Anda di halaman 1dari 59

TUGAS

KASUS PEMICU PENCERNAAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Kelompok 5

Adisti Fitria Yussumardi 2011313003 Nabila Rahmadani 2011312081


Aviva Wahyuni 2011311056 Rahmah Fauziah 2011312075
Khairunnisa 2011311050 Rona Shaumi 2011312078
Melsa Hazharia Qhalida 2011311011 Sarah Hana Fauziyyah 2011312012
Muthi’ah Khairunnisa 2011313021 Maulidyna Lairas 2011312051

DOSEN PENGAMPU

Reni Prima Gusty, S.Kp., M.Kes

PROGAM STUDI

KEPERAWATAN JURUSAN ILMU

KEPERWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
Kasus 1 : Hernia
Seorang laki-laki Tn. N dengan umur 46 tahun berpendidikan SLTA di diagnosa mengalami Hernia
Inguinalis Lateral Dextra di Instalasi Bedah RS X. Datang dengan keluhan ada benjolan di bagian paha sebelah
kanan, benjolan ini muncul mulai sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu. dalam 1 minggu terkhir benjolan yang
dirasakan semakin lama semakin sakit dengan skala 6.kondisi membuat pasien sering terbangun dan bangun
tidak segar. Pasien direncanakan operasi besok. hasil pengkajian mendapati pasien tegang dan takut untuk
dioperasi, belum pernah dioperasi sebelumnya, pasien sering menanyakan kapan operasinya, bagaimana
suasana di ruang operasi, jam berapa mulai operasinya, berapa lama, sakit atau tidak, lama atau tidak, dibius
atau tidak. Keadaan umum lemah, GCS 15 E4V5M6, TD : 130/80 mmHg, S : 36,5 oC, Nadi : 104 x/mnt, RR : 24
x/mnt. pemeriksaan labor didapatkan
Hemoglobin 14.8 g/dl, Eritrosit 4.71 106 /ul, Hematokrit 43 %, Leukosit 5.7 103 /ul,
Trombosit 258 103 /ul.
1. jelaskan Mekanisme seseorang mengalami hernia dan sebutkan apakah jenis hernia yang dialami
oleh Tn N ini? (buatlah (WOC)

Jawab :
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat
mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan
bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan.
Pertama – tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia.
Karena organ – organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah, sehinggga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi
otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra
abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.
Jenis Hernia pda Tn.T yaitu Hernia Inguinalis. Hernia inguinal atau hernia inguinalis adalah salah satu hernia
yang terjadi akibat adanya jaringan lunak dalam tubuh yang menonjol dan akan terlihat pada bagian bawah
perut dekat lipatan paha.
WOC

Kehamilan, batuk Kelemahan otot abdomen karena usia


kronis, obesitas atau secara congenital

Tekanan Intra Abdomen

Peregangan rongga dinding

Hernia

Cincin hernia

Penekanan pembuluh Gangguan


(usus) darah penyaluran isi

Strangulasi pembedahan Makanan tidak dapat


dicerna

Penekanan
Terputusnya
kontiunitas jaringan Lama tersimpan simpul
lunak
Gangguan rasa
nyaman dan nyeri
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Proses penyembuhan Terputusnya Destruksi Keterbatasan gerak


simpul pertahanan

Peningkatan Hipoperistaltik
metabolisme Masuknya usus
Gangguan rasa mikroorganisme
nyaman nyeri
Kebutuhan nutrisi Gangguan
eliminasi BAB
konstipasi
Resiko tinggi
Perubahan nutrisi
infeksi
kurang dari
Kurang
kebtuuhan tubuh Gangguan
perawatan
mobilitas
2. Buatlah 3 diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien diatas lengkap sampai ke intervensi
dengan pendekatan 3S (SDKI,SIKI,SLKI)?
TABEL ANALISA DATA

Data
NO. Problem Etiologi
Subjektif Objektif

1. Mayor : Mayor : Nyeri akut Benjolan di inguinal


-mengeluh nyeri -
Minor : Minor :
-gelisah -pola napas berubah
-frekuensi nadi RR : 24 x/mnt
meningkat -berfokus pada diri
Nadi : 104 x/mnt sendiri
-sulit tidur

2. Mayor : Mayor : Ansietas Kurang pengetahuan


-merasa bingung -tampak gelisah tentang kondisi kesehatan,
-merasa khawatir -tampak tegang rencana operasi
dengan akibat dari -sulit tidur
kondisi yang Minor :
dihadapi -frekuensi napas
-sulit berkonsentrasi meningkat
Minor : -frekuensi nadi
- meningkat

3. Mayor : Mayor :’ Defisit pengetahuan Kurang terpapar informasi


-menanyakan -menunjukkan
masalah yang persepsi yang keliru
dihadapi terhadap masalah
Minor : Minor :
- -menunjukkan
perilaku yang
berlebihan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (benjolan di inguinal) ditandai dengan klien
mengeluh nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan, rencana operasi ditandai
dengan klien tampak tegang
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan klien sering
menanyakan masalah yang dihadapi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa SLKI SIKI Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen a. Membantu
berhubungan tindakan Nyeri menentukan pilihan
dengan benjolan di keperawatan Observasi intervensi dan
inguinal ditandai selama 3x24 jam a. Kaji tingkat memberikan dasar
dengan klien klien dapat nyeri, durasi, untuk
mengeluh nyeri mengontrol nyeri lokasi dan perbandingan dan
dengan kriteria intensitas evaluasi terhadap
hasil : b. Observasi terapi
a. Klien ketidaknyama b. Perilaku non verbal
mengatakan nan non menunjukkan
nyeri berkurang verbal ketidaknyamanan
b. Wajah klien Terapeutik klien terhadap
tenang tidak a. Gunakan nyeri
nampak strategi c. Komunikasi
menahan sakit komunikasi terapetik dapat
c. Rasa gelisah terapetik menenangkan klien
klien menurun b. Gunakan d. Memfokuskan
d. Frekuensi nadi teknik perhatian klien
membaik distraksi membantu
c. Ciptakan menurunkan
suasana tegangan otot
lingkungan e. Lingkungan tenang
yang tenang dapat mengurangi
factor-faktor stress
Edukasi selama nyeri
a. Jelaskan f. Analgetik dapat
strategi mengurangi rasa
meredakan nyeri yang
nyeri dirasakan klien
b. Ajarkan
teknik
nonfarmakolo
gis untuk
mnegurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
analgetik

