gajah, sahabatnya. Sementara itu, Raja Raksasa
baru sadar. Tak seharusnya ia percaya terhadap mimpi, karena mimpi hanya bunga tidur.
Ia pun menyesal. Karena percaya mimpi, ia tak jadi menyantap Gajah.
facebook https://www.facebook.com/dongengceritarakyat/
SEMUT DAN ANGIN
Semut baru saja selesai membuat rumahnya di puncak pohon. Ia merasa senang dan puas
dengan rumahnya.
“Akhirnya selesai juga. Siapa bilang, semut tak boleh membuat rumah di puncak pohon”
ucap Semut dengan sombong.
Semut memang sengaja membuat rumah di puncak pohon. Hal itu bermula dari kawanan
Gajah yang datang ke hutan. Ya, rumahnya hancur karena diinjak Gajah. Agar rumahnya
tak dirusak Gajah Iagi, Semut membangun rumah di puncak pohon.
“Aku akan mengadang angin, Ialu berkata kepadanya agar tak sembarangan berhembus
dan menghancurkan rumahku,” ucap Semut dengan mantap.
Tak Iama kemudian, angin berhembus lebih kencang. Semut tampak sudah bersiap
mengadang angin di depan rumahnya. Namun, karena angin berhembus sangat kencang,
tubuhnya yang amat kecil itu pun terbawa terbang, begitu juga dengan rumahnya.
Semut pun menyesal. Andai ia mendengar nasihat kawannya, mungkin ia tak perlu repot-
repot membangun rumah hanya untuk diterbangkan angin. Dirinya juga pasti tak akan
turut diterbangkan angin.
KISAH PENYUMPIT DAN PUTRI MALAM
Pada zaman dahulu hiduplah seorang pemuda sebatang kara. Ia bernama Penyumpit. la
tinggal di sebuah rumah kecil peninggalan orang tuanya. Saat masih hidup, ayah
Penyumpit sering berutang kepada seorang kepala desa Pak Raje. Pak Raje adalah orang
yang kaya raya, namun pelit dan licik. Utang ayah Penyumpit tidak pernah lunas karena
Pak Raje selalu melipat gandakannya. Walau kedua orang tua Penyumpit telah tiada.
Namun, Utang-utang ayahnya oleh Pak Raje tidak dianggap lunas. Penyumpit harus
mmebayar utang ayahnya dengan cara menjaga sawah milik Pak Raje yang padinya sudah
mulai menguning. Penyumpit harus menjaganya siang dan malam.
“Hai Penyumpit, berhati-hati menjaga sawahku. Kalau sampai sawahku rusak, aku akan
mendendamu. Kamu harus membayar semua kerusakan itu,” demikian pesan Pak Raje
sebelum Penyumpit berangkat ke sawah. Padahal, Pak Raje tahu, kemungkinan besar
sawahnya bisa rusak karena dimasuki babi-babi hutan.
Jika tugas yang satu sudah selesai Pak Raje akan memberinya tugas yang baru. Sekarang
tugas Penyumpit cukup berat, jika siang ia harus menuai padi yang siap panen. Jika malam
ia harus menjaga sawah agar tidak dirusak babi hutan.
Seminggu sudah Penyumpit melaksanakan tugasnya dengan baik Pada hari kedelapan
ketika sedang asyik duduk di dangau mengawas, sawah Pak Raje, tampak sesosok babi
hutan memasuki wilayah persawahan Pak Raje.
Dengan cekatan Penyumpit melemparkan tombak yang ia bawa ke arah babi hutan.
Penyumpit mengenai kaki babi hutan. Penyumpit cepat berlari ke arah babi hutan yang
terluka. Namun, babi hutan tersebut sudah hilang lenyap. Hanya ada tetesan darah dari
tubuh babi hutan itu yang berceceran di sepanjangjalan.
Penyumpit mengikuti jejak tetesan darah itu hingga ke dalam hutan. Ia ingin me ngetahui
letak persernbunyian para babi hutan. Makin lama semakin dalam ia masuk ke hutan,
hingga suatu ketika Penyumpit dikagetkan oleh berubahnya babi yang ia Iukai menjadi
seorang putri cantik. Ia pun terdiam beberapa saat seolah tak percaya dengan apa yang
dilihatnya.
“Wahai putri yang cantik, kaukah babi yang terluka tadi?” tanya Penyumpit.
“Benar …… Akulah yang tadi menjelma menjadi seekor babi. Namaku Putri Malam, ucap
gadis cantik itu sambil merintih kesakitan.
“Maafkan aku Putri. Aku telah melukaimu. Mari aku bantu mengobati luka di kakimu,” ucap
Penyumpit menawarkan diri untuk membantu.
Secara hati-hati dan perlahan Penyumpit membersihkan luka dan menghentikan darah
yang mengalir di kaki Putri Malam. Ia menggunakan tumbuhan sekitar yang berkhasiat
obat untuk menyembuhkan luka sang putri Keesokan harinya, Putri Malam sudah bisa
berjalan kembali. Sebagai tanda terima kasih ia memberikan beberapa bungkusan yang
berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering kepada Penyumpit.
“Ingat ya ! Kamu baru boleh membuka bungkusan ini setelah tiba di rumah,” pesan sang
putri.
Penyumpit akhirnya kembali ke rumah dan mematuhi pesan Putri Malam. Setibanya di
rumah, ia segera membuka bungkusan tadi. Betapa terkejutnya ia, ternyata bungkusan
yang berisi rempah-rempah itu berubah menjadi emas, berlian, permata, dan intan.
Kemudian, ia pergi ke rumah Pak Raje untuk membayar semua utang-utang almarhum
ayahnya. Selain itu, ia juga terbebas dari tindakan sewenang-wenang Pak Raje yang
mempekerjannya siang dan malam.
Pak Raje tak habis pikir melihat Penyumpit dapat melunasi utang-utang almarhum
ayahnya yang berjumlah besar. “Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini?
Jangan-jangan kamu telah mencuri ya. Aku tidak mau menerima harta haram” ucap Pak
Raje.
Maaf Tuan, saya tidak pernah mencuri dari siapa pun. Ini saya dapatkan dengan halal
Ada seorang putri cantik yang baik hati memberikan Ini semua kepada saya.” Penyumpit
menjelaskan.
Penyumpit menjelaskan peristiwa malam itu. Ia mengatakan semuanya kepada Pak Raje
sampai dia mendapatkan bungkusan dari putri Malam yang isinya telah berubah menjadi
barang-barang berharga. Rupanya Pak Raje tertarik untuk mendapatkan harta dengan
cara yang mudah.
Diam-diam Pak Raje ingin meniru apa yang pernah dilakukan Penyumpit. Ia ingin menjaga
sawahnya dan kemudian menombak babi hutan yang masuk ke sawahnya. Pak Raje
mengikuti babi yang terluka dan masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan ia mengobati babi
hutan yang terluka. Sesudah itu hehehhe…dia akan mendapat harta berlimpah.
Malam itu, Pak Raje melaksanakan keinginannya. Ia menjaga sawahnya. Tapi karena tidak
terbiasa berjaga malam, Ia pun mengantuk dan tertidur pulas. Pada saat ia tertidur
puluhan babi hutan bertubuh besar menyerangnya bertubi-tubi. Ada yang menyeruduk
ada yang menginjakinjak tubu Pak Raje. Pak Raje mati mengenaskan dengan tubuh
sobeksobek di sana-sini.
Esok harinya berita kematian Pak Raje tersebar ke seluruh kampung. Putri tertua Pak Raje
menyampaikan kejadian itu pada Penyumpit. Penyumpit terkejut mendengar Pak Raje
mati karena mengikuti jejaknya menombak babi hutan. Penyumpit pun datang ke rumah
Pak Raje. Di sana, ja melihattubuh Pak Raje yang sudah tidak utuh lagi.
Meskipun Pak Raje selalu berbuat jahat pada Penyumpit, Penyumpit tak pernah dendam.
Dengan niat baik Penyumpit berusaha menolong Pak Raje dengan mengucapkan doa dan
mantra khusus untuk memohon kehidupan kembali Pak Raje kepada para Dewa.
Ajaib ! Doa Penyumpit akhirnya dikabulkan . Tubuh Pak Raje menyatu dengan sendirinya.
Luka-luka Pak Raje pun sembuh dan ia hidup kembali. Pak Raje merasa malu kepada
Penyumpit karena ia selalu berbuatjahat.
“Hai Penyumpit yang baik budi , maafkan atas segala kesalahanku. Aku telah berbuat salah
kepadamu dan keluargamu. Sebagai rasa terima kasihku kepadamu, kamu kunikahkan
dengan anakku,” ucap Pak Raje Dada Penyumpit.
Beberapa hari kemudian, Penyumpit menikah dengan anak Derempuan Pak Raje.
Sekarang Penyumpit menjadi orang kaya raya. la hidup bahagia dengan istrinya. Pak Raje
pun menjadi orang yang baik hati dan tidak sombong. Ketika usianya semakin lanjut Pak
Raje meminta si Penyumpit menjabat sebagai kepala desa menggantikan kedudukannya.
Sumber :
Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu
Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun
demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh
pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat
kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang,
serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.
Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur,
sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar
menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke
Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk
memperoleh hak monopoli di kota tersebut. Masjid di Makassar (1910-1934).
