Hai…… kita bertemu lagi di tentir patologi anatomi. Kali ini bakal ngebahas banyak tentang “penyakit” yang
dialami oleh sistem muskuloskeletal.
Pertama kita bahas sedikit tentang tulang dulu. Tulang merupakan jaringan ikat yang termineralisasi. Tulang
itu sendiri terdiri dari matriks organis da anorganik.
Organik (35%)
Sel tulang: osteoblas, osteosit, osteoklas, prekursor osteoklas
Osteoid (protein)
Anorganik (65%)
Kalsium hidroksi apatit Ca10(PO4)6(OH)2
Tulang merupakan organ yang “dinamis” dimana setiap saat terjadi proses remodeling, yaitu proses
pembentukan dan perombakan. Proses ini diatur oleh faktor-faktor yang berupa
Faktor remodeling
Interaksi antara Osteoblas dan Osteoklas
Sirkulasi: Vit. D, Hormon Paratiroid
Faktor Lokal
RANK (Receptor Activator for Nuclear Factor-kB)
RANK-L (ligan)
OPG (Osteoprotegrin)
Proses Remodeling
Osteoklas berasal dari stem cell yang sama dengan stem cell yang
memproduksi makrofag. Reseptor RANK yang terdapat pada prekursor
osteoklas akan berikatan dengan RANK-L yang diekspresikan oleh
osteoblas & sel storma. Bersama dengan macrophage colony-
stimulating factor (M-CSF), interaksi antara RANK-RANKL
menyebabkan diferensiasi prekursor osteoklas menjadi osteoklas. Sel
stroma juga memproduksi Osteoprotegrin (OPG), yang berperan
sebagai “decoy receptor” untuk RANK-L, mencegah terjadinya
interaksi antara RANK-RANKL. Sehingga OPG mencegah resorpsi
tulang dengan menghambat diferensiasi osteoklas.
PENYAKIT KONGINETAL
1. Osteogenesis Imperfecta
OI, yang dikenal dengan “brittle bone disease”, merupakan penyakit genetic dimana terjadi gangguan
sintesis kolagen tipe I (Mutasi rantai α1/α2). Penyakit ini akan bermanifestasi di kulit, sendi, gigi dan
mata.
Tulang akan tumbuh kecil dan mudah patah
Tipe
Tipe 1 Risiko fraktur masa anak, Blue sclerae, Gangguan pendengaran, Gigi kecil
2. Achondroplasia
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh mutasi titik pada fibroblast growth factor receptor 3
(FGFR3), sehingga terjadi hiperaktivasi pada gen tersebut.
FGFR3 berfungsi untuk menghambat (inhibisi) proliferasi & fungsi kondrosit di growth / epiphyseal
plate.
Pengaktifan FGFR3 secara terus-menerus akan menghambat proliferasi normal tulang rawan pada
lempeng pertumbuhan (epiphyseal plate).
Autosomal dominan/spontan
Gangguan ini teradi di tulang ossifikasi enchondral, dimana terjadi hipoplasia kartilago growth plate
Manifestasi Klinis
Perawakan pendek Penonjolan os frontalis,
Ekstremitas proksimal pendek, Hipoplasia wajah tengah,
Kaki bengkok, Thoraks kecil
3. Osteopetrosis
"Bone-that-is-like-stone“ (Gangguan resorpsi tulang/osteoklas)
Gangguan pembentukan/diferensiasi osteoklas
Tulang padat, keras seperti batu, rapuh (risiko fraktur)
Autosom dominan (ringan)/autosom resesif (letal)
Palsy nervus kranialis, rentan infeksi
DEGENERATIF
Osteoporosis
• Massa tulang berkurang
• Lokal/generalisata
• Penyebabnya ada Primer/sekunder
• Fraktur Patologis = Risiko fraktur pada bagian anggota tubuh (Vertebra thorax & lumbal& femur =
daerah yang mengandung banyak tulang cancellous [trabekula-trabekula] )
Jadi, pada wanita yang menopause kekurangan hormon estrogen menyebabkan peningakatn produksi
Interleukin 1 (IL-1), IL-6, dan faktor nekrosis tumor (TNF) oleh monosit dan sumsung tulang lainnya.
