DISUSUN OLEH :
ALIN GARISHA
NIM :
858893065
POKJAR LUMAJANG
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT JEMBER
i
A. JUDUL
B. BIDANG KAJIAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan
dan kemurahanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) yang berjudul ‘’Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiatan Bermain Playdough”. Penelitan Tindakan kelas ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah PTK Program Pendidikan S1 Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD), Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Terbuka Jember. PTK ini dapat terselesaikan dengan baik karena
bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu saya sebagai penulis
mengucapakan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak I PUTU SUKMANTARA, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi kepada kami selama
penyusunan PTK.
2. Ibu Diana Kartika selaku Kepala Sekolah KB Bintang Harapan yang telah memberikan
ijin untuk kami dapat melakukan penelitian di Lembaga KB Bintang Harapan.
3. Anak-anakku terkasih siswa-siswi Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan yang telah
mendukung berlangsungnya penelitian ini.
4. Keluarga yang saya cintai, suami dan anak-anak saya yang telah mendoakan dan
mendukung saya dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan PTK ini.
5. Rekan kerja saya di Lembaga KB Bintang Harapan atas doa dan dukungannya
6. Rekan sejawat saya teman-teman seperjuangan PG PAUD Semester 7 Pokjar Lumajang
atas segala bantuan dan sharing nya selama pemnyusuna PTK ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
LAMPIRAN.................................................................................................................. …29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
umum, aspek fisik motorik kasar akan berkembang lebih dahulu daripada aspek motorik
halus. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi agar aspek motorik kasar dan halus dapat
berkembang secara seimbang sehingga anak tidak hanya mampu berlari, melompat,
menendang tetapi keterampilan motorik halus seperti menulis dan menggambar juga
terasah. Salah satu unsur kemampuan motorik halus yang sangat penting untuk
distimulasi yaitu keterampilan dalam menggunakan jari tangan. Sumantri (2005: 145)
mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus sangat penting untuk mendukung
pengembangan kognitif, sosial, dan emosional anak melalui kegiatan bermain. Selain itu,
pengembangan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan anak dalam menulis.
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, anak usia 4-5 tahun idealnya telah
mampu: (1) membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, dan lingkaran, (2)
menjiplak bentuk, (3) mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan
yang rumit, (4) melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media, dan (5) mengekspresikan diri dengan berkarya seni
menggunakan berbagai media. Menurut Yenni (2012), kegiatan yang termasuk motorik
halus yaitu kegiatan mencoret, meronce, menggambar, menulis, menjahit, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengamatan, anak-anak Kelompok Bermain 2 di KB Bintang Harapan
masih menemui hambatan dalam kemampuan motorik halus, diantaranya anak
cenderung tidak menyelesaikan beberapa kegiatan yang melibatkan motorik halus,
kurangnya kegiatan yang menstimulasi kemampuan motorik halus dari guru dan media
yang digunakan kurang bervariasi. Dari hasil pengamatan guru, ada 2 anak yang bisa, 6
anak kurang bisa dan 4 anak belum bisa dalam kegiatan yang melibatkan kemampuan
motorik halus. Menanggapi masalah tersebut, guru mencoba menggunakan metode
pembelajaran yang lebih bervariasi supaya pembelajaran menjadi menyenangkan dan
menarik minat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu kegiatan
yang dapat digunakan yaitu kegiatan bermain membuat bentuk dengan media playdough.
Menurut Yudha M Saputra (2005: 116), kegiatan membentuk dapat mengembangkan
keterampilan kedua tangan, mengembangkan kecepatan koordinasi dan gerakan tangan
dan melatih penguasaan emosi. Sejalan dengan itu Hajar Pamadhi (2008: 8.5)
mengungkapkan bahwa membentuk dapat mengenalkan benda di sekitar,
mengembangkan fungsi otak dan rasa serta mengembangkan keterampilan teknis
kecakapan hidup. Dalam kegiatan ini anak akan diajak bermain membentuk membuat
2
suatu karya, sehingga anak tidak akan merasa bosan dan tanpa terasa motorik halus anak
akan terstimulasi dengan baik. Kegiatan membentuk dengan media playdough dapat
melatih motorik halus anak sekaligus mengembangkan kreativitasnya. Hal ini akan terlihat
dari berbagai macam bentuk berhasil karya yang dibuat oleh anak. Oleh karena itu,
kegiatan membentuk dengan media playdough diharapkan mampu memberikan
pengalaman belajar yang lebih bervariasi dan menstimulasi kemampuan motorik halus
anak. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyusun judul ”Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Playdough”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ditemukan adalah
‘Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain
Playdough’.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak
Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
para pendidik dalam mengembangkan motorik halus anak, salah satunya melalui
kegiatan membentuk dengan media playdough.
3
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak
b. Bagi pendidik
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
gerakan tersebut dapat mempengaruhi kelenturan anak, serta menentukan
perkembangan anak di masa selanjutnya. Kemampuan motorik halus anak dapat
terlihat dalam kegiatan menggambar, menyisir rambut, mengkancingkan baju dan lain
sebagainya. Dengan demikian motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti jari
jemari yang membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dengan tangan, ketepatan dan
keterampilan dalam menggerakkan dimana gerakan tersebut mempengaruhi kelenturan
dan menentukan perkembangan anak di masa yang akan datang.
Secara garis besar tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia 4-6 tahun
adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan
terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan
menulis (Puskur, Balitbang, Depdiknas, 2002). Sumantri (2005: 146) menyatakan bahwa
tujuan pengembangan motorik halus secara rinci menurut dapat dijabarkan sebagai
berikut: a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan. b. Mampu menggerakan anggota tubuh yang
berhubungan dengan gerak jari jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar dan
memanipulasi benda-benda. c. Mampu mengkoordinasi indera mata dan aktivitas tangan.
Koordinasi permainan membentuk dari tanah liat atau adonan dan lilin, menggambar,
mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang
(meronce). d. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Kegiatan
yang melibatkan motorik halus dapat melatih kesabaran anak dalam mengerjakan atau
membuat suatu karya. Selain mempunyai tujuan, dalam upaya pengembangan motorik
halus juga mempunyai fungsi. Yudha M Saputra (2005: 116) mengungkapkan fungsi
pengembangan motorik halus yaitu: (a) sebagai alat untuk mengembangkan
keterampilan gerak kedua tangan, (b) sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi
kecepatan tangan dan gerakan mata, dan (c) sebagai alat untuk melatih penguasaan
emosi. Sumantri (2005: 146) mengemukakan bahwa fungsi pengembangan kemampuan
motorik halus adalah: Mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif,
dan bahasa serta sosial, karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak terpisah
satu sama lain, atau bersifat holistik dan terintegrasi. Misalnya, dalam kegiatan
membentuk, aspek yang dikembangkan tidak hanya dominan pada aspek fisik
6
motoriknya saja namun juga dapat berpengaruh terhadap aspek sosial emosional yaitu
berkaitan dengan nilai kemandirian dan berkaitan juga dalam aspek seni yaitu kreativitas.
Dari tujuan dan fungsi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengembangan motorik halus adalah anak dapat menggerakkan bagian tubuh terutama
jeri jemari, mengkoordinasikan mata dan tangan serta mampu mengendalikan emosi
dalam beraktivitas motorik halus. Sedangkan fungsi pengembangan motorik halus
adalah sebagai alat mengembangkan keterampilan kedua tangan dan mendukung
pengembangan aspek lain atau bersifat holistik dan terintegrasi. 10
7
sederhana dengan sobekan kertas dan stempel, 11 (f) mengancingkan baju sendiri, (g)
menggambar dengan gerakan naik turun bersambung seperti gunung atau bukit (h)
menarik garis lurus, lengkung, dan miring, dan (i) melipat kertas.
1. Pengertian Membentuk
Sumanto (2005: 139) membentuk adalah proses kerja seni rupa dengan maksud untuk
menghasilkan karya tiga dimensi (tri matra) yang memiliki volume dan ruang dengan
media tanah liat, dalam tatanan unsur rupa yang indah dan artistik. Membentuk
merupakan kegiatan seni sebagai perwujudan suatu ide, gagasan bentuk yang sudah ada
atau kreasi ciptaan baru (murni). Hajar Pamadhi (2008: 8.5) membentuk adalah membuat
bentuk, baik bentuk terapan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
maupun bentuk-bentuk yang kreatif sebagai karya seni murni. Membentuk dalam
kegiatan seni rupa adalah terjemahan dalam bahasa Belanda “boestseren” atau bahasa
Inggris “modelling”. Umumnya bahan yang digunakan untuk membentuk adalah bahan-
bahan lunak seperti tanah liat, playdough, plastisin dan sejenisnya (Cindelaras Art
Education) Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan membentuk
merupakan kegiatan seni rupa yang menghasilkan karya tiga dimensi yang bisa
dimanfaatkan sebagai karya seni murni.
2. Tujuan Membentuk
8
berupa warna berarti melukis. Seni berupa bahan seperti tanah liat berarti memahat.
Kedua kegiatan terakhir dihubungkan satu sama lain dengan usaha menggambar. Akan
tetapi, hal ini boleh dianggap sebagai ungkapan melalui penggunaan garis, sedangkan
melukis adalah ungkapan melalui penggunaan permukaan dan memahat adalah
ungkapan melalui penggunaan bahan padat. Tiga tujuan yang hendak dicapai melalui
mata pelajaran seni. Pertama, anak akan dilibatkan dalam pengalaman menggambar,
mencat, menyanyi dan memakai bahan seperti tanah liat/playdoughtidak untuk
menjadikan seorang seniman melainkan untuk mengungkapkanperasaannya. Kedua,
pengalaman menggambar atau membuat sesuatu dari playdough, cenderung
menimbulkan perasaan senang dalam diri anak. Ketiga, anak tidak hanya membuat
sesuatu, tetapi mereka juga diperkenalkan pada karya seni sebagai hasil yang khas
manusia. Sumanto (2005:141) memaparkan tujuan membentuk, yaitu:
a. Sebagai media hias, suatu upaya dalam mendapatkan rasa keindahan (esthetis) yang
dapat memberikan kepuasan, pesona, sentuhan rasa indah, rasa seni bagi pengamatnya,
kesenangan, kenikmatan untuk menghias melalui tampilan karya seni patung.
b. Sebagai media ritual, menghadirkan bentuk patung antara lain dimaksudkan sebagai
sebagai perwujudan nilai-nilai kepercayaan, kesucian, kebenaran dari penganut ajaran.
9
menggunakan jenis bahan yang sifatnya lunak dikerjakan secara langsung dengan tangan
dan diperlukan peralatan yaitu sudip atau alat butsir, alat pemutar seperti pembuatan
keramik atau gerabah. Mary Ellis (2002: 12) menjelaskan pemanfaatan barang-barang
rumahan yang dapat dipergunakan untuk membentuk dengan playdoughyaitu, penggilas
adonan, timbangan adonan, garpu, cuka, mangkuk, spon, stik es krim, penggaris, kartu
bekas, botol spray, hair dryer, kertas koran dan sebagainya. Dari kajian diatas, maka
dapat disimpulkan peralatan yang dapat digunakan dalam kegiatan membentuk bisa
dengan tangan, sudip, butsir, alat pemutar dan barang-barang rumahan.
d. Setiap tahapan membentuk benda yang sudah dibuat oleh anak, diberikan
penguatan dan motivasi oleh guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa langkah kerja dalam kegiatan membentuk yaitu menyiapkan bahan, memandu
dengan memberikan peragaan membentuk, membereskan tempat belajar serta memberi
penguatan dan motivasi.
10
5. Teknik membentuk Benda Dengan Playdough
a. Cara pijatan (pinch forming) Cara pijatan dapat diawali dengan membuat bola-bola
adoana terlebih dahulu. Setelah itu, bentuk adonan dengan memijit-mijit bagian tengah
bola adonan. Menghaluskan adonan dapat dilakukan dengan menggunakan kain atau
spon yang dibasahi.
b. Cara tali atau pilin (coil) Pertama playdoughdibentuk seperti tali dengan cara
mengilas-gilas tanah dengan telapak tangan di atas bidang datar. Bentuk tali melingkar
untuk membentuk benda yang diinginkan. Dengan teknik ini akan terbentuk sebuah
benda seperti tali-tali tanah liat yang tersusun mendatar. Agar menghasilkan benda yang
lebih halus, bagian luar dan dalam benda ditekan atau dipjit-pijit sehingga menjadi rata.
Selanjutnya, benda dihaluskan dengan kain yang dibasahi.
c. Teknik slab Membentuk benda dengan teknik slab didahului dengan membuat
lembaran playdoughsetebal kurang lebih 1 cm. Bidang lembaran tanah liat tersebut
dibuat dengan cara digilas di atas permukaan bidang yang rata. Di sebelah kanan dan kiri
gumpalan playdough diletakkan papan setebal 1 cm sebagai pengatur ketebalan tanah
liat. Benda dari tanah liat yang dibuat dengan teknik slab lazimnya berbentuk kubus atau
prisma. Selanjutnya, untuk mengetahui cara pengerjaan teknik slab, dengan alat-alat
putaran (meja putar). Membuat benda dari tanah liat dengan menggunakan alat putaran
dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan tenaga penggerak alat putaran,
yaitu: alat putaran tangan, alat putaran kaki, dan alat putaran kaki.
11
proses membutsir kedua tangan dapat dengan mudah menekan, memijit, meremas,
menambahkan atau mengurangi bahan sampai menghasilkan suatu bentuk.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik membentik benda dengan
playdough adalah dengan cara pijatan, tali atau pilin, slab, atau dengan cara membutsir,
memahat, mengecor, dan menyusun .
6. Pengertian Playdough
Play dalam kamus bahasa Inggris adalah bermain dan dough adalah adonan. Playdough
adalah bermain melalui adonan. Adonan tersebut terbuat dari campuran tepung terigu,
garam, dan bahan lainnya. Menurut Jatmika (2012: 85) playdough adalah adonan mainan
yang merupakan bentuk modern dari tanah liat atau lempung yang terbuat dari
campuran tepung terigu. Mayesky M (2005: 3) menjelaskan bahwa playdough adalah
bahan yang sangat baik untuk mengekspresikan kreativitas anak karena bahannya yang
fleksibel dan lembut. Adonan dapat digulung menjadi suatu bentuk, dan beberapa
bentuk lainnya, sehingga bisa dibuat menjadi adonan hias dan adonan roti. Menurut
Mayke S.Tedjasaputra (2001: 57) playdough yaitu suatu jenis permainan yang
12
membutuhkan keahlian motorik halus dan membutuhkan suatu kreativitas yang tinggi,
sebab dalam permainan ini anak dapat membentuk dan membuat jenis benda. Dari
kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa playdoughadalah bahan yang dapat dibentuk
menjadi media hias dan adonan yang bisa dimakan.
Manfaat membentuk dengan playdough menurut Hajar Pamadhi (2008: 8.11) yaitu
anak dapat mengenal benda di sekitarnya, mengembangkan fungsi otak dan rasa, serta
mengembangkan keterampilan teknis kecakapan hidup. Dikutip dari Rumah Utama
Tanpopo (2012) playdough adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk
perkembangan otak anak. Manfaat bermain dengan playdough antara lain:
a. Kemampuan Sensori. Playdough Salah satu cara untuk mengenalkan sesuatu yaitu
melalui sentuhan. Dengan bermain playdough anak belajar tentang tekstur, serta
menciptakan sesuatu.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak
usia 4-5 tahun di KB Bintang Harapan. Desain yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) kolaboratif.
Pendekatan penelitian tindakan kelas kolaboratif dimaksudkan bahwa dalam melakukan
penelitian, peneliti bersama-sama dengan guru kelas mulai dari proses perencanaan
sampai pada tahap merefleksikan hasil dari pelaksanaan tindakan yang bertujuan dalam
meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan psikomotor, serta ranah afektif bagi
anak didik. Suharsimi Arikunto (2006: 96) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan suatu proses praksis pembelajaran. Wina Sanjaya (2010: 26)
mengasumsikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian masalah
pembelajaran di suatu kelas melalui refleksi diri dalam upaya pemecahan masalah
dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata, kemudian
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas
digunakan karena mampu mengupayakan perbaikan kondisi khususnya dalam
peningkatan keterampilan motorik halus anak dengan cara pemberian tindakan yang
terencana.
1. Subjek
14
2. Objek
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 29) objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan
inti dari problematika penelitian. Sugiyono (2012: 60) mengasumsikan bahwa variabel
penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja, ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan. Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik halus.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas Kelompok Bermain 2 KB Bintang Harapan, Jl. K.H.
Abdurrahman Wahid No. 4 Sidomukti – Kecamatan Kraksaan - Kabupaten Probolinggo
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan November 2021, yang bbertepatan
dengan pembelajaran Semester I Tahun Ajaran 2021/2022.
D.DESAIN PENELITIAN
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan peneliti terlebih dahulu melakukan perencanaan
dengan seksama tentang jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam perencanaan ini
peneliti bersama rekan mempersiapkan rancangan pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan tema yang memuat kegiatan
membentuk playdough dalam meningkatkan keterampilan motorik halus. Langkah
selanjutnya mempersiapkan playdough, cetakan (bisa menggunakan cetakan
kue/cetakan plastik, stik es krim atau lidi), celemek, koran bekas serta air. Kemudian
peneliti menyiapkan instrumen pengamatan mengenai keterampilan motorik halus
melalui kegiatan membentuk dengan playdough, serta mempersiapkan alat
pendokumentasian kegiatan.
15
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah melakukan perencanaan dengan matang, secara kolaboratif peneliti
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan
menggunakan panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Dalam
pelaksanaannya bersifat fleksibel, disesuaikan dengan situasi maupun keadaan.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa:
1) Kegiatan awal yang diisi dengan berbaris di depan kelas sebagai pengkondisian
awal.
2) Berdoa, salam, presensi, dan apersepsi.
3) Kegiatan inti berupa kegiatan membentuk dengan playdough.
4) Kegiatan penutup yang dilakukan dengan berdoa dan salam.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas dengan
mengamati proses dan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
d. Refleksi
Pelaksanaan refleksi dilaksanakan peneliti untuk mengevaluasi hasil tindakan serta
merumuskan perencanaan tindakan selanjutnya. Jika hasil refleksi perlu adanya
perbaikan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan kembali agar tindakan
selanjutnya tidak ada pengulangan sampai masalah yang diteliti dapat diatasi secara
optimal. Peneliti dapat melaksanakan Siklus II untuk menyempurnakannya.
16
sedangkan dalam observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat dan hanha sebagai
pengamat independen. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi
partisipan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai
pelaksanaan pembelajaran dikelas A1 dan terlibat langsung dengan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa A1. Peneliti bersama kolaborator melakukan pengamatan
selama kegiatan membentuk dengan playdoughberlangsung. Peneliti memberikan
penilaian pada proses ketika anak melakukan gerakan motorik halusnya dalam
kegiatan membentuk, proses ketika anak melakukan sesuai perbandingan ukuran
denga cara meniru, mengikuti, dan mengulangi tanpa bantuan guru. Metode lain
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 231), metode dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Sugiyono (2011: 329),
mengemukakan bahwa dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya
monumental seseorang. Pendokumentasian sangat diperlukan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam memperkuat data sebagai penentu keberhasilan
tindakan pada setiap siklusnya.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
VARIABEL INDIKATOR KRITERIA PENILAIAN DESKRIPSI
BB Anak belum mampu membentuk
(Belum Berkembang) benda sesuai dengan
perbandingan ukuran meski
koordinsi mata
sudah mendapat petunjuk dan
dan tangan
Ketrampilan bantuan dari orang lain.
untuk
Motorik MB Anak mendapat petunjuk dari
melakukan
Halus (Mulai Berkembang) guru dalam membentuk benda
gerakan yang
sesuai perbandingan ukuran
rumit
dengan cara meniru, mengikuti,
dan mengulangi penjelasan
guru.
17
BSH Anak mampu membentuk benda
(Berkembang Sesuai sesuai perbandingan ukuran
Harapan) dengan cara meniru, mengikuti,
dan mengulangi penjelasan guru
tanpa adanya bantuan dari guru
tersebut
BSB Anak mampu membentuk benda
(Berkembang Sangat sesuai perbandingan ukuran
Baik) dengan cara meniru, mengikuti,
dan mengulangi penjelasan guru
tanpa adanya bantuan dari guru
dan anak tersebut mampu
membantu temannya dalam
memberi pengarahan/bantuan
BB Anak belum dapat membentuk
(Belum Berkembang) playdoughsesuai bentuk benda
meski sudah mendapat petunjuk
dan bantuan dari orang lain.
Ketepatan: MB Anak mendapat petunjuk guru
Ketepatan (Mulai Berkembang) dalam membentuk playdough
Membentuk dalam sesuai bentuk benda.
dengan membentuk BSH Anak dapat membentuk
Playdough playdough (Berkembang Sesuai playdoughdengan tepat sesuai
sesuai bentuk Harapan) bentuk benda.
benda BSB Anak dapat membentuk
(Berkembang Sangat playdough dengan tepat sesuai
Baik) bentuk benda dan memberi
masukan kepada temannya
tentang berbagai bentuk
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
KEGIATAN SIKLUS I
ALAT/SUMBER PENILAIAN
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
BELAJAR (ALAT)
Menjawab I. Kegiatan Awal ± 30 menit Gambar Percakapan
pertanyaan tentang - Berbaris peraga, guru,
keterangan/informasi - Berdoa dan salam diri anak
- Apersepsi tentang macam buah-
(Bahasa) buahan dan tema hari ini
- Tanya jawab tentang buah dan
kegunaannya
• Anak diminta menceritakan
tentang macam sayur serta
kegunaannya
• Anak menjawab pertanyaan
guru
Membentuk benda II. Kegiatan Inti 60 menit Playdough, Observasi
sesuai perbandingan - Praktek langsung membentuk pisang kertas karton
ukuran dengan cara dengan playdough.
meniru, mengikuti,
dan mengulangi
19
penjelasan guru • Anak mengambil alat dan bahan
tanpa adanya yang telah disediakan
bantuan dari guru Playdough, kertas karton
• Anak mulai membentuk pisang
(FMH) dengan menggunakan
playdough sesuai dengan
kreasinya sendiri.
• Anak membentuk dengan
kelompoknya dan mengerjakan
kegiatan sampai selesai
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
• Hasil karya anak
didokumentasikan oleh guru.
• Anak diminta merapikan
kembali alatalat yang digunakan
Membilang/menyebut pemberian Tugas membilang gambar Kartu gambar, Unjuk kerja
urutan bilangan 1-10 buah dengan kartu gambar diri anak, guru
• Anak diminta untuk mengambil
(Kognitif) kartu gambar buah sesuai
perintah guru
• Anak diminta membilang
jumlah gambar yang terdapat
pada kartu gambar
Mau diajak kerjasama Pemberian Tugas merapikan kelas Lap, Unjuk kerja
dalam tugas bersama dengan teman kelompoknya kemoceng,
• Anak diminta merapikan kelas sapu, diri anak
(Nam) 20bersama dengan
kelompoknya
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan.
20
III. Istirahat 30 menit Sabun cuci Observasi
- Cuci tangan tangan, air,
- Berdoa sebelum makan lap/tisu
- Makan bekal
- Bermain
Berani tampil didepan IV. KegiatanAkhir ± 30 menit Guru, diri anak Unjuk kerja
umum - Praktek Langsung bersyair dengan
judul “Buah Kesukaanku”
(Sosem) • Anak diminta menirukan syair
yang dibacakan guru
• Anak diminta mengulang syair
tersebut
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
- Refleksi Kegiatan
• Anak diminta duduk dalam
kelompok besar kemudian
menanyakan perasaan anak
selama kegiatan
• Memberikan waktu kepada
anak untuk menceritakan
pengalaman selama belajar
- Memberitahukan kegiatan esok hari
kepada anak
21
HASIL KEGIATAN SIKLUS I
HASIL PENILAIAN
KOORDINSI MATA DAN
NO. NAMA ANAK TANGAN UNTUK KETEPATAN DALAM MEMBENTUK
MELAKUKAN GERAKAN PLAYDOUGH SESUAI BENTUK BENDA
YANG RUMIT
1. JASON BSH BSH
2. JOLIN MB MB
3. GABBY MB MB
4. LEONARDO MB MB
5. OCHI BSH MB
6. OZIEL MB MB
7. RENATA BSH BSH
8. ACE MB MB
9. MIREILLE MB MB
10 ADAM BSH MB
11. VIOLETTA BSH MB
12. WILLIAM MB MB
22
KEGIATAN SIKLUS II
ALAT/SUMBER PENILAIAN
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
BELAJAR (ALAT)
Menjawab I. Kegiatan Awal ± 30 menit Gambar Percakapan,
pertanyaan tentang - Berbaris peraga, kotak, unjuk kerja
keterangan/informasi - Berdoa dan salam buah pisang,
- Apersepsi tentang macam buah- guru, diri anak
(Bahasa) buahan dan tema hari ini
• Menonton tayangan video
“Kisah Pisang dan Apel”
- Tanya jawab tentang buah dan
kegunaannya melalui permainan
• Anak diminta menebak gambar
yang ada di dalam kotak
dengan ciri-ciri yang disebutkan
guru
• Anak diminta meraba benda di
dalam kotak dan menebak
benda tersebut
Membentuk benda II. Kegiatan Inti 60 menit Playdough, Observasi
sesuai perbandingan - Praktek langsung membentuk pisang cetakan
ukuran dengan cara dengan playdough. plastik, mainan
meniru, mengikuti, • Anak mengambil alat dan bahan buah pisang
dan mengulangi yang telah disediakan
23
penjelasan guru Playdough, cetakan plastik,
tanpa adanya mainan bentuk buah pisang
bantuan dari guru sebagai perbandingan
• Anak mulai membentuk pisang
(FMH) dengan menggunakan
playdough sesuai dengan
kreasinya sendiri menggunakan
alat bahan yang telah
disediakan
• Anak membentuk dengan
kelompoknya dan mengerjakan
kegiatan sampai selesai
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
• Hasil karya anak
didokumentasikan oleh guru.
• Anak diminta merapikan
kembali alat-alat yang
digunakan
Membilang/menyebut pemberian Tugas membilang gambar playdough Unjuk kerja
urutan bilangan 1-10 buah dengan kartu gambar bentuk pisang,
• Anak diminta untuk kartu angka,
(Kognitif) mengumpulkan playdough diri anak, guru
bentuk pisang hasil buatannya
dan kelompoknya
• Anak diminta membilang
playdough bentuk pisang milik
kelompoknya tersebut dan
mencocokkan dengan kartu
angka
24
Mau diajak kerjasama Pemberian Tugas merapikan kelas Lap, Unjuk kerja
dalam tugas bersama dengan teman kelompoknya kemoceng,
• Anak diminta merapikan kelas sapu, diri anak
(Nam) 25bersama dengan
kelompoknya
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan.
III. Istirahat 30 menit Sabun cuci Observasi
- Cuci tangan tangan, air,
- Berdoa sebelum makan lap/tisu
- Makan bekal
- Bermain
Berani tampil didepan IV. KegiatanAkhir ± 30 menit Guru, diri anak Unjuk kerja
umum - Praktek Langsung bersyair dengan
judul “Buah Kesukaanku”
(Sosem) • Anak diminta menirukan syair
yang dibacakan guru
• Anak diminta mengulang syair
tersebut
• Guru melakukan observasi dan
pencatatan proses kegiatan
- Refleksi Kegiatan
• Anak diminta duduk dalam
kelompok besar kemudian
menanyakan perasaan anak
selama kegiatan
• Memberikan waktu kepada
anak untuk menceritakan
pengalaman selama belajar
- Memberitahukan kegiatan esok hari
kepada anak
25
HASIL KEGIATAN SIKLUS II
HASIL PENILAIAN
KOORDINSI MATA DAN
NO. NAMA ANAK TANGAN UNTUK KETEPATAN DALAM MEMBENTUK
MELAKUKAN GERAKAN PLAYDOUGH SESUAI BENTUK BENDA
YANG RUMIT
1. JASON BSB BSH
2. JOLIN BSH MB
3. GABBY BSH BSH
4. LEONARDO MB MB
5. OCHI BSH BSH
6. OZIEL BSH MB
7. RENATA BSH BSH
8. ACE BSH MB
9. MIREILLE MB MB
10 ADAM BSH BSH
11. VIOLETTA BSH BSH
12. WILLIAM BSH MB
26
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan membentuk dengan playdough dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada usia 4-5 tahun di KB Bintang
Harapan. Peningkatan ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam aspek koordinasi
mata tangan dari MB menjadi BSH dan dari BSH menjadi BSB. Peningkatan juga
ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam ketepatan dalam membentuk
playdough sesuai bentuk benda dari MB menjadi BSH dan dari BSH menjadi BSB.
B. SARAN
Berdasarkan dari hasil paparan kesimpulan tersebut, maka untuk memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran seni di Kelompok Bermain dalam upaya meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak, diberikan saran bagi guru diantaranya adalah:
a) Dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus pada anak, sebaiknya disiapkan dengan matang agar pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga keterampilan motorik halus anak
dapat berkembang dengan optimal.
b) Dalam peningkatan keterampilan motorik halus anak diperlukan jam
pembelajaran yang berpusat pada kegiatan tersebut agar anak dapat fokus
dan tidak mudah lelah saat mengikuti kegiatan membentuk dengan
playdough, sehingga peningkatan keterampilan motorik halus anak dalam
membentuk dengan playdough terlaksana dengan kondusif.
c) Alat bahan yang disediakan haruslah menarik dan nyata bagi anak. Sehingga
anak dapat mengamati secara langsung tentang benda tersebut dan
memperoleh pengalaman belajar yang nyata.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sujiono. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hajar Pamadhi & Evan Sukardi S. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka
Harry Sulastianto. (2006). Seni dan Budaya Untuk Kelas XII SMA Jilid 3. Bandung: PT Grafindo
Media Pratama.
Mary.Ellis (2004). Ceramics for Kids Creative Clay Projects to Pinch, Roll, Coil, Slam, & Twist.
PUSKUR. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak SD. Jakarta: Ditjen Dikti
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Yuliani Nurani Sujiono. (2011). Konsep Dasar PAUD. Jakarta: PT. Indeks.
28
LAMPIRAN
playdough
Tekstur Playdough
29