Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK


DENGAN ANEMIA

DISUSUN OLEH :
ADELIA RAHMADIANY (201440101)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Erna Netty Rosyida, S.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. DEFINISI
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
(Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia adalah keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah di
bawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu. Anemia berarti defisiensi kadar
hemoglobin dalam sel darah merah yang dapat disebabkan oleh kehilangan sel darah
merah yang berlebihan atau pembentukan sel darah merah yang lambat (Kowalak
dkk, 2003).

B. ETIOLOGI
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan
tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk
jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara
umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah
yang berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan,
penyakit kronis dan kekurangan zat besi.

C. PATOFISIOLOGI
Anemia gizi besi terjadi ketika pasokan zat besi tidak mencukupi untuk
pembentukan sel darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk
berukuran lebih kecil (mikrositik), warna lebih muda (hipokromik). Simpanan besi
dalam tubuh termasuk besi plasma akan habis terpakai lalu konsentrasi transferin
serum mengikat besi untuk transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang

2
kurang akan menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin
yang di bawah normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian
tubuh juga berada di bawah kondisi normal (Irianto, 2014).

D. PATHWAY

Defisiensi B12, asam folat, besi



Kegagalan produksi SDM oleh sum sum tulang

Destruksi SDM berlebih

Hb berkurang

Anemia

Sindrom anemia sindrom anemia leukosit rendah


↓ ↓ ↓
Sistem kekebalan
tubuh menurun
Kadar hb rendah anoreksia
↓ ↓

Kompartemen sel pengantar lemas, cepat lelah mudah terinfeksi
Oksigenasi/zat nutrisi ke sel
↓ ↓ ↓

Gangguan Intoleransi Resiko infeksi


perfusi perifer aktivitas

Sumber: http://www.scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia

3
E. KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat. Anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi
karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung
yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan
aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price
&Wilson, 2006).

F. PENATALAKSAN
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat,
vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah (Kemenkes RI,
2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016 tatalaksana anemia ada 3
yakni,
1. Pemberian Zat besi oral
2. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
3. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya resiko
gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah yang diberikan
adalah PRC dengan tetesan lambat.

4
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan,
pusing.
c. Riwayat kesehatan dahulu
1. Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
2. Adanya riwayat trauma, perdarahan
3. Adanya riwayat demam tinggi.
4. Adanya riwayat penyakit ISPA.
d. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis,
takikardi dan penurunan kesadaran.
e. Riwayat keluarga
1. Riwayat anemia dalam keluarga.
2. Riwayat penyakit – prnyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma,
penyakit – penyakit insfeksi saluran pernafasan.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2. Kesadaran : Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran
apatis, somnolen, spoor, coma.
g. Tanda – tanda vital
TD : tekanan darah menurun ( N : 90 – 110 / 60 – 70 mmHg)
N : frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah ( N : 60 – 100 x/i)
S : bias meningkat atau menurun (36,5 – 37,2C) RR: meningkat (anak N : 20–30 x/i ).
h. TB dan BB
i. Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan dibawah
kulit.
j. Kepala

5
Biasanya bentuk dalam batas normal
k. Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat
perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada
kelainan.
l. Hidung
Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman
biasanya tidak ada kelainan.
m. Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
n. Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah – pecah atau
perdarahan.
o. Leher
Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih membesar, tidak ada
distensi vena jugularis.
p. Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang
meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias veskuler atau ronchi, wheezing,. Frekuensi
nafas neonates 40 – 60 x/I, anak 20 – 30 x/i irama jantung tidak teratur, frekuensi
pada anak 60 – 100 x/i.
q. Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias dibawah normal
bias juga meningkat.
r. Genetalia
Laki – laki, testis sudah turun kedalam skrotum
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora.
s. Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin.
t. Anus
Keadaana anus, posisinya, anus +
u. Neurologis
Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis – seperti babinski tanda
kerniq – dan brunzinski 1 – 11 = -

6
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat

C. INTERVENSI
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin

Tujuan : Tidak terjadi perfusi perifer tidak efektif


Kriteria Hasil :
a. Denyut nadi perifer meningkat
b. Warna kulit pucat menurun
c. Keluhan otot menurun
Intervensi :
Obervasi :
a. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas
Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah secara teratur

7
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : toleransi aktivitas meningkat
Kriteria Hasil :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat
c. Keluhan lelah menurun
d. Dispnea saat aktivitas menurun
Intervensi :

Observasi :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor pola dan jam tidur
c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat


Tujuan : tingkat infeksi menurun
Kriteria Hasil :
a. Kebersihan tangan meingkat
b. Kebersihan badan meningkat
c. Demam menurun
Intervensi :
Observasi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

8
Terapeutik :
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
a. Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
b. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

9
DAFTAR PUSTAKA

Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013. KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika

Arisman . 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

DepKes RI., 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS).
Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta

Doenges Marlyn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Mansjoer, Arif (2001) Kapita selekta kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius. FKUI

Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI

Nurarif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : EGC Boedihartono.


1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta

Perry , A.G dan Potter, P.A. (1993) fundamental of nursing : consept, process, and practice.

Price, Sylvia A (1994) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, Jakarta, EGC.

Saifuddin. 2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC

Smeltzer. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung
Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : Bangkit

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Waluyo, dkk. Editor Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
( Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book

10

Anda mungkin juga menyukai