Sitokin – sitokin ini meningkatkan penyerapan tulang terutama dengan meningkatnya jumlah prekursor
osteoklas disumsum tulang. Estrogen mempengaruhi diffrensiasi osteoklas melalui jalur reseptor RANK.
Estrogen merangsang pembentukan OPG(osteoprotegrin) sehingga menghambat pembentukan
osteoklas; estrogen juga menumpulkan responsivitas prekursor osteoklas terhadap ligan RANK ;
peningkatan kadar IL-1 dan TNF (ditemukan pada defisiensi estrogen) merangsang pembentukan ligan
RANK dan macrophage colony-stimulating factor, keduanya meningkatkan pembentukan osteoklas.
Defisiensi estrogen juga menyebabkan penurunan aktivitas osteoblastik sehingga pembentukan tulang
baru juga menurun.
Jadi, berkurangnya tulangpada defisiensi estrogen dapat disebabkan oleh kombinasi peningkatan
resorpsi tulang dan penurunan pembentukan tulang.
Tulang
• Penipisan Korteks
• Pelebaran kanal Havers
• Trabekula menipis, keterkaitan berkurang
Hiperparatiroidisme
• ↑ Aktivasi osteoklas (resorpsi, mobiliasi Ca)
• ↑ Resorpsi Ca tubulus ginjal
• ↑ Ekskresi fosfat urin
• ↑ Sintesis Vit D ginjal
• Perubahan rangka, risiko fraktur, deformitas, gangguan sendi
• Penurunan korteks dan trabekula, resorpsi subperiosteum
• Peningkatan osteoklas, pelebaran kanal Havers
PTH itu sangat penting untuk metabolisme kalsium. Efek PTH (Paratiroid Hormon) sbb :
Mengaktifkan osteoklas, disertai peningkatan resorpsi tulang dan mobilisasi kalsium. Efek ini
diperantarai secara tidak langsung oleh peningkatan pembentuka ligan RANK oleh osteoblas.
Meningkatkan resorpsi kalsium ditubulus ginjal
Meningkatkan sintesis vit.D aktif, 1,24=(oH)2-D, oleh ginjal yg pada gilirannya meningkatkan
penyerapan kalsium dari usus dan juga memobilisasi dari tulang dgn menginduksi ligan RANK
FRAKTUR
Proses Remodelling
1. Dimulai dari proses pembekuan darah. Bekuan darah digantikan oleh jaringan ikat yang diawali dengan
proliferasi sel mesenkim dan adanya sel-sel radang yang bertugas mebersihkan.
2. Terbentuklah jaringan fibrosa dan kartilago.
3. Mulai lah dihasilkan matriks tulang rawan dan terbentuk benjolan yaitu callus. Disini tulang masih
rapuh.
4. Mulai terbentuk matriks tulang dan penulangan baru. Seiring berjalannya waktu tulang akan lurus
ke/mbali tergantung supresor dari lingkungan.
Osteonecrosis
Adalah bagian tulang yang tidak sempat mendapat aliran pembuluh darah sehingga berubah menjadi jaringan
mati. Bisa juga disebabkan oleh adanya sumbatan pembuluh darah. Ciri-cirinya adalah adanya lakuna kosong
(tidak ada sel-sel osteosit), nekrosis lemak dan kalsium. Biasanya penderita akan merasa nyeri berkepanjangan
saat aktivitas.
Penyebabnya adalah:
• Pasca fraktur (gangguan vaskuler)
• Obat steroid
• Penyakit tromboemboli
• Penyakit vaskuler primer
• Sickle cell
Proses Terjadinya:
1. Bakteri masuk melalui arteri nutricia ke foramen nutricium di tulang
2. Kemudian menyebar dari medulla ke korteks dan menyebabkan terjadinya inflamasi sehingga
terbentuk pus
3. Dan pada akhirnya kuman-kuman menembus keluar hingga ke kulit. Sehingga tulangnya jadi
tampak bolong.
Jinak
Osteoma Tulang wajah, tengkorak 40-50 Pertumbuhan eksofitik melekat
ke permukaan tulang. Secara
histologis mirip dengan tulang
normal.
Osteoid osteoma Metafisis pada femur dan 10-20 Tumor korteks, ditandai
tibia dengan nyeri. Secara
histologis, trbakula tulang
anyaman yang salung jalin.
osteoblastoma Column vertebral 10-20 Muncul dalam vertebral
transversus, dan proc.
Spinosus. Secara histogis,
mirip dengan osteoid osteoma.
Ganas
Primary Metafisis pada distal femur, 10-20 Tumbuh keluar, mengangkat
osteosarkoma proximal tibia, dan humerus periosteum dan tumbuh ke
dalam menuju rongga
medularis. Secara mikroskpis,
sel ganas membentuk osteoid,
juga ditemukan tulang rawan
Secondary Femur, humerus, pelvis >40 Komplikasi dari penyakit
osteosarkoma polystotic paget. Secara
histologis mirip dengan
primary osteosarcoma
Tumor Tulang Rawan (Kartilago)
Osteokondroma Metafisis pada tulang 10-30 Pertumbuhan tulang lengan
tubular panjang lapisan tulang rawan, mungkin
soliter, atau multipel dan
diturunkan.
enchondroma Tulang keci, pada tangan 30-50 Tumor tunggal berbatas tegas
dan kaki mirip dengan tulang rawan
normal; timbul didalam rongga
medularis tulang; jarang
multipel dan herediter.
Ganas
kondrosarkoma Tulang bahu, pelvis, femur 40-60 Muncul didalam rongga
proximal, tulang rusuk medularis. Secara
mikroskopik, anaplastic atau
mirip tulang rawan yang
berdiferensiasi baik.
Lain-lain
Tumor giant cell Epifisis pada tulang panjang 20-40 Lesi lititk yang mengerosi
(biasanya jinak) korteks. Secara mikroskopik
mengandung sel raksasa mirip-
osteoklas dan sel mononukleus
bulat hingga lonjong. Umunya
jinak.
Ewing sarkoma Diafisis dan metafisis 10-20 Timbul di rongga medullaris.
Secara mikroskopik, lembaran-
lembaran sel bulat kecil yang
mengandung glikogen;
Neoplasma agresif.
*dilihat lagi ya di ppt nya. Semangaat semua isi ditabel ini aku ambil di ppt kuliah dan buku patologi
robbins.1
Pembahasan
1. Ostoid Osteoma (jinak)
Biasanya ada benjolan pada tulang (femur). Kadar oseoblas dan osteoklas banyak. Osteoklas (di
lacuna howship, fungsi : resorpsi matriks tulang), osteoblast (ditepi tepi). Secara histologis tumor ini
sulit dibedakan dengan osteoblastoma. Osteoid osteoma muncul paling sering di femur proksimal dan
tibia selama decade dua-tiga kehidupan. Tumor ini lebih sering muncul pada laki-laki dengan rasio 2:1.
Berdasarkan definisi, tumor berukuran <2cm. nyeri lokal merupakan keluhan yang hampir
universal dan biasanya dapat diatasi dengan aspirin. Morfologisnya : secara radiologi, neoplasma
bermanifestasi sebagai lesi berbatas tegas, yang biasanya mengenai korteks, jarang hingga ke medularis
tulang. Stroma di antara tuberkula terdiri atas jaringan ikat vaskular longgar dan bukan elemen sum-sum
tulang. Serta mengandung sel raksasa (giant cell) dalam jumlah yang bervariasi.
hayoo masih inget gak dengan histonya. Jadi pokoknya osteoblast itu letaknya ditepi tepi. Kalau dari
penampakkan ini, bentuk bulat, warna ungu tua. Osteoklas, dia terletak di lacuna howship, ya jadi liat
aja bentuknya bulat terus dia kayak berkumpul pada 1 kantung. Terlihat satu kantung yang punya inti
banyak. Silahkan diamati ya
2. Osteosarcoma
Osteosarcoma adala neoplasma mesenkim ganas yang sel neoplastiknya menghasilkan oseoid.
Tumor yang menyumbang 20% dari tumor primer tulang. Disebabkan oleh mutasi gen RB (60-70%),
mutasi TP53. Cycling, CDK, inhibitor kinase. Umunya metafisis pada tulang panjang. Tumor ini dapat
merusak korteks membentuk jaringan lunak. Tumor menyebar ke sum-sum tulang, lempeng epifisis,
rongga sendi, pembuluh darah (nekrosis). Serta memiliki penampakkan, nucleus sel tumor
hiperkromatik, giant cell, mitosis, tulang ermineralisasi/ idak termineralisasi (osteoid).
Masnifestasi klinik, massa yang terus membesar, sering nyeri, mungkin menimbulkan perhatian,
karena fraktur pada tulang yang terkena
Gambar 1 . osteosarcoma yang berasal dari region metafisis. Tumor telah tumbuh menembus korteks
dan mengangkat periosteum. Gambar 2. Fotomikrograf oseosarkoma. Sel mesenkim pleomorfik dan
bermitosis aktif tampak menghasilkan osteoid yang berwarna gelap (meghasilkan kalsifikasi) adalah
suatu gambaran esensial unuk tumor ini.1
3. Osteokondroma
Proliferasi jinak yang terdiri atas tulang matur dan lapisan penutup tulang rawan. Tumor ini
cukup sering ditemukan, membentuk sekitar sepertiga dari semua umor jinak ditulang. Tumor ini lebih
mencerminkan malformasi daripada neoplasma sejati. Tumor cenderung berhenti, ketika pertumbuhan
tulang selesai (makanya biasa terkena pada orang yang muda 10-30 tahun). Mutasi inactive gen
EXT1/EX2. EXT berupa glikositransferase (polimerasi heparin sulfat kartilago. Autosom dominan. Di
metafisis dekat growth plae tulang endokondral. Tumor biasanya timbul dari metafisis dekat lempeng
pertumbuhan tulang tubular panjang, dan bermanifestasi sebagai tonjolan tulang beralas lebar yang
melekat erat dikorteks tulang didekatnya.
4. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma adalah neoplasma ganas yang berisi sel mesenkim yang menghasilkan suatu
mastriks kartilaginosa. Usia pasien biasanya >40 tahun. Ditandai dengan massa membesar , nyeri.
Biasanya terkena di pelvis, bahu dan iga. Kartilago. Massa di sum-sum tulang, erosi korteks. Pada
kartilago hialin dan miksoid.
*teman teman jangan lupa baca buku robbins ya, itu udah lengkap, dan dr in’am juga ngambil dari buku
itu semua mengenai patologinya. Semoga tentir ini bermanfaa. Semua pembahasan tentir bagian ini,
adalah murni dari ppt, rekaman suara, dan buku patologi robbins
ARTRITIS
Osteoarthritis
Morfologi
Pembesaran dan disorganisasi kondrosit di bagian superficial tulang rawan sendi.
Fibrilasi (pemisahan) di permukaan sendi.
Sebagian tulang rawan sendi akhirnya mengalami erosi total, dan permukaan tulang subkondral yang
terpajan menjadi tebal dan berkilap seperti gading (eburnation).
Potongan tulang rawan dan tulang sering terlepas dan membentuk “joint mice” yang mengapung bebas di
rongga sendi.
Cairan sinovium mungkin bocor melalui defek di tulang rawan dan tulang dibawahnya untuk membentuk
kista di dalam tulang.
Tulang trabekular di bawahnya mengalami sklerosis sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan di
permukaan.
Proliferasi tulang tambahan terjadi di tepi sendi sehingga membentuk tonjolan tulang yang disebut osteofit.
Gambaran Klinis
Kaku sendi dan nyeri tumpul yang dalam, terutama pada pagi hari.
Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan yang saling bergesekan, sering terdengar pada
kasus yang berat.
Biasanya sendi agak membengkak, dan mungkin terbentuk efusi ringan.
Dapat terjadi deformitas sendi yang signifikan
Rheumatoid Artritis
Penyakit autoimun sistemik dan peradangan kronik yang mempengaruhi jaringan tetapi pada prinsipnya
menyerang sendi.
Menyebabkan terjadinya proliferasi sinovitis yang non supuratif yang sering merusak tulang rawan
artikular dan tulang dibawahnya.
Patogenesis (Cukup tau jak, ndak tau pun kayaknya ndk ap-ap)
RA adalah penyakit autoimun yang melibatkan kompleks, dan masih kurang dimengerti, interaksi faktor
resiko genetic, lingkungan dan system imun. Perubahan patologis disebabkan oleh mediator inflamasi sitokin,
dengan CD4+ sel T sebagai sumber utama sitokin. Banyak pasien juga memproduksi antibody melawan cyclic
citrullinated peptides (CCPs), yang dapat berkontribusi pada lesi sendi. CCPs merupakan turunan protein
dimana sisa/residu arginin diubah menjadi sisa/residu citrulline secara post translasi. Pada RA, antibody sampai
citrullinated fibrinogen, kolagen tipe II, α-enolase, dan vimentin merupakan faktor terpenting dan dapat
membentuk kompleks imun yang menumpuk di sendi. Antibodi ini merupakan petunjuk diagnostic untuk
penyakit ini dan dapat berkaitan dengan jejas jaringan.
Sama seperti penyakit autoimun lainnya, RA merupakan kelainan dimana faktor genetic dan faktor
lingkungan memberikan kontribusi terhadap kerusakan toleransi antigen diri (self-antigens).
Faktor genetic : diperkirakan 50% dari resiko RA berhubungan dengan faktor genetic. Kerentanan
terhadap RA dihubungkan dengan lokus HLA-DRB1.Ada hubungan kuat dengan polimorfisme di gen
PTPN22, yang mengkode tirosin fosfat yang mengendalikan aktivasi sel T inhibitor.
Faktor lingkungan: Banyak agen infeksius yang antigennya dapat mengaktifkan sel B/sel T, tetapi tidak
ada satu pun yang diyakini terlibat. Setidaknya pada 70% pasien, darahnya mengandung antibody anti-
CCP, yang mungkin dihasilkan pada saat inflamasi. Inflamasi dan gangguan lingkungan seperti merokok
dan infeksi dapat memicu citrullination dari beberapa protein, yang menghasilkan serangkaian gejala
baru yang memicu reaksi autoimun.
Diyakini bahwa penyakit yang dipicu oleh faktor predisposisi genetic pada seseorang dengan aktivasi sel
T pembantu CD4+ berespon ke beberapa agen arthritogenic, kemungkinan microbial ,atau antigen diri seperti
CCP. CD4+, TH1 dan TH17, mengaktifkan limfosit B, sel plasma, dan makrofag, dan sel inflamasi lainnya
ditemukan pada synovial yang mengalami inflamasi,dan pada kasus yang berat, dapat terlihat folikel limfoid
yang terbentuk dengan bagus dengan inti germinal di cairan synovial. Sitokin yang dihasilkan oleh aktivasi sel
T merekrut leukosit seperti makrofag, yang produknya dapat merusak jaringan, dan juga mengaktifkan sel
synovial residen untuk meghasilkan enzim proteolitik seperti kolagenase, yang memediasi destruksi kartilago,
ligament, dan tendon pada sendi. Peningkatan aktivitas osteoklas di sendi berkontribusi pada destruksi tulang
pada RA; ini dapat disebabkan oleh produksi sitokin keluarga TNF ligan RANK yang diaktivasi oleh sel T.
TNF memainkan peran penting yang ditandai dengan efektivitas TNF antagonis pada pasien RA.
Dicurigai dari berbagai penelitian dan observasi klinis bahwa antibody juga memainkan peran yang
penting dalam penyakit ini. Sekitar 80% pasien memiliki serum IgM autoantibody yang berikatan dengan
bagian Fc dari tubuh sendiri (own self). Autoantibody ini yang disebut faktor rheumatoid. Mereka mungkin
membentuk kompleks imun dengan IgG yang bertumpuk di sendi dan jaringan lain, yang berujung pada
inflamasi dan kerusakan jaringan.
Terdapat 2 variasi dalam RA, (1) adanya anti-CCP dan faktor rheumatoid dan (2) kurangnya
autoantibody.
Morfologi
RA umumnya bermanifestasi sebagai arthritis simetris, umumnya mengenai sendi kecil pada tangan dan
kaki, pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, siku dan bahu
Yang paling sering terkena adalah interphalang proksimal dan metacarpophalangeal , tetapi sendi
interphalang distal tidak terkena.
Sendi yang terkena menunjukkan sinovitis kapiler kronis (Chronic papillary synovitis), dengan
karakteristik :
hyperplasia sel synovial dan proliferasi;
infiltrasi sel inflamasi perivaskular (dense perivascular inflammatory cell infiltrates)-> sering
membentuk folikel limfoid di sinoviumyang terdiri dari sel T CD4+, sel plasma, dan makrofag ;
peningkatan vaskuler karena angiogenesis
neutrofil dan agregat dari fibrin pada permukaan synovial dan rongga sendi
peningkatan akitivitas osteoklas dibawah jaringan tulang, yang berakhir pada penetrasi synovial dan
erosi tulang periartikular.
Penampakan klasik yaitu pannus, terbentuk dari proliferasi barisan sel synovial yang bercampur dengan sel
inflamasi, jaringan granulasi, dan jaringan ikat fibrosa; pertumbuhan berlebihan dari jaringan ini sangat
banyak sampai membrane synovial yang awalnya tipis dan halus menjadi lebat, edema, berbentuk seperti
daun pakis.
Perbedaan rheumatoid arthritis dan osteoarthritis
Gout
Gangguan yang disebabkan oleh penimbunan asam urat, suatu produk akhir metabolism purin, dalam
jumlah berlebihan di jaringan
Penyakit ini ditandai dengan serangan rekuren arthritis akut, kadang-kadang disertai pembentukan agregat-
agregat Kristal besar yang disebut tofi, dan deformitas sendi kronis
Semua ini terjadi akibat pengendapan Kristal monoatrium urat dari cairan tubuh superjenuh dalam jaringan
Tabel klasifikasi Gout
Gambaran Klinis
Gout lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan biasanya tidak menimbulkan gejala
sebelum usia 30 tahun. Dalam evolusi gout, terdapat empat stadium :
Hiperurisemia asimtomatik
Arthritis gout akut
Gout “intercritical”
Gout tofus kronis.
PATOLOGI ANATOMI
GANGGUAN PADA OTOT
Gangguan Otot
b. Lambert-eaton syndrome
Gangguan ini disebabkan oleh
autoantibodi juga, bedanya sama myasthenia
gravis kalo gangguan ini antibodinya memblok
kanal Ca yang ada di presinaps, karena kanal
Ca nya diblok, otomatis Ca terhambat masuk
ke presinaps sehingga asetilkolin yang
dikeluarkan menjadi minimal, kontraksi sedikit,
sehingga mengakibatkan kelemahan otot.
Bedanya lagi sama myasthenia gravis, kalo
sindrom lambert-eaton ini makin si penderita
bergerak maka ototnya akan semakin kuat,
karena kanal Ca hanya diblok bukan
dihancurkan. Sindroma lambert-eaton
berhubungan dengan adanya paraneoplastik.
Terapinya yaitu dengan plasmaperesis dan
imunosupresan.
2. Penyakit bawaan
a. Duchene muscular dystrophy (DMD)
Gangguan ini disebabkan karena kegagalan pembentukan distrofin, dimana distrofin
ini berfungsi sebagai penyambung antara rangka otot dan protein otot. Kegagalan
distrofin ini karena adanya mutasi gen distrofin di kromosom X lengan pendek. Muncul
pada usia 5 tahun sehingga pada saat remaja mengalami kelumpuhan bahkan bisa
menyebabkan kematian, karena kelemahan di otot pernapasannya sehingga sulit
bernapas. Selain itu juga kematian bisa disebabkan gagal jantung karena kerusakan
otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat akibat adanya respon inflamasi yang
mengaktifkan kerja fibroblas
Normal