Dalam catatan sejarah kerajaan Gowa-Tallo, diceritakan Raja Tallo ke-VI Mangkubumi
Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka, bermimpi melihat
cahaya bersinar dari Tallo ke segala penjuru kerajaan dan negeri sekitarnya. Mimpi itu ia
bawa selama tiga hari berturut-turut.
Dalam buku ‘Peristiwa Tahun-tahun Bersejarah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV s/d XIX’
karya Darwa rasyid MS. Tepat di malam Jum’at, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September
1605 M, di malam ketiga mimpi raja, sebuah perahu kecil berlabuh di pantai Tallo.
Warga keheranan melihat sesosok pria jubah putih di atas perahu tersebut. Pria itu lalu
menambatkan perahunya lalu melakukan gerakan-gerakan yang asing dipandang warga.
(Belakangan raja mengetahui itu merupakan gerakan sholat).
Di malam yang gelap gulita, tubuh pria itu memancarkan cahaya menyilau ke segala
penjuru arah. Hal itu membuat warga gempar dan menyampaikan ke raja Tallo tentang
sosok pria misterius tersebut, saat besok paginya.
Mendengar hal itu, Raja pun bergegas ke bibir panti Tallo. Belum sempat keluar istana,
sosok pria itu tiba-tiba muncul di hadapan raja, tepat di depan gerbang. Raja pun sontak
kaget dan melihat wajah pria itu sangat teduh, tubuhnya memancarkan kilau cahaya.
Menurut peneliti Balai Litbang Agama Makassar, Syamsurijal Adhan, pria yang masih
misterius itu menjabat tangan raja yang masih kaku melihat sosoknya. Usai berjabat
tangan, tangan raja Tallo tiba-tiba bertuliskan bahasa Arab yang ia tak tahu artinya.
“Orang tua itu lalu meminta agar tulisan tersebut diperlihatkan pada lelaki yang sebentar
lagi akan merapat di pantai,” kata Syamsurijal Adhan, saat ditemui Okezone di kantornya,
jalan AP Pettarani, Makassar.
Belum sempat berkata-kata, pria itu menghilang seketika. Raja pun bergegas ke pantai
Tallo, mengikuti arahannya. Dan benar, seorang pria baru saja berlabuh di pantai. Raja pun
langsung mendatangi tamu barunya, pria itu bernama Datuk Ri Bandang, ulama penyebar
Islam asal Koto Tengah, Minangkabau (Saat ini berada di Sumatera Barat)
Raja Tallo lalu memperlihatkan tulisan Arab yang tertulis di telapak tangannya. Datuk pun
menjawab tulisan itu merupakan dua kalimat syahadat. Raja pun menjadi takjub
Kedatangan Datuk memang untuk mengajak raja Tallo agar menerima ajaran Islam.
Pertemuan kedua tokoh ini pun menjadi cikal bakal penyebaran agama Islam di Sulawesi
Selatan. Raja Tallo menerima ajaran Islam dan berganti nama menjadi Sultan Abdullah
Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Agama Islam pun menjadi
agama resmi di kerajaan.
“Kisah inilah yang menjadi awal mula nama Makassar. Diambil dari bahasa Makassar
‘Akkasaraki’ atau Menampakkan Diri. Hal itu berdasarkan pengalaman munculnya sosok
bercahaya dari pantai,” ujar Syamsurijal.
Pengalaman ‘penampakan’ cahaya putih itulah yang disebut ‘Akkasaraki’. Kisah ini
membekas kendati menjadi awal penerimaan Islam di masyarakat kerajaan kala itu. Dari
berbagai sumber catatan-catatan pedagang Portugis di abad ke 17, ‘Makassar’ dikenal
sebagai pusat kota kerajaan Gowa-Tallo. Meski sempat berganti nama menjadi Ujung
Pandang, namun Pemerintah bersepakat mengembalikan nama Makassar, karena punya
akar historis yang kuat.
Apa yang dimimpikan raja Tallo pun jadi kenyataan. Usai masuk islam, Kerajaan Gowa
Tallo, menjadi salah satu sebab utama penyebaran Islam ke penjuru kota dan kerajaan di
Sulawesi. ‘Cahaya’ Islam menyebar cepat hingga saat ini dapat dirasakan, Islam
merupakan agama mayoritas di Sulsel.
Sementara Datuk Ri Bandang, bersama dia saudaranya Datuk Ri Tiro dan Datuk Sulaiman
tercatat dalam sejarah sebagai ulama yang berpengaruh besar, menyebarkan Islam di
Sulawesi Selatan. Hingga akhir hayatnya, Datuk Ri Bandang tak pulang lagi ke
Minangkabau. Datuk Ri Bandang wafat di kota Makassar, makamnya terletak di jalan
Sinassara, Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Serasa tak putus-putusnya mereka berdoa dan meminta dikaruniai anak. Doa dan
permintaan mereka akhirnya dikabulkan Sang Hyang Widi Wasa. Sang istri mengandung
dan kemudian melahirkan seorang bayi lelaki.
Bayi lelaki itu tumbuh sangat cepat. Ia sangat kuat nafsu makannya. Meski masih bayi,
nafsu makannya telah setara dengan sepuluh orang dewasa. Seiring bergulirnya sang
waktu, si bayi berubah menjadi kanak-kanak. Sangat besar tubuhnya dan kian meningkat
kuat nafsu makannya. Ia pun diberi nama Kebo Iwa, paman kerbau makna namanya.
Bertambah hari bertambah besar tubuh Kebo Iwa. Bertambah kuat pula nafsu makannya.
Sehari kebutuhan makannya sama dengan kebutuhan makan seratus orang dewasa.
Kedua orangtuanya benar-benar kewalahan memenuhi hasrat makan Kebo Iwa.
Kebo Iwa terkenal pemarah. Kemarahannya mudah meledak, terutama jika ia tidak
mendapatkan makanan yang cukup. Jika ia telah marah, ia akan merusak apa saja yang
ditemuinya. Ia biasa merusak rumah-rumah penduduk. Bahkan, pura tempat ibadah pun
tanpa takut-takut akan dihancurkannya jika kemarahannya telah meninggi. Penduduk
desa akan sangat ketakutan jika mendapati Kebo Iwa telah marah. Namun demikian,
sesungguhnya Kebo Iwa bersedia membantu penduduk desa yang membutuhkan bantuan
tenaganya. Ia bersedia membuatkan sumur, memindahkan rumah, meratakan tanah
berbukit-bukit, membendung sungai, atau mengangkut batu-batu besar. Ia akan cepat
melaksanakan pekerjaan yang sangat berat dilakukan kebanyakan manusia itu. Tentu saja
ia meminta imbalan berupa makanan dalam jumlah yang cukup untuk membuatnya
kenyang.
Selama para penduduk yang kebanyakan menjadi petani itu mendapatkan hasil panen
yang cukup, penduduk masih bisa bergotong royong memberikan makanannya untuk
Kebo Iwa. Namun, ketika terjadi musim paceklik’, penduduk mulai kesulitan dan
kewalahan untuk menyediakan makanan untuk Kebo Iwa.
Penduduk menjadi sangat cemas. Mereka tidak hanya cemas memikirkan cara mencari
bahan makanan untuk keluarga masing-masing, mereka juga cemas memikirkan Kebo Iwa.
Apa yang harus diberikan kepada Kebo Iwa jika mereka tidak mempunyai bahan makanan?
Kebo Iwa pasti tidak mau mengerti keadaan yang tengah mereka alami. Bagi Kebo Iwa, jika
ia mendapatkan makanan yang cukup, maka ia akan diam. Namun, jika tidak, ia akan
mengamuk sejadi-jadinya.
Warga desa lantas berkumpul untuk membahas masalah yang mereka hadapi berkenaan
dengan Kebo Iwa itu. Mereka merencanakan suatu siasat untuk menghadapi Kebo Iwa. Jika
memungkinkan, melenyapkan Kebo Iwa yang sangat meresahkan itu. Setelah berembuk,
warga desa akhirnya menemukan cara untuk mewujudkan rencana mereka.
Segenap warga desa bergotong royong untuk mengumpulkan makanan. Sedikit demi
sedikit makanan akhirnya terkumpul hingga cukup jumlahnya untuk menjadi santapan
Kebo Iwa. Sebagian warga juga bergotong royong untuk mengumpulkan batu-batu kapur.
Setelah makanan dan batu kapur tersedia, Kepala Desa dengan diiringi beberapa warga
lantas menemui Kebo Iwa.
Kebo Iwa tengah bersantai setelah menyantap beberapa ekor hewan ternak milik warga
desa. Ia sedikir terperanjat melihat beberapa orang mendatanginya. Katanya, “Mau apa
kalian ke sini? Apa kalian mempunyai makanan yang cukup membuatku kenyang? Aku
masih lapar!”
“Kami mempunyai makanan yang lebih dari cukup untuk membuatmu kenyang,”jawab
Kepala Desa. “Kami akan memberikan semuanya kepadamu asal engkau bersedia
membantu kami.”
Mendengar ada makanan dalam jumlah yang cukup untuk membuat perutnya kenyang,
Kebo Iwa langsung bangkit dari rebahannya dan berkata, “Aku tentu saja mau membantu
kalian jika kalian memberiku makanan. Apa yang bisa kubantu?”
Kepala Desa lantas menjelaskan perihal banyaknya rumah warga yang telah rusak akibat
amukan Kebo Iwa.
“Itu karena kalian tidak bersedia memberiku makanan,” sahut Kebo Iwa tanpa merasa
bersalah. “Jika kalian memberiku makanan, niscaya aku pun tidak akan menghancurkan
rumah kalian.”
“Seperti yang engkau ketahui, semua itu diakibatkan kegagalan panen yang kami alami.
Kegagalan panen itu disebabkan ketiadaan air karena musim kemarau yang terus
berkepanjangan ini;” kata Kepala Desa. “Padahal, di dalam tanah ini sebenarnya terdapat
banyak air. Sangat meIimpah jumlahnya. Oleh karena itu kami meminta bantuanmu untuk
membuatkan sumur yang sangat besar! Air dari sumur besar itu akan kami gunakan untuk
mengairi sawah-sawah kami. Jika tanaman-tanaman kami cukup mendapat air, niscaya
kegagalan panen dapat kami tanggulangi. Kami juga tidak lagi kesulitan untuk memberimu
makanan. Berapa pun juga jumlah makanan yang engkau butuhkan, kami pasti sanggup
untuk memenuhinya.”
Kebo Iwa sangat gembira mendengar rencana Kepala Desa. “Baiklah,” katanya. “Itu
rencana yang sangat baik. Aku tentu saja bersedia membantu kalian:’
Kebo Iwa lantas mulai bekerja. Ia mendirikan beberapa rumah seperti yang dikehendaki
Kepala Desa. Ia lantas menggali tanah di tempat yang ditentukan Kepala Desa. Tenaganya
yang sangat sangat besar mulai tercipta. Sementara Kebo Iwa terus menggali, warga desa
lantas mengumpulkan batu-batu kapur di dekat tempat Kebo Iwa sedang menggali tanah.
Mengetahui warga desa mengumpulkan batu kapur, Kebo Iwa merasa keheranan. “Untuk
apa kalian mengumpulkan batu kapur sebanyak itu?” tanyanya.
“Setelah engkau selesai membuat sumur besar, kami akan membangunkan rumah
untukmu. Rumah yang besar lagi sangat indah.” jawab Kepala Desa. “Rumah untukmu
yang sangat besar itu tentu membutuhkan batu kapur yang sangat banyak, bukan?”
Kebo Iwa sangat gembira mendengar jawaban Kepala Desa. Ia makin bersemangat
menggali tanah. Berhari-hari ia bekerja keras. Semakin bergulirnya waktu semakin besar
lagi dalam sumur yang dibuat Kebo Iwa. Air mulai memancar keluar hingga terciptalah
sebuah kolam besar. Namun, Kepala Desa terus saja memintanya menggali tanah. Kebo
Iwa menurut karena terus dijanjikan akan mendapatkan makanan yang sangat banyak dan
juga dibuatkan rumah yang sangat besar. Lubang di tanah kian membesar lagi semakin
dalam. Air yang memancar keluar juga semakin banyak.
Kebo Iwa terus bekerja hingga ia kelelahan dan juga kelaparan. Ia meminta waktu untuk
beristirahat. “Mana makanan untukku?” teriak Kebo Iwa kemudian.
Warga desa berdatangan membawa makanan untuk Kebo Iwa. Kebo Iwa sangat gembira
mendapati makanan dalam jumlah yang sangat banyak itu. Ia makan dengan amat lahap.
la terus makan hingga perutnya kekenyangan. Setelah perutnya kekenyangan, Kebo Iwa
mengantuk. Sebentar kemudian ia telah tertidur dengan mendengkur. Suara
dengkurannya sangat keras.
Setelah mendapati Kebo Iwa telah tertidur, Kepala Desa lantas memerintahkan segenap
warga untuk melemparkan batu kapur ke dalam lubang galian yang dibuat Kebo Iwa.
Beramai- ramai warga memasukkan batu-batu kapur, sama sekali tanpa disadari Kebo Iwa
yang masih terlelap dalam tidurnya.
Air semakin banyak memancar dari dalam tanah dan batu kapur pun semakin banyak
dimasukkan warga ke dalam lubang galian. Akibatnya hidung Kebo Iwa menjadi
tersumbat. Kebo Iwa tersedak dan terbangun. Namun, terlambat baginya. Air makin deras
memancar dan batu-batu kapur terus dilemparkan ke dalam lubang galian besar yang
dibuatnya. Meski mempunyai tenaga yang sangat kuat, Kebo Iwa tidak berdaya pada
akhirnya. Kebo Iwa akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di dalam lubang galian
besar yang dibuatnya sendiri.
Air terus memancar hingga meluap dan membanjiri desa tempat tinggal Kebo Iwa. Desa-
desa di sekitar desa itu pun turut terbanjiri. Sebuah danau yang besar akhirnya tercipta.
Danau itu disebut Danau Batur. Timbunan tanah yang di sekitar danau itu kemudian
berubah menjadi gunung dan disebut Gunung Batur.
Sumber : Legenda Kebo Iwa dan Asal Usul Danau Batur - Histori
JAKA SEGER DAN RARA ANTENG
Jaka Seger dan Rara Anteng adalah sebuah legenda yang beredar di kalangan
masyarakat Jawa Timur, Indonesia. Legenda yang mengisahkan tentang percintaan
antara Jaka Seger dan Rara Anteng ini menerangkan tentang asal-usul Gunung Brahma
(Bromo) dan Gunung Batok, serta asal-usul nama suku Tengger, yaitu sebuah suku yang
tinggal di sekitar Gunung Bromo. Bagi suku Tengger, Gunung Bromo merupakan gunung
yang suci. Itulah sebabnya, setiap setahun sekali, yaitu setiap bulan Purnama pada bulan
ke-10 tahun Saka, mereka melaksanakan upacara yang dikenal dengan Yadnya Kasada.
Konon, keberadaan upacara tersebut juga diyakini berasal dari cerita Jaka Seger dan Rara
Anteng ini. Berikut kisahnya.
Alkisah, di sebuah rumah sederhana di lereng Gunung Bromo, seorang laki-laki setengah
baya sedang duduk menunggu istrinya yang akan melahirkan anak kedua mereka. Laki-
laki itu adalah Raja Majapahit yang meninggalkan negerinya dan membuat sebuah dusun
di lereng Gunung Bromo bersama beberapa orang pengikutnya karena kalah berperang
melawan putranya sendiri. Wajah laki-laki itu tampak begitu pucat dan hatinya diselimuti
perasaan cemas melihat istrinya terus merintih menahan rasa sakit.
Saat tengah malam, buah hati yang mereka nanti-nantikan pun lahir ke dunia. Namun
anehnya, bayi yang berjenis kelamin perempuan itu tidak menangis seperti halnya bayi-
bayi pada umumnya.
“Dinda! Bayi kita seorang perempuan,” kata mantan Raja Majapahit itu.
“Tapi Kanda, kenapa Dinda tidak mendengar suara tangis putri kita?” tanya permaisurinya
yang masih terbaring lemas.
“Jangan khawatir, Dinda! Putri kita lahir dengan normal dan sehat. Lihatlah, wajah putri
kita tampak bersinar! Dia bagaikan seorang titisan dewa,” ujar mantan Raja Majapahit itu
sambil menimang-nimang bayinya yang mungil di depan istrinya.
Pasangan suami-istri itu tampak begitu bahagia mendapat anak. Mereka pun memberi
nama bayi itu Rara Anteng, yang berarti seorang perempuan yang diam atau tenang.
Pada saat yang hampir bersamaan, di tempat lain yang tidak jauh dari rumah Anteng
dilahirkan, juga lahir seorang bayi laki-laki dari pasangan suami-istri pendeta. Suara tangis
bayi yang baru lahir itu sangat keras sehingga memecah kesunyian malam di lereng
Gunung Bromo itu. Bayi itu tampak sehat dan montok. Oleh kedua orang tuanya, bayi itu
diberi nama Jaka Seger, yang berarti seorang laki-laki yang berbadan segar.
Waktu terus berlalu. Kedua bayi itu pun tumbuh menjadi dewasa. Jaka Seger tumbuh
menjadi pemuda yang gagah dan tampan, sedangkan Rara Anteng tumbuh menjadi gadis
yang cantik nan rupawan. Berita tentang kecantikan Rara Anteng pun tersebar hingga ke
mana-mana dan menjadi pujaan setiap pemuda. Sudah banyak pemuda yang datang
meminangnya, namun tak satu pun yang diterimanya. Rupanya, putri mantan Raja
Majapahit itu telah menjalin hubungan kasih dengan Jaka Seger dan cintanya tidak akan
berpaling kepada orang lain.
Pada suatu hari, kabar tentang kencantikan Rara Anteng juga sampai ke telinga sesosok
raksasa yang tinggal di hutan di sekitar lereng Gunung Bromo. Raksasa yang menyerupai
badak itu bernama Kyai Bima. Ia sangat sakti dan kejam. Begitu mendengar kabar tersebut,
Kyai Bima pun segera datang meminang Rara Anteng. Jika keinginannya tidak dituruti,
maka ia akan membinasakan dusun itu dan seluruh isinya. Hal itulah yang membuat Rara
Anteng dan keluarganya kebingungan untuk menolak pinangannya. Sementara Jaka Seger
pun tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak mampu menandingi kesaktian raksasa itu.
