Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PENGEMBANGAN TEKNIK MOZAIK UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI
TK ISLAM NURUL IMAN SEKARBELA TAHUN AJARAN 2020/2021

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH:

LAELA RIZKI FITRIANA


NIM. E1F017035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang

selalu melimpahkan dan mencurahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun

dapat menyelesaikan proposal yang “Pengembangan Teknik Mozaik Untuk

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di TK

Islam Nurul Iman Sekarbela Tahun Ajaran 2020/2021.”.

Dalam penulisan proposal ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,

masukan, pendapat, dan dukungan dari awal mengajukan judul proposal sampai

menjadi proposal, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Lalu Husni, S.H., M.Hum Rektor Universitas Mataram

2. Prof. Dr. A. Wahab Jufri, M.Sc Dekan FKIP Universitas Mataram

3. Drs. Syafruddin, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

4. Baik Nilawati Astini, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Guru dan

Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Universitas Mataram

5. Dr. Fahruddin, M.Pd Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu

dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.

6. Nurhasanah, S.Pd., M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membantu dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.

iv
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas

Mataram. Atas segala bantuan yang telah diberikan semoga mendapat

balasan dari Allah SWT.

8. Bapak, ibu, kakak dan teman terdekat saya Iftikhar Firdaus yang telah

membantu saya menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak

terdapat kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan penulisan proposal ini.

Mataram, Maret 2021

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING PROPOSAL........................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI..................................................................iii

KATA PENGANTAR..................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1

B. Fokus Penelitian...........................................................................................................3

C. Rumusan Masalah........................................................................................................4

D. Tujuan Penelitian.........................................................................................................4

E. Manfaat Hasil Penelitian..............................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORETIK.....................................................................................................6

A. Motorik Halus..............................................................................................................6

B. Teknik Mozaik...........................................................................................................14

C. Hasil Penelitian Yang Relevan..................................................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................23

A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................................23

B. Latar Penelitian........................................................................................................23

C. Metode dan Prosedur Penelitian..............................................................................23

D. Data dan Sumber Data.............................................................................................26

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data................................................................26

F. Prosedur Analisis Data............................................................................................28

G. Pemeriksaan Keabsahan Data..................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk pendidikan

pra sekolah. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003,

pendidikan anak usia dini dimulai sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam)

tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan demi

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak baik jasmani maupun

rohani, serta mempersiapkan anak dalam memasuki pendidikan ke jenjang

berikutnya. Pada masa ini, anak mengalami masa emas (golden age)

karena pada masa tersebut anak-anak mengalami perkembangan yang

sangat pesat, serta anak dapat menyerap informasi dengan mudah dan

cepat. Masa ini sangat penting karena anak bisa mengembangkan

keterampilannya secara maksimal jika mendapatkan stimulus yang tepat

sehingga dapat mendasari pemahaman terhadap pengetahuan, sikap, dan

kepribadian atau yang lebih umum mendasari pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh (Slamet Suyanto, 2005: 5).

Perkembangan motorik pada anak ada dua yaitu motorik halus dan

motorik kasar. Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot. Otot

berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh

otak seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar, memukul,

mendorong, dan menarik (Aswarni Sudjud, 1998: 81). Perkembangan

motorik halus meliputi perkembangan otot kecil serta fungsinya (Slamet


Suyanto, 2005: 50). Fungsi motorik halus adalah untuk melakukan

gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik yang menggunakan otot-

otot pada jemari dan tangan yang sangat membutuhkan kecermatan dan

koordinasi antara jari-jemari.

Berbagai macam teknik yang sekarang telah ditemukan untuk

mengembangkan motorik halus anak, salah satunya dengan menggunakan

teknik mozaik. Mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan

direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik

berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus

kecil, potongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya.

Mozaik adalah sebuah karya seni yang terbuat dari elemen-elemen yang

tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk gambar atau desain

(Soemarjadi, 2012:4).

Mengacu pada fenomena yang terjadi di lapangan, maka peneliti

melakukan pengamatan di TK Islam Nurul Iman Sekarbela. Hasil

pengamatan pada kegiatan awal bahwa anak kelompok B pada kesiapan

anak 8 dari 15 murid kelas A tersebut memiliki masalah pada

perkembangan motorik halus. Berdasarkan observasi tersebut ditemukan

indikasi pada pembelajaran keterampilan motorik halus, yaitu belum

tercapainya koordinasi gerakan motorik halus dalam hal kegiatan

meletakkan/memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan,

mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, anak kurang terampil

memfungsikan otot-otot kecil dalam menggerakkan jari dan kedua


tangannya, anak kurang terampil dalam mengkoordinasikan kecepatan

tangan dan mata, dan anak kurang terampil mengendalikan emosi dalam

pembelajaran motorik halus. Ini dibuktikan pada anak kelompok B dengan

beberapa hambatan, diantaranya anak kurang terampil dalam memegang

pensil, tidak ada keseimbangan otot tangan sehingga memerlukan waktu

agak sedikit lama untuk membentuk goresan atau tulisan, terlalu kuat

dalam menggerakan pensil sehingga tulisan yang dihasilkan terlalu tandas,

dan mengakibatkan kertas menjadi berlubang dan tidak beraturan dalam

menulis, mewarnai, menggunting atau menggambar.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa, pengembangan

melalui teknik mozaik pada anak usia dini di kelompok B TK Islam Nurul

Iman Sekarbela diperlukan, untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus anak. Maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan

yang dialami anak-anak pada kelompok B di TK Islam Nurul Iman

Sekarbela diatas dengan penelitian yang berjudul: “Pengembangan

Teknik Mozaik Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus

Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Islam Nurul Iman.”

B. Fokus Penelitian

Masalah yang muncul pada saat penelitian dilakukan yakni

berfokus pada perkembangan motorik halus anak. Beberapa hal tersebut

sebagai berikut :
1. Belum tercapainya koordinasi gerakan motorik halus pada saat

memegang suatu objek menggunakan jari tangan.

2. Anak kurang terampil dalam memfungsikan otot-otot kecil dalam

menggerakkan jari dan kedua tangannya.

3. Anak kurang terampil dalam mengkoordinasikan pikiran dengan

pergerakkan tangan dan mata.

4. Anak kurang terampil mengendalikan emosi dalam pengembangan

motorik halus.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah secara

umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara pengembangan teknik

mozaik untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 5-6

tahun di TK Islam Nurul Iman Sekarbela?”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui

pengembangan teknik mozaik untuk mengetahui keterampilan motorik

halus anak usia 5-6 tahun melalui pengembangan teknik mozaik di TK

Islam Nurul Iman Sekarbela.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang berhubungan

dengan keterampilan motorik halus anak, antara lain adalah sebagai

berikut:
1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan pembelajaran anak usia

dini, dengan menggunakan teknik mozaik untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta

kreativitas guru dalam memberi kegiatan pembelajaran, khususnya

dalam teknik mozaik agar perkembangan motorik halus dapat

berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan referensi,

masukan dan evaluasi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Motorik Halus

1. Pengertian Motorik Halus

Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut

Gallahue (Samsudin 2008: 10) adalah suatu dasar biologi atau

mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain

gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang

didasarkan oleh proses motorik, karena motorik menyebabkan

terjadinya suatu gerak.

Motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan

gerakangerakan tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur

yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu

melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”,

artinya unsur-unsur yang saling berkaitan, saling menunjang, saling

melengkapi dengan unsure yang lainnya untuk mencapai kondisi

motoris dengan kondisi motoris yang lebih sempurnakeadaanya. Selain

mengendalkan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan

keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan

tampak kurang terampil mengerak-gerakan tubuhnya.

Motorik berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot.

Karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak, sesederhana apapun


sebenarnya merupakan hasil pola interaksi dari berbagai bagian dan

sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik

meliputi motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan ini akan

berpengaruh pada kemampuan sosial emosi, bahasa, dan fisik anak.

Dalam perkembangan anak, biasanya kemampuan motorik kasar lebih

dahulu berkembang daripada kemampuan motorik halus. Hal ini

terbukti ketika anak sudah dapat berjalan dengan menggunakan otot-

otot kakinya, kemudian anak baru mampu dapat mengontrol tangan .

