Proposal Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar proposal skripsi dalam rangka
pengajuan bimbingan skripsi Sarjana Pendidikan (SI) pada Program Studi Pendidikan Guru
PAUD
Oleh:
NIM : 41032107171205
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji serta sukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas beribu nikmat serta karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga proposal ini terselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal penelitian skripsi yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak dengan Metode Sensory Play”.
Adapun maksud dan tujuan diajukannya proposal penelitian skripsi ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan jenjang S-I Program
Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) di Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung.
Proposal penelitian ini mungkin tidak akan selesai tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu.
Maka dari itu, saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu, ucapan terima kasih ini saya tujukan kepada:
5. Pembimbing I
6. Pembimbing II
7. Semua Dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu
8. Keluarga serta beberapa kerabat yang telah memberikan dukungan baik secara materi,
waktu, dan perhatiannya.
Penyusunan proposal ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya mengharapkan
segala saran dan kritik yang membangun agar lebih baik lagi kedepannya. Saya harap
proposal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
A. PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat penting untuk menentukan masa
depan bangsa. Dengan adanya pendidikan sebagai alternatif yang bersifat preventif
guna membangun generasi bangsa yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan terus berinovasi dalam melakukan pembelajaran di
dalam kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mecapai keberhasilan tujuan pendidikan.
Suyadi memberikan pengertian tentang pendidikan anak usia dini sebagai salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Suyadi,
2006).
Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus
dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.
Semakin baik gerakan motorik halus sehingga anak dapat berkreasi, seperti menggunting
kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai,
menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta
menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan
untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. (Susanto, 2011). Kemampuan
motorik halus sangat berguna bagi anak untuk menyelesaikan kegiatan dalam
kehudupannya terutama yang bertkaitan dengan ketrampilan. Pengembangan motorik halus
akan melatih anak agar terampil menggunakan tangan dan jari jemari serta
mengkoordinasikan mata dengan seimbang. Kemampuan motorik halus juga akan
membantu kemampuan yang lain seperti: kognitig, bahasa, sosial emosional dll. Hal ini
karena dalam melakukan kegiatan atau ketrampilan membutuhkan ketelitian, konsentrasi,
kesabaran serta kretivitas. Anak yang memiliki kemampuan motorik halus dengan waktu
yang lebih cepat serta memiliki kretivitas dalam karyanya. Berikut tahapan perkembangan
menurut usia yang dikemukakan oleh Nation Association For the Education of Young
Children (NAEYC) yang dikutip oleh Yus (2011 : 12-13) yaitu infant (usia 0-6 bulan),
older infant (usia 7-12 bulan), young toddler (usia 1 tahun), older toddler (usia 2 tahun),
preschool (usia 3-5 tahun), primary school (usia 6-8 tahun). Perkembangan motorik
beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori
yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System
Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa
untuk membangun kemampuan motorik anak harus mem persepsikan sesuatu di
lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan
persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan
keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak
mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut
memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat
gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan
yang menarik baginya.
Ada banyak metode yang bisa diajarkan kepada anak untuk meningkatkan motorik
halusnya, salah satunya adalah meggunakan metode sensory play, kegiatan menganyam
dan Melipat kertas
Melalui sensory play, anak akan mendapat berbagai informasi baru yang kemudian
akan iasimpan di dalam otaknya untuk dipakai lagi di kemudian hari.
Permainan sensori adalah permainan yang mengaktifkan satu atau lebih panca
indera. Permainan ini lebih menekankan kepada rangsangan indera suara, indera peraba,
indera penglihatan, sentuhan, bau dan gerakan. Permainan ini memiliki banyak manfaat
untuk tumbuh kembang anak. Pasalnya, menurut Dr. Maria Montessori, anak adalah
‘sensorial explorer’ dimana secara naluriah anak belajar tentang lingkungan sekitarnya
melalui panca inderanya.
Salah satu manfaat dari sensory play ini adalah membantu motorik halus dan
motorik kasar anak. Sensory play seringkali melibatkan kemampuan koordinasi otot kecil,
atau motorik halus anak. Misalnya aktivitas menuang, menjumput, meremas, dan lain
sebagainya. Kemampuan motorik halus ini nantinya akan dibutuhkan anak untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti menulis, menggunting, memasang kancing baju,
memegang sendok dan garpu saat makan dan lain-lain. Saat bermain anak juga akan
menggerakan tubuhnya sehingga motorik kasarnya pun akan ikut turut bekerja.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Endang Sumilih 2017 dengan melatih
kemampuan motorik menggunakan melipat kertas, penelitian ini menyatakan bahwa hanya
30 % anak dari TK dahrma yang memenuhi syarat KKM yang artinya kemampuan
motorik kurang berkembang dengan metode pembelajaran menggunakan metode melipat
kertas. Penelitian sebaliknya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuvi Erfiana et. Al
2020 menyatakan bahwa Terjadi peningkatan kegiatan montase yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Dharma Wanita 01
Dinoyo Mojokerto. Pada Siklus pertama nilai rata-rata yang didapatkan anak adalah 74,1
dan meningkat pada Siklus kedua yang mendapatkan skor rata-rata 87. Terkait dengan
ketuntasan klasikalnya, pada Siklus pertama terdapat 6 anak atau 30% dari total anak si
kelas yang memenuhi KKM, meningkat pada Siklus kedua dengan 17 anak atau 85% dari
total anak di kelas yang memenuhi KKM.
berikut : “Apakah metode sensory play dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
3. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
:
1. Untuk mengetahui keterampilan motorik halus anak sebelum penerapan
menggunakan metode sensory play di kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran menggunakan metode sensory play di
kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan.
3. Untuk mengetahui keterampilan motorik halus anak setelah proses pembelajaran
menggunakan metode sensory play di kelompok B RA Husainiyah Pamoyanan.
5. Hipotesis Tindakan
3. Pada hasil penelitian ini terlihat dari meningkatnya motorik halus anak dalam aspek
koordinasi mata dan tangan , anak fokus saat memberikan lem di permukaan benda,
anak fokus saat menempel kapas di permukaan benda, anak menunjukkan ketelitian
pada saat melakukan kegiatan yang lebih detail. Dari hasil penelitian rata-rata motorik
halus anak termasuk dalam kriteria berkembang sangat baik.
7. Pertanyaan Penelitian
B. TINJAUAN PUSTAKA
b. Sensory play berasal dari kata sense dan play. Kata sense lebih sering diartikan
sebagai 5 panca indera yakni penglihatan (mata), penciuman (hidung), pendengaran
(telinga), perabaan (kulit) dan perasa/pengecapan (lidah), serta ditambah dengan
pergerakan (proprioseptif: otot dan sendi) serta keseimbangan (vestibular: telinga
bagian dalam). Sedangkan kata play memiliki arti bermain. Sehingga sensory play
adalah permainan yang mendorong anak-anak untuk menggunakan salah satu
indera atau lebih, seperti permainan mengejar cahaya, main tebak suara, main
mencium beragam bau, main lompat-lompat mengikuti garis, main pasir dan air,
dan sebagainya.
Permainan ini berguna untuk mendorong anak belajar melakukan observasi,
menstimulasi indera, dan membangun hubungan syaraf di otak. Sensory play bisa
dimainkan mulai dari anak umur 6 bulan sampai dengan 3 tahun (atau lebih). Yang penting
untuk diperhatikan dalam memilih permainan adalah, jangan memaksakan kemampuan
anak anda.
Perkembangan anak dalam hal belajar,juga tidak hanya berasal dari faktor genetik
saja melainkan juga dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Saat stimulus
masuk ke dalam otak anak, sistem syaraf kemudian akan memprosesnya dengan
menghasilkan sebuah sensasi yang mendorong indera anak bergerak (respon stimulus).
Semakin banyak stimulus yang diberikan, semakin banyak anak akan mendapatkan
pengalaman yang menyenangkan. Tentunya, setiap stimulus akan menghasilkan respon
yang berbeda, dan tugas orangtualah untuk memfasilitasi anak-anaknya mendapatkan
banyak pengalaman agar bank data otak semakin beragam.
Adapun manfaat dari sensory play itu sendiri adalah :
1. Melatih perkembangan otak. Semakin banyak informasi/pengalaman yg
diberikan, semakin lengkap dan banyak bank data yang tersimpan. Ketika otak semakin
distimulasi maka akan semakin kokoh, sebaliknya jika tidak dilatih otak akan kurang
bekerja.
2. Melatih regulasi diri. Tujuan yang diharapkan dari sensory play adalah
menempatkan anak pada just right state, dimana pada level ini anak lebih tenang dan siap
untuk menerima stimulasi.
3. Meningkatkan bonding. Ketika orang tua menemani dan bermain bersama anak,
saat itu pula orang tua sedang membangun ikatan batin dan kedekatan bersama buah hati.
4. Membantu perkembangan bahasa, motorik halus kasar, kognitif, sosial
emosional, dan kreativitas.
8. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Menurut O’Brien (Mulyatiningsih, 2011), penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi
permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk
mengatasinya.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan yang muncul di RA Mutiara Hati yaitu
rendahnya kemampuan motorik halus anak, seperti anak yang belum bisa memegang pensil
dengan benar, menggunakan gunting dengan benar, menggunakan rautan dengan benar, dll
nya.
9. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan dari
model Kemmis dan Mc Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Penelitian model Kemmis dan Mc Taggart dapat dijelaskan dalam
bentuk gambar sebagai berikut :
Notoatmodjo (2010), Arti instrumen penelitian adalah sebagai alat-alat yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner,
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya.
1. Wawancara
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian
dengan saksama. Selain itu, kegiatan pada proses observasi bertujuan mencatat setiap
keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat.
Teknik Observasi
Untuk teknik yang ada dalam observasi dalam instrument penelitian pada dasarnya
dapatlah dibedakan menjadi dua macam, antara lain adalah sebagai berikut;
3. Dokumentasi
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan informan adalah
menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh infonmasi dan
berbagai macam sumber. Informasi tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar
belakang pendidikan.
• Sumber Dokumen
1. Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga
secara resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
2. Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi
tetapi memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
3. Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber ash atau orang yang
menjadi informan dan penehitan. Dokumen mi mempunyai nilai keaslian dan bobot
lebih valid daripada dokumen lain.
4. Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber ash, bisa
orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penehitian, makalah,
dan publikasi lainnya. Dokumen mi tidak memihiki nilai dan bobot keaslian
sevahid dokumen primer.
C. JADWAL PENELITIAN
Bulan
Oktober November Desember
No. Nama Kegiatan 2020 2020 2020
Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian
2 Perencanaan Penelitian
3 Pelaksanaan Siklus I
4 Pelaksanaan Siklus II
5 Pelaksanaan Siklus III
6 Pengolahan Data
7 Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Catatannya Didit, 2011 – 2015. Contoh Masalah, Rumusan, dan Hipotesis Tindakan Pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di http://diditnote.blogspot.com/2013/05/contoh-masalah-
rumusan-dan-hipotesis.html (akses mei 2011 - 2015).
Komaini, Anton. 2018. Kemampuan Motorik Anak Usia Dini. Depok:RAJAWALI PERS.
Aqib, Z. 2017. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SD/MI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.