OLEH :
NIM : P.1608102
AMBON
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P 1608102
Ditetapkan di : Ambon,
Pembimbing
Pada :
Tanggal :
Dewan Penguji :
(pembimbing)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………..I
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………II
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………….III
DAFTAR TABLE…………………………………………………………………………V
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………….VI
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………….VII
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengertian kognitif
2. Factor-faktor yang mempengaruhi kognitif ……………………………………………
3 Tahap-tahap perkembangan kognitif
4 Perkembangan kemampuan anak usia dini……………..............................................
A. Kerangka konsep…………………………………………………………………………..
B. Hipotesis………………………………………………………………………
C. Defenisi operasional………………………………………………………………
A. Desain penelitian……………………………………………………………………………
B. Waktu dan lokasi penelitian………………………………………..
C. Populasi…………………………………………………………………………………..
D. Sampel dan teknik pengambilan sampel …………………………
E. Instrument……………………………………………………………………………
F. Pengumpulan data……………………………………………………………
G. Analisa data……………………………………………………………………….
H. Etika penelitian ………………………………………………………………………….
I. Alur penelitian………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut UU NO 20 Tahun 2003, anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia
0-6 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang unik , karena terjadi bersamaan dengan golden age
(masa peka atau emas).
Usia dini merupakan periode perkembangan yang panjang dari masa kanan-kanak
sekitar usia 5 sampai 6 tahun. Namun periode ini merupakan prasekolah pada anak. Masa
kanak-kanak lebih cendrungnya belajar sambil bermain dan melatih kemandirian pada
diri anak. Karna dimasa ini anak lebih senang menghabiskan waktunya bermain. Bermain
ini merupakan proses tahap perkembangan untuk mencapai pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh anak itu sendiri.
Pada usia 4-6 tahun kemampuan anak dalam berpikir dan menemukan gagasan
ide yang memecahkan suatu masalah semakin berkembang,dilihat dari aktifitas anak
biasanya upaya pertama mencoret-coret, menggambar dan menulis mereka tidak peduli
dimana saja yang mereka inginkan dan senangi
Periode penting dalam tumbuh kembang anak ada masa balita, karena masa ini
merupakan periode pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, sehingga setiap kelainan atau penyimpanan sekecil
apapun akan mengurangi kualitas generasi penerus bangsa tersebut di kemudian hari .
proses pertumbuhan dan perkembangan anak secara alami yang dengan pola dan
karakteritis yang dapat di tentukan sebelumnya, untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan anak memiliki kebutuhan dasar yang terbagi tiga yaitu: Kebutuhan fisik
biomedis (ASUH), kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH) dan kebutuhan stimulasi
mental (ASAH).
Stimulasi merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan asah anak yang
berbentuk permainan menantang pikiran yang berguna untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Stimulasi harus
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara guru dan anak.
Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui program pendidikan anak usia dini (PAUD).
PAUD ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA atau bentuk lain yang
sederajat). Jalur non formal (kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan pendidikan
anak usia dini ( PAUD sejenis , jalur informal (pendidikan keluarga yang diselengarakan
oleh lingkungan). Stimulasi yang dilakukan ppada anak usia prasekolah berfungsi untuk
mengembang kemampuan-kemampuan umur sebelumnya dan diarahkan untuk kesiapan
bersekolah. Oleh karena itu pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup
maupun tingkat kesulitan dan dikelompokan dengan usia anak. Berbagai aspek yang
dapat dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini yaitu perkembangan kognitif.
Menurut Kartono 1990 dalam kodijah (2016;1999), Memori atau ingatan adalah
kemampuan mencamkan, menyimpan dan mereproduksi kembali hal-hal yang pernah di
ketahui. Seperti memperoleh informasi dari guru bermacam-macam makanan dan
minuman, kemudian anak mampu menyimpan informasi tersebut dalam benaknya dan
ketika guru bertanya anak mampu menyebutkan kembali bermacam-macam makanan dan
minuman.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dan seorang guru pada
kelompok anak paud, ada anak yang daya ingatnya harus ditingkatkan dalam
menyebutkan nama benda atau symbol sebagai perumpamaan ………… peningkatan
daya ingat ini melalui media yang menarik. Adapun cara untuk membantu mengingat
perkataan dan bacaan yaitu dengan mind mapping. Mind mapping atau peta pikiran dapat
dilakukan untuk mengatasi kurangnya ketertarikan anak dalam mengikuti pembelajaran.
Mind mapping berbentuk memancar keluar dari gambar pusat dengan menggunakan
garis, lambang, kata-kata, serta gambar yang sederhana dan akrab untuk anak. Informasi
yang panjang dan membosankan dapat diubah menjadi bentuk gambar berwarna-warni,
beraturan dan mudah diingat. Mind mapping juga salah satu media yang dapat digunakan
dalam mengenal warna gambar, dan melatih daya ingat anak usia dini.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh stimulasi permainan mind mapping terhadap fungsi
kognitif pada anak di desa ullath kecamatan saparua
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kemampuan kognitif anak menggunakan metode mind
mapping
b. Untuk mengetahui kemampuan anak sebelum menggunakan metode mind
mapping
c. Untuk mengetahui kemempuan anak sesudah menerapkan metode mind mapping
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Untuk mampu memberikan masukan pengetahuan tentang pentingnya media mind
mapping untuk peningkatan daya ingat anak usia dini
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan pengetahuan
metodologi penelitian dan sarana menerapkan langsung teori yang didapat dalam
pembelajaran yang nyata
b. Bagi guru
Penelitian diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran tentang kemampuan daya ingat anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MIND MAPPING
1. Pengertian mind mapping
Mind mapping atau peta pikiran diciptakan pertama kali oleh Buzan dari inggris,
seorang pakar pengembangan otak, kreativitas dan revolusi pendidikan. Menurut Buzan
dalam Adriantoni (2016:256) mind mapping adalah: cara mencatat yang kreaktif,
efektif,dan secara harafiah akan memetahkan pikiran-pikiran anak. Menurutnya juga
mind mapping atau peta pikiran adalah ekspresi radiant thingking yang merupakan fungsi
alami dari cara kerja pikiran manusia. peta pikiran ini merupakan ekspresi potensi
keluasan yang tidak terbatas dari otak manusia yang diterapkan dalam berbagai aspek
kehidupan dan melatih siswa dalam berpikir
Menurut Legowo dalam Adriantoni dan Nurdin (2016:257) mind mapping yaitu
cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak. Menurut Caroline Edwar
dalam Adriantoni dan Nurdin (2016:156) mind mapping adalah cara paling efektif dan
efisien untuk memasukan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak.
Menurut Adriantoni dan nurdin (2016:257) mind mapping juga merupakan teknik
mencatat yang dapat memetakan pikiran yang kreatif dan efektif serta memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak baik belahan otak kanan atau belahan otak kiri yang
terdapat didalam diri seseorang.
Mind Mapping merupakan salah satu model kreatif yang dapat diterapkan pada
anak-anak, mind mapping itu sendiri disesuaikan dengan salah satu karakteritis anak yang
lebih suka bermain dan bergembira. Teknik mencatat mind mapping, membuat anak
harus mencatat dan meringkas menggunakan kata kunci dan gambar
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat didalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, symbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi
yang diterima.
Tujuan dari mind mapping menurut De Porter & Hernaki menyatakan bahwa “peta pikiran
sangat baik untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal”. Pendapat Buzan juga mendukung
pendapat diatas yang menyatakan bahwa tujuan mind mapping adalah untuk membantu anak
belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, dan
mengelompokannya dengan cara yang alami, memberi anak akses yang mudah dan langsung
(ingatang yang sempurna) kepada apapun yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan mind mapping adalah untuk
membantu belajar menyusun, menyimpan, informasi dan mengelompokannya dengan cara yang
alami untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal yang diinginkan.
Adapun kelebihan dan kelemahan media gambar. Kelebihan media gambar menurut
Parwati (2013:4), menyatakan bahwa kelebihan dari media gambar selain kesederhanaannya,
mudah didapat, maupun dibuat namun sangat bermanfaat.
Kelemahan media gambar menurut Sudjana & Rivai (dalam Parwati, 2013:4)
menyatakan kelemahan gambar media misalnya menggunakan gambar yang terlalu kecil dan
tidak merata cara memperlihatkan gambar tersebut, sehingga siswa menjadi gaduh karena ingin
mendekat dan melihat gambar yang tidak bisa diamati dari tempat duduk masing-masing.
kelebihan media gambar adalah sangat mudah didapat, bersifat kongkret, dapat
menjelaskan suatu masalah, murah dan sangat bermanfaat sedangkan kelemahan media gambar
adalah sebagai media yang hanya menekankan persepsi indera mata dan ukurannya sangat
terbatas untuk kelompok besar sehingga kegiatan pembelajaran menjadi kurang efektif.
Penggunaan metode mind map akan membantu anak memperoleh aspirasi untuk
berimajinasi, bereksplorasi, menemukan hal-hal yang baru, mengekspresikan perasaan dan
berkreasi yang bisa memberikan rasa senang terhadap anak.
1) kertas,
2) pensil warna,
3) potongan gambar
4) lem,
4) mengenalkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan mind mapping,
5) selanjutnya anak melakukan kegiatan mind mapping secara individu sesuai dengan tema
dan subtema yang di sampaikan guru, dalam melakukan kegiatan mind mapping anak
mengelompokkan gambar-gambar sesuai dengan warna, ukuran, urutan, dan menempel
potongan gambar yang telah di kelompokkan ke dalam pola mind mapping yang
disediakan,
6) setelah anak dapat membuat mind mapping sesuai dengan klasifikasinya kumpulkan
menjadi sebuah portofolio,
7) selanjutnya anak-anak menyebutkan warna yang terdapat pada potongan gambar pola
mind mapping berdasarkan warna, menyebutkan nama potongan gambar pada pola mind
mapping berdasarkan ukuran dan menyebutkan jumlah dari potongan gambar yang
terdapat pada pola mind mapping berdasarkan urutan untuk melihat perkembangan
kognitif anak.
Buzan (2012: 16-20) menjelaskan ada tiga tahap dalam membuat Mind mapping sebagai
berikut. 1. Buatlah topik, sebagai contoh tema pada Mind mapping adalah rumahku, gunakan
kekuatan imajinasi dan asosiasi untuk membuat Mind mapping. Siapkan sebuah kertas dan pensil
warna. Di tengah kertas buatlah gambar atau tulis tema . 2. Gambarlah beberapa cabang tebal
yang memancar keluar dari gambar sentral. Gunakan warna yang berbeda untuk setiap cabang.
Cabang-cabang ini mewakili pikiran utama manusia tentang hal-hal yang berkaitan dengan
rumahku. Pada setiap cabang, tulislah dengan jelas dan dengan huruf besar kata kunci yang
muncul dibenak. Jika perlu membantu imajinasi untuk memilih kata-kata kunci, bisa menuliskan
bagian-bagian dari rumah, misalnya halaman atau kamar mandi.. Selanjutnya bisa membuat lebih
baik dengan menambahkan gambar-gambar dari imajinasi sendiri. “sebuah gambar bermakna
seribu kata” dan karenanya menghemat banyak waktu dan tenaga yang harus dicurahkan bila
harus mencatatnya dengan kata-kata. Selagi mengembangkan Mind mapping, tambahkan
gambar-gambar kecil yang mewakili dan menguatkan ide-ide, gunakanlah pena warna dan
sedikit imajinasi. Gambar tidak harus gambar yang indah karena Mind mapping bukanlah tes
kemampuan artistik. 3. Gambarlah cabang-cabang lanjutan yang memancar dari setiap kata kunci
untuk mengakomodasi asosiasi-asosiasi yang dibuat. Jumlah anak cabang akan tergantung dari
jumlah ide yang ditemukan artinya tak terbatas. Pada cabangcabang ini lakukan persis sama
dengan tahap pertama, tulislah kata kunci tunggal pada anak-anak cabang ini. Gunakan kata
utama pada cabang untuk memicu tiga atau empat kata kunci baru pada anak cabang
berikutnya”.
B. Perkembangan kognitif
Salah satu perkembangan yang dimiliki oleh anak adalah perkembangan kognitif, pada
dasarnya potensi ini ditentukan pada saat pembuahan yang dipengaruhi oleh faktor hereditas atau
keturunan namun dapat berkembang atau tidaknya potensi kognitif ini juga tergantung pada
faktor lingkungan dan kematangan dari kesempatan yang diberikan untuk dapat menentukan
batas maksimal perkembangan pada tingkatan intelegensi (Hasnida, 2014:45). Hal ini sejalan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dalam Standar Isi Tentang Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak bahwa perkembangan kognitif anak distimulasi sesuai dengan
usianya, perkembangan kognitif pada anak yang berusia 4-6 tahun yang dalam lingkup
perkembangan kognitif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1) belajar dan pemecahan masalah, 2)
berfikir logis dan 3) berfikir simbolik. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan perkembangan
kognitif dengan lingkup berfikir logis pada tingkat pencapaian perkembangan anak dalam
klasifikasi benda.
Menurut Jean Piaget 1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun) Dalam tahap ini perkembangan
panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan
untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya
adalah ‘menangis’. Menyampaikan cerita atau berita pada anak usia ini tidak dapat hanya
sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang
bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001:79), bila anak yang berumur 3-12 tahun diberi
bermacam-macam objek dan diminta membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada
beberapa kemungkinan yang terjadi. Anak-anak menyusun objek objek tidak hanya berdasarkan
pada kesamaan, tetapi juga menjajarkannya dalam ruang, baris, bentuk, warna dan lain-lain,
sehingga membentuk suatu gambaran yang banyak. Anak yang lebih dewasa akan
mengelompokkan objek objek itu secara terstruktur, dengan kata lain, anak yang lebih dewasa
mengklasifikasi objek secara lebih sistematis . Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan
dari Ginsburg dan Opper (dalam Suparno, 2001:66), bahwa anak yang berumur 2-5 tahun
masih sulit membuat klasifikasi benda. Pada umur 5-7 tahun, anak mulai dapat membuat
klasifikasi, tetapi masih sulit untuk merangkum keseluruhan. Oleh sebab itu, perkembangan
kognitif anak perlu distimulasi dan diberi rangsangan agar dapat meningkat terutama pada ciri
pengklasifikasian pada tahap praoprasional perkembangan kognitif dengan kegiatan mind
mapping.
Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih (2005: 35) makin bertambahnya umur seseorang
maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat pada kemampuannya.
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi biologis dengan
lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam sruktur
kognitifnya. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif.
Menurut Ahmad Susanto (2011: 59- 60) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain:
a. Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer,
mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawa potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf intelegensi sudah ditentukan sejak lahir.
b. Faktor Lingkungan
John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang
belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman
dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis.
d. Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang
memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.
f. Faktor Kebebasan
Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia dapat memilih
metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah faktor kematangan dan pengalaman yang
berasal dari interaksi anak dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, anak akan
memperoleh pengalaman dengan menggunakan asimilasi, akomodasi, dan dikendalikan oleh
prinsip keseimbangan.
Perkembangan kognitif anak pada aspek “mengurutkan objek” saat kegiatan mind
mapping terbukti meningkatkan perkembangan kognitif anak, karena semua subjek yang diteliti
terbukti mengalami peningkatan. Awalnya nilai anak berada pada kriteria Sangat Kurang setelah
dilakukan perbaikan nilai anak berada pada kriteria Cukup, dari kriteria Baik menjadi Sangat
Baik, hal ini terbukti semakin bertambahnya kemampuan anak ketika mengurutkan objek mind
mapping sesuai dengan pola urutan dari jumlah yang sedikit sampai banyak.
1) mengenal warna,
3) mengurutkan objek,
A. KERANGKA KONSEP
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable independen dan
variable dependen
VARIABEL
MIND MAPPING
INDEPENDEN
VARIABEL
FUNGSI KOGNITIF
DEPENDEN
Gambar 3.1 kerangka konsep
Keterangan :
Ho :
1. Tidak ada pengaruh stimulasi mind mapping terhadap fungsi kognitif pada
anak di desa ullath kecamatan saparua
2. Tidak ada pengaruh fungsi kognitif pada anak di desa ullath kecamatan
saparua
Ha :
1. Ada pengaruh stimulasi mind mapping terhadap fungsi kognitif pada anak di
desa ullath kecamatan saparua.
2. Ada pengaruh fungsi kognitif pada anak di desa ullath kecamatan saparua
C. Defenisi operasional
Secara rinci defenisi operasional pada penelitian ini di jelaskan pada tabel 3.1 di
bawah ini :
Variabel
independen
1 Mind Metode Menggambar observasi -
mapping Pembelajaran Dan
Dengan cara mewarnai
Menggambar
Dan
Mewarnai
Untuk
Mengasah
kemampuan
anak dalam
mengingat,
mengenal dan
memperkenalkan
Untuk teman
yang lain
Variabel
Dependen
2 Fungsi Kemampuan anak Kuisioner 1. BB ( belum Ordinal
kognitif dengan meresponi berkembang)
permaianan 2. MB(mulai
dengan berkembang)
mengingat, 3. BSH(berkemban
mengenal dan g sesuai
memperkenalkan harapan)
untuk teman yang 4. BSB(berkemban
lain g sangat baik)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian yang di lakukan merupakan jenis Quasi Eksperimen dengan
pendekatan one group pre-test and post-test design,dengan cara melakukan pre
test(pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi(Nursalam,2015).
Rancangan ini berupaya untuk mengetahui pengaruh stimulasi permainan mind mapping
terhadap fungsi kognitif pada anak di desa ullath kecamatan saparua.
Keterangan :
X : Eksperimen (perlakuan)
C. Populasi