Setelah sejenak berpikir keras, akhirnya Rara Anteng menemukan sebuah cara untuk
menolak pinangan Kyai Bima secara halus. Dia akan mengajukan satu persyaratan yang
kira-kira tidak sanggup dipenuhi oleh raksasa itu.
“Baiklah, Kyai Bima! Aku akan menerima pinanganmu, tapi kamu harus memenuhi satu
syarat,” ujar Rara Anteng.
“Apakah syarat itu! Cepat katakan!” seru Kyai Bima dengan nada membentak.
Mendengar seruan itu, Rara Anteng menjadi gugup. Namun, ia berusaha tetap bersikap
tenang untuk menghilangkan rasa gugupnya.
“Buatkan aku danau di atas Gunung Bromo itu! Jika kamu sanggup menyelesaikannya
dalam waktu semalam, aku akan menerima pinanganmu,” ujar Rara Anteng.
Dengan penuh percaya diri dan kesaktian yang dimilikinya, Kyai Bima menyanggupi
persyaratan itu dan menganggap bahwa persyaratan itu sangatlah mudah baginya.
“Hanya itukah permintaanmu, wahai Rara Anteng?” tanya raksasa itu dengan nada
angkuh.
“Iya, hanya itu. Tapi ingat, danau itu harus selesai sebelum ayam berkokok!” seru Rara
Anteng mengingatkan raksasa itu.
Mendengar jawaban Rara Anteng, raksasa itu tertawa terbahak-bahak, lalu bergegas pergi
ke puncak Gunung Bromo. Setibanya di sana, ia pun mulai mengeruk tanah dengan
menggunakan batok (tempurung) kelapa yang sangat besar. Hanya beberapa kali kerukan,
ia telah berhasil membuat lubang besar. Ia terus mengeruk tanah di atas gunung itu tanpa
mengenal lelah.
Rara Anteng pun mulai cemas. Ketika hari menjelang pagi, pembuatan danau itu hampir
selesai, tinggal beberapa kali kerukan lagi.
“Aduh, mampuslah aku!” ucap Rara Anteng cemas, “raksasa itu benar-benar sakti. Apa
yang harus kulakukan untuk menghentikan pekerjaannya?”
Mengetahui tanda-tanda datangnya waktu pagi tersebut, Kyai Bima tersentak kaget dan
segera menghentikan pekerjaannya membuat danau yang sudah hampir selesai itu.
“Sial!” seru raksasa itu dengan kesal, “rupanya sudah pagi. Aku gagal mempersunting Rara
Anteng.”
Sebelum Kyai Bima meninggalkan puncak Gunung Bromo, tempurung kelapa yang masih
dipegangnya segera dilemparkan. Konon, tempurung kelapa itu jatuh tertelungkup dan
kemudian menjelma menjadi sebuah gunung yang dinamakan Gunung Batok. Jalan yang
dilalui raksasa itu menjadi sebuah sungai dan hingga kini masih terlihat di hutan pasir
Gunung Batok. Sementara danau yang belum selesai dibuatnya itu menjelma menjadi
sebuah kawah yang juga masih dapat disaksikan di kawasan Gunung Bromo.
Betapa senangnya hati Rara Anteng dan keluarganya melihat raksasa itu pergi. Tak berapa
lama kemudian, Rara Anteng pun menikah dengan Jaka Seger. Setelah itu, Jaka Seger dan
Rara Anteng membuka desa baru yang diberi nama Tengger. Nama desa itu diambil dari
gabungan akhiran nama Anteng (Teng) dan Seger (Ger). Mereka pun hidup berbahagia.
“Dinda, sudah bertahun-tahun kita menikah, namun belum juga dikaruniai anak. Padahal
kita sudah mencoba berbagai jenis obat,” keluh Jaka Seger kepada istrinya.
“Sabarlah, Kanda! Sebaiknya jangan terlalu cepat berputus asa. Kita serahkan saja semua
kepada Tuhan Yang Mahakuasa,” bujuk Rara Anteng.
Baru saja istrinya selesai berucap, tiba-tiba Jaka Seger mengucapkan ikrar, “Jika Tuhan
mengaruniai kita 25 anak, aku berjanji akan mempersembahkan seorang di antara mereka
untuk sesajen di kawah Gunung Bromo.”
Begitu Jaka Seger selesai mengucapkan ikrar itu, tiba-tiba api muncul dari dalam tanah di
kawah Gunung Bromo. Hal itu sebagai pertanda bahwa doa Jaka Seger didengar oleh
Tuhan Yang Mahakuasa. Tak berapa lama kemudian, Rara Anteng pun diketahui sedang
mengandung. Alangkah bahagianya hati Jaka Seger mendengar kabar baik itu. Sembilan
bulan kemudian, buah hati yang telah lama mereka nanti-nantikan pun lahir ke dunia.
Kebahagiannya pun semakin sempurna ketika mengetahui bahwa istrinya melahirkan
anak kembar. Setahun kemudian, Rara Anteng melahirkan lagi anak kembar. Begitulah
seterusnya, setiap tahun Rara Anteng melahirkan anak kembar, ada kembar dua dan ada
pula kembar tiga, hingga akhirnya anak mereka berjumlah dua puluh lima orang.
“Terima kasih, Tuhan! Engkau telah mengabulkan doa hamba!” ucap Jaka Seger.
Jaka Seger bersama istrinya merawat dan membesarkan kedua puluh lima anak tersebut
hingga tumbuh menjadi dewasa. Jaka Seger sangat menyayangi semua anaknya, terutama
putra bungsunya yang bernama Dewa Kusuma. Karena terlena dalam kebahagiaan, ia lupa
janjinya kepada Tuhan. Suatu malam, Tuhan pun menegurnya melalui mimpi.
“Mana janjimu, wahai Jaka Seger! Serahkanlah salah seorang putramu ke kawah Gunung
Bromo!” seru suara itu dalam mimpi Jaka Seger.
“Ya, Tuhan! Aku telah lupa pada janjiku,” ucap Jaka Seger, “Aduh, bagaimana ini? Siapa di
antara putra-putriku yang harus kupersembahkan, padahal aku sangat menyayangi
mereka semua?”
“Ampun, Ayah! Ananda tidak mau menjadi persembahan di kawah itu. Ananda tidak mau
mati muda,” sahut anak sulungnya keberatan.
“Dengarlah, wahai putra-putriku! Jika Ayahanda tidak menunaikan nazar ini, maka desa
ini dan seluruh isinya akan binasa,” jelas Jaka Seger.
“Ampun, Ayah! Jika itu memang sudah menjadi nazar Ayah, Ananda bersedia untuk
dijadikan persembahan di kawah Gunung Bromo,” kata Dewa Kusuma.
Jaka Seger tersentak kaget. Ia tidak pernah mengira sebelumnya jika putra bungsunyalah
yang mempunyai keberanian dan kerelaan untuk dijadikan persembahan.
“Apakah kamu yakin dengan ucapanmu itu, hai Dewa Kusuma?” tanya ayahnya.
“Iya, Ayah! Ananda rela berkorban demi menyelamatkan dusun ini dan seluruh isinya,”
jawab Dewa Kusuma, “tapi, Ananda mempunyai satu permintaan.”
Dewa Kusuma pun menyampaikan permintaannya kepada Ayah, Ibu, dan saudara-
saudaranya agar dirinya diceburkan ke dalam kawah itu pada tanggal 14 bulan Kasada
(penanggalan Jawa). Ia juga meminta agar setiap tahun pada bulan dan tanggal tersebut
diberi sesajen berupa hasil bumi dan ternak yang dihasilkan oleh ke-24 saudaranya.
Permintaan Dewa Kusuma pun diterima oleh seluruh anggota keluarganya.
Pada tanggal 14 bulan Kasada, Dewa Kusuma pun diceburkan ke kawah Gunung Bromo
dengan diiringi isak tangis oleh seluruh keluarganya. Nazar Jaka Seger pun terlaksana
sehingga dusun itu atau kini dikenal Desa Tengger terhindar dari bencana.
***
Demikian cerita Jaka Seger dan Rara Anteng dari daerah Jawa Timur. Hingga kini, kawah
yang memiliki garis tengah lebih kurang 800 meter (utara-selatan) dan 600 meter (timur-
barat) ini telah menjadi obyek wisata menarik di kawasan Gunung Bromo. Untuk
mengenang dan menghormati pesan Dewa Kusuma, masyarakat suku Tengger
melaksanakan upacara persembahan sesaji ke kawah Gunung Bromo yang dikenal dengan
istilah upacara Yadnya Kasada. Upacara yang juga merupakan daya tarik wisata ini
dilaksanakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama, yaitu sekitar
tanggal 14 – 15 di bulan Kasada (kepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Pesen moral yang terkandung dalam cerita di atas adalah sifat rela berkorban demi
kebahagiaan kedua orang tua dan demi keselamatan masyarakat umum. Sifat ini
tergambar pada sifat dan perilaku Dewa Kusuma yang rela mengorbankan nyawanya demi
menyelamatkan keluarga dan seluruh penduduk Desa Tengger dari kebinasaan.
Sumber : Legenda Jaka Seger dan Rara Anteng - Cerita Rakyat Jawa Timur (histori.id)
Bottom of Form