2 Cemas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas a. kecemasan klien


berhubungan tindakan Observasi akan berkurang
dengan prosedur keperawatan a. Identifikasi dengan informasi
pembedahan selama 3x24 jam perubahan yang diberikan
ditandai dengan kecemasan klien level perawat
klien tampak berkurang dengan kecemasan b. dengan ditemani
tegang a. klien tampak b. Dorong klien perawat
tenang untuk kecemasan klien
mengungkapk akan sedikit
b. klien
an secara berkurang
mengatakan
verbal tentang c. membantu
rasa takutnya
perasaan, menentukan jenis
berkurang
persepsi dan intervensi yang
c. klien ketakutan akan dilakukan
menyatakan Terapeutik d. mengetahui
siap untuk a. Temani klien perkembangan
dilakukan untuk
operasi meningkatkan keadaan klien
keamanan dan e. membuat perasaan
menurunkan terbuka dan
kecemasan bekerja sama
b. Dengarkan dalam memberikan
keluhan klien informasi yang
Edukasi akan membantu
a. Jelaskan identifikasi
prosedur, masalah
termasuk f. kontak mata
sensasi seperti menumbuhkan
keadaan hubungan salinh
selama percaya antara
prosedur. perawat klien
Kolaborasi g. menurunkan
a. Kolaborasi stimulus cemas
pemberian dapat mencegah
obat cemas yang
antiansietas, berkelanjutan
jika perlu h. sikap penerimaan
perawat dapat
meningkatkan
kepercayaan diri
klien
i. suasana yang
tenang dapat
mengurangi
stimulus pembuat
cemas

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi a. Pengetahuan


berhubungan tindakan kesehatan dasar yang
dengan kurang perawatan selama Observasi memadai dapat
terpapar informasi 3x24 jam a. Identifikasi meningkatkan
ditandai dengan pengetahuan klien factor internal kerjasama pasien
klien sering bertambah dengan dan eksternal mengenai
menanyakan a. Klien tenang yang dapat program
masalah yang b. Klien tampak meningkatkan pengobatan dan
dihadapi siap menjalani motivasi orang mendapatkan
operasi tua dan penyembuhan
keluarga.Jelask yang optimal
an pengertian, b. Pengetahuan
tanda gejala, mengenai lokasi
komplikasi, operasi dapat
rencana mningkatkan
tindakan yang tindakan
akan kooperatif klien
dilakukan. c. Durasi tindakan
Terapeutik operasi dapat
a. Sediakan menenangkan
materi dan klien
media d. Tingkat
pendidikan kecemasan klien
kesehatan untuk mengetahui
b. Berikan kesiapan klien
kesempatan operasi
untuk e. Gambaran tidakan
bertanya preoperatife dapat
Edukasi meningkatkan
a. Jelaskan kesipan klien
mengenai dalam
jadwal, dan melaksanakan
lokasi operasi operasi
b. Jelaskan
durasi
tindakan
operasi
c. Gambarkan
tindakan
preoperasi
rutin (anestesi,
diet, test
laboratorium,
IV terapi,
ruang tunggu
keluarga).

3. Buatlah pengkajian tambahan yang dapat ditambah untuk kasus diatas dengan menggunakan 11
fungsional gordon.
A. PENGKAJIAN

I. BIODATA
1. Identitas klien

nama klien : Tn. N

jenis kelamin : Laki -Laki


alamat : Pauh, Padang
umur : 46 Tahun
agama : Islam
status : Kawin
perkawinan
pendidikan : SLTA
pekerjaan :

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. Y

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 4 5 tahun

Pendidikan :-

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Pauh, Padang


Hubungan dengan klien : istri

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di bagian paha sebelah kanan

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dalam 1 minggu terkhir benjolan yang dirasakan semakin lama


semakin sakit dengan skala 6.kondisi membuat pasien sering terbangun dan
bangun tidak segar. Pasien direncanakan operasi besok. hasil pengkajian
mendapati pasien tegang dan takut untuk dioperasi, belum pernah dioperasi
sebelumnya, pasien sering menanyakan kapan operasinya, bagaimana suasana
di ruang operasi, jam berapa mulai operasinya, berapa lama, sakit atau tidak,
lama atau tidak, dibius atau tidak.

3. Riwayat penyakit dahulu

Keluhan ada benjolan di bagian paha sebelah kanan, benjolan ini muncul mulai
sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu

3. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :

Pasien mengabaikan benjolan yang ada di pahanya yang sudah ada sejak 10
tahun lalu sehingga menimbulkan rasa nyeri
2. Pola aktivitas dan latihan
penurunan rentang gerak aktivitas yang biasa dilakukan

3. Pola istirahat dan tidur

a. Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa tidur selama 6-8jam.


b. Selama sakit : pasien mengatakan bisa tidur 4 jam.
1) Kualitas dan kuantitas tidur : sering terbangun.
2) Gangguan tidur : nyeri

4. Pola nutrisi metabolik


- berat badan berlebih yag menyebabkan terhambatnya degenerasi dan mobilitas klien

5. Pola eliminasi
Gejala konstipasi mengalami kesakitan defekasi

6. Pola kognitif dan perceptual


Klien tidak mengalami gangguanpenglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran

7. Pola konsep diri


Ketakutan akan kecacatan
8. Pola koping
pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya karena ketakutan timbul akan
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya

9. Pola seksual-reproduksi
Libido menurun sehingga sehingga pola seksual reproduksi berubah

10. Pola peran dan hubungan


-klien kehilangan peran hubungan dengan keluarga karena harus menjalani rawat inap

11. Pola nilai dan kepercayaan

a. Agama

Pasien mengatakan beragama islam

b. Ibadah

Pasien mengatakan selama sakit jarang melakukan ibadah sholat

IV. PEMERIKSAAN FISIK


F. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 104x/menit
Suhu Tubuh : 36,5 derajat
RR : 24x / menit
b. Keadaan Umum
I. Kepala dan leher
• Kepala : simetris
• Leher : trakea simetris
• Penglihatan : Konjungtiva tidak anemis dansklera anikterik
• Hidung : nafas cuping tidak ada
• Pendengaran : Simetris dan nafas cuping hidungtidak ada
• Sistem Wicara : -
• Sistem Pernapasan : normal
II Dada : dada simetris, pernapasan normal 
III Payudara dan Ketiak : simetris dan tidak adabenjolan
IV Eksermitas: Adanya tonjolan pada paha sebelah kanan
V Integumen : ada atau tidaknya edema sianosis dan pucat

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin 14.8 g/dl,
Eritrosit 4.71 106 /ul,
Hematokrit 43 %,
Leukosit 5.7 103 /ul,
Trombosit 258 103 /ul.

4. Buatlah materi edukasi apa yang dibutuhkan pasien pasca operasi?


1. Konsumsi makanan berserat
enis makanan yang disarankan adalah makanan kaya serat, seperti kacang-kacangan, sereal, buah-buahan,
kentang, dan brokoli.
Tujuan mengonsumi makanan berserat adalah agar pasien bisa buang air besar dengan lancar dan feses lebih
mudah dikeluarkan, sehingga pasien tidak perlu mengejan terlalu keras. Dengan begitu, rongga perut pasien
tidak mendapatkan tekanan secara berlebihan.
2. Perbanyak konsumsi air putih
Anjurkan pasien untuk minum 8-10 gelas air putih per hari. Selain membantu melancarkan pencernaan dan
membuat feses lebih lunak, air putih juga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mencegah dehidrasi yang mungkin terjadi setelah operasi.
3. Berjalan dan bergerak secara rutin
Setelah operasi hernia, sarankan pasien untuk rutin berjalan atau bergerak guna mencegah pembekuan darah
dan membantu proses penyembuhan. Meski begitu, hindari dulu olahraga yang terlalu berat,
misalnya jogging atau angkat beban, untuk mencegah luka jahitan terbuka kembali.
Untuk kasus hernia yang lebih kompleks atau sering kambuh, hindari berbagai aktivitas berat setidaknya
selama 6 bulan setelah operasi.
4. Ganti perban secara rutin
Ganti perban secara rutin sesuai petunjuk dokter. Pastikan selalu mencuci tangan dengan sabun hingga bersih
sebelum mengganti kasa atau perban di area luka operasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada luka operasi.
5. Konsumsi obat pereda nyeri
Rasa nyeri sering kali dirasakan selama beberapa minggu pertama setelah operasi. Namun, rasa nyeri tersebut
bisa diredakan dengan mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri, seperti paracetamol, ibuprofen, atau obat
antinyeri lainnya yang diresepkan oleh dokter.
Rasa nyeri juga sering muncul saat pasien atuk atau bersin. Selain itu untuk mengurangi nyeri tersebut dengan
memberikan sedikit tekanan pada permukaan luka operasi dengan tangan atau bantal saat batuk atau bersin.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dihindari setelah menjalani operasi hernia. Berikut adalah hal-hal yang
perlu perhatikan selama perawatan pasca operasi hernia:

 Hindari mengangkat benda berat atau melakukan aktivitas yang berlebihan, selama 4-6 minggu.
 Hindari mandi dengan cara berendam, sampai perban dan jahitan sudah dilepas. Perban biasanya
dilepas pada hari kelima setelah operasi, sedangkan jahitan dilepas pada hari ketujuh setelah operasi.
 Jangan dulu berhubungan seksual, setidaknya selama 2 minggu.
 Jangan merokok, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan menghambat proses
penyembuhan luka.
 Hindari mengendarai kendaraan, setidaknya selama 2-3 hari setelah operasi. Hal ini karena
pengaruh obat bius dan pereda nyeri dapat membuat Anda merasa pusing, mengantuk, tidak fokus, atau
sulit mengingat.
 Hindari mengonsumsi alkohol, karena dapat menghambat pemulihan.
 Hindari mengenakan pakaian yang terlalu ketat, agar bekas luka tidak tergesek sehingga sulit
sembuh
Kasus 2 : Ca Kolon
Seseorang laki-laki Tn M berumur 50 tahun dan bekerja sebagai petani datang ke RS dengan keluhan
tidak bisa BAB dan mual muntah, kebiasaan harian pasien adalah kurang minum dan suka mengknsumsi
makanan berlemak dan siap saji. hasil diagnosa medis diindikasikan mengalami ca rektum dan dilakukan
tindakan operasi laparatomi sgera. Pengkajian dilakukan setelah 15 jam operasi di ruang rawat bedah
mawar. hasil pengkajian didapatkan bahwa kondisi Tn M masih lemah, mengeluh nyeri di daerah operasi
dan posisi masih tirah baring. hasil TTV didapatkan TD 120/95 mmHg, S = 38 0 C,nadi 100x/mnt, RR
20x/mnt, BB 75 Kg saat ini pasien masih puasa, peristaltik masih lemah. Hasil observasi didapatkan bahwa
pasien hanya tidur terlentang, pasien mengataka bahwa ia takut bergerak,khawatir selang yang ada lepas
dan sulit bergerak karenanyeri yang dirasakan sanga kuat dengan skala 8. urin output 300 cc/hari saat ini
pasien terpasang infus Nacl 0,09 % 2 kolf/hari. dan mendapatkan terapi : ketorolac(30 mg) 3x1 IV,
Cefriaxon 2x500 mg vit K 2x 1 Amp

1. Jelaskan mekanisme terjadi ca rektum dengan menjelaskannya dalam WOC

WOC Ca. Colon

Predisposisi Presipitasi

Usia 50 tahun Makanan rendah serat


Tinggi karbo, lemak, protein
Penurunan fungsi
Organ Material pembentukan feses
Tidak lembut

Penurunan abs. Bahan makanan,


Air, vitamin, natrium mineral, cairan elekrolit
eksresi karbohidrat menumpuk di usus
bikarbonat, mucus
feses
Obstruksi usus
Tertampung dalam kolon
Menekan sel-sel
Terpapar dengan sel
karsinogen Perubahan metalapsia di usus

Menggalakkan sel karsinogen Sel-sel ganas dalam usus


besar terinfasif

Menggalakkan sel kanker

Kanker Kolon

Inflamasi jaringan Destruksi jaringan syaraf Kerusakan


jaringan
vaskular lokal

Kehilangan fungsi kolon

Gangguan absorbsi jaringan

M.K Konstipasi Pendarahan


Intenal feses
bercampur darah

Anemia

M.K
Intoleransi
Akivitas

Merangsang serabut syaraf nyeri


Hipothalamus

Korteks cerebri

Nyeri dipersepsikan

M.K Nyeri Akut

1. Buatlan 3 Asuhan keperawatan lengkap dengan pendekatan 3 S


A. Pengkajian
1) Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2) Status Kesehatan
Status Kesehatan saat ini
Keluhan Utama :
Pre – operasi:
Tidak bisa BAB dan mual muntah
Post – Operasi
mengeluh nyeri di daerah operasi
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Seseorang laki-laki Tn M berumur 50 tahun dan bekerja sebagai petani datang ke RS dengan
keluhan tidak bisa BAB dan mual muntah

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami : -
2) Pernah dirawat/di operasi : -
3) Alergi : -
4) Kebiasaan merokok : -
5) Kebiasaan minum minuman beralkohol : -
6) Kebiasaan minum minuman bersoda : -
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit di dalam keluarga tidak ditemukan.
Diagnosa Medis
- Diagnosa Medis : ca rektum
B. Pengkajian Fisik
a. TTV
TD 120/95 mmHg,
S = 380 C,
nadi 100x/mnt,
RR 20x/mnt
C. Pemeriksaan Penunjang
-
a. Diagnosa

No Analisi Data Masalah Keperawatan


1. Ds : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
- Mengeluh nyeri di d.d meneluh nyeri, skala nyeri 8
daerah operasi
- sulit bergerak karena
nyeri yang dirasakan

Do :
- Skala nyeri 8

2. Ds: Anxietas b.d krisis situasional d.d


Pasien mengatakan bahwa ia Pasien mengatakan bahwa ia takut
takut bergerak,khawatir selang bergerak,khawatir selang yang ada
yang ada lepas lepas
Do:-
3. Ds : Risiko Infeksi b.d efek prosedur
Do : invasive
- Pasien tampak luka pasca
bedah kolostomi
- Pasien telah melakukan
operasi pembedahan
kolostomi

b. Intervensi

No Masalah keperawatan Slki Sdki


1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
pencedera fisik d.d intervensi 2x24 jam, maka  Identifikasi faktor yang
meneluh nyeri, skala kriteria hasil yang memperberat dan meringankan
nyeri 8 diharapkan tingkat nyeri nyeri
menurun:  Identifikasi pengetahuan dan
 Keluhan nyeri keyakinan tentang nyeri
menurun dari 1 ke 3  Identifikasi pengaruh budaya
 Berfokus pada diri terhadap respon nyeri
sendiri menurun dari  Identifikasi pengaruh nyeri pada
2 ke 4 kualitas hidup
Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi penggunaan
analgetik
2. Anxietas b.d krisis Setelah dilakukan REDUKSI ANXIETAS
situasional d.d Pasien intervensi 2x24 jam, maka
mengatakan bahwa ia kriteria hasil yang
1. Observasi
takut bergerak,khawatir diharapkan tingkat
 Identifikasi saat tingkat anxietas
selang yang ada lepas anxietas menurun:
berubah (mis. Kondisi, waktu,
- Verbalisasi
stressor)
khawatir akibat
 Identifikasi kemampuan mengambil
kondisi yang
keputusan
dihadapi menurun
 Monitor tanda anxietas (verbal dan
dari 1 ke 3
non verbal)
- Perilaku gelisah
2. Terapeutik
menurun dari 2 ke
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk
4
menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat
anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis
tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

3. Risiko Infeksi b.d efek Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi


prosedur invasive Definisi : Derajat infeksi Defisnisi : Mengidentifikasi dan
berdasarkan observasi atau menurunkan risiko terserang organisme
sumber informasi patogenik
Kriteria Hasil Tindakan
- Kebersihan tangan Observasi
( ditingkatkan ke 5) - Monitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistemik
- Kebersihan badan
(ditingkatkan ke 5) - Batasi jumlah pengunjung

- Demam (diturunkan ke - Berikan perawatan kulit pada area


2) edema

- Nyeri (diturunkan pada - Cuci tangan sebelum dan sesudah


2) kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Kadar sel darah putih
(ditingkatkan ke 5) - Pertahankan teknik aseptic pada
pasien risiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Ajarkan cara mencuci tangan yang


benar

- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka


atau luka operasi

- Anjurkan untuk meningkatkan suplay


nutrisi

- Anjurkan meningkatkan asupan


cairan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

3. Tambahkan pengkajian yang dibutuhkan untuk pasien ini dengan menggungakan pengkajian 11
fungsional Gordon
1) Pola presepsi dan manajemen Kesehatan
Pehamanan pasien terhadap penyakitnya.
2) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja yang sering di konsumsi,
makanan yang paling disukai, frekwensi makanannya.
Dan didalam kasus pasien kurang minum dan suka mengknsumsi makanan berlemak dan siap saji.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : kaji kebiasaan BAB, BAK, frekuensi,
Sesudah sakit : kaji warna BAB, BAK, adakah keluar darah atau tidak, keras, lembek,
cair ,perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat defekasi, pasien mengeluh tidak
bisa BAB
4) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar kegiatan olaraga.
5) Pola kognitif dan persepsi
Kaji fungsi kognitif klien seperti pendengaran,penglihatan,peraba,penciuman terhadap tubuh.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan dengan
keluarga.
7) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam
Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan
8) Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman sekitar lingkungan rumah,
aktif dalam kegiatan adat
9) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga besarnya dan
lingkungan sekitar.
10) Pola toleransi stress koping
Kaji metode cara pasien mengatasi stess, mendefenisikan stressor, toleransi terhadap stress,
efektivitas koping.
11) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama yang dianut,
mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.

4. Jelaskan indikasi dan efek samping obat yang digunakan pasien


Ketorolac (30 mg) 3x1 IV
Indikasi :
- Mengatasi rasa sakit atau nyeri sedang hingga berat serta peradangan

- Digunakan sebelum atau setelah operasi dan prosedur medis yang dapat menyebabkan nyeri.

Efek samping :
- Sakit perut

Istirahatkan tubuh Anda agar lebih rileks. Makan dan minum secara perlahan dalam porsi lebih
sedikit, tetapi lebih sering dapat membantu mengurangi efek samping ini. Anda juga bisa
mengompres perut dengan handuk hangat atau botol berisi air panas.
- Mual
Hindari makanan yang sulit dicerna. Jangan berbaring setelah makan. Beristirahatlah dengan
posisi kepala lebih tinggi dari kaki Anda. Jika Anda merasa mual saat bangun di pagi hari,
makanlah daging tanpa lemak atau keju sebelum tidur. Anda juga bisa meletakkan biskuit di
samping tempat tidur Anda dan makanlah sedikit sesaat setelah bangun tidur. Minumlah
setidaknya enam gelas air sehari.
- Muntah
Duduk atau berbaring dalam posisi bersandar. Minumlah sedikit minuman manis. Minuman
yang mengandung gula mampu membantu menenangkan perut. Namun, hindari minuman
asam, seperti jus jeruk atau jus anggur.
- Diare
Untuk mengatasi diare ringan, Anda perlu mengganti cairan dan elektrolit (garam) yang hilang
dengan meminum banyak air atau minuman olahraga kaya elektrolit. Hindari kopi, minuman
berkafein, minuman manis, soda, dan alkohol karena memiliki efek pencahar. Hindari juga
produk susu.
- Pusing
Jika Anda mulai merasa pusing, berbaringlah agar tidak pingsan, lalu duduklah sampai Anda
merasa lebih baik. Berhati-hatilah saat mengemudi atau mengoperasikan mesin, jika Anda
mengalami efek samping ini.
- Konstipasi (sembelit)

Minumlah banyak air dan konsumsilah makanan seimbang dengan banyak buah dan sayuran.
Jika efek samping ini terasa mengganggu, beri tahu dokter Anda.
- Perut kembung

- Mengantuk

Cefriaxon 2x500 mg
Indikasi :
- Infeksi saluran kemih

- Infeksi saluran pencernaan

- Infeksi mata

- Infeksi menular seksual

- Efek samping :

Efek Samping :
- Sakit perut.

- Mual dan muntah

- Diare.

- Pusing atau sakit kepala.Mengantuk.

- Bengkak dan iritasi pada area kulit yang disuntik.

- Berkeringat berlebihan.

- Meski jarang terjadi, ada juga risiko efek samping lain yang lebih serius, seperti sesak napas,
demam, detak jantung tidak teratur, kejang, sakit saat buang air kecil, dan memar di tubuh.
Vit K 2x 1 Amp
Indikasi :
- Mengatasi gangguan pendarahan akibat defisiansi vitamin K
- Membantu proses pembekuan darah

Efek samping :
- Pusing berat seperti terasa akan pingsan

- Bibir membiru

- Jantung berdetak cepat atau tidak beraturan

- Nyeri dada atau dada terasa berat

- Ruam kulit atau biduran dengan gatal

- Bengkak pada wajah dan tenggoroka

- Sesak napas

5. Hitung kebutuhan cairan yang diperlukan oleh pasien diatas.


Kebutuhan cairan yang diperlukan pasien
BB 10 kg pertama = 1000 ml
BB 10 kg kedua = 500 ml
Sisa = 55 kg x 20 ml
= 1100 ml
Total Kebutuhan Cairan = 1000 ml+ 500 ml + 1100 ml
= 2600 m

Kasus 3 : Apendiks
Seorang wanita 21 tahun datang ke RS dengan keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan
panas. keluarga membawa klien berobat ke Puskesmas S, tetapi selama satu hari minum obat yang diberikan
tidak ada perubahan kondisi, klien masih merasakan sakit perut dibagian kanan bawah dan muntah. Pada
tanggal 26 April 2020 keluarga membawa klien ke RS M, setelah dilakukan pemeriksaan, kemudian klien
dirujuk ke RSUD X. Klien datang ke RSUD X pada hari jum’at tanggal 26 April 2020 jam 09.00 dengan
keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas, setelah dilakukan pemeriksaan kemudian klien
disarankan untuk opname di ruang bedah RSUD X. dan dilakukan tindakan operasi pada tanggal 30 mei 2020.
Saat tersadar pasien mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas, terasa panas
seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan skala 4.Klien mengatakan nyeri pada luka
jahitan (abdomen), terutama jika digunakan untuk aktifitas. Semua aktivitas dibantu.
Tanda-tanda Vital didapatkan TD : 110/70 mmhg N :79 x/menit
RR : 20 x/menit S : 360 c BB : 70 kg TB : 170 cm

Hasil USG di RSI yarsi pada tanggal 30 April 2020


1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate
2) Ada cairan bebas intraabdominal (menyokong peritonitis)
3) Organ-organ abdomen lain normal

Abdomen
Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan jahitan rapi, luka bersih, tidak ada
pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka.
Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitar luka hangat.
Laboratorium, 30 Mei 2020

Terapi tanggal 1 Juni 2013


1) Infuse RL 20 tpm
2) Metronidazole 500 gr/8 jam3) Cefotaxim 1 gr/12 jam
4) Ranitidine 25 mg/12 jam
5) Norages 100 gr/8 jam
6) Inadril sirup 3x1 sendok teh

Berdasarkan kasus diatas, buatlah

1. Penjelasan secara teori tentang apendiksitis, jelaskan WOC nya

Jawab :

A. Defenisi
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab nyeri
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013).
Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010)
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Appendisitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ berbentuk tabung dan
sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks
vermiformisbervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada
permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas.
Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 201

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca dextra. Pangkalnya
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca
anterior superior dan umbilicus yang disebut titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).
Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan mesoapendiks (mesenter dari
apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan kontinue disepanjang apendiks dan berakhir di
ujung apendiks. Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari
apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri
ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri apendikular yang memperdarahi
hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena
apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior dan kemudian masuk ke
sirkulasi portal (Eylin, 2009).
b. Fisiologi Appendisitis
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
berperan pada patogenesis apendiks. Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut
Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian,
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini
kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).
C. Etiologi

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya.
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktormyang diajukan sebagai faktor pencetus disamping
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. histolytica (Jong,2010).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2010)
D. Patofisiologi
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang
terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis
berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini
kemudian berlanjut ke submukosa danm melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan
eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan
peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang menjadi
distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang
kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke
rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi
(Burkitt, 2007).

WOC
E. Klasifikasi

Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan appendisitis kronik
(Sjamsuhidajat & de jong, 2010):
a. Appendisitis akut.

Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal.
Gajala appendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya
nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
b. Appendisitis kronik.

Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.
Kriteria mikroskopik appendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel
inflamasi kronik. Insiden appendisitis kronik antara 1-5%.
F. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

b. Mual, muntah

c. Anoreksia, malaise

d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney

e. Spasme otot

f. Konstipasi, diare

G. Penatalaksanaan Medis

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada appendisitis meliputi :
a. Sebelum operasi

1) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendisitis seringkali belum jelas,
dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilaksanakan. Klien diminta melakukan tirah baring dan
dipuasakan.
Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara
periodik, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit
lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah
dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Antibiotik

Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksidan abses intra abdominal luka operasi pada
klien apendiktomi.Antibiotik diberikan sebelum, saat, hingga 24 jam pasca operasi dan melalui cara
pemberian intravena (IV) (Sulikhah, 2014).
b. Operasi

Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi. Apendiktomi adalah suatu tindakan
pembedahan dengan cara membuang apendiks (Wiwik Sofiah, 2017). Indikasi dilakukannya operasi
apendiktomi yaitu bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada
keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksan penunjang USG atau CT scan.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi pada abdomen
bawah. Anastesi diberikan untuk memblokir sensasi rasa sakit. Efek dari anastesi yang sering terjadi
pada klien post operasi adalah termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi abdomen
dan menurunnya peristaltik usus. Hal ini mengakibatkan belum munculnya peristaltik usus (Mulya,
2015) .
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiik, 2018) dalam 4 jam pasca operasi klien sudah
boleh melakukan mobilisasi bertahap, dan dalam 8 jam pertama setelah perlakuan mobilisasi dini
pada klien pasca operasi abdomen terdapat peningkatan peristaltik ususbahkan peristaltik usus dapat
kembali normal. Kembalinya fungsi peristaltik usus akan memungkinkan pemberian diet, membantu
pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat proses penyembuhan.
Operasi apendiktomi dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu operasi apendiktomi terbuka dan
laparaskopi apendiktomi. Apendiktomi terbuka dilakukan dengan cara membuat sebuah sayatan
dengan panjang sekitar 2 – 4 inci pada kuadran kanan bawah abdomen dan apendiks dipotong
melalui lapisan lemak dan otot apendiks. Kemudian apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus
(Dewi, 2015).
Sedangkan pada laparaskopi apendiktomi dilakukan dengan membuat 3 sayatan kecil di perut
sebagai akses, lubang pertama dibuat dibawah pusar, fungsinya untuk memasukkan kamera super
mini yang terhubung ke monitor ke dalam tubuh, melalui lubang ini pula sumber cahaya
dimasukkan. Sementara dua lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk peralatan bedah seperti
penjepit atau gunting. Ahli bedah mengamati organ abdominal secara visual dan mengidentifikasi
apendiks. Apendiks dipisahkan dari semua jaringan yang melekat, kemudian apendiks diangkat dan
dikeluarkan melalui salah satu sayatan (Hidayatullah, 2014).
Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan
antibiotika.Tindakan pembedahan dapat menimbulkan luka insisi sehingga pada klien post operatif
apendiktomi dapat terjadi resiko infeksi luka operasi.
c. Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok,
hipertermia atau gangguan pernapasan. Klien dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan
baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
H. Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut


(Sulekale, 2016) adalah :
a. Abses

Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah
atau daerah pelvis. Massa ini mulamula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum. Operasi appendektomi untuk kondisi abses apendiks dapat dilakukan secara dini
(appendektomi dini) maupun tertunda (appendektomi interval). Appendektomi dini merupakan
appendektomi yang dilakukan segera atau beberapa hari setelah kedatangan klien di rumah sakit.
Sedangkan appendektomi interval merupakan appendektomi yang dilakukan setelah terapi konservatif
awal, berupa pemberian antibiotika intravena selama beberapa minggu.
b. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut.
Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24
jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih
dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan
leukositosis terutama Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis
segera untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi lambung ke rongga perut.
Mengatasi peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk memperbaiki perforasi, mengatasi sumber infeksi,
atau dalam beberapa kasus mengangkat bagian dari organ yang terpengaruh .
c. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
dapat menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan
sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis. Penderita peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah
sakit. Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah :
1. Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau obat antijamur bila dicurigai
penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh.
Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami klien.

2. Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan yang terinfeksi atau menutup
robekan yang terjadi pada organ dalam.

2. Buatlah 3 asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan 3S


Jawab :
Pengkajian Dan Diagnosa Keperawatan

Analisis Data Etiologi Masalah Keperawatan


Pre-Operasi Agen pencidera Nyeri Akut
DS : fisiologis
 Pasien mengatakan (inflamasi)
perut bagian kanan
bawah terasa sakit dan
panas
 klien masih
merasakan sakit perut
dibagian kanan bawah
dan muntah walaupun
sudah minum obat
Post Operasi Agen pencidera fisik Nyeri Akut
DS: ( Prosedur operasi)
 Klien mengatakan
nyeri pada luka
jahitan (abdomen),
terutama jika
digunakan untuk
aktifitas.
P : nyeri pada luka
jahitan, jika
digunakan untuk
bergerak, nyeri
berkurang pada waktu
istirahat.
Q : terasa panas
seperti ditusuk-tusuk
R: daerah abdomen
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul
DO :
 Klien tampak
meringis menahan
sakit
 Terdapat luka jahitan
pada abdomen, jahitan
rapi, luka bersih, tidak
ada pus, kemerahan
berkurang, tidak
bengkak, panjang luka
± 5 cm, terdapat 5
jahitan luka, suhu
sekitar luka hangat
Post Operasi Efek prosedur invasif Resiko Infeksi
DS :
 Pasien mengatakan
tidak nyaman di
sekitar jahitan
 Pasien mengeluh
nyeri pada luka
jahitan (abdomen)

DO :
 - Terdapat luka
post operasi

Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen pencidera fisiologis (inflamasi) d.d mengeluh nyeri

Post Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen pencidera fisik (Prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis
2. Risiko Infeksi b.d Efek prosedur invasive d.d mengeluh tidak nyaman di sekitar jahitan, mengeluh nyeri
pada luka jahitan (abdomen), terdapat luka post operasi.
Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


PRE OPERASI Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi 1x24 jam, Tindakan :
Nyeri Akut b.d Agen diharapkan : Observasi
pencidera fisiologis Tingkat Nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(inflamasi) d.d mengeluh Dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri 1. Keluhan nyeri nyeri
dipertahankan 3 - Identifikasi skala nyeri
ditingkatkan ke 5 -Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
- monitor terapi komplementer yang
telah diberikan
- Monitor efek samping pemberian
analgetik
Teraputik
-berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, dan pemicu
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anlgetik
POST OPERASI Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Nyeri Akut b.d Agen intervensi 1x24 jam,
pencidera fisik diharapkan : Tindakan :
(Prosedur operasi) d.d Tingkat Nyeri menurun Observasi
mengeluh nyeri, tampak Dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis 1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
dipertahankan 3 intensitas nyeri
ditingkatkan ke 5 - Identifikasi skala nyeri
2. Tekanan darah -Identifikasi faktor yang
dipertahankan 4 memperberat dan memperingan
ditingkatkan ke 5 nyeri
3. Pola napas - monitor terapi komplementer
dipertahankan 3 yang telah diberikan
ditingkatkan ke 5 - Monitor efek samping
4. Nafsu makan pemberian analgetik
dipertahankan 2 Teraputik
ditingkatkan ke 5 -berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
- fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, dan pemicu
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anlgetik
Risiko Infeksi b.d Efek Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
prosedur invasive d.d intervensi 1x24 jam, Observasi
mengeluh tidak nyaman diharapkan : - Monitor tanda dan
di sekitar jahitan, Kontrol Resiko gejala infeksi lokal dan
mengeluh nyeri pada Meningkat sistemik
luka jahitan (abdomen), Dengan kriteria hasil : Terapeutik
terdapat luka post operasi 1. Kemampuan - Batasi jumlah
melakukan strategi pengunjung
kontrol risiko - Berikan perawatan kulit
dipertahankan3 pada area edema
ditingkatkan ke 5 - Cuci tangan sebelum
2. Kemampuan dan sesudah kontak dengan
menghindari faktor pasien dan lingkungan pasien
risiko dipertahankan - Pertahankan teknik
pada 3 ditingkatkan aseptic pada pasien berisiko
ke 5 tinggi
3. Penggunaan Edukasi
fasilitas kesehatan - Jelaskan tanda dan
dipertahankan pada 3 gejala infeksi
ditingkatkan ke 5 - Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan cairan

3. Buat Pengkajian 11 gordon dan lengkapi dengan pengkajian tambahan yang dibutuhkan
Jawab :
1. Identitas

a. Identitas Pasien

 Nama : Ny. A

 Umur : 21 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan

 Status Perkawinan : -

 Pendidikan : -

 Pekerjaan : -

 Suku Bangsa:-

 Alamat : -

 Tanggal Masuk : 26 April 2020

 Tanggal Pengkajian:-

 No. RM : -

 Diagnosa Medik : Appendicitis

b. Identitas penangguang jawab : -

2. Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

1) Keluhan Utama:

Keluhan saat dilakukan pengkajian klien mengatakan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan
panas. Klien mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas, terasa
panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul.
2) Alasan masuk RS

Keluarga mengatakan pada klien mengeluh perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas,
keluarga membawa klien berobat ke Puskesmas S, tetapi selama satu hari minum obat yang
diberikan tidak ada perubahan kondisi, klien masih merasakan sakit perut dibagian kanan bawah
dan muntah. Pada tanggal 26 April 2020 keluarga membawa klien ke RS M, setelah dilakukan
pemeriksaan, kemudian klien dirujuk ke RSUD X. Klien datang ke RSUD X pada hari jum’at
tanggal 26 April 2020 jam 09.00 dengan keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan
panas, setelah dilakukan pemeriksaan kemudian klien disarankan untuk opname di ruang bedah
RSUD X dan dilakukan tindakan oprasi pada tanggal 30 Juni 2020
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Setelah dirujuk akhirnya klien disarankan untuk opname di ruang bedah RSUD X dan
dilakukan tindakan oprasi
b. Status Kesehatan Masa Lalu

1) Penyakit yang pernah dialami:-

2) Pernah dirawat:-

3) Alergi:-

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll:-

c. Riwayat Penyakit Keluarga:-

d. Diagnosa Medis dan Therapy: Apendiks

3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan:-

2) Pola Nutrisi-Metabolik :-

3) Pola Eliminasi :-

4) Pola Aktivitas dan latihan

Kemampuan 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √

Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Di bantu orang lain
2 = Dengan alat bantu
3 = Di bantu orang lain dan alat
4 = Tergantung total
5) Pola Kognitif dan Persepsi :-

6) Pola pesepsi-konsep diri:-

7) Pola Tidur dan Isstirahat:-

8) Pola Peran-Keluarga :-

9) Pola seksual-Reproduksi:-

10) Pola Toleransi Stress-Koping:-

11) Pola nilai-kepercayaan:-

4. Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum: baik

Tingkat kesadaran: compos menthis


b. Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmhg
N :79 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 360 c
c. Keadaan Fisik

Abdomen
Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan jahitan rapi, luka bersih,
tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka.
Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitar luka hangat.
5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium, 30 Mei 2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal


Hemoglobin 14.0 gr/dl P: 14-18, W: 12-16
Eritrosit 5.8 x 103 /mm3 P: 4.5-6, W: 3.5-5
Leukosit 15.300 % 4-10
Hematokrit 44 Vol% P: 40-50, W: 36-47
Trombosit 167 X 103 /mm3 150-400
b. Terapi tanggal 1 Mei 2020

1) Infuse RL 20 tpm

2) Metronidazole 500 gr/8 jam

3) Cefotaxim 1 gr/12 jam

4) Ranitidine 25 mg/12 jam

5) Norages 100 gr/8 jam

6) Inadril sirup 3x1 sendok teh

c. Hasil USG di RSI Yarsi pada tanggal 30 April 2020

1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate

2) Ada cairan bebas intraabdominal (menyokong peritonitis)

3) Organ-organ abdomen lain normal

4. Buatlah edukasi apa yang dibutuhkan untuk pasien post operasi apendiktomi

Jawab:
Penatalaksanaan pasien post operasi apendiktomi:
a. Observasi tanda- tanda vital

b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah

c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler

d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan

e. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus
kembali normal

f. Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30ml/jam. Keesokan harinya
berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak

g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 kali 30 menit

h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar

i. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.


Kasus 4 : Ileus Obstruktif
Seorang wanita 39 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri ulu hati dirasakan 1 minggu yang lalu,
memberat ± 1 hari saat masuk IGD RS. nyeri perut dirasakan terus menerus, kembung, Mual (+), muntah (-),
kehilangan nafsu makan, makan terakhir pukul 12.00 wib. BAB dirasakan pasien lancar, Terakhir BAB pukul
11.00 wib siang kemaren, BAB hitam disangkal, riwayat demam (-), nyeri kepala -, mata kabur (-) kelemahan
anggota tubuh –, nyeri BAK -. Dua hari setelah pasien dirawat di bangsal RS pasien mengeluhkan nyeri perut
hebat diseluruh lapangan perut, perut kembung, dan penurunan nafsu makan. Pasien juga mengatakan tidak ada
buang angin semenjak 2 hari dirawat. BAB belum ada semenjak dirawat dibangsal. Riwayat Penyakit Dahulu
Riw. Hipertensi (-) Riw. Maag (+) Riw. Ca disangkal Riw DM (-) Riwayat Alergi obat, makanan disangkal.
Riwayat Kebiasaan Merokok (-), makanan berlemak (+), tidak senang makan sayur (+) Suka telat makan, tidak
berolahraga.

Hasil pemeriksaan abdomen didapatkan Distensi (+), Peristaltik usus ↓, perkusi terdengar Hipertymphani, nyeri
tekan pada seluruh lapangan perut.
Ekstremitas : Akral hangat CRT <2” oedem (-) RT: Sfingter ani tidak menjepit kuat, mukosa rektum licin,
permukaan kenyal, terdapat darah berwarna merah gelap bercampur feses pada handscoon

Hasil rontgen abdomen didapatkan : Psoas line dan kontur ginjal kiri tertutup bayangan udara usus. Tampak
Dilatasi dan penebalan dinding usus. Udara usus tidak mencapai rektum. Tidak tampak bayangan radioopak di
proyeksi traktus urinarius. kontur corpus vertebra dalam batas normal Kesan : Ileus Obstruksi. Tampak :
multiple air fluid level Kesan : Ileus obstruktif.

Berdasarkan kasus diatas, buatlah

1. Penjelasan secara teori tentang ileus obstruksi, jelaskan WOC nya

Jawab :

Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau obstruksi mekanis yang dapat
menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat makanan (Rasmilia Retno, 2013). Ileus dibagi menjadi dua
yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana
isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (Ida Ratna, Nurhidayati, 2015). Ileus obstruktif
merupakan suatu keadaan yang darurat sehingga memerlukan penanganan segera.

Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan pada usus yang disebabkan oleh hernia,
adhesi atau pelengketan, tumor yang menyebabkan isi usus tidak dapat disalurkan ke distal.

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut Margaretha Novi Indrayani (2013) antara lain

a. Hernia inkarserata :

Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit oleh cincin hernia
sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).

b. Non hernia inkarserata, antara lain :


1) Adhesi atau perlekatan usus

Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal sebelumnya atau proses inflamasi intra
abdominal. Dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat
atau luas.

2) Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor.
Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan
tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus
yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.

3) Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus
sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di
bagian ileum.

4) Tumor

Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal
ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium
yang menekan usus.

5) Batu empedu yang masuk ke ileus.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara pembuluh darah,
usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan
batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.

Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan direabsorbsi, bila usus
tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang
menyebabkan pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan
penurunan aliran darah ginjal dan serebral.

Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang bermasalah,
menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus
halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi,
sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.

Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk mendorong
material melalui area yang tersumbat.

Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh
obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih
tetap berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan peritonitis.

Perlekatan usus, intusepsi,


volvulus, hernia, tumor

Obstruksi usus

Akumulasi isi usus, cairan, dan gas


didaerah diatas usus yang mengalami
obstruksi

Distensi bertambah
Distensi pasokan darah
ke dalam usus sehingga Peristaltik usus menurun
menghambat absorbsi
usus

Dinding usus membengkak ketika


air, natrium serta kalium
disekresikan ke dalam usus dan
tidak diabsorbsi kembali dari Konstipasi
dalam usus Cortex serebri

Nyeri
dehidrasi
dipersepsikan

Hipovolemia Nyeri akut Gangguan rasa aman :


nyeri abdomen

Syok

Risiko
Ketidakseimbangan
Dekompensasi
elektrolit

Kematian Kekurangan volume


cairan
2. buatlah 3 asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan 3S

Jawab:

Pengkajian

1) Identitas Pasien

 Nama : Ny. W

 Umur : 39 Tahun

 Jenis kelamin : Perempuan

 Diagnosis medis : Ileus Obrtruktif

2) Identitas penanggung jawab : -

3) Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

 Keluhan utama : Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati yang dirasakan 1


minggu yang lalu, memberat ± 1 hari saat masuk IGD .

 Alasan masuk rumah sakit : perut terasa nyeri terus menerus,


kembung,Mual (+), muntah (-), kehilangan nafsu makan

 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : -

b. Status kesehatan masa lalu

 Penyakit yang pernah dialami : Riwayat Maag (+)

 Pernah dirawat :-

 Alergi :-

 Kebiasaan : makanan berlemak (+), tidak senang makan sayur (+) Suka
telat makan, tidak berolahraga.

c. Riwayat penyakit keluarga :-

d. Diagnosa medis dan therapy : Ileus Obstruktif


Data fokus Masalah Etiologi

Data Subjektif: Malnutrisi


Disfungsi motilitas
 Pasien mengeluh nyeri gastrointestinal
tekan pada seluruh
lapang perut

 Pasien merasa mual

Data objektif:

 Peristaltikusus menurun

 Adanya
distensi

Data subjektif: Nyeri akut Agen pencedera fisiologis


 Pasien mengeluh nyeri
ulu hati dirsakan I
minggu yang lalu ,
memberat lebih kurang
1 hari saat masuk IGD
RS

Data objetif :
 Nyeri dirasakan terus
menerus

penurunan motilitas
Data Subjektif Konstipasi
gastrointestinal
 Pasien tidak ada buang
angin semenjak 2 hari

dirawat

Data Objektif:

 Terakhir BAB pukul


11.00 wib siang

 BAB Belum ada


semenjak di rawat di
bangsal
Diagnosa keperawatan :
1. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d malnutrisi
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Konstipasi b.d fisiologis (penurunan motilitas gastrointestinal)

No SDKI SLKI SIKI


1. Disfungsi motilitas Motilitas Gastrointestinal Manajemen nutrisi
gastrointestinal Definisi: aktivitas
peristaltic gastrointestinal Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
Setelahdilakukan intervensi b. Identitifikasi alergi dan
selama 1x24 jam, maka
intoleransi makanan
motilitas gastrointestinal
c. Identifikasi makanan
pasien membaik dengan
yang disukai
kriteria hasil:
d. Identifikasi kebutuhan
 Nyeri (2) kalori dan jenis nutrient
 Kram abdomen (2) e. Identifikasi perlunya
 Mual (1) penggunaan selang
 Distensi nasogastric
abdomen (1) f. Monitor asupan makana
 Suara peristaltic (1) g. Monitor berat badan h.
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
d. Berikan makanan yang
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
g. Hentikan pemnerian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri,antiemetic), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
2. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Observasi
Definisi: pengalaman
a. Identifikasi lokasi,
sensorik atau emosional
karakteristik durasi,
yang berkaitan dengan
frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan actual
intensitas nyeri
atau fungsional dengan onset
b. Identifikasi skala nyeri
mendadak atau lambat dan
c. Identifikasi respons nyeri
berintensitas ringan hingga
non verbal
berat dan konstan
d. Identifikasi faktor yang
Setelah dilakukan memperberat dan
intervensi selama 1x24 jam, memperingan nyeri
maka tingkat nyeri pasien e. Identifikasi pengetahuan
menurun dengan kriteria dan keyakinan tentang nyeri
hasil: f. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
 Kemampuan
nyeri
menuntaskan
g. Identifikasi pengaruh
aktifitas (4)
nyeri pada kualitas hidup
 Keluhan nyeri (4)
h. Monitor keberhasilan
 Gelisah (5) terapi komplementer yang
 Mual (5) sudah diberikan
 Nafsu makan (4)
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres hangat
dingin, terapi
bermain
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
d. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
a. n. Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. o. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. p. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d. q. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
e. r. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

3. Konstipasi Eliminasi Fekal Manajemen Eliminasi


Definisi: proses defekasi Fekal
normal yang disertaidengan .
pengeluaranfeses mudah dan
Observasi
konsistensi, frekuensi, serta
bentuk feses normal  Identifikasi
masalah usus dan
Setelah dilakukan
penggunaan obat
intervensi selama 1x24 jam,
pencahar
maka eliminasi fekal pasien
 Identifikasi
membaik dengan kriteria pengobatan yang
hasil: berefek pada
gastrointestinal
 Control
pengeluaran  Monitor BAB
feses (4)  Monitor tanda
 Distensi dan gejalas
abdomen (4) konstipasi
 Nyeri abdomen (4) Terapeutik
 Peristaltic usus (5)  Berikan air
makan setelah
makan
 Jadwalkan
defekasi bersama
pasien
 Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi

 Jelaskan jenis
makanan yang
membantu
meningkatkan
keteraturan
peristaltic usus
 anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sesuai toleransi
 anjurkan
mengonsumsi
makanan yang
mengandung
tinggi serat
 anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
3. untuk menguatkan diagnosa yang ditegakkan dengