Anda di halaman 1dari 33

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN PLAYDOUGH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(PTK)

DISUSUN OLEH :
ALIN GARISHA

NIM :
858893065

POKJAR LUMAJANG
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT JEMBER

i
A. JUDUL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK


MELALUI KEGIATAN BERMAIN PLAYDOUGH

B. BIDANG KAJIAN

- KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK


- PLAYDOUGH

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan
dan kemurahanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) yang berjudul ‘’Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiatan Bermain Playdough”. Penelitan Tindakan kelas ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah PTK Program Pendidikan S1 Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD), Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Terbuka Jember. PTK ini dapat terselesaikan dengan baik karena
bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu saya sebagai penulis
mengucapakan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak I PUTU SUKMANTARA, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi kepada kami selama
penyusunan PTK.
2. Ibu Diana Kartika selaku Kepala Sekolah KB Bintang Harapan yang telah memberikan
ijin untuk kami dapat melakukan penelitian di Lembaga KB Bintang Harapan.
3. Anak-anakku terkasih siswa-siswi Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan yang telah
mendukung berlangsungnya penelitian ini.
4. Keluarga yang saya cintai, suami dan anak-anak saya yang telah mendoakan dan
mendukung saya dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan PTK ini.
5. Rekan kerja saya di Lembaga KB Bintang Harapan atas doa dan dukungannya
6. Rekan sejawat saya teman-teman seperjuangan PG PAUD Semester 7 Pokjar Lumajang
atas segala bantuan dan sharing nya selama pemnyusuna PTK ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Kiranya Tuhan senantiasa melimpahkan segala kebaikanNya kepada kita semua.


Semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri pada khususnya.
Kami meyadari Laporan PTK ini masih jauh dari kata ‘sempurna’, oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran sebagai masukan bagi kami dalam memperbaiki Laporan PTK ini agar menjadi
lebih baik lagi.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

BIDANG KAJIAN .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................ 3
D. MANFAAT PENELITIAN......................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................. 5

A. KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN....................................... 5


B. KEGIATAN MEMBENTUK DENGAN PLAYDOUGH................................................... 8

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... …14

A. JENIS PENELITIAN ............................................................................................ …14


B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN ....................................................................... …14
C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ................................................................... …15
D. DESAIN PENELITIAN ......................................................................................... …15
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ......................................................................... …16
F. INSTRUMEN PENELITIAN ................................................................................. …17

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................................... …19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ …27

A. KESIMPULAN ................................................................................................... …27


B. SARAN ............................................................................................................ …27

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... …28

LAMPIRAN.................................................................................................................. …29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan anak usia dini merupakan fondasi terbaik dalam mengembangkan


kehidupannya di masa depan. Selain itu, pendidikan anak usia dini dapat mengoptimalkan
kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di tahap usia berikutnya.
Dalam penjabaran pengertian UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sejalan
dengan hal tersebut, Yuliani (2011: 6) mengungkapkan bahwa pendidikan anak usia dini
pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan
orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang
memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman
belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan
bereksperimen yang berlangsung secara berulangulang dan melibatkan seluruh potensi
dan kecerdasan anak.

Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan semua aspek


perkembangan yang dimiliki anak untuk memunculkan potensi yang optimal. Aspek-aspek
perkembangan tersebut adalah aspek nilai agama moral, aspek sosial emosional, aspek
bahasa, aspek kognitif dan aspek fisik motorik. Aspek perkembangan anak khususnya
perkembangan fisik motorik sangat penting untuk melatih koordinasi gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh. Aspek perkembangan motorik dibedakan menjadi dua
yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar menekankan pada koordinasi tubuh
pada gerakan 2 otot-otot besar seperti melompat, berlari dan berguling, sedangkan
motorik halus menekankan koordinasi otot tangan atau kelenturan tangan contohnya
menulis, menggambar dan memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk. Secara

1
umum, aspek fisik motorik kasar akan berkembang lebih dahulu daripada aspek motorik
halus. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi agar aspek motorik kasar dan halus dapat
berkembang secara seimbang sehingga anak tidak hanya mampu berlari, melompat,
menendang tetapi keterampilan motorik halus seperti menulis dan menggambar juga
terasah. Salah satu unsur kemampuan motorik halus yang sangat penting untuk
distimulasi yaitu keterampilan dalam menggunakan jari tangan. Sumantri (2005: 145)
mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus sangat penting untuk mendukung
pengembangan kognitif, sosial, dan emosional anak melalui kegiatan bermain. Selain itu,
pengembangan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan anak dalam menulis.
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, anak usia 4-5 tahun idealnya telah
mampu: (1) membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, dan lingkaran, (2)
menjiplak bentuk, (3) mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan
yang rumit, (4) melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media, dan (5) mengekspresikan diri dengan berkarya seni
menggunakan berbagai media. Menurut Yenni (2012), kegiatan yang termasuk motorik
halus yaitu kegiatan mencoret, meronce, menggambar, menulis, menjahit, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengamatan, anak-anak Kelompok Bermain 2 di KB Bintang Harapan
masih menemui hambatan dalam kemampuan motorik halus, diantaranya anak
cenderung tidak menyelesaikan beberapa kegiatan yang melibatkan motorik halus,
kurangnya kegiatan yang menstimulasi kemampuan motorik halus dari guru dan media
yang digunakan kurang bervariasi. Dari hasil pengamatan guru, ada 2 anak yang bisa, 6
anak kurang bisa dan 4 anak belum bisa dalam kegiatan yang melibatkan kemampuan
motorik halus. Menanggapi masalah tersebut, guru mencoba menggunakan metode
pembelajaran yang lebih bervariasi supaya pembelajaran menjadi menyenangkan dan
menarik minat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu kegiatan
yang dapat digunakan yaitu kegiatan bermain membuat bentuk dengan media playdough.
Menurut Yudha M Saputra (2005: 116), kegiatan membentuk dapat mengembangkan
keterampilan kedua tangan, mengembangkan kecepatan koordinasi dan gerakan tangan
dan melatih penguasaan emosi. Sejalan dengan itu Hajar Pamadhi (2008: 8.5)
mengungkapkan bahwa membentuk dapat mengenalkan benda di sekitar,
mengembangkan fungsi otak dan rasa serta mengembangkan keterampilan teknis
kecakapan hidup. Dalam kegiatan ini anak akan diajak bermain membentuk membuat

2
suatu karya, sehingga anak tidak akan merasa bosan dan tanpa terasa motorik halus anak
akan terstimulasi dengan baik. Kegiatan membentuk dengan media playdough dapat
melatih motorik halus anak sekaligus mengembangkan kreativitasnya. Hal ini akan terlihat
dari berbagai macam bentuk berhasil karya yang dibuat oleh anak. Oleh karena itu,
kegiatan membentuk dengan media playdough diharapkan mampu memberikan
pengalaman belajar yang lebih bervariasi dan menstimulasi kemampuan motorik halus
anak. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyusun judul ”Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Playdough”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ditemukan adalah
‘Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain
Playdough’.

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak
Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
para pendidik dalam mengembangkan motorik halus anak, salah satunya melalui
kegiatan membentuk dengan media playdough.

3
2. Manfaat Praktis

a. Bagi anak

Pemberian kegiatan membentuk media playdough dapat melatih kemampuan motorik


halus dan kreativitas anak.

b. Bagi pendidik

Pendidik diharapkan mampu menyajikan kegiatan yang bervariasi, sehingga akan


memotivasi anak untuk mengikuti dan menyelesaikan kegiatan. Selain itu, kegiatan
membentuk dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun

1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus

Teori mengenai pengertian perkembangan motorik halus sangat beragam.


Perkembangan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus
pada jari dan tangan. Gerakan ini merupakan keterampilan bergerak (Moeslichatoen,
2004). Sejalan dengan hal tersebut, Sumantri (2005: 143) menyatakan bahwa
keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-
otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan
koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-
alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya
mengetik, menjahit dan lain-lain. Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008: 12.5)
menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena
itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan
koordinasi gerakan tangan dan mata yang cermat. Jadi, semakin baik gerakan motorik
halus maka anak dapat berkreasi seperti menggambar, mewarnai, menganyam,
menempel, menggunting dan lain sebagainya. Pendapat tersebut diperkuat oleh
Hildebrand (Sumanto, 2005: 124) menyatakan bahwa pengembangan motorik halus
merupakan kegiatan yang memerlukan kecepatan, ketepatan, dan keterampilan
menggerakkan. Menurut Mahendra (Sumantri, 2005: 143) mengungkapkan bahwa
keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilanketerampilan
yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk
mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Jadi perkembangan motorik halus
dapat diartikan sebagai suatu gerakan yang dipengaruhi oleh otot-otot halus, dimana

5
gerakan tersebut dapat mempengaruhi kelenturan anak, serta menentukan
perkembangan anak di masa selanjutnya. Kemampuan motorik halus anak dapat
terlihat dalam kegiatan menggambar, menyisir rambut, mengkancingkan baju dan lain
sebagainya. Dengan demikian motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti jari
jemari yang membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dengan tangan, ketepatan dan
keterampilan dalam menggerakkan dimana gerakan tersebut mempengaruhi kelenturan
dan menentukan perkembangan anak di masa yang akan datang.

2. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus

Secara garis besar tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia 4-6 tahun
adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan
terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan
menulis (Puskur, Balitbang, Depdiknas, 2002). Sumantri (2005: 146) menyatakan bahwa
tujuan pengembangan motorik halus secara rinci menurut dapat dijabarkan sebagai
berikut: a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan. b. Mampu menggerakan anggota tubuh yang
berhubungan dengan gerak jari jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar dan
memanipulasi benda-benda. c. Mampu mengkoordinasi indera mata dan aktivitas tangan.
Koordinasi permainan membentuk dari tanah liat atau adonan dan lilin, menggambar,
mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang
(meronce). d. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Kegiatan
yang melibatkan motorik halus dapat melatih kesabaran anak dalam mengerjakan atau
membuat suatu karya. Selain mempunyai tujuan, dalam upaya pengembangan motorik
halus juga mempunyai fungsi. Yudha M Saputra (2005: 116) mengungkapkan fungsi
pengembangan motorik halus yaitu: (a) sebagai alat untuk mengembangkan
keterampilan gerak kedua tangan, (b) sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi
kecepatan tangan dan gerakan mata, dan (c) sebagai alat untuk melatih penguasaan
emosi. Sumantri (2005: 146) mengemukakan bahwa fungsi pengembangan kemampuan
motorik halus adalah: Mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif,
dan bahasa serta sosial, karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak terpisah
satu sama lain, atau bersifat holistik dan terintegrasi. Misalnya, dalam kegiatan
membentuk, aspek yang dikembangkan tidak hanya dominan pada aspek fisik

6
motoriknya saja namun juga dapat berpengaruh terhadap aspek sosial emosional yaitu
berkaitan dengan nilai kemandirian dan berkaitan juga dalam aspek seni yaitu kreativitas.
Dari tujuan dan fungsi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengembangan motorik halus adalah anak dapat menggerakkan bagian tubuh terutama
jeri jemari, mengkoordinasikan mata dan tangan serta mampu mengendalikan emosi
dalam beraktivitas motorik halus. Sedangkan fungsi pengembangan motorik halus
adalah sebagai alat mengembangkan keterampilan kedua tangan dan mendukung
pengembangan aspek lain atau bersifat holistik dan terintegrasi. 10

3. Kemampuan Motorik Anak Usia 4-5 Tahun

Yuliani (2011: 63) menyatakan bahwa perkembangan motorik merupakan proses


memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya
dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian
besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak
belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan
pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baik
gerakan motorik halus, maka semakin bebas pula untuk berkreasi. Namun, tidak semua
anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam
melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik
serta kematangan mental. Menurut Yuliani (2011) kemampuan motorik anak usia 4-6
tahun yaitu: a. Mampu berlari, meloncat, memanjat dan keseimbangan menguatkan
kemampuan motorik kasar yang telah berkembang dengan baik. b. Peningkatan
kemampuan kontrol jari tangan dalam mengambil bendabenda kecil, memotong garis
dengan gunting, memegang pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-
manik. c. Membangun yang membutuhkan keahlian, biasanya menyukai konstruksi dan
aktivitas besar dengan unit dan bahan konstruksi yang besar. d. Menunjukkan minat
yang besar dalam permainan bola dengan menggunakan peraturan yang sederhana.
Kegiatan motorik halus yang sesuai dengan karakteristik dan ciri-ciri perkembangan
motorik halus anak usia 4-5 tahun menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 120)
antara lain: (a) menempel, (b) mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan
gambar), (c) menjahit sederhana, (d) semakin terampil menggunakan jari tangan
untuk menggambar, menggunting, mewarnai, dan sebagainya, (e) mengisi pola

7
sederhana dengan sobekan kertas dan stempel, 11 (f) mengancingkan baju sendiri, (g)
menggambar dengan gerakan naik turun bersambung seperti gunung atau bukit (h)
menarik garis lurus, lengkung, dan miring, dan (i) melipat kertas.

B. Kegiatan Membentuk dengan Playdough

1. Pengertian Membentuk

Sumanto (2005: 139) membentuk adalah proses kerja seni rupa dengan maksud untuk
menghasilkan karya tiga dimensi (tri matra) yang memiliki volume dan ruang dengan
media tanah liat, dalam tatanan unsur rupa yang indah dan artistik. Membentuk
merupakan kegiatan seni sebagai perwujudan suatu ide, gagasan bentuk yang sudah ada
atau kreasi ciptaan baru (murni). Hajar Pamadhi (2008: 8.5) membentuk adalah membuat
bentuk, baik bentuk terapan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
maupun bentuk-bentuk yang kreatif sebagai karya seni murni. Membentuk dalam
kegiatan seni rupa adalah terjemahan dalam bahasa Belanda “boestseren” atau bahasa
Inggris “modelling”. Umumnya bahan yang digunakan untuk membentuk adalah bahan-
bahan lunak seperti tanah liat, playdough, plastisin dan sejenisnya (Cindelaras Art
Education) Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan membentuk
merupakan kegiatan seni rupa yang menghasilkan karya tiga dimensi yang bisa
dimanfaatkan sebagai karya seni murni.

2. Tujuan Membentuk

Kegiatan seni perlu diajarkan kepada anak untuk memberi kesempatan


mengungkapkan ekspresi perasaan dengan menyanyi, menggambar, mencat, membuat
sesuatu dari playdoughdan sebagainya di bawah bimbingan guru. Hajar Pamadhi (2008:
8.5) berpendapat bahwa tujuan dari kegiatan membentuk pada anak usia dini antara lain:
melatih motorik halus anak, melatih pengamatan, melatih kecermatan dan ketelitian,
melatih kemampuan ketepatan, melatih kreativitas, melatih kepekaan rasa indah,
mengembangkan rasa keterpakaian tinggi, dan melatih memanfaatkan benda limbah
menjadi benda baru. Froebel (dalam Robert R. Boehlke, 2009: 353) merumuskan arti
“seni” itu dengan alinea berikut: Seni berupa nada adalah musik, khususnya lagu. Seni

8
berupa warna berarti melukis. Seni berupa bahan seperti tanah liat berarti memahat.
Kedua kegiatan terakhir dihubungkan satu sama lain dengan usaha menggambar. Akan
tetapi, hal ini boleh dianggap sebagai ungkapan melalui penggunaan garis, sedangkan
melukis adalah ungkapan melalui penggunaan permukaan dan memahat adalah
ungkapan melalui penggunaan bahan padat. Tiga tujuan yang hendak dicapai melalui
mata pelajaran seni. Pertama, anak akan dilibatkan dalam pengalaman menggambar,
mencat, menyanyi dan memakai bahan seperti tanah liat/playdoughtidak untuk
menjadikan seorang seniman melainkan untuk mengungkapkanperasaannya. Kedua,
pengalaman menggambar atau membuat sesuatu dari playdough, cenderung
menimbulkan perasaan senang dalam diri anak. Ketiga, anak tidak hanya membuat
sesuatu, tetapi mereka juga diperkenalkan pada karya seni sebagai hasil yang khas
manusia. Sumanto (2005:141) memaparkan tujuan membentuk, yaitu:

a. Sebagai media hias, suatu upaya dalam mendapatkan rasa keindahan (esthetis) yang
dapat memberikan kepuasan, pesona, sentuhan rasa indah, rasa seni bagi pengamatnya,
kesenangan, kenikmatan untuk menghias melalui tampilan karya seni patung.

b. Sebagai media ritual, menghadirkan bentuk patung antara lain dimaksudkan sebagai
sebagai perwujudan nilai-nilai kepercayaan, kesucian, kebenaran dari penganut ajaran.

c. Sebagai media ekspresi, perwujudan ungkapan perasaan (ekspresi) dari penciptanya


yang bersifat bebas, spontanitas, dan individual. Karya seni patung dapat menghasilkan
bentuk-bentuk yang orisinil/ asli sebagai karya ekspresi murni, atau yang bersifat hasil
karya penggubahan/ duplikasi dari bentuk yang sudah ada.

d. Sebagai tanda peringatan/ monumen, perwujudan umtuk melestarikan,


mengabadikan, mengenang peristiwa sejarah yang bernilai strategis dan simbolis bagi
suatu bangsa dan daerah. Dari kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
membentuk adalah pernyataan perasaan atau jiwa seseorang dalam bidang karya tiga
dimensi, yang bersifat bebas, spontanitas, dan individual

3. Peralatan Kegiatan Membentuk

Sumanto (2005: 143) peralatan yang digunakan untuk membentuk disesuaikan


dengan jenis bahan yang dipilih dan tehnik pembuatannya. Membentuk dengan

9
menggunakan jenis bahan yang sifatnya lunak dikerjakan secara langsung dengan tangan
dan diperlukan peralatan yaitu sudip atau alat butsir, alat pemutar seperti pembuatan
keramik atau gerabah. Mary Ellis (2002: 12) menjelaskan pemanfaatan barang-barang
rumahan yang dapat dipergunakan untuk membentuk dengan playdoughyaitu, penggilas
adonan, timbangan adonan, garpu, cuka, mangkuk, spon, stik es krim, penggaris, kartu
bekas, botol spray, hair dryer, kertas koran dan sebagainya. Dari kajian diatas, maka
dapat disimpulkan peralatan yang dapat digunakan dalam kegiatan membentuk bisa
dengan tangan, sudip, butsir, alat pemutar dan barang-barang rumahan.

4. Prosedur Kegiatan Membentuk

Dalam kegiatan membentuk dengan playdough, terdapat langkah kerja. Menurut


Sumanto (2005:154) terdapat beberapa langkah kerja dalam melakukan kegiatan
membentuk dengan playdough, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan bahan playdoughyang sudah berupa balok-balok atau bulatan


sedang untuk dibagikan kepada setiap anak dan kertas koran untuk alas meja atau tempat
meletakkan tanah liat.

b. Guru memandu langkah kerja membentuk dengan memberikan peragaan


membentuk dari bahan playdoughdengan ukuran cukup besar untuk mempermudah
anak dalam mengamati bentuk. Guru dapat melengkapi peraga dengan gambar langkah-
langkah membentuk mainan model berbagai bentuk yang ditempelkan dipapan tulis dan
contoh hasil membentuk mainan yang sudah jadi dengan baik.

c. Guru mengingatkan pada anak agar dalam melakukan kegiatan membentuk


dilakukan dengan tenang dan setelah selesai merapikan/ membersihkan tempat
belajarnya dan mencuci tangan.

d. Setiap tahapan membentuk benda yang sudah dibuat oleh anak, diberikan
penguatan dan motivasi oleh guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa langkah kerja dalam kegiatan membentuk yaitu menyiapkan bahan, memandu
dengan memberikan peragaan membentuk, membereskan tempat belajar serta memberi
penguatan dan motivasi.

10
5. Teknik membentuk Benda Dengan Playdough

Harry Sulastianto (2006: 155) menjelaskan bahwa membentuk benda dengan


playdoughdapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan cara pembentukan
playdoughtanpa putaran dan menggunakan putaran.

a. Cara pijatan (pinch forming) Cara pijatan dapat diawali dengan membuat bola-bola
adoana terlebih dahulu. Setelah itu, bentuk adonan dengan memijit-mijit bagian tengah
bola adonan. Menghaluskan adonan dapat dilakukan dengan menggunakan kain atau
spon yang dibasahi.

b. Cara tali atau pilin (coil) Pertama playdoughdibentuk seperti tali dengan cara
mengilas-gilas tanah dengan telapak tangan di atas bidang datar. Bentuk tali melingkar
untuk membentuk benda yang diinginkan. Dengan teknik ini akan terbentuk sebuah
benda seperti tali-tali tanah liat yang tersusun mendatar. Agar menghasilkan benda yang
lebih halus, bagian luar dan dalam benda ditekan atau dipjit-pijit sehingga menjadi rata.
Selanjutnya, benda dihaluskan dengan kain yang dibasahi.

c. Teknik slab Membentuk benda dengan teknik slab didahului dengan membuat
lembaran playdoughsetebal kurang lebih 1 cm. Bidang lembaran tanah liat tersebut
dibuat dengan cara digilas di atas permukaan bidang yang rata. Di sebelah kanan dan kiri
gumpalan playdough diletakkan papan setebal 1 cm sebagai pengatur ketebalan tanah
liat. Benda dari tanah liat yang dibuat dengan teknik slab lazimnya berbentuk kubus atau
prisma. Selanjutnya, untuk mengetahui cara pengerjaan teknik slab, dengan alat-alat
putaran (meja putar). Membuat benda dari tanah liat dengan menggunakan alat putaran
dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan tenaga penggerak alat putaran,
yaitu: alat putaran tangan, alat putaran kaki, dan alat putaran kaki.

Sumanto (2005: 145) menjelaskan beberapa teknik membentuk yang dapat


digunakan seperti membutsir, memahat, menuang atau mengecor, dan menyusun atau
konstruksi.

a. Membutsir Proses membutsir dilakukan dengan cara membentuk secara langsung


bahan yang dipilih/ digunakan dengan tangan atau memakai alat butsir (sudip). Dalam

11
proses membutsir kedua tangan dapat dengan mudah menekan, memijit, meremas,
menambahkan atau mengurangi bahan sampai menghasilkan suatu bentuk.

b. Memahat Memahat adalah teknik membentuk dengan menggunakan bahan yang


sifatnya keras. Dalam proses penggarapannyadigunakan alat pahat/tatah ukir dan 24
kelengkapan memahat lainnya sesuai jenis bahan yang dipilih. Namun untuk kegiatan
memahat bagi anak bisa menggunakan bahan yang mudah dipahat, misalnya sabun
batangan.

c. Mengecor/Menuang Mengecor atau menuang adalah teknik membentuk dengan


menggunakan bahan yang sifatnya cair sehingga dalam proses pembuatan harus
mengguanakan alat bantu cetakanpatungn.

d. Menyusun/Konstruksi Menyusun atau konstruksi adalah teknik membentuk


dengan menggunakan bahan berupa aneka bahan alam, bahan buatan, bahan limbah
dan sebagainya. Proses pembuatannya dilakukan dengan menyusun/mengkonstruksi
dan memanipulasikan bahan yang dipilih dengan cara dilem, dipaku, atau dilas sehingga
menjadi kreasi bentuk patung.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik membentik benda dengan
playdough adalah dengan cara pijatan, tali atau pilin, slab, atau dengan cara membutsir,
memahat, mengecor, dan menyusun .

6. Pengertian Playdough

Play dalam kamus bahasa Inggris adalah bermain dan dough adalah adonan. Playdough
adalah bermain melalui adonan. Adonan tersebut terbuat dari campuran tepung terigu,
garam, dan bahan lainnya. Menurut Jatmika (2012: 85) playdough adalah adonan mainan
yang merupakan bentuk modern dari tanah liat atau lempung yang terbuat dari
campuran tepung terigu. Mayesky M (2005: 3) menjelaskan bahwa playdough adalah
bahan yang sangat baik untuk mengekspresikan kreativitas anak karena bahannya yang
fleksibel dan lembut. Adonan dapat digulung menjadi suatu bentuk, dan beberapa
bentuk lainnya, sehingga bisa dibuat menjadi adonan hias dan adonan roti. Menurut
Mayke S.Tedjasaputra (2001: 57) playdough yaitu suatu jenis permainan yang

12
membutuhkan keahlian motorik halus dan membutuhkan suatu kreativitas yang tinggi,
sebab dalam permainan ini anak dapat membentuk dan membuat jenis benda. Dari
kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa playdoughadalah bahan yang dapat dibentuk
menjadi media hias dan adonan yang bisa dimakan.

7. Manfaat Membentuk dengan Playdough

Manfaat membentuk dengan playdough menurut Hajar Pamadhi (2008: 8.11) yaitu
anak dapat mengenal benda di sekitarnya, mengembangkan fungsi otak dan rasa, serta
mengembangkan keterampilan teknis kecakapan hidup. Dikutip dari Rumah Utama
Tanpopo (2012) playdough adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk
perkembangan otak anak. Manfaat bermain dengan playdough antara lain:

a. Kemampuan Sensori. Playdough Salah satu cara untuk mengenalkan sesuatu yaitu
melalui sentuhan. Dengan bermain playdough anak belajar tentang tekstur, serta
menciptakan sesuatu.

b. Kemampuan Berpikir. Bermain playdoughbisa mengasah kemampuan berpikir


anak. Melatih anak dengan memberikan contoh bagaimana bermain dan menciptakan
sesuatu dengan playdough.

c. Self Esteem. Permainan playdough adalah permainan tanpa aturan sehingga


berguna untuk mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas anak. Bermain
dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak, sekaligus mengajarkannya tentang problem
solving yang berguna untuk meningkatkan self esteem-nya.

d. Kemampuan Berbahasa penggunaan kata-kata untuk mendeskripsikan kegiatan


bermain playdoughatau memberi nama untuk setiap bentuk yang dibuat dari playdough.

e. Kemapuan Sosial kesempatan yang diberikan kepada anak untuk bermain


playdough dapat menjalin interaksi yang akrab dengan teman-temannya. Dari uraian di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membentuk dengan playdough memiliki
banyak manfaat bagi anak yaitu mengenal benda di sekitarnya, mengembangkan fungsi
otak dan rasa, serta mengembangkan keterampilan teknis kecakapan hidup.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak
usia 4-5 tahun di KB Bintang Harapan. Desain yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) kolaboratif.
Pendekatan penelitian tindakan kelas kolaboratif dimaksudkan bahwa dalam melakukan
penelitian, peneliti bersama-sama dengan guru kelas mulai dari proses perencanaan
sampai pada tahap merefleksikan hasil dari pelaksanaan tindakan yang bertujuan dalam
meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan psikomotor, serta ranah afektif bagi
anak didik. Suharsimi Arikunto (2006: 96) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan suatu proses praksis pembelajaran. Wina Sanjaya (2010: 26)
mengasumsikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian masalah
pembelajaran di suatu kelas melalui refleksi diri dalam upaya pemecahan masalah
dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata, kemudian
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas
digunakan karena mampu mengupayakan perbaikan kondisi khususnya dalam
peningkatan keterampilan motorik halus anak dengan cara pemberian tindakan yang
terencana.

B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

1. Subjek

Subjek penelitian ini adalah anak-anak Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan


Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2021/2022

14
2. Objek

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 29) objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan
inti dari problematika penelitian. Sugiyono (2012: 60) mengasumsikan bahwa variabel
penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja, ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan. Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik halus.

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan, Jl. K.H.
Abdurrahman Wahid No. 4 Sidomukti – Kecamatan Kraksaan - Kabupaten Probolinggo

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan November 2021, yang bbertepatan
dengan pembelajaran Semester I Tahun Ajaran 2021/2022.

D.DESAIN PENELITIAN
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan peneliti terlebih dahulu melakukan perencanaan
dengan seksama tentang jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam perencanaan ini
peneliti bersama rekan mempersiapkan rancangan pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan tema yang memuat kegiatan
membentuk playdough dalam meningkatkan keterampilan motorik halus. Langkah
selanjutnya mempersiapkan playdough, cetakan (bisa menggunakan cetakan
kue/cetakan plastik, stik es krim atau lidi), celemek, koran bekas serta air. Kemudian
peneliti menyiapkan instrumen pengamatan mengenai keterampilan motorik halus
melalui kegiatan membentuk dengan playdough, serta mempersiapkan alat
pendokumentasian kegiatan.

15
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah melakukan perencanaan dengan matang, secara kolaboratif peneliti
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan
menggunakan panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Dalam
pelaksanaannya bersifat fleksibel, disesuaikan dengan situasi maupun keadaan.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa:
1) Kegiatan awal yang diisi dengan berbaris di depan kelas sebagai pengkondisian
awal.
2) Berdoa, salam, presensi, dan apersepsi.
3) Kegiatan inti berupa kegiatan membentuk dengan playdough.
4) Kegiatan penutup yang dilakukan dengan berdoa dan salam.

c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas dengan
mengamati proses dan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
d. Refleksi
Pelaksanaan refleksi dilaksanakan peneliti untuk mengevaluasi hasil tindakan serta
merumuskan perencanaan tindakan selanjutnya. Jika hasil refleksi perlu adanya
perbaikan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan kembali agar tindakan
selanjutnya tidak ada pengulangan sampai masalah yang diteliti dapat diatasi secara
optimal. Peneliti dapat melaksanakan Siklus II untuk menyempurnakannya.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data berkaitan dengan cara pemerolehan data. Penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi.
Observasi dipergunakan untuk mengetahui kegiatan yang ada dilapangan. Peneliti
mengamati langsung segala kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan yang
diteliti. Observasi dibedakan ke dalam dua jenis yaitu observasi berperan serta
(participant observation) dan observasi non partisipan. Menurut Sugiyono (2012: 204)
mendeskripsikan observasi berperan serta, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sumber data penelitian

16
sedangkan dalam observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat dan hanha sebagai
pengamat independen. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi
partisipan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai
pelaksanaan pembelajaran dikelas A1 dan terlibat langsung dengan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa A1. Peneliti bersama kolaborator melakukan pengamatan
selama kegiatan membentuk dengan playdoughberlangsung. Peneliti memberikan
penilaian pada proses ketika anak melakukan gerakan motorik halusnya dalam
kegiatan membentuk, proses ketika anak melakukan sesuai perbandingan ukuran
denga cara meniru, mengikuti, dan mengulangi tanpa bantuan guru. Metode lain
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 231), metode dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Sugiyono (2011: 329),
mengemukakan bahwa dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya
monumental seseorang. Pendokumentasian sangat diperlukan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam memperkuat data sebagai penentu keberhasilan
tindakan pada setiap siklusnya.

F. INSTRUMEN PENELITIAN
VARIABEL INDIKATOR KRITERIA PENILAIAN DESKRIPSI
BB Anak belum mampu membentuk
(Belum Berkembang) benda sesuai dengan
perbandingan ukuran meski
koordinsi mata
sudah mendapat petunjuk dan
dan tangan
Ketrampilan bantuan dari orang lain.
untuk
Motorik MB Anak mendapat petunjuk dari
melakukan
Halus (Mulai Berkembang) guru dalam membentuk benda
gerakan yang
sesuai perbandingan ukuran
rumit
dengan cara meniru, mengikuti,
dan mengulangi penjelasan
guru.

17
BSH Anak mampu membentuk benda
(Berkembang Sesuai sesuai perbandingan ukuran
Harapan) dengan cara meniru, mengikuti,
dan mengulangi penjelasan guru
tanpa adanya bantuan dari guru
tersebut
BSB Anak mampu membentuk benda
(Berkembang Sangat sesuai perbandingan ukuran
Baik) dengan cara meniru, mengikuti,
dan mengulangi penjelasan guru
tanpa adanya bantuan dari guru
dan anak tersebut mampu
membantu temannya dalam
memberi pengarahan/bantuan
BB Anak belum dapat membentuk
(Belum Berkembang) playdoughsesuai bentuk benda
meski sudah mendapat petunjuk
dan bantuan dari orang lain.
Ketepatan: MB Anak mendapat petunjuk guru
Ketepatan (Mulai Berkembang) dalam membentuk playdough
Membentuk dalam sesuai bentuk benda.
dengan membentuk BSH Anak dapat membentuk
Playdough playdough (Berkembang Sesuai playdoughdengan tepat sesuai
sesuai bentuk Harapan) bentuk benda.
benda BSB Anak dapat membentuk
(Berkembang Sangat playdough dengan tepat sesuai
Baik) bentuk benda dan memberi
masukan kepada temannya
tentang berbagai bentuk

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN

KEGIATAN SIKLUS I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN


(RPPH)
Tema/Sub Tema :Tanaman/ Buah-Buahan
Kelompok : KB 2
Hari / Tanggal : Senin, 22 November 2021

ALAT/SUMBER PENILAIAN
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
BELAJAR (ALAT)
Menjawab I. Kegiatan Awal ± 30 menit Gambar Percakapan
pertanyaan tentang - Berbaris peraga, guru,
keterangan/informasi - Berdoa dan salam diri anak
- Apersepsi tentang macam buah-
(Bahasa) buahan dan tema hari ini
- Tanya jawab tentang buah dan
kegunaannya
• Anak diminta menceritakan
tentang macam sayur serta
kegunaannya
• Anak menjawab pertanyaan
guru
Membentuk benda II. Kegiatan Inti 60 menit Playdough, Observasi
sesuai perbandingan - Praktek langsung membentuk pisang kertas karton
ukuran dengan cara dengan playdough.
meniru, mengikuti,
dan mengulangi

19
penjelasan guru • Anak mengambil alat dan bahan
tanpa adanya yang telah disediakan
bantuan dari guru Playdough, kertas karton
• Anak mulai membentuk pisang
(FMH) dengan menggunakan
playdough sesuai dengan
kreasinya sendiri.
• Anak membentuk dengan
kelompoknya dan mengerjakan
kegiatan sampai selesai
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
• Hasil karya anak
didokumentasikan oleh guru.
• Anak diminta merapikan
kembali alatalat yang digunakan
Membilang/menyebut pemberian Tugas membilang gambar Kartu gambar, Unjuk kerja
urutan bilangan 1-10 buah dengan kartu gambar diri anak, guru
• Anak diminta untuk mengambil
(Kognitif) kartu gambar buah sesuai
perintah guru
• Anak diminta membilang
jumlah gambar yang terdapat
pada kartu gambar
Mau diajak kerjasama Pemberian Tugas merapikan kelas Lap, Unjuk kerja
dalam tugas bersama dengan teman kelompoknya kemoceng,
• Anak diminta merapikan kelas sapu, diri anak
(Nam) 20bersama dengan
kelompoknya
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan.

20
III. Istirahat 30 menit Sabun cuci Observasi
- Cuci tangan tangan, air,
- Berdoa sebelum makan lap/tisu
- Makan bekal
- Bermain
Berani tampil didepan IV. KegiatanAkhir ± 30 menit Guru, diri anak Unjuk kerja
umum - Praktek Langsung bersyair dengan
judul “Buah Kesukaanku”
(Sosem) • Anak diminta menirukan syair
yang dibacakan guru
• Anak diminta mengulang syair
tersebut
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
- Refleksi Kegiatan
• Anak diminta duduk dalam
kelompok besar kemudian
menanyakan perasaan anak
selama kegiatan
• Memberikan waktu kepada
anak untuk menceritakan
pengalaman selama belajar
- Memberitahukan kegiatan esok hari
kepada anak

21
HASIL KEGIATAN SIKLUS I

HASIL PENILAIAN
KOORDINSI MATA DAN
NO. NAMA ANAK TANGAN UNTUK KETEPATAN DALAM MEMBENTUK
MELAKUKAN GERAKAN PLAYDOUGH SESUAI BENTUK BENDA
YANG RUMIT
1. JASON BSH BSH
2. JOLIN MB MB
3. GABBY MB MB
4. LEONARDO MB MB
5. OCHI BSH MB
6. OZIEL MB MB
7. RENATA BSH BSH
8. ACE MB MB
9. MIREILLE MB MB
10 ADAM BSH MB
11. VIOLETTA BSH MB
12. WILLIAM MB MB

22
KEGIATAN SIKLUS II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN


(RPPH)
Tema/Sub Tema :Tanaman/ Buah-Buahan
Kelompok : KB 2
Hari / Tanggal : Selasa, 23 November 2021

ALAT/SUMBER PENILAIAN
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
BELAJAR (ALAT)
Menjawab I. Kegiatan Awal ± 30 menit Gambar Percakapan,
pertanyaan tentang - Berbaris peraga, kotak, unjuk kerja
keterangan/informasi - Berdoa dan salam buah pisang,
- Apersepsi tentang macam buah- guru, diri anak
(Bahasa) buahan dan tema hari ini
• Menonton tayangan video
“Kisah Pisang dan Apel”
- Tanya jawab tentang buah dan
kegunaannya melalui permainan
• Anak diminta menebak gambar
yang ada di dalam kotak
dengan ciri-ciri yang disebutkan
guru
• Anak diminta meraba benda di
dalam kotak dan menebak
benda tersebut
Membentuk benda II. Kegiatan Inti 60 menit Playdough, Observasi
sesuai perbandingan - Praktek langsung membentuk pisang cetakan
ukuran dengan cara dengan playdough. plastik, mainan
meniru, mengikuti, • Anak mengambil alat dan bahan buah pisang
dan mengulangi yang telah disediakan

23
penjelasan guru Playdough, cetakan plastik,
tanpa adanya mainan bentuk buah pisang
bantuan dari guru sebagai perbandingan
• Anak mulai membentuk pisang
(FMH) dengan menggunakan
playdough sesuai dengan
kreasinya sendiri menggunakan
alat bahan yang telah
disediakan
• Anak membentuk dengan
kelompoknya dan mengerjakan
kegiatan sampai selesai
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
• Hasil karya anak
didokumentasikan oleh guru.
• Anak diminta merapikan
kembali alat-alat yang
digunakan
Membilang/menyebut pemberian Tugas membilang gambar playdough Unjuk kerja
urutan bilangan 1-10 buah dengan kartu gambar bentuk pisang,
• Anak diminta untuk kartu angka,
(Kognitif) mengumpulkan playdough diri anak, guru
bentuk pisang hasil buatannya
dan kelompoknya
• Anak diminta membilang
playdough bentuk pisang milik
kelompoknya tersebut dan
mencocokkan dengan kartu
angka

24
Mau diajak kerjasama Pemberian Tugas merapikan kelas Lap, Unjuk kerja
dalam tugas bersama dengan teman kelompoknya kemoceng,
• Anak diminta merapikan kelas sapu, diri anak
(Nam) 25bersama dengan
kelompoknya
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan.
III. Istirahat 30 menit Sabun cuci Observasi
- Cuci tangan tangan, air,
- Berdoa sebelum makan lap/tisu
- Makan bekal
- Bermain
Berani tampil didepan IV. KegiatanAkhir ± 30 menit Guru, diri anak Unjuk kerja
umum - Praktek Langsung bersyair dengan
judul “Buah Kesukaanku”
(Sosem) • Anak diminta menirukan syair
yang dibacakan guru
• Anak diminta mengulang syair
tersebut
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
- Refleksi Kegiatan
• Anak diminta duduk dalam
kelompok besar kemudian
menanyakan perasaan anak
selama kegiatan
• Memberikan waktu kepada
anak untuk menceritakan
pengalaman selama belajar
- Memberitahukan kegiatan esok hari
kepada anak

25
HASIL KEGIATAN SIKLUS II

HASIL PENILAIAN
KOORDINSI MATA DAN
NO. NAMA ANAK TANGAN UNTUK KETEPATAN DALAM MEMBENTUK
MELAKUKAN GERAKAN PLAYDOUGH SESUAI BENTUK BENDA
YANG RUMIT
1. JASON BSB BSH
2. JOLIN BSH MB
3. GABBY BSH BSH
4. LEONARDO MB MB
5. OCHI BSH BSH
6. OZIEL BSH MB
7. RENATA BSH BSH
8. ACE BSH MB
9. MIREILLE MB MB
10 ADAM BSH BSH
11. VIOLETTA BSH BSH
12. WILLIAM BSH MB

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan membentuk dengan playdough dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada usia 4-5 tahun di KB Bintang
Harapan. Peningkatan ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam aspek koordinasi
mata tangan dari MB menjadi BSH dan dari BSH menjadi BSB. Peningkatan juga
ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam ketepatan dalam membentuk
playdough sesuai bentuk benda dari MB menjadi BSH dan dari BSH menjadi BSB.

B. SARAN
Berdasarkan dari hasil paparan kesimpulan tersebut, maka untuk memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran seni di Kelompok Bermain dalam upaya meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak, diberikan saran bagi guru diantaranya adalah:
a) Dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus pada anak, sebaiknya disiapkan dengan matang agar pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga keterampilan motorik halus anak
dapat berkembang dengan optimal.
b) Dalam peningkatan keterampilan motorik halus anak diperlukan jam
pembelajaran yang berpusat pada kegiatan tersebut agar anak dapat fokus
dan tidak mudah lelah saat mengikuti kegiatan membentuk dengan
playdough, sehingga peningkatan keterampilan motorik halus anak dalam
membentuk dengan playdough terlaksana dengan kondusif.
c) Alat bahan yang disediakan haruslah menarik dan nyata bagi anak. Sehingga
anak dapat mengamati secara langsung tentang benda tersebut dan
memperoleh pengalaman belajar yang nyata.

27
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sujiono. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hajar Pamadhi & Evan Sukardi S. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas

Terbuka

Harry Sulastianto. (2006). Seni dan Budaya Untuk Kelas XII SMA Jilid 3. Bandung: PT Grafindo

Media Pratama.

Mary.Ellis (2004). Ceramics for Kids Creative Clay Projects to Pinch, Roll, Coil, Slam, & Twist.

New York: Lark Books

Moeslichatun. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

PUSKUR. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Balitbang Depdiknas.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan 2010. Yogyakarta: Aditya Media.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak SD. Jakarta: Ditjen Dikti

Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas.

Yudha M, Saputra & Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan

Kemampuan Anak TK. Jakarta. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Pendidikan dan Ketenagaan perguruan tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Yuliani Nurani Sujiono. (2011). Konsep Dasar PAUD. Jakarta: PT. Indeks.

28
LAMPIRAN

playdough

Tekstur Playdough

29

Anda mungkin juga menyukai