Anda di halaman 1dari 3

MEYAKINKAN DIRI UNTUK SELALU BERSIKAP OPTIMIS DENGAN HADITS NABI

Oleh: Ahmad Fathin

Dalam kehidupan sehar-hari, tak jarang kita meninggalkan sikap optimis. Padahal optimis
adalah sikap yang harus selalu diterapkan oleh umat manusia, terutama kita sebagai umat
muslim. Dengan bersikap optimis, secara tidak langsung kita meyakini kekuasaan Allah SWT.
terhadap sesuatu. Kita harus selalu percaya diri bahwa Allah SWT. akan memberikan yang
terbaik untuk kita. Dengan kata lain, kita harus selalu memiliki sikap optimisme.

Optimisme jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki makna paham
(keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan. Juga dapat diartikan
sebagai sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme merupakan adopsi
kata dalam bahasa Inggris yang kemudian dijadikan bahasa Indonesia. Asal kata optimisme
adalah optimism yang berarti harapan baik, atau optimistic yang memiliki makna berharap baik.

Berbeda dengan asal katanya, optimisme dalam bahasa Arab sering disebut dengan at-
tafa’ul atau al-fa’lu. seperti yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud
dalam kitabnya Sunan Abu Daud nomor 3.415 sebagai berikut:

ُ‫الصالِ ُح الْ َكلِ َمةُ احْلَ َسنَة‬


َّ ‫الصالِ ُح َوالْ َفْأ ُل‬
َّ ‫اَل َع ْد َوى َواَل ِطَيَرةَ َويُ ْع ِجبُيِن الْ َفْأ ُل‬

Artinya: “Tidak ada ‘adwa dan tidak ada thiyarah, aku tertarik dengan Al-Fa’l
(optimisme) yang baik, dan optimisme yang baik adalah perkataan yang baik”.
(H.R. Abu Daud, No. 3.415)

Melihat dari hadits diatas, optimisme atau dalam bahasa Arabnya yaitu Al-Fa’lu memiliki
makna perkataan yang baik. Dengan demikian, perkataan yang baik merupakan suatu sikap
optimisme yang diajarkan oleh Rasulullah. Kenapa perkataan baik?, karena dengan awalnya
perkataan kita yang baik, maka prasangkaan kita juga akan ikut baik. Dengan awal perkataan
baik, maka dalam diri kita akan timbul sikap optimisme.

Jika kita hubungkan dengan kehidupan kita saat ini, pandemi covid-19 yang telah
merebak ke Indonesia sejak akhir tahun 2019 lalu, juga dapat kita jadikan sebagai pelajaran
untuk bersikap optimis. Dengan adanya wabah corona ini, semua sektor kehidupan di dunia
terganggu, tak terkecuali dalam keluarga kita. Pengahasilanyang dulunya sebelum pandemi
menyerang, didak ada permasalahan dalam hal keuangan. Ketika pandemi muncul, penghadilan
kita pun berkurang.

Selain itu, yang biasanya kita dapat belajar bersama teman-teman, bertatap muka dengan
guru dan dosen. Akibat adanya wabah virus corona ini, semua bermasalah. Kita tidak bisa
bertemu dengan teman-teman, tidak dapat menggali ilmu dari guru dan dosen secara langsung,
bahkan kita kemana-mana diharuskan untuk mengenakan masker. Kita juga dibatasi dalam
beraktivitas di luar rumah, dan lebih parahnya, salaman pun dilarang akibat wabah ini.

Namun, semua dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk selalu bersikap optimis.
Caranya adalah dengan perkataan yang baik seperti dalam hadits riwayat Imam Abu Daud di
atas. Dengan diawali perkataan yang baik, selanjutnya kita yakinkan kepada diri kita bahwa
takdir Allah pasti akan berakhir baik. Selagi kita sebagai hambanya selalu berprasangka baik
kepada-Nya. Dalam hadits telah disebutkan:

‫ َأنَا ِعْن َد ظَ ِّن َعْب ِد ْي ْيِب‬:‫ َي ُق ْو ُل اهلل َت َعلَى‬:‫صلَّى اهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ُّ ‫قَ َال النَّيِب‬

Artinya: “Nabi SAW bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku sesuai dengan persangkaan
hamba-Ku terhadap-Ku”.

Dengan penjelasan hadits tersebut, dapat kisa simpulkan bahwa kita harus selalu ,
memiliki prasangka yang baik terhadap Allah. Sebab seperti yang telah dijelaskan dalam hadits
di atas bahwa “Allah sesuai dengan prasangkaan hamba-Nya kepada Nya”. Maka, sudah jelas
bagi kita untuk selalu berprasangka baik terhadap Allah, salah satunya yaitu dengan bersikap
optimis dalam segala hal.

Melalui sikap optimisme, kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik kepada Allah.
Karena tidak ada sikap optimisme tetapi kita berprasangka bahwa Allah tidak akan mengabulkan
do’a kita, itu bukan sikap optimisme namanya. Jika kita optimis, maka kita juga sudah pasti
berprasangka yang baik kepada Allah. Kita optimis bahwa usaha dan do’a kita akan dibalas oleh
Allah dengan balasan yang baik.
Sikap optimis akan lebih baik dapaknya dari pada selalu bersikap pesimis. Seperti halnya
pada masa anak-anak yang tidak pernah memikirkan masalah. Yang ada dalam fikiran mereka
adalah bagaimana caranya bisa bahagia, yaitu dengan bermain dan bermain. Kita juga dapat
mengambil pelajaran dari sikap tersebut. Yakni dengan cara selalu optimis bahwa selalu ada
jalan dalam setiap permasalahan.

Kesimpulannya adalah, selalu tanamkan dalam diri kita untuk selalu memiliki sikap
optimisme. Optimis dalam segala hal, baik itu ketika mendapat kebahagiaan ataupun kesedihan.
Karena dengan sikap optimis, kita dapat hidup dengan lebih bahagia. Hadits di atas juga dapat
kita jadikan motivasi untuk selalu bersikap optimis, yakni Allah akan memberikan suatu
kebahagiaan asalhkan kita selalu berprasangka baik kepada-Nya, yakni dengan cara bersikap
optimis.

Dengan bersikap optimis, diharapkan segala yang telah kita usahakan, akan dipermudah
jalannya oleh Allah. Walaupun hasil yang kita dapatkan belum sesuai dengan keinginan, kita
tetap harus bersikap optimis. Selalu bersikap optimis dalam segala hal dan keadaan, dengan
harapan kita mendapatkan apa yang kita inginkan dengan jalan kerja keras tanpa mengenal putus
asa. Karena Allah sesuai dengan prasangkaan hamba-Nya kepada-Nya.

Anda mungkin juga menyukai