Anda di halaman 1dari 12

KEDOKTERAN ISLAM

LAPORAN KEDOKTERAN ISLAM


SIKAP OPTIMIS

KELOMPOK 6:
HASLINDA BAHARUDDIN
10542048913
DINDA FUADILA AL-HUMAIRAH
10542060515
SYAHRIANTI SAREA
10542064415

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia,
termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan
beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta
orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

di Indonesia berdasarkan data WHO tahun 2012, angka bunuh diri 4,3 per 100 ribu orang Pada
tahun-tahun sebelumnya, angkanya hanya sekitar 1,6 per 100 ribu orang . Sumber utama kasus
bunuh diri ini tidaklah lain adalah depresi, tidak menerima kenyataan
hidup, mudah stres, dan tekanan ekonomi. Padahal Allah swt. memberikan segala sesuatu kepada
hambanya adalah baik, walaupun menurut kacamata manusia ia membencinya. Karena belum
tentu yang dibenci manusia itu buruk baginya dan sebaliknya yang disukai manusia belum tentu
baik baginya.

Putus asa adalah sikap tercela dan dibenci Allah. Allah swt. memberikan cobaan sesuai
dengan kemampuan manusia10 dan sabda Rasulullah saw. tentang keadaan seorang mukmin
yang menakjubkan dalam menghadapi kesulitan hidup.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal kamulah
orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”(Q.S âli-‘Imrân/3: 139)

Optimisme

Optimisme dalam bahasa inggris optimism (harapan baik), optimistic yang artinya berharap
baik. Dalam kamus bahasa Arab, optimisme sering disebut al-tafâul . Makna al-tafâul sebagai
“Dhid-du al-tasyaËam” (lawan dari pesimis). Optimis lawan dari pesimis, seperti dalam bahasa
Indonesia.

Optimis adalah orang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal. Menurut Segerestrom optimisme adalah cara berpikir yang positif dan
realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik
dari keadaan terburuk. Lopez dan Snyder berpendapat optimisme adalah suatu harapan yang ada
pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan. Jadi, optimisme ialah
keyakinan yang ada dalam diri seseorang bahwa segala hal yang terjadi adalah baik, selalu
berharap, berpikir positif, dan tindakan yang positif.

Al-Qur`an memandang optimisme sebagai faktor penting dalam menggerakkan roda kehidupan
umat manusia menuju kebaikan dan kebahagiaan sejati.Contohnya, surat Yunus (ayat 6-7)24
menjelaskan bahwa harapan terhadap masa depan di dunia dan akhirat menyebabkan manusia
berperilaku baik, dan harapan itulah yang memperbaharui dan memperbaiki kualitas perilakunya.
Al-Qur`an memandang sikap optimis terhadap masa depan berkaitan erat dengan Sunnatullah.
Sikap optimistis memang sangat dibutuhkan. Sebab, hidup di dunia hanya mengenal dua keadaan,
yaitu susah dan senang. Keduanya silih berganti mengisi hari-hari kita dalam hidup ini. Dua
keadaan ini akan menjadi batu ujian bagi setiap manusia. Lulus atau tidak, bergantung pada
bagaimana menyikapinya.

Dalam kondisi senang, optimistis bukanlah sesuatu yang berat. Namun, dalam situasi sulit,
terkadang tidak mudah menghadirkannya. Sebab, yang selalu terbayang adalah hal-hal yang buruk.
Padahal, untuk bisa lulus dan bangkit dari keterpurukan, modalnya adalah optimistis.

Itulah sebabnya Rasulullah begitu gigih dalam menanamkan nilai yang satu ini. Dalam salah satu
hadis, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Tidak ada perasaan buruk dan kesialan, dan yang
lebih baik dari itu adalah rasa optimistis." Maka ditanyakanlah kepada beliau, "Apa yang dimaksud
dengan rasa optimistis?" Beliau bersabda, "Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah
seorang dari kalian." (HR Ahmad).

Dasar Sikap Optimisme

Setiap manusia, baik lingkungan keluarga, masyarakat dan negara bahkan secara umum dalam
tujuan hidup di dunia tentunya memiliki sebuah pegangan, landasan, dan dasar. Begitu juga, Allah
menciptakan semua makhluknya dengan penuh aturan dan penciptaan langit serta bumi ada aturan
dan ketentuan-Nya. Apalagi manusia harus teratur dalam mencapai cita-citanya dan teratur dalam
menghadapi masalah. Adapun hal yang menjadi dasar dalam bersikap optimis adalah sebagai
berikut:

a. Keyakinan dalam Hati


Keyakinan erat dengan keimanan, adapun orang-orang yang berputus asa adalah mereka
yang lemah keimanannya dan lemah jiwanya. Iman yang kuat akan memberikan kekuataan
batin bagi seseorang untuk menatap masa depan. Seseorang yang memiliki iman yang kuat
memiliki pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan. Iman bukan sekedar pesan yang
c diteriakkan, juga bukan sekedar pemanis bibir, melainkan keyakinan yang terpancang
kuat dalam lubuk hati, pengetahuan yang memenuhi akal pikiran, serta ajaran yang dianut
orang-orang yang beriman. Iman semacam ini merupakan buah kesungguhan, kerja keras,
memberi khusyuk, dan akhlak baik. Individu atau masyarakat yang hidup tanpa agama dan
iman bagaikan anai-anai yang ditiup angin, sangat rapuh, lemah, kehilangan tujuan hidup,
terasing, mudah terombang-ambing ke sana kemari, selalu diliputi kecemasan yang tidak
jelas akhirnya, senantiasa dicekam kebingungan, serta tidak memahami hakikat diri dan
rahasia keberadaan wujudnya. Iman merupakan pendorong, penggerak, pembangun, dan
pemercepat alamiah bagi umat Islam untuk bekerja keras dan meraih prestasi yang
gemilang.
Keyakinan disini bisa dipahami sebagai niatan dalam hati, yang berarti bila seseorang
melakukan sesuatu diiringi dengan niat yang sungguh-sungguh maka akan berhasil.
Keyakinan membuktikan bahwa dalam melakukan suatu hal dengan optimis, keyakinan
atau niatan merupakan salah satu landasan yang penting demi kesuksesan yang akan
dicapai. Keyakinan merupakan landasan dalam berusaha yang muncul dari hati yang dalam
dan keyakinan merupakan penyangga keimanan.
b. Berpikiran Positif
Pikir menurut kamus umum bahasa Indonesia merupakan akal budi, ingatan, angan-angan,
kata dalam hati, kira, dan sangka. Berpikir adalah gejala kejiwaan yang dapat menetapkan
hubungan-hubungan antara pengetahuan yang ada. Berpikir yang diberi tambahan kata
positif, dapat diartikan bukan sekedar berpikir yang menggunakan akal, tetapi lebih
memerankan perasaan, salah satunya adalah prasangka. Pikiran akan menjadi suatu
kekuatan mental apabila pikiran itu positif, tidak dikotori beragam nafsu dan angan-angan
yang negatif. Dr. Maulana Wahiduddin Khan menjelaskan, orang akan benar-benar mampu
membentuk kekuatan dalam dirinya bila ia terbebas dari segala ikatan keakuan, itulah saat
seseorang mencapai tingkat berpikir dimana semua pertimbangan dangkal telah
disingkirkan. Ketika itu pula semua akal pikiran dan sikap tidak dinodai praduga,
kemarahan, rakus, kebencian, haus kekuasaan, keangkuhan, mendahulukan kepentingan
pribadi, dan berbagai nafsu dasar lainnya. Zhan berasal dari bahasa Arab yang berarti
sangkaan, dugaan, syak, selain istilah ini masih ada kata lain yang bermakna mirip, yaitu
syakk yang berarti bimbang dan ragu, dan wahm yang berarti sangkaan ringan, dugaan,
dan angan-angan. Zhan berarti sangkaan kuat dalam suatu hal, syakk berarti sangkaannya
hampir sama beratnya di antara kiri dan kanan, sedangkan wahm berarti sangkaannya
lemah. Jika diprosentasikan maka zhan itu berkisar 75%, syak berkisar 50%,
dan wahm berkisar 25%.30 Zhan adalah sesuatu yang terbeti di dalam pikiran yang ada
kemungkinan benar dan ada kemungkinan salah, namun hal ini dijadikan alasan untuk
menghukum dan dijadikan pegangan. Allah swt. melarang prasangka buruk dalam Q.S. al-
Hujurat/49:12.Prasangka dihasilkan dari perbuatan dan perkataan seseorang, maksud
prasangka disini adalah tuduhan, dan larangan

Ciri-ciri sikap optimis

Berikut ini adalah 5 ciri – ciri orang yang optimis :

1. Mampu menghentikan dan menahan pikiran negative


Ciri – ciri orang yang optimis pertama adalah mampu menahan dan juga menghentikan
pemikiran negatif. Pemikiran negatif adalah salah satu penghambat untuk menjadi orang
yang optimis, karena optimis adalah salah satu bentuk pemikiran yang positif. Karena itu,
hentikan segala pemikiran dan emosi negatif anda, sehingga anda bisa menjadi orang yang
lebih positif dan juga optimis.
2. Selalu merasa gembira dan bersyukur meskipun berada pada situasi sulit
Saat – saat yang sulit dan juga susah pasti akan datang menghampiri anda bagaimanapun
caranya, kapanpun dan dimanapun. Orang – orang yang optimis akan menghadapi situasi
seperti itu dengan cara yang benar, yaitu selalu merasa gembira dan selalu bersyukur atas
apapun yang sudah diperoleh. Hindari mengeluh ketika berada dalam situasi sulit, dan
selalu utamakan rasa syukur dan juga gembira saat menghadapi segala macam situasi,
terutama yang sulit dan juga tidak menguntungkan anda.
3. Selalu yakin bahwa kesempatan terbuka lebar
Ciri orang optimis lainnya adalah selalu merasa yakin bahwa ada banyak kesempatan yang
akan terbuka lebar untuknya. Mereka selalu yakin bahwa apa yang terjadi sekarang adalah
sebuah pintu gerbang untuk kesempatan baru lainnya yang lebih besar dan terbuka lebar
untuk mereka. Segala hal yang dihadapkan atau mereka hadapi adalah sebuah kesempatan
baik yang harus mereka ambil dan mereka jalani.
4. Sering memberikan motivasi dan mendorong orang lain untuk berbuat sesuatu yang baik
dan positif
Hal lainnya yang menarik dari ciri – ciri orang yang optimis adalah seringkali memberikan
motivasi dan dorongan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan juga
positif. Motivator bisa jadi merupakan salah satu profesi yang sangat cocok untuk orang –
orang yang optimis. Orang yang optimis mampu memberikan dorongan, dan juga aura
semangat yang positif bagi siapapun yang berada di sekitarnya, sehingga tentu saja akan
sangat cocok untuk membangkitkan semangat dan juga harapan orang lain.
5. Mampu menerima hal yang sudah tidak bisa dirubah lagi
Banyak hal di dunia ini yang sulit, bahkan tidak bisa dirubah sama sekali. Nasib misalnya.
Ketika anda mengalami suatu nasib sial, maka masa lalu itu sudah tidak akan pernah bisa
dirubah lagi. Yang ada hanyalah masa kini dan juga masa depan. Nah, mereka yang
memiliki ciri – ciri optimis, biasanya akan mudah untuk menerima hal yang sudah tidak
bisa dirubah lagi, dan fokus pada apa yang akan dilakukan selanjutnya. Masa lalu biarlah
berlalu dan tidak perlu diratapi, ditangisi, bahkan disesali. Terima hal itu apa adanya, dan
tatap masa sekarang dan masa depan yang bisa dirubah,
Upaya Menumbuhkan Optimisme Menurut Islam

Salah satu metode menumbuhkan sikap positif adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah
Swt melalui dzikir. Dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram dan jiwa pun lebih
terkendali dan manusia berlindung dan memohon kepada kekuatan yang tidak terbatas yaitu Allah
Swt yang akan memberi ketenangan dan kedamaian bagi jiwa manusia. Surat al-Hasyr (59)ayat 23
mengungkapkan:

"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang
Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa,
Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."

Optimis akan memberikan motivasi positif bagi kehidupan manusia. Jika manusia menempatkan
dirinya sebagai orang yang positif, maka ia juga akan mampu mengembangkan seluruh potensinya,
dan keluar dari segala bentuk keterbatasan yang menghalangi, sehingga manusia akan bisa
menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesamanya dan lingkungannya.Sumber kekuatan
positif dalam diri adalah harga diri. Manusia yang semakin menjaga kehormatan dirinya, maka ia
akan semakin baik dalam memunculkan dan menebarkan aspek positifnya kepada orang lain.
Karena harga diri merupakan poros utama kekuatan mental. Semakin tinggi harga diri seorang
manusia, maka optimisme terhadap masa depanpun semakin meningkat. Dengan bersikap optimis
seorang muslim lebih bersikap bahagia, sebab dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan baik
cita-cita dunia atau akhirat. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih
sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Selain hal itu,
bahwasanya orang yang bersikap optimis akan mempunyai badan yang sehat dan lebih panjang
umur dari pada orang-orang yang bersikap pesimistis. Sebagai seorang muslim harus optimis
dalam menghadapi ujian atau cobaan, semua persoalan diserahkan kepada Allah disertai usaha
semaksimal mungkin, sebab hanya Allah tempat meminta dan tempat berlindung.bagi
makhlukNya. Orang Islam tidak punya kata pesimis dalam kamus hidupnya, sebab pedoman yang
telah dipegang teguh adalah Al-Qur`an dan al-Hadits. Pernahkah terpikir oleh kita bahwa segala
rintangan, kesulitan yang dihadapi menjadikan kita kian pakar dan bertambah pengalaman dalam
segala hal? Sungguh indah ayat cintaNya tentang sikap optimis yang harus ditanamkan dalam diri
kita,

Sebagai contoh, Rasulullah dan para sahabat yakin bisa merubah peradaban dengan peradaban
Islam, walaupun dengan berbagai kekurangan pada awalnya baik harta, pengikut, atau sarana yang
lain, tetapi dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang optimal, juga doa yang senantiasa
dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, Islam bisa memegang peradaban.

Untuk mewujudkan masa depan yang optimis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:

1. Berikhtiar.
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha
sebab pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Secara istilah, berusaha
dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu harapan dan
keinginan yang dicita-citakan, ikhtiyar juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh
sungguh yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia atau di
akhirat. Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain: Surat al-Jumu‘ah ayat 10
Artinya :
Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kalian di bumi, carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kalian beruntung‖.
H.R. al-Bukhary nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a yang artinya: “Sungguh, jika
sekiranya salah seorang diantara kalian membawa talinya, lalu ia kembali dengan
membawa seikat kayu di atas punggungnya, lalu dia jual sehingga Allah mencukupi
kebutuhannya (dengan hasil itu) adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada
manusia, baik mereka(yang diminta) memberi atau menolaknya.
2. Bentuk-bentuk Ikhtiar.
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar kelak dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan cita-cita.
b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya.
3. Dampak Positif Ikhtiar.
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku ikhtiar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari sikap malas.
b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang dilakukannya.
c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
e. Merasa batinnya puas sebab dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame manusia sebab sikapnya.
g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
4. Membiasakan Diri Berikhtiar.
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki oleh setiap muslim agar mampu menghadapi semua
godaan dan tantangan dengan kerja keras dan ikhtiar. Untuk itu hendaklah perhatikan
terlebih dahulu beberapa hal berikut :
a. Kuatkan iman kepada Allah SWT.
b. Hindari sikap pemalas.
c. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
d. Berdo‘a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu berikhtiar.
e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan waktu.
g. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan usahanya.
5. Bertawakal kepada Allah merupakan perintah yang banyak terdapat dalam AlQur‘an, di
samping perintah-perintah lainnya seperti bertaqwa, bersabar, beristiqomah, ikhlas dan
beribadah, ridho dalam menerima ketetapan Tuhan, berlaku adil, berjihad pada jalan-Nya,
berkurban dan lain-lain. Di antara perintahperintah yang terpokok dan terutama sekali
adalah perintah untuk beribadah kepada-Nya. Oleh sebab itulah maka tugas utama manusia
di dunia ini tidak lain beribadah kepada-Nya sebagai mana ditegaskan oleh-Nya dalam
Surat Al-Zariyat: (51) ayat 56:
Artinya: Tidak Aku jadikan jin dan manusia, kecuali hanya untuk menyembah kepada Ku.
6. Makna Tawakal. Tawakal artinya berserah diri dan berpegang teguh kepada allah. Dua
unsur utama tawakkal ini yaitu, pertama berserah diri dan kedua berpegang teguh. Kedua
duanya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dikatakan tawakal kalau
belum berserah diri secara ikhlas. Tidak dapat pula dikatakan tawakal kalau belum
berpegang kepada-Nya, belum kokoh atau belum bulat pada tingkat haqqul yakin kepada
kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kasih sayang-Nya
untuk mengatur segala sesuatu dengan sesempurna-sempurnanya. Menjaring dan
menjemput ‘keran rezeki' yang telah ditetapkan Allah SWT, adalah kewajiban seorang
muslim. Dalam menjemput rezeki, secara teknis kita akan berhadapan dengan zona rezeki
baik dan rezeki yang tidak baik, yang halal dan rezeki yang tidak halal. Hal itu sebagaimana
Allah kemukakan dalam Al-Qur`an surat al-Baqarah ayat 57 :
Artinya, "Makanlah makanan baik-baik yang Kami berikan kepadamu. Tetapi mereka
membuat kezaliman dalam diri mereka"
Ayat ini, secara tersirat menjelaskan, sesungguhnya rezeki yang disebar terdiri atas rezeki
baik dan rezeki yang tidak baik, dan kita diperintahkan untuk menjemput rezeki baik dan
dengan cara baik pula. Tergelincirnya seseorang menikmati rezeki yang tidak baik
disebabkan sebab faktor ketakutan, kegelisahan, dan tidak yakin pada jatah yang telah
ditetapkan Allah. Mereka takut miskin, padahal perasaan itu hanyalah bisikan setan.Setan
itu menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan dan menyuruh melakukan perbuatan yang
keji. Sesungguhnya Allah dalam Al-Qur`an telah bersumpah akan menjamin rezeki
makhluknya, sebagaimana firman Allah:
"Dan di langit terdapat rezekimu dan apa-apa yang dijanjikan kepadamu. Demi Tuhannya
langit dan bumi, sesungguhnya apa yang dijanjikan itu adalah benar, seumpama
perkataanmu." (QS. adz-Dzariyat: 22-23)
7. Tawakal dalam Menjemput rezeki. Kunci utama dalam menjemput rezeki yang halal adalah
ikhtiar dan tawakal. Sikap tawakal tidak identik dengan pasrah, apa adanya, atau malas.
Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan, tawakal adalah cabang iman kepada Allah SWT.,
yang menyerukan kepada penyerahan diri kepada Allah SWT., semata tanpa mengabaikan
sebab. Seiring dengan ungkapan itu, Abu Turab an-Nakhsyaby menjelaskan, tawakal
adalah gerakan untuk ubudiyah, menggantungkan hati kepada penanganan Allah,
ketenangan kepada qadha` dan qadar Allah SWT., kedamaian menerima kecukupan dari
Allah, bersyukur jika diberi dan bersabar jika ditahan. Tawakal adalah pancaran dari sikap
optimis yang dibuktikan dengan kekuatan do‘a dan kekuatan ikhtiar secara optimal.
Sehingga, tawakal adalah usaha yang dilakukan sepenuh hati dan dibuktikan dengan
kesungguhan secara fisik. Sikap tawakal seorang muslim bukan pada hasil tetapi pada
proses. Ketika seekor kuda diikat atau ditambatkan pada sebatang pohon agar tidak lepas
adalah sebuah proses tawakal. Toh, nanti ternyata setelah kuda diikat dengan kuat tetapi
tetap bisa kabur itu adalah semata-mata kehendak Allah SWT. Konsep tawakal yang
diajarkan Rasulullah mempunyai keutamaan yang sangat erat dengan pola hidup seorang
muslim di antaranya: Pertama, sikap tawakal sangat disukai Allah. Hal itu sebagaimana
tertulis dalam AlQur`an surat Ali-Imrn ayat 159, 27"Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkan ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kalian telah membulatkan tekad, maka tawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.". Kedua,
dengan sikap tawakal Allah akan mencukupkan keperluan kita. Hal itu sesuai dengan janji
Allah SWT dalam surat At-Thalaq ayat 3. Ketiga, sikap tawakal adalah bukti iman yang
benar. Firman Allah, "Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian
benar-benar orang yang beriman." Keempat, dengan tawakal Allah akan memudahkan
urusan rezeki kita. Rasulullah bersabda, "Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya, niscaya Ia akan memberi kalian rezeki, sebagaimana Ia memberi rezeki
kepada burung yang pergi dalam keadaan kosong perutnya dan kembali lagi dalam keadaan
kenyang."(HR. Tirmidzi). Beranjak dari keutamaan tawakal, maka dapat dipastikan dalam
setiap gerak langkah saat menjemput rezeki akan selalu lahir rasa optimis tinggi. Kondisi
ini sejalan dengan hakikat kedatangan rezeki, yakni dari mana mendapat rezeki dan
bagaimana membelanjakan rezeki itu. Soal banyak sedikit rezeki yang diperoleh bukan
masalah. Bukankah posisi kita dalam kaitan rezeki hanya sebagai pemegang amanah bukan
pemilik.

Begitu erat bahasan antara optimism dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, optimisme ini hendaknya
senantiasa mendiami jiwa manusia. Karena optimisme merupakan:Energi positif (dorongan),
Perlawanan, dan Sistem pendukung dalam kehidupan ini.

a. Energi positif (dorongan). Optimisme (harapan) dibutuhkan untuk mengeluarkan energi


positif dalam diri manusia sehingga manusia mau berusaha dan terdorong untuk bekerja demi
kehidupan hari esok yang bahagia atau sukses.

b. Perlawanan. Orang yang optimis punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan
masalah. Sebaliknya orang yang optimisnya rendah (pesimisme) biasanya punya perlawanan
yang lebih rendah, cenderung pasrah pada realita ketimbang memperjuangkannya.

c. Sistem pendukung. Optimisme berfungsi sebagai sistem pendukung. Apabila seseorang


menginginkan keberhasilan lalu berpikir berhasil, punya kemauan untuk berhasil, punya sikap
yang dibutuhkan untuk berhasil dan melakukan halhal yang dibutuhkan maka secara logika
seseorang tersebut akan menuai keberhasilan. Optimisme di sini tidak berfungsi sebagai tempat
bergantung, namun merupakan suatu metode. Yaitu metode untuk mengeluarkan energi positif
perjuangan sehingga manusia dapat mengatasi masalah secara positif sepositif harapan yang
ada.

Dunia adalah tempat ujian bagi manusia, sekaligus sebagai kesempatan untuk memperbanyak
keutamaan sebagai bekal di akhirat kelak. Manusia akan mendapatkan pahala atas perbuatan baik
yang dilakukannya, sebaliknya akan memperoleh hukuman atas tindakan buruknya. Al-Qur`an
memberikan perumpamaan yang sangat banyak tentang optimism terhadap masa depan. Dalam
surat Yusuf, ayat: 15-22, Al-Qur`an menceritakan kisah Nabi Yusuf as sebagai contoh orang yang
optimis dan sabar dalam menghadapi ujian. Diceritakan, Nabi Yusuf diceburkan ke dalam sumur
oleh saudara-saudaranya karena dengki. Namun akhirnya Yusuf berhasil selamat dari sumur itu
dengan optimisme dan ketakwaan kepada Allah. Sebaliknya kehinaanlah yang diterima saudara-
saudaranya. Kisah Nabi Yunus menjadi contoh lain bagaimana Al-Qur`an memberikan
perumpamaan yang baik mengenai orang-orang yang optimis. Ketika Nabi Yunus ditelan ikan hiu,
dia tidak menggantungkan diri kepada siapapun kecuali kepada Allah Swt. Dengan perasaan
optimis, beliau berdoa dan Allah pun mengabulkan doanya. Akhirnya Nabi Allah ini bisa keluar
dari perut ikan hiu. Optimis terhadap rahmat Ilahi merupakan sifat para Nabi dan aulia Allah.
Dalam surat al-Anbiya (21) ayat 88, Allah swt berfirman,

"Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman."

Al-Qur`an mengingatkan manusia terutama orang-orang yang beriman dan beramal saleh untuk
optimis dalam mengaruhi bahtera kehidupan. Sebab, Allah tidak pernah mengingkari janjiNya.
Dalam surat al-Fushilat (41) ayat 30 dan 31, Allah berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta."

Di bagian lain, Al-Qur`an dalam surat al Hijr ayat 56 menegaskan urgensi optimisme, :

"Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang
sesat".

Tentang pentingnya sikap optimis itu, surat az-Zumar (39) ayat 53 juga mengungkapkan,:

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Al-Qur`an menegaskan bahwa orang-orang muslim dilarang pesimis dan berputus asa dalam
kehidupannya. Karena sikap putus asa merupakan karakter orang kafir. Surat Yusuf ayat 87
mengabadikan seruan itu:

"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."

Kesehatan Tubuh Orang yang Memiliki Sikap Optimisme


Setiap manusia menginginkan kesehatan, baik sehat fisik dan rohani. Memiliki sikap optimis
membawa pengaruh bagi kesehatan yakni optimisme dapat membantu meningkatkan kesehatan
secara psikologis, memiliki perasaan yang baik, melakukan penyelesaian masalah dengan cara
yang logis sehingga hal ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Karya Mohammad Ali Toha
Assegaf dalam bukunya 365 Tips Sehat ala Rasulullah sejalan dengan penelitian orang Barat yang
menyatakan optimisme memiliki pengaruh terhadap kekebalan tubuh. Salah satu kunci sehat
adalah selalu berprasangka baik kepada Allah swt.. Prasangka baik kepada Allah swt. akan
membuahkan banyak kebaikan. Optimisme agar sembuh dari sakit merupakan bentuk prasangka
baik orang mukmin kepada Allah. Rasa harap akan menumbuhkan optimisme, sedangkan
optimisme akan menggairahkan hidup dan menyehatkan badan dengan menyeimbangkan gejolak
emosi sehingga semangat hidup terpelihara. Alquran mengingatkan kepada manusia beberapa kali
untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Optimisme baik bagi kesehatan dan kesejahteraan
dibandingkan dengan pesimisme. Ini bukan berarti bahwa pandangan optimis selalu
memperpanjang usia seseorang yang telah terkena penyakit serius, tim yang terdiri dari para
peneliti Australia yang mengikuti perkembangan 179 pasien penderita kanker paru-paru selama
delapan tahun menemukan bahwa optimisme tidak memiliki pengaruh apapun terhadap siapa yang
tetap hidup atau berapa lama mereka hidup.

Namun, dengan memiliki sikap optimis menghasilkan kesehatan yang baik dan bahkan
memperpanjang usia orang yang tidak memilki penyakit yang mengancam kehidupan. Sebaliknya,
gaya “meramalkan bencana” dari orang yang pesimis memiliki korelasi positif dengan kematian
dini. Orang yang optimis tidak menyangkal bahwa mereka memiliki masalah atau menghindari
berita buruk, sebaliknya mereka memandang masalah dan berita buruk sebagai kesulitan yang
dapat mereka atasi. Mereka memilki kesehatan yang lebih baik dibandingkan orang yang pesimis.
Karya yang mengubah pemikiran menjadi positif oleh Martin E. P. Seligman, dalam bukunya
Menginstal Optimisme, sikap optimisme memiliki kekebalan tubuh lebih bagus dari pada orang
yang memiliki sikap putus asa. Penelitian dan observasi yang dilakukan Chis bahwa orang-orang
yang pesimis dua kali lebih sering menderita penyakit dari pada orang-orang yang optimis.
Thomases menyatakan bahwa optimisme, depresi, dan putus harapan semuanya mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh terhubung dengan otak dan pernyataan pikiran,
seperti harapan yang memiliki hubungan dengan pernyataan pikiran dan mencerminkan psikologi
seseorang.

Otak dan sistem kekebalan tubuh70 terhubung tidak melalui saraf, tetapi melalui hormon, pengirim
zat kimiawi yang mengalir melalui darah dan dapat menyampaikan pernyataan emosional dari
bagian tubuh yang satu menuju bagian tubuh yang lain. Ketika seseorang mengalami depresi,
terjadi perubahan di otaknya. Fakta ini telah didokumentasikan dengan baik. Neurotransmitter,
yaitu hormon yang menyebarkan pesan dari satu saraf ke saraf lain sehingga bias habis.
Serangkaian transmitter yang disebut catecholamine habis selama depresi berlangsung. Dengan
rantai penghubung berupa peristiwa fisik apa yang memungkinkan sistem kekebalan tubuh peka
atas pesimisme, depresi, atau duka seseorang? Ternyata ketika catecholamine habis, zat kimiawi
lain yang disebut endorphin-morfin alami tubuh, meningkatkan aktivitasnya. Sel-sel pada sistem
kekebalan tubuh memiliki penerima yang merasakan tingkat endorphin. Ketika catecholamine
rendah, seperti yang dialami pada saat depresi, endorphin meningkat, sistem kekebalan tubuh
mendekteksi peningkatan ini kemudian melemahkan sistemnya sendiri. Sekitar sepuluh tahun yang
lalu, para peneliti asal Australia yang membentuk sebuah kelompok pelopor mengumpulkan 26
pria yang istrinya baru meninggal dunia karena cedera mematikan atau penyakit. Para peneliti ini
membujuk setiap pria untuk menyerahkan sampel darah dua kali, pertama satu minggu setelah
kematian istri mereka, dan kedua, lima minggu setelahnya. Dengan sampel darah yang diberikan,
para peneliti bisa mengamati sistem kekebalan tubuh selama berduka. Mereka menemukan bahwa
sistem kekebalan tubuh melemah selama berduka. Seiring berjalannya waktu, sistem kekebalan
tubuh mulai pulih. Semua bukti ini membuat jelas keadaan psikologi yang dapat mengubah
tanggapan system kekebalan tubuh. Kehilangan harapan, depresi, dan pesimisme dapat
menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Perasaan cemas, tertekan atau depresi, dan merasa
tidak berdaya, dapat memperlambat penyembuhan luka setelah operasi, sedangkan perasaan
optimis dan penuh harap dapat sangat mempercepat penyembuhan. Perasaan kesepian dan
kecemasan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan virus yang tidur
(dormant) dalam tubuh,seperti herpes. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad saw. bahwa beliau
menyukai optimisme, kuat seorang mukmin, dan positive thinking adalah karakter mukmin yang
tangguh. Rasulullah saw. Sudah memerintahkan kepada umat muslim untuk selalu optimisme
dalam menjalankan kehidupan di dunia ini dan selalu husnuzhan. Karena akan berdampak kepada
kesehatan rohani dan jasmani, diatas sudah dibahas panjang lebar bahwa seseorang yang memiliki
sikap optimis dan positive thinking akan mempengaruhi kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
masyarakat.html

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150911134959-20-78094/who-tiap-40-detik-satu-
orang-mati-bunuh-diri

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005.), Cet. 3, h. 801.

M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.),Cet. I, h. 96.

Martin E. Saligman, Menginstal Optimisme, h. 233-237..

Carole Wade dan Carol Tauris, Psikologi Edisi 9, h. 292

Abu Usamah Abdurrahman.2013. Berani dan Optimis Melalui Tawakal

Siti Hatifah Dzikri Nirwana.2014. Pemahaman Hadis Tentang Optimisme. Banjarmasin : Studia
Insania, 2014 Vol. 2, No. 2 hlm. 115-130

Zulkifli. Mewujudkan Generasi Optimis: Persfektif Islam. Proceeding International Seminar on


Education 2016 Faculty of Tarbiyah and Teacher Training IAIN Batusangkar

Aditya. Optimis Cermin Pribadi seorang Muslim. http://pks-sidoarjo.org/tausiyah-ketuadpd/optimis-


cermin-pribadi-seorang-muslim.htm.

http://www.psikoma.com/ciri-orang-yang-optimis/

Anda mungkin juga menyukai