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa motorik halus adalah kemampuan anak untuk melakukan

aktivitas yang menggunakan otot-otot halus seperti jari-jemari dan

tangan serta membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas

motorik halus contohnya menggenggam, menjepit dengan jari, melipat

jari dan menempel.

2. Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Fungsi perkembangan keterampilan motorik halus akan

mendukung aspek pengembangan lainnya karena pada hakekatnya

setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain. Hurlock

(Wuryani (2008: 2.14) menyebutkan kategori fungsi keterampilan

motorik anak adalah:

a. Keterampilan bantu diri (self-help)


Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari

keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu

melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri.

b. Keterampilan bantu sosial (social-help)

Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima

didalam keluarga, sekolah, dan tetangga anak harus menjadi

anggota kooperatif. Untuk mendapat penerimaan kelompok

tersebut, diperlukan keterampilan tertentu, seperti membantu

pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.

c. Keterampilan bermain

Untuk menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat

menghibur diri di luar kelompok sebaya, anak harus mempelajari

keterampilan menggambar dan melukis.

d. Keterampilan sekolah

Pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekejaan

melibatkan keterampilan motorik. Semakin banyak dan semakin baik

keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial

yang dilakukan dan semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam

prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis.


Menurut Sujiono (2007:37) menegaskan bahwa fungsi

pengembangan motorik halus di Taman Kanak-kanak adalah sebagai

berikut:

a. Melatih ketelitian dan kerapian.

b. Mengembangkan fantasi dan kreativitas.

c. Memupuk pengamatan, pendengaran dan daya pikir.

d. Melatih motorik halus anak.

e. Mengembangkan imajinasi anak.

f. Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui ciptaannya

dengan menggunakan teknik yang telah dikuasai.

g. Melatih kerjasama dan tenggang rasa dengan teman.

Menurut Supartini dan Wati (2016), fungsi perkembangan

motorik halus anak usia dini adalah :

1. Alat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yang

berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

2. Alat untuk meningkatkan gerakan jari seperti menulis,

menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jari

sehingga anak menjadi terampil dan matang.

3. Alat untuk melatih mengkordinasikan kecepatan/kecekatan

tangan dengan gerakan mata.

4. Alat untuk melatih penguasaan emosi.


Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan

motorik halus anak harus dikembangkan karena berpengaruh terhadap

setiap karakter dan kepribadian anak. Selain itu anak juga tidak kesulitan

melakukan aktifitasnya, karena anak merasa mampu melakukannya

sendiri tanpa bantuan dari orang lain, sehingga semakin baik pula segala

aktifitas dan kegiatan kegiatan yang dilakukan anak.

3. Prinsip-prinsip Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia

Dini

Pendidik anak usia dini perlu menekankan pentingnya kegiatan

bermain pada anak usia dini atau pengembangan motorik lainnya. Ada

dua hal yang seharusnya tidak dilupakan oleh pendidik yaitu adalah

pertama pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan anak dengan

pengembangan daya pikir dan daya cipta anak usia dini, kedua bila

anak tanpa bebas bergerak, tanpa menjelajahi lingkungan.

Pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun harus

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan perkembangan anak usia dini harus berorientasi

pada kebutuhan anak. Anak usia dini merupakan masa yang

sedang membutuhkan stimulasi secara tepat dan berulang-

ulang untuk mencapai perkembangan yang optimal secara fisik

dan psikis (Sumantri, 2005: 148).


2. Belajar sambil bermain

Stimulasi yang diberikan pendidikan terhadap anak usia

dini (4-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang

menyenangkan dan berulang-ulang. Rancang waktu, tempat

dan media bermain, menggunakan pendekatan bermain, bisa

dengan mengajak anak untuk bereksplorasi, menemukan dan

memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak-anak

sehingga diharapkan kegiatan tersebut akan lebih bermakna

dan dapat merangsang aspek-aspek perkembangan anak usia

dini untuk kreatif (Sumantri, 2005: 148 dan Mudjito, 2007:

13).

3. Kreatif dan inovatif

Aktifitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh

pendidik melalui kegiatankegiatan yang unik, menarik, dan

tidak monoton sehingga membangkitkan rasa ingin tahu

anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan

hal-hal baru serta memberikan bimbingan untuk menemukan

teknik yang baik dalam kegiatan (Sumantri, 2005: 148 dan

Mudjito, 2007: 13).

4. Lingkungan kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik,

aman, dan nyaman sehingga anak akan tertarik dan betah.


Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak

dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan

pendidik atau dengan teman-temannya, sehingga dapat

menumbuhkan keberanian anak nantinya. Pendidik sebisa

mungkin harus memberikan kebebasan berekspresi pada anak

sehingga anak akan merasa gembira dan dapat menciptakan

suasana yang menyenangkan (Sumantri, 2005: 148 dan

Mudjito, 2007: 13).

5. Tema

Tema dipilih dari apa yang paling dekat dengan anak.

Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenali

berbagai konsep secara mudah dan jelas. Kegiatan

pengembangan dirancang dengan menggunakan model

pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik

minat anak (center of interest) (Sumantri, 2005: 148).

6. Mengembangkan keterampilan hidup

Anak-anak sangat perlu diarahkan untuk

mengembangkan keterampilan hidup melalui belajar dan

bermain. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua

tujuan yaitu memiliki kemampuan untuk menolong diri

sendiri (self help), disiplin, dan sosialisasi, serta memiliki

bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang

selanjutnya (Sumantri, 2005: 148).


7. Kegiatan harus berorientasi pada prinsip-prinsip

perkembangan anak

Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila

kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan

tentram secara psikologis; Siklus belajar anak selalu

berulang; anak belajar melalui interaksi sosial dengan yang

lebih tua dan teman sebaya; minat anak dan

keingintahuannya memotivasi belajar anak itu sendiri;

perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan

perbedaan individual. Dengan demikian pendidik harus

melakukan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan serta

membimbing anak sesuai dengan kemampuannya (Sumantri,

2005: 148 dan Mudjito, 2007: 13).

4. Indikator Motorik Halus

Mengacu pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

(STTPA) yang tercantum pada Permendikbud No.137 Tahun 2014 tentang

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, ada beberapa indikator

tentang perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun, yaitu :

1. Menggambar sesuai gagasannya,

2. Meniru bentuk,

3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan,

4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar,

5. Menggunting sesuai dengan pola,


6. Menempel gambar dengan tepat,

7. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara

rinci.

Berdasarkan uraian indikator di atas, peneliti menggunakan

perkembangan motorik halus sebagai referensi dalam membuat instrument

penelitian yang berjudul “pengembangan teknik mozaik untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun”.

B. Teknik Mozaik

1. Pengertian Mozaik

Secara terminologi Mozaik berasal dari kata “Mouseios”

(yunani), yang berarti kepunyaan para Muse (sekelompok dewi yang

melambangkan seni). Sedangkan dalam dunia seni. Mozaik diartikan

sebagai suatu jenis karya seni dekorasi yang menerapkan teknik

tempel. Menurut Sunaryo (dalam buku Muharrar dan Verayanti, 2013 :

66). Mozaik merupakan gambar atau hiasan atau pola tertentu yang

dibuat dengan cara menempelkan bahan/unsur kecil sejenis (baik

bahan, bentuk, maupun ukurannya) yang disusun secara berdempetan

pada sebuah bidang.

Mozaik adalah gambar atau pola tertentu yang dibuat dengan

cara menempelkan bahan/ unsur kecil sejenis yag disusun secara

berdempetan pada suatu bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda

padat dalam bentul lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil,


petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran

elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk

potongannya dapat saja bervariasi.

Sedangkan mozaik juga diartikan sebagai suatu jenis karya seni

dekorasi yang menerapkan teknik tempel. Mozaik merupakan gambar

atau hiasan atau pola tertentu yang dibuat dengan cara menempelkan

gambar/unsur sejenis (baik bahan, bentuk, maupun ukurannya) yang

disusun secara berdempetan pada sebuah bidang. Mozaik

menggunakan potongan-potongan kecil yang biasanya dikenal sebagai

tesserae, (potongan kecil), yang digunakan untuk membuat pola atau

gambar. (Muharrar dan Verayanti, 2013 : 66)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa yang

menggunakan bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat

dengan cara dipotong-potong atau sudah dibentuk potongan kemudian

disusun dengan ditempelkan pada bidang dasar dengan cara dilem.

Kepingan benda-benda itu, antara lain kepingan pecahan keramik,

potongan kaca, potongan daun, potongan kertas, dan potongan kayu.

2. Manfaat dan Tujuan Teknik Mozaik

Manfaat kegiatan Mozaik sangat banyak untuk anak, karena

Mozaik mengasah kreatifitas anak dalam membentuk suatu karya yang

bagus dengan cara menempelkan suatu benda kecil ke suatu media.


Menurut Alexander (Sulastri, 2015; 22). Kegiatan Mozaik memiliki

manfaat untuk anak usia dini diantaranya :

a. Pengenalan bentuk. Dalam kegiatan Mozaik manfaat yang bisa kita

dapat adalah kita bisa mengenalkan pada anak tentang macam-

macam bentuk geometri, seperti segitiga, lingkaran, segiempat.

b. Pengenalan warna. Manfaat lain dari Mozaik kita bisa membuat

bahan/media dengan berbagai macam warna yang menarik untuk

anak sekaligus dapat mengenalkan warna pada anak.

c. Melatih kreatifitas. Kegiatan Mozaik bermanfaat untuk

melatihkreatifitas guru dan anak dalamberbagai bentuk dengan

mediayang bermacammacam.

d. Melatih motorik halus. Kegiatan Mozaik bermanfaat

mengembangkan motorik halusnya, karena dalam kegiatan ini anak

menggunkan jari jemari untuk mengambil benda-benda kecil dan

melibatkan koordinasi otot-otot tangan dan mata.

e. Melatih emosi. Karena dalam kegiatan ini anak akan melatih

kesabaran dan emosinya.

Menurut Yohana (2013:35) ada beberapa tujuan dan manfaat

teknik mozaik untuk anak :

1. Tujuan Mozaik Bagi Anak


a. Agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk

menyusun potongan-potongan bahan (kain, kertas, kayu dan

biji- bijian) dan merekatnya pada pola atau gambar.

b. Anak dapat mempraktikan langsung dan meningkatkan

kreatifitas anak.

2. Manfaat Mozaik Bagi Anak

a. Dapat meningkatkan kreativitas seni pada anak

b. Dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan

c. Dapat meningkatkan daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa

keindahan menempel mozaik.

Selain manfaat Mozaik juga terdapat tujuan Mozaik. Tujuan

membuat gambar teknik Mozaik dengan memakai berbagai

bentuk/bahan (segitiga, segi empat, lingkaran dan lain lain),

diantaranya :

1. Mengembangkan imajinasi anak.

2. Mengembangkan kreativitas anak.

3. Melatih kesabaran dan ketelitian.

4. Mengembangkan estetika dan keindahan.

5. Mengembangkan motorik halus.

3. Langkah-langkah Mozaik

Langkah-langkah mozaik menjelaskan terlebih dahulu

menentukan tema yang akan dibuat dan mempersiapkan alat dan bahan
yang digunakan seperti, kertas warna/origami, gunting, dan lem.

(Pamadi dan Sukardi, 2009:5.6). Langkah pertama yaitu membuat

gambar pada selembar kertas sesuai dengan ide dengan alat gambar,

kemudian mengoleskan lem diatas gambar, dan menempelkan

bendabenda kecil yang sudah dipotong-potong sesuai dengan gambar

yang dibuat. (Nurhadiat dan Prayitno, 2004)

Petunjuk mengajarkan membuat kreasi karya mozaik di TK

(Sumanto, 2005: 87) sebagai berikut:

a. Sekolah/guru menyiapkan kertas gambar/karton sesuai ukuran

yang diinginkan,

b. Menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, lem dan peralatan

lainnya.

c. Bahan membuat mozaik disesuaikan dengan kondisi setempat.

Misalnya untuk lingkungan desa gunakan bahan alam yang

mudah ditempelkan.untuk lingkungan kota gunakan bahan

buatan (kertas berwarna atau lainnya) dengan pertimbangan

lebih mudah didapatkan.

d. Guru diharapkan memandu langkah kerja membuat mozaik

mulai dari merencanakan gambar, menyiapkan bahan yang

akan ditempelkan, memberi lem pada rencana gambar dan cara

menempelkan bahan yang telah dipersiapkan sampai menutup

rapat.
e. Guru diharapkan juga mengingatkan pada anak agar dalam

bekerja dilakukan dengan tertib dan setelah selesai harus

merapikan/ membersihkan tempat belajarnya.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Mozaik

Adapun kelebihan dan kekurangan mozaik menurut Alexander

(2012) yaitu:

KELEBIHAN KEKURANGAN
a. Dapat mengembangkan a) Memerlukan waktu yang cukup

kreativitas, emosi dan sosial lama karena membutuhkan

anak. kecermatan untuk menempel

potongan pada gambar dasar.


b. Alat dan bahan mudah b) Kegiatan mozaik tersebut dapat

didapat. membuat anak cepat bosan.

c. Langkah kegiatan mudah

dimengerti anak
d. Melatih tingkat kesabaran

anak
e. Melatih konsentrasi anak

C. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang

berfungsi untuk mendukung penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang di

lakukan oleh :

1. Komang Ayu Sugiartini Pramita Dewi, I Wyn. Darsana, IB. Surya

Manuaba (2014) dengan judul “Metode Pemberian Tugas Melalui

Kegiatan Kolase Berbantuan Media Alam Untuk Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Anak pada kelompok B semester II

PAUD Kumara Loka Denpasar”. Hasil penelitian tersebut adalah

dengan penerapan metode pemberian tugas dan media alam dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok B

semester II PAUD Kumara Loka Denpasar, dan oleh karenanya

strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara

intensif dan berkelanjutan. Hal tersebut dapat dilihat pada siklus pada

siklus I sebesar 44,2 % dan rata-rata persentase kemampuan motorik

halus pada anak kelompok B semester II di paud kumara loka denpasar

pada siklus II sebesar 81,5 %, ini menunjukkan adanya peningkatan

rata-rata presentase sebesar 37,3 % dengan kategori tinggi.

2. Penelitian Ni Luh Ratreni, A.A. Gede Agung, I Wayan Suwatra (2013)

dengan judul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Dan Kegiatan

3m Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak

Kelompok B Tk Widya Kumara Sari Tunjung”. Berdasarkan hasil

analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh

rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak dan kegiatan


3M pada siklus I sebesar 56,55% dan rata-rata perkembangan motorik

anak dan kegiatan 3M pada siklus II sebesar 81,31% ini menunjukkan

adanya peningkatan rata-rata persentase siklus I ke siklus II sebesar

24,76%.

3. Binti Nur Avivah (2017) dengan judul skripsi “ Peningkatan

kemampuan motorik halus kelompok B2 melalui teknik mozaik di

TK Jember Permai 1 kecamatan sumbersari kabupaten jember

tahun pelajaran 2016/2017 ”. Berdasarkan hasil perolehan nilai

peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B2 TK Jember

permai 1 kecamatan sumbersari kabupaten jember, nilai rata-rata

kelompok yang diperoleh yaitu 72,73. Terdapat 14 anak (63,64%)

dinyatakan berhasil dan 8 anak (36,36%) dinyatakan tidak berhasil dari

22 anak. Artinya pembelajaran peningkatan kemampuan motorik halus

anak pada siklus 1 di katakan berhasil dan mengalami peningkatan.

4. Muhammad Kharizmi, Khalidatul Hanum (2019) dengan judul skripsi

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Tekhnik

Mozaik Pada Kelompok A (4-5 Tahun) Di TK Tunas Harapan

Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.”. Kemampuan

motorik halus anak melalui teknik mozaik mengalami peningkatan.

Hal ini terlihat dari hasil tes unjuk kerja anak dimana pada siklus I

anak yang tuntas hanya 57,89% dan pada siklus II meningkat menjadi

89,47%. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas anak

dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui teknik


mozaik juga mengalami peningkatan. Pada siklus I perolehan

persentase aktivitas guru adalah 82,14% meningkat di siklus II menjadi

92,46%. Selanjutnya untuk observasi aktivitas anak siklus I 76,43%

meningkat menjadi 86,43%.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada TK Islam Nurul Iman Sekarbela dengan

subjek penelitian anak pada kelompok B usia 5-6 tahun.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2020/2021, lebih tepatnya pada bulan April 2021 sampai bulan Mei

2020/2021.

B. Latar Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di JL.

SWASEMBADA XI KEKALIK, Karang Pule, Kec. Sekarbela, Kota

Mataram Prov. Nusa Tenggara Barat. Secara umum TK-TK tersebut

berada di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Nusa Tenggara

Barat. Yang menjadi subjek penelitian adalah Kelompok Kelas B3.

Dengan jumlah 21 siswa didalamnya. Dipilihnya TK ini karena pada TK

Islam Nurul Iman memiliki peningkatan prestasi peserta didik baik di

bidang akademik maupun non akademik setiap tahunnya.

C. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode penelitian

Pada tahap ini peneliti merancang berbagai persiapan untuk

melakukan penelitian sehingga tidak mengalami kendala dalam

menyimpulkan hasil penelitian. Pada penelitian ini digunakan metode


pengembangan kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini dituangkan dalam instrumen penelitian dengan mengacu

pada indikator penelitian, sehingga, peneliti harus bersungguh-sungguh

dalam melakukan penelitian secara cermat dan mengamati apa adanya

sesuai dengan apa yang terjadi (nyata/yang sebenarnya).

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang dipakai untuk

mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan

di dalam penelitian ini, dengan pembahasannya tentang lokasi dan subjek

populasi/sampel penelitian, desain penelitian (tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap pelaporan) dan justifikasi, definisi operasional,

instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik

pengumpulan data dan alasan rasionalnya , dan analisis data.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyusun beberapa langkah-

langkah pengembangan yang sesuai dengan metode penelitian beberapa

langkah pengembangan tersebut yaitu:

1. Tahap I

Peneliti melakukan pengamatan terhadap anak usia 5-6

tahun kelompok B di TK Islam Nurul Iman Sekarbela untuk

mengetahui kondisi di lapangan khususnya pada motorik halus

anak sebelum menerapkan penelitian tentang pengembangan teknik

mozaik.
2. Tahap II

Pada tahap ini peneliti melakukan pelaksanaan kegiatan

pengembangan teknik mozaik pada anak usia 5-6 tahun kelompok

B di TK Islam Nurul Iman Sekarbela dengan cara memberikan

kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan mozaik tersebut

dengan kemampuan dan imajinasi mereka masing-masing. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik

halus anak setelah diterapkannya kegiatan pengembangan teknik

mozaik.

3. Tahap III

Tahap ini merupakan tahap akhir dari langkah-langkah

pengembangan penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan

pengumpulan data setelah anak melakukan kegiatan teknik mozaik.

Setelah pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data guna

mengetahui sejauh mana keterampilan motorik halus anak

meningkat. Setelah itu, peneliti menarik kesimpulan dari hasil

analisis data tersebut, dengan adanya kesimpulan ini peneliti dapat

mengetahui tingkat keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun

pada kelompok B di TK Islam Nurul Iman Sekarbela setelah

dilaksanakannya kegiatan pengembangan teknik mozaik.

D. Data dan Sumber Data

1. Data
Data dalam penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif yang

menggambarkan hasil observasi mengenai pengembangan teknik mozaik

untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK

Islam Nurul Iman Sekarbela.

2. Sumber Data

Sumber data berasal dari anak usia 5-6 tahun di TK Islam Nurul

Iman Sekarbela yang berjumlah 15 anak.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam metode penelitian kualitatif yang menjadi instrumen

penelitian atau alat penelitian adalah penulis sendiri. Penulis berfungsi

menetapkan fokus penelitian dan memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data serta menilai kualitas data dan menganalisis

data, menafsirkan data dan menyimpulkan data.

Kemudian penulis akan terjun langsung kelapangan untuk

melakukan pengamatan terhadap situasi dan kondisi taman kanak-kanak

dan menggali informasi data melalui dokumen yang ada ditaman kanak-

kanak TK Islam Nurul Iman Sekarbela, untuk lebih jelasnya berikut

penulis sajikan penjabarannya :

1. Metode Observasi

Metode observasi ialah metode pengumpulan data secara

sistematis melalui pengamatan dan pencataan terhadap fenomena yang


diteliti. Dalam hal ini yang penulis amati adalah proses pengembangan

teknik mozaik untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak

usia dini kelompok B di TK Islam Nurul Iman Sekarbela.

Menurut Ngalim Purwanto yang dikutip oleh Basrowi dan

Suwandi mengemukakan bahwa observasi adalah metode atau cara-cara

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok

secara langsung.

Dalam observasi, data yang penulis peroleh adalah data tentang

peningkatan motorik halus yang dilakukan oleh pendidik di TK Islam

Nurul Iman Sekarbela tersebut, penulis datang langsung ketempat

penelitian dan melakukan pengamatan terhadap peningkatan motorik

halus pada anak. Observasi merupakan metode yang penulis gunakan

untuk memproleh data tentang peningkatan motorik halus pada anak

usia.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data yang

sudah tersedia catatan dokumen-dokumen yang diteliti adalah dokumen

yang sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu mengenal “apakah

penggunaan teknik mozaik dapat meningkatkan motorik halus anak di

TK Islam Nurul Iman Sekarbela”. Fungsi dari dokumentasi untuk

pelengkap dari metode observasi.

2. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

observasi langsung dengan cara melihat tahapan perilaku anak yang

diteliti, pada tahap ini pengumpulan data sangat diperlukan untuk

mengumpulkan data-data yang peneliti dapatkan di lapangan.

Arikunto (2010: 203) mengatakan instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya baik, lebih cermat, lengkap

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

F. Prosedur Analisis Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti menggunakan teknik

analisis data yang bersifat induktif, yakni diawali dari fakta serta data

yang ada, bukan menggunakan teori sebagaimana mestinya. Peneliti

mempelajari suatu proses yang terjadi secara alamiah, mengamati,

mencatat, menganalisis, melaporkan dan menarik kesimpulan dari proses

yang dilaksanakan. Keseluruhan data tersebut dianalisis karena penelitian

ini menggunakan metode kualitatif yang dimana memiliki tiga langkah

yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Triangulasi merupakan upaya untuk menunjukkan bukti empirik

untuk meningkatkan pemahaman terhadap realita atau gejala yang

ditelitinya. Terdapat tiga jenis teknik triangulasi, antara lain: triangulasi


data/sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu

(Sugiyono 2007: 273) .

Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan derajat kepercayaan (kredibilitas) yakni dengan

melakukan triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

Triangulasi teknik pengumpulan data diperoleh dari data observasi dan

data dokumentasi. Selain itu, triangulasi waktu digunakan dengan

melakukan observasi sekali pada setiap kegiatan main di kelompok B TK

Islam Nurul Iman Sekarbela. Dari perspektif ini tujuan penelitian kualitatif

adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menjadi

perhatian dari sudut pandang partisipan.

DAFTAR PUSTAKA

A.T, S. (2015). Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan


Mosaik Pada Anak Kelompok B Di TK Pamardisiwi Muja-Muju
Yogyakarta.
Avivah, B. N. (2017). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Kelompok B2
Melalui Teknik Mozaik Di TK Jember Permai 1 Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hanum, M. K. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Tekhnik Mozaik Pada Kelompok A (4-5 Tahun) Di TK Tunas Harapan
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.
Hasibuan, I. R. (2017). Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper
Quilling Pada Anak Kelompok B3 di TK Darul Falah Cukir Diwek
Jombang, 11.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2014). Permendikbud No.137.
Komang Ayu Sugiartini Pramita Dewi, I. W. (2014). Metode Pemberian Tugas
Melalui Kegiatan Kolase Berbantuan Media Alam Untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak.
L., Z. (2009). In Psikologi Perkembangan (p. 31). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muchasanah, T. (2015). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Menempel Menggunakan Teknik Mozaik Pada Anak Kelompok
B2 Taman Kanak-Kanak Aba Kricak Kidul 61 Yogyakarta.
Ni Luh Ratreni, A. G. (2013). Penerapan Metode Pemberian Tugas Dan
Kegiatan 3M Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak
Kelompok B Tk Widya Kumara Sari Tunjung.
Puri Aquarisnawati, D. M. (2011). Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah
Ditinjau Dari Bender Gestalt Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah
Surabaya.
Samsudin. (2008). In Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak (p. 10).
Jakarta: Prenada Media.
Sumanto. (2005). In Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK (p. 87).
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Verayanti, S. M. (2013). In Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana (p. 66).
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai