Anda di halaman 1dari 19

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

DENGAN METODE SENSORY PLAY

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan)

Proposal Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar proposal skripsi dalam rangka
pengajuan bimbingan skripsi Sarjana Pendidikan (SI) pada Program Studi Pendidikan Guru
PAUD

Oleh:

Diyant Fauzia Al Maududah

NIM : 41032107171205

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji serta sukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas beribu nikmat serta karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga proposal ini terselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal penelitian skripsi yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak dengan Metode Sensory Play”.

Adapun maksud dan tujuan diajukannya proposal penelitian skripsi ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan jenjang S-I Program
Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) di Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung.

Proposal penelitian ini mungkin tidak akan selesai tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu.
Maka dari itu, saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu, ucapan terima kasih ini saya tujukan kepada:

1. Rektor Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M.S.

2. Dekan Dr. Achmad Saefurridjal, M. Ag

3. Ketua Prodi Ibu Fanny Rizkiyani, S.Psi, M.HSc.

4. Sekretaris Prodi Bapak Agus Ruswandi, S.Pd I, M.

5. Pembimbing I

6. Pembimbing II

7. Semua Dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu

8. Keluarga serta beberapa kerabat yang telah memberikan dukungan baik secara materi,
waktu, dan perhatiannya.

Penyusunan proposal ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya mengharapkan
segala saran dan kritik yang membangun agar lebih baik lagi kedepannya. Saya harap
proposal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Desember 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv

1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

2. Rumusan dan Batasn Masalah ................................................................................ 6

3. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7

4. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................................... 7

5. Hipotesis Tindakan .................................................................................................. 8

6. Anggapan Dasar ...................................................................................................... 8

7. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 9

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. v

8. Metode Penelitian ................................................................................................... 11

9. Desain Penelitian ..................................................................................................... 12

10. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................................................ 13

11. Penjelasan Istilah/Definisi Operasional ................................................................. 13

12. Teknik Pengumpukan Data .................................................................................... 14

13. Teknik Pengolahan Data ........................................................................................ 14

14. Instrumen Penelitian .............................................................................................. 15

JADWAL PENELITIAN .............................................................................................. vi

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... vii


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN
METODE SENSORY PLAY

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Menurut Plato Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu perkembangan


individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat memungkinkan
tercapainya sebuah kesempurnaan. Menurut Plato pendidikan direncanakan dan di-
program menjadi tiga tahap dengan tingkat usia, tahap pertama adalah pendidikan
yang diberikan kepada murid hingga sampai dua puluh tahun; dan tahap kedua, dari
usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun; sedangkan tahap ketiga, dari tiga
puluh tahun sampai usia empat puluh tahun.

Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat penting untuk menentukan masa
depan bangsa. Dengan adanya pendidikan sebagai alternatif yang bersifat preventif
guna membangun generasi bangsa yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan terus berinovasi dalam melakukan pembelajaran di
dalam kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mecapai keberhasilan tujuan pendidikan.

Suyadi memberikan pengertian tentang pendidikan anak usia dini sebagai salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Suyadi,
2006).

Perkembangan anak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.


Salah satu hal yang paling penting untuk mengetahui perkembangan anak dengan
memperhatikan 6 aspek perkembangannya. 6 aspek perkembangan ini sangat
berhubungan erat satu dengan yang lainnya, sehingga mempunyai pengaruh yang
sangat besar untuk keberlangsungan
perkembangan anak. Salah satu dari 6 aspek perkembangan anak usia dini adalah motorik
halus.

Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus
dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.
Semakin baik gerakan motorik halus sehingga anak dapat berkreasi, seperti menggunting
kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai,
menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta
menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan
untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. (Susanto, 2011). Kemampuan
motorik halus sangat berguna bagi anak untuk menyelesaikan kegiatan dalam
kehudupannya terutama yang bertkaitan dengan ketrampilan. Pengembangan motorik halus
akan melatih anak agar terampil menggunakan tangan dan jari jemari serta
mengkoordinasikan mata dengan seimbang. Kemampuan motorik halus juga akan
membantu kemampuan yang lain seperti: kognitig, bahasa, sosial emosional dll. Hal ini
karena dalam melakukan kegiatan atau ketrampilan membutuhkan ketelitian, konsentrasi,
kesabaran serta kretivitas. Anak yang memiliki kemampuan motorik halus dengan waktu
yang lebih cepat serta memiliki kretivitas dalam karyanya. Berikut tahapan perkembangan
menurut usia yang dikemukakan oleh Nation Association For the Education of Young
Children (NAEYC) yang dikutip oleh Yus (2011 : 12-13) yaitu infant (usia 0-6 bulan),
older infant (usia 7-12 bulan), young toddler (usia 1 tahun), older toddler (usia 2 tahun),
preschool (usia 3-5 tahun), primary school (usia 6-8 tahun). Perkembangan motorik
beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori
yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System
Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa
untuk membangun kemampuan motorik anak harus mem persepsikan sesuatu di
lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan
persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan
keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak
mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut
memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat
gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan
yang menarik baginya.

Ada banyak metode yang bisa diajarkan kepada anak untuk meningkatkan motorik
halusnya, salah satunya adalah meggunakan metode sensory play, kegiatan menganyam
dan Melipat kertas
Melalui sensory play, anak akan mendapat berbagai informasi baru yang kemudian
akan iasimpan di dalam otaknya untuk dipakai lagi di kemudian hari.

Permainan sensori adalah permainan yang mengaktifkan satu atau lebih panca
indera. Permainan ini lebih menekankan kepada rangsangan indera suara, indera peraba,
indera penglihatan, sentuhan, bau dan gerakan. Permainan ini memiliki banyak manfaat
untuk tumbuh kembang anak. Pasalnya, menurut Dr. Maria Montessori, anak adalah
‘sensorial explorer’ dimana secara naluriah anak belajar tentang lingkungan sekitarnya
melalui panca inderanya.

Salah satu manfaat dari sensory play ini adalah membantu motorik halus dan
motorik kasar anak. Sensory play seringkali melibatkan kemampuan koordinasi otot kecil,
atau motorik halus anak. Misalnya aktivitas menuang, menjumput, meremas, dan lain
sebagainya. Kemampuan motorik halus ini nantinya akan dibutuhkan anak untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti menulis, menggunting, memasang kancing baju,
memegang sendok dan garpu saat makan dan lain-lain. Saat bermain anak juga akan
menggerakan tubuhnya sehingga motorik kasarnya pun akan ikut turut bekerja.

Berdasarkan pengamatan awal di kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan yang


berjumlah 20 peserta didik, Maka diperoleh kenyataan bahwa: 1) metode pembelajaran
yang digunakan guru tidak berpariasi dan monoton, sehingga membuat peserta didik
tidakberperan aktif , 2) dalam pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered),
3) siswa masih belum mampu mengolah informasi dari berbagai sumber yang diperoleh
dikarenakan kurangnya bimbingan dari guru kelasnya, 4) selama ini guru masih kesulitan
membuat suasana pembelajaran yang seru sehingga anak merasa bosan yang berlanjut
malas mengerjakan tugas yang gurunya berikan, 5) kurangnya pengetahuan guru tentang
motorik halus untuk anak usia dini. Maka dari itu anak masih sangat membutuhkan
stimulasi untuk mengembangkanketerampilan motorik halusnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Endang Sumilih 2017 dengan melatih
kemampuan motorik menggunakan melipat kertas, penelitian ini menyatakan bahwa hanya
30 % anak dari TK dahrma yang memenuhi syarat KKM yang artinya kemampuan
motorik kurang berkembang dengan metode pembelajaran menggunakan metode melipat
kertas. Penelitian sebaliknya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuvi Erfiana et. Al
2020 menyatakan bahwa Terjadi peningkatan kegiatan montase yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Dharma Wanita 01
Dinoyo Mojokerto. Pada Siklus pertama nilai rata-rata yang didapatkan anak adalah 74,1
dan meningkat pada Siklus kedua yang mendapatkan skor rata-rata 87. Terkait dengan
ketuntasan klasikalnya, pada Siklus pertama terdapat 6 anak atau 30% dari total anak si
kelas yang memenuhi KKM, meningkat pada Siklus kedua dengan 17 anak atau 85% dari
total anak di kelas yang memenuhi KKM.

Berdasarkan uraian dan penelitian pendahulu sudah banyak menggunakan metode


lainnya maka diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang menarik, mudah dipahami
dan tidak membosankan agar menumbuhkan keterampilan belajar siswa. Tidak sedikit
metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran salah satunya yaitu
metode Sensory Play. Penulis menggunakan metode sensory play untuk mengembangkan
motorik halus anak dengan cara memberikan permainan-permainan yang seru dan
menyenangkan. Alat dan bahannya pun sangat mudah dicari dan ditemukan, seperti
plastisin, cat berwarna, beras, air, dll. Dengan alat dan bahan tersebut, akan kita buat alat
dan bahannya diberi warna, misalkan di beras diberi pewarna makanan supaya anak
tertarik untuk memainkannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang “Meningkatkan


Kemampuan Motorik Halus Anak Dengan Metode Sensory Play (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan)”.

2. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut : “Apakah metode sensory play dapat meningkatkan kemampuan motorik halus

anak di kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan ?”

Berdasarkan rumusan masalah diatas, makan peneliti membatasi permasalahan

yang akan diteliti, yakni :

a. Bagaimana keterampilan motorik halus anak di kelompok B RA Husainiyah


sebelum diberikan pembelajaran menggunakan metode sensory play ?
b. Bagaimana cara meningkatkan motorik halus anak di kelompok B RA
Husainiyah sesudah diberikan pembelajaran menggunakan metode sensory play
?
c. Apakah penggunaan metode sensory play dapat meningkatkan motorik halus
anak di kelompok B RA Husainiyah ?

3. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
:
1. Untuk mengetahui keterampilan motorik halus anak sebelum penerapan
menggunakan metode sensory play di kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran menggunakan metode sensory play di
kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan.
3. Untuk mengetahui keterampilan motorik halus anak setelah proses pembelajaran
menggunakan metode sensory play di kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan.

4. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat teori secara teoritis


Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan bagi
guru-guru di RA Husainiyah Pamoyanan dalam proses pembelajaran tentang
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Metode Sensory Play.
2. Manfaat Teori Secara Praktis
a. Bagi penelit
Manfaat bagi peneliti yaitu menambah wawasan pengetahuan mengenai motorik
halus dan metode sensory play. Serta memberikan pandangan dalam menghadapi
dunia pendidikan secara nyata nantinya.
b. Bagi siswa
Manfaat bagi siswa yaitu agar dapat meningkatkan keterampilan motorik halusnya
dengan menggunakan metode sensory play.
c. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini memungkinkan secara aktif dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam mempersiapkan rancangan
pembelajaran dengan metode sensory play, meningkatkan profesional guru, dan
para guru diharapkan dapat mengetahui metode belajar apa yang efektif di dalam
proses pembelajaran.

5. Hipotesis Tindakan

Peneliti dapat menyusun hipotesis tindakan sebagai berikut :


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas,
maka peneliti dapat menyusun hipotesis tindakan sebagai berikut : “Metode
penerapan sensory play diduga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus
anak”.
6. Anggapan Dasar

Dikutip dari jurnal penelitian “Menerapkan Bermain Sensor untuk Meningkatkan


Kognisi dan Motorik Halus Anak” (Kelompok A1 Pembelajaran Anak PAUD
Negeri Pembina 1 Kota Bengkulu) 1) Septi Damai Yanti, 2) Turdjai, 2) Nina
Kurniah 1) PAUD Negeri Pemb 1 Bengkulu , 2) Universitas Bengkulu.

Anggapan dasar yang diajukan adalah :

1. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan sensorimotor dapat meningkatkan


kemampuan kognitif anak. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan anak dalam
berpikir simbolik yaitu dengan menginstruksikan anak mengenal angka 1-10,
mengucapkan angka 1-10, dan menggunakan angka simbolik 1-10.

2. Bermain sensorimotor adalah salah satu strategi pengajaran yang menyediakan


kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif. Bentuk
bermain sensorimotor memberi para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi
belajar dalam bentuk keterlibatan anak dalam penggunaan panca indranya.
Pembelajaran dengan penerapan bermain sensorimotor yang bersifat menarik sehingga
pembelajaran menjadi bermakna karena anak lebih berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.

3. Pada hasil penelitian ini terlihat dari meningkatnya motorik halus anak dalam aspek
koordinasi mata dan tangan , anak fokus saat memberikan lem di permukaan benda,
anak fokus saat menempel kapas di permukaan benda, anak menunjukkan ketelitian
pada saat melakukan kegiatan yang lebih detail. Dari hasil penelitian rata-rata motorik
halus anak termasuk dalam kriteria berkembang sangat baik.
7. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B


RA Husainiyah Pamoyanan ?
b. Bagaimana proses peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui metode
sensory play ?
c. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak setelah diterapkan metode
sensory play ?

B. TINJAUAN PUSTAKA

a. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam menggunakan otot-otot


kecil di tangannya. Contoh dari pergerakan motorik halus di antaranya adalah
kemampuan anak dalam menggenggam pensil, makan menggunakan sendok,
menyusun lego, atau mengancing baju.
Anak-anak dengan kemampuan motorik halus yang tidak terlatih, umumnya
memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Selain itu, prestasi akademisnya
pun tidak terlalu baik dan mengalami kesulitan untuk bermain, karena keterbatasan
kemampuannya.
Mereka juga akan kesulitan untuk menjadi mandiri. Sebab melakukan tugas yang
merupakan tugas mandiri seperti menggunakan pakaian sendiri dan makan sendiri,
akan membuatnya kesulitan.

Pencapaian motorik halus anak berdasarkan usia


Untuk melihat kemampuan motorik halus anak sesuai usianya, Anda perlu mengenali
pencapaian umum motorik halus berikut ini.
Usia 0-3 bulan
• Di usia ini, anak sudah mulai bisa memasukkan tangannya ke dalam mulut
• Pandangannya juga sudah mulai akan fokus saat melihat tangannya bergerak
• Dapat menggerakkan lengannya dengan membuat gerakan seperti memukul-mukul
Usia 3-6 bulan
• Dapat menggapai mainan dengan kedua tangannya
• Sudah bisa memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lainnya
• Kedua tangannya sudah bisa saling berpegangan
Usia 6-9 bulan
• Mulai bisa menggenggam objek seperti botol susu
• Sudah bisa menggeser benda menggunakan jari
• Dapat memencet atau meremas objek
Usia 9-12 bulan
• Sudah mulai bisa memasukkan makanan kecil ke dalam mulut
• Dapat membolak-balikkan halaman buku
• Dapat menaruh benda kecil ke dalam gelas atau wadah
• Sudah dapat mengangkat objek hanya dengan menggenggamnya menggunakan
telunjuk dan ibu hari
• Mulai menunjukkan tangan yang dominan digunakan
Usia 12-18 bulan
• Dapat menyusun blok hingga dua tingkat
• Sudah bisa bertepuk tangan
• Sudah bisa melambaikan tangan
• Dapat menyendokkan makanan
• Sudah mulai bisa coret-coret dengan crayon di kertas
Usia 18 bulan-2 tahun
• Sudah bisa memasukkan cincin mainan berukuran besar ke tiangnya
• Sudah mulai menggenggam krayon menggunakan telunjuk dan ibu jari
• Dapat menyusun balok atau blok hingga tiga atau empat tingkat
• Dapat menyobek bungkus kado
• Dapat membuka buku, lembar demi lembar
Usia 2 tahun
• Sudah bisa bermain menggunakan lilin mainan atau slime
• Dapat menyusun balok hingga sembilan tingkat
• Bisa buka tutup pintu
• Sudah bisa mencuci tangan sendiri
• Bisa membuka dan menutup reseleting
Usia 3 tahun
• Bisa menggambar lingkaran setelah diberi contoh
• Bisa menyobek kertas menjadi dua
• Dapat memasang dan melepas kancing baju berukuran besar
Usia 4 tahun
• Dapat menggerakkan semua ujung jari ke ibu jari
• Bisa menggunakan garpu dengan benar
• Dapat memakai dan melepas baju sendiri tanpa bantuan
Usia 5 tahun
• Sudah bisa memegang pensil dengan benar
• Bisa menirukan gambar segitiga
• Sudah bisa menggunting kertas menjadi bentuk bulat
• Bisa mengikat tapi sepatu sendiri
Usia 6 tahun
• Sudah bisa menyusun bangunan dengan struktur sederhana menggunakan lego
atau balok

• Bisa menyusun puzzle sederhana berjumlah 6-20 puzzle

• Sudah bisa menggunakan pisau untuk memotong makanan


• Bisa memotong objek menggunakan gunting dengan baikPerlu diingat,
perkembang.

b. Sensory play berasal dari kata sense dan play. Kata sense lebih sering diartikan
sebagai 5 panca indera yakni penglihatan (mata), penciuman (hidung), pendengaran
(telinga), perabaan (kulit) dan perasa/pengecapan (lidah), serta ditambah dengan
pergerakan (proprioseptif: otot dan sendi) serta keseimbangan (vestibular: telinga
bagian dalam). Sedangkan kata play memiliki arti bermain. Sehingga sensory play
adalah permainan yang mendorong anak-anak untuk menggunakan salah satu
indera atau lebih, seperti permainan mengejar cahaya, main tebak suara, main
mencium beragam bau, main lompat-lompat mengikuti garis, main pasir dan air,
dan sebagainya.
Permainan ini berguna untuk mendorong anak belajar melakukan observasi,
menstimulasi indera, dan membangun hubungan syaraf di otak. Sensory play bisa
dimainkan mulai dari anak umur 6 bulan sampai dengan 3 tahun (atau lebih). Yang penting
untuk diperhatikan dalam memilih permainan adalah, jangan memaksakan kemampuan
anak anda.
Perkembangan anak dalam hal belajar,juga tidak hanya berasal dari faktor genetik
saja melainkan juga dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Saat stimulus
masuk ke dalam otak anak, sistem syaraf kemudian akan memprosesnya dengan
menghasilkan sebuah sensasi yang mendorong indera anak bergerak (respon stimulus).
Semakin banyak stimulus yang diberikan, semakin banyak anak akan mendapatkan
pengalaman yang menyenangkan. Tentunya, setiap stimulus akan menghasilkan respon
yang berbeda, dan tugas orangtualah untuk memfasilitasi anak-anaknya mendapatkan
banyak pengalaman agar bank data otak semakin beragam.
Adapun manfaat dari sensory play itu sendiri adalah :
1. Melatih perkembangan otak. Semakin banyak informasi/pengalaman yg
diberikan, semakin lengkap dan banyak bank data yang tersimpan. Ketika otak semakin
distimulasi maka akan semakin kokoh, sebaliknya jika tidak dilatih otak akan kurang
bekerja.
2. Melatih regulasi diri. Tujuan yang diharapkan dari sensory play adalah
menempatkan anak pada just right state, dimana pada level ini anak lebih tenang dan siap
untuk menerima stimulasi.
3. Meningkatkan bonding. Ketika orang tua menemani dan bermain bersama anak,
saat itu pula orang tua sedang membangun ikatan batin dan kedekatan bersama buah hati.
4. Membantu perkembangan bahasa, motorik halus kasar, kognitif, sosial
emosional, dan kreativitas.
8. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Menurut O’Brien (Mulyatiningsih, 2011), penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi
permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk
mengatasinya.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan yang muncul di RA Mutiara Hati yaitu
rendahnya kemampuan motorik halus anak, seperti anak yang belum bisa memegang pensil
dengan benar, menggunakan gunting dengan benar, menggunakan rautan dengan benar, dll
nya.

9. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan dari
model Kemmis dan Mc Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Penelitian model Kemmis dan Mc Taggart dapat dijelaskan dalam
bentuk gambar sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan (Planning)


Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa (why), dimana (where),
kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian dilakukan. Penelitian tindakan kelas
sebaiknya dilakukan secara kolaboratif, sehingga menghindarkan unsur subjektivitas.
Di dalam penelitian tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu
pada saat peneliti menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai
upaya menyelesaikan masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan sejawat
untuk menilai kegiatan tersebut.
Di dalam tahap perencanaan, peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan
pelaksanaan penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen
pengamatan (observasi).
2. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan
tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus mentaati
perencanaan yang telah disusun.
Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah pembelajaran harus berjalan seperti
biasanya, tidak boleh kaku dan terkesan dibuat-buat. Kolaborator disarankan untuk
melakukan pengamatan secara objektif sesuai kondisi pembelajaran yang dilakukan
peneliti.
Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
proses pembelajaran.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan belajar
peserta didk dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta didik
dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan pembelajaran,
Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana (peneliti) dapat
meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator untuk
melakukan pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan
instrumen yang telah disusun oleh peneliti.
Hasil pengamatan dari kolaborator nantinya akan bermanfaat atau akan digunakan peneliti
sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan
terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa diskusi
hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti).
Tahap ini merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator
mengungkapkan hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum
berjalan dengan baik pada saat peneliti mengelola proses pembelajaran.
Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang siklus
berikutnya. Sehingga pada intinya, refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis,
pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan
siklua berikutnya.

10. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RA Mutiara Hati yang beralamat di Kampung


Pangauban, Desa Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B RA Mutiara Hati sebanyak 20 siswa,
terdiri dari 13 siswa putra dan 8 siswa putri.

11. Penjelasan Istilah/Definisi Operasional


1. Motorik halus adalah keterampilan menggunakan otot-otot kecil, seperti otot-otot
yang ada di tangan dan jari. Misalnya dengan memegang benda kecil seperti jari dan
jempolnya untuk memegang pensil, rautan, gunting dan lain sebagainya.
Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-
gerakan yang lebih halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan
koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak
dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus,
menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua
lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil.
Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada
tahap yang sama.
2. Metode sensory play adalah metode yang menekankan pada rangsangan. Seperti
rangsangan inderanya. Pendengaran, indera penglihatan, indera pengecap, indera peraba
atau sentuhan, suara, bau dan gerakan.
Jean Piaget, seorang ahli psikologi perkembangan anak, menyebutkan bahwa
anak membutuhkan stimulasi dan pengalaman untuk mendukung perkembangan
kognitifnya. Melalui sensory play, anak akan mendapat berbagai informasi baru yang
kemudian akan ia simpan di dalam otaknya untuk dipakai lagi di kemudian hari.

12. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 134), instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
a. Observasi Partisipan (Participant Observation)
Peneliti turun langsung terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
subyek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari
terwawancara, narasumber atau informan.
c. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,
buku, surat kabar, majalah, prasastri, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2006 : 2000).

13. Teknik Pengolahan Data


Metode asesmen dalam PTK dapat dibedakan menjadi tes dan non tes. Metode tes
bisa bersifat formal dan non formal. Dikatakan sebagai metode tes formal apabila dalam
suatu kali tatap muka di kelas seluruhnya digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan tes.
Tes formal ini dapat dikatakan sebagai indirect assessment (asesmen yang bersifat tidak
langsung). Artinya bahwa asesmen tersebut dilaksanakan secara terpisah dengan kegiatan
pembelajaran, sehingga balikan baru akan diperoleh oleh para peserta didik pada pertemuan
berikutnya setelah selesainya kegiatan tes.
Tes formal bisa berbentuk tes tulis, tes lesan, dan tes kinerja. Metode tes tulis bentuk
atau format instrumennya bisa berupa item tes isian, item tes uraian, pilihan benar salah,
pilihan menjodohkan, dan pilihan ganda. Sedangkan metode tes kinerja instrumennya bisa
berbentuk item paper/pen tes, item tes identifikasi, item tes simulasi, dan item uji petik kerja.
Tes nonformal adalah tes yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas. Tes nonformal ini dapat dikatakan pula sebagai tes langsung
(tergolong ke dalam direct assessment). Dikatakan sebagai direct assessment karena tes
dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Pada saat itulah pendidik bisa
melakukan asesmen, yang secara langsung pendidik bisa memberikan feedback secara
langsung yang tidak harus ditunda-tunfa pelaksanaannya. Kedua metode metode tes di atas
lebih bersifat kuantitatif, yang interpretasinya mengarah pada benar dan salah. Berbeda
dengan metode non tes, yang lebih bersifat kualitatif, sehingga interpretasinya mengarah
pada aspek psikologis dan aspek lainnya (sangaat setuju hingga sangat tidak setuju, sangat
senang hingga sangat tidak senang).

14. Instrumen Penelitian

Notoatmodjo (2010), Arti instrumen penelitian adalah sebagai alat-alat yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner,
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya.

1. Wawancara

Wawancara terstruktur ataupun wawancara tidak tersturktur ini memiliki tingkat


kemudahan sendiri dibandingkan dengan kuesioner karena jika wawancara tidak
melakukan penghitungan secara statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada dalam
wawancara membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan dengan
penelitian menggunakan angket.

2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian
dengan saksama. Selain itu, kegiatan pada proses observasi bertujuan mencatat setiap
keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat.
Teknik Observasi

Untuk teknik yang ada dalam observasi dalam instrument penelitian pada dasarnya
dapatlah dibedakan menjadi dua macam, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Observasi Partisipasi (Participant Observation)

Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti hadirdi tengah-tengah


informan dan melakukan berbagai kegiatan bersama sambil mencatat informasi yang
dibutuhkan. Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh siapa pun sehingga observasi mi
bersifat terbuka.

3. Dokumentasi
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan informan adalah
menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh infonmasi dan
berbagai macam sumber. Informasi tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar
belakang pendidikan.

• Sumber Dokumen

Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam instrument penelitian,


pada umumnya dibedakan menjadi empat sebagai berikut.

1. Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga
secara resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
2. Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi
tetapi memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
3. Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber ash atau orang yang
menjadi informan dan penehitan. Dokumen mi mempunyai nilai keaslian dan bobot
lebih valid daripada dokumen lain.
4. Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber ash, bisa
orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penehitian, makalah,
dan publikasi lainnya. Dokumen mi tidak memihiki nilai dan bobot keaslian
sevahid dokumen primer.

C. JADWAL PENELITIAN

Tabel No. 1 Jadwal Penelitian

Bulan
Oktober November Desember
No. Nama Kegiatan 2020 2020 2020
Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian
2 Perencanaan Penelitian
3 Pelaksanaan Siklus I
4 Pelaksanaan Siklus II
5 Pelaksanaan Siklus III
6 Pengolahan Data
7 Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 104-107.
PAUD Jateng, 2015. Pembelajaran Inovatif PAUD di https://www.paud.id/4- model-
pembelajaran-paud-pembelajaran-inovatif/ (akses 1 Mei 2015).

Catatannya Didit, 2011 – 2015. Contoh Masalah, Rumusan, dan Hipotesis Tindakan Pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di http://diditnote.blogspot.com/2013/05/contoh-masalah-
rumusan-dan-hipotesis.html (akses mei 2011 - 2015).

DosenSosiologi.Com, 2020. Pengertian Instrumen Penelitian, Jenis, dan Contohnya di


https://dosensosiologi.com/5-instrumen-penelitian-pengertian-jenis-dan-
contoh-lengkap/ (akses 18 desember 2020).
you_dant37, 2010. ANALISIS DATA PENELITIAN KUANTITATIF di
https://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/ (akses 13 juni 2010).

Nursa F, Meta S, 2015. TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN


TINDAKAN KELAS" di https://www.slideshare.net/ucasari/teknik-
analisis-data-penelitian-tindakan-kelas (akses 15 desember 2015).
Jontar Nababan, 2019. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam PTK di
https://www.jontarnababan.com/2019/04/teknik-dan-alat-pengumpulan-data-
dalam.html(akses 7 april 2019).

POPMAMA.COM, 2020. 5 Manfaat Permainan Sensori bagi Kecerdasan Otak Anak di


https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/astri-diana/manfaat-
permainan-sensori-bagi-kecerdasan-otak-anak/5 (akses 22 oktober 2020).
Spada Indonesia, 2020. Pemahaman Siklus PTK di
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/forum/view.php?f=3500 (akses 2020).

Sumarso, 2018. Mengenal Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas di


https://goeroendeso.wordpress.com/2018/03/18/mengenal-siklus-dalam-
penelitian-tindakan-kelas/ (akses 18 maret 2018).

Muchlisin Riadi, 2019. Penelitian Tindakan Kelas di


https://www.kajianpustaka.com/2019/03/penelitian-tindakan-kelas-
ptk.html#:~:text=Menurut%20Supardi%20(2006)%2C%20penelitian,kelas%20den
gan%20 melihat%20kondisi%20siswa. (akses 6 maret 2019).

Komaini, Anton. 2018. Kemampuan Motorik Anak Usia Dini. Depok:RAJAWALI PERS.
Aqib, Z. 2017. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SD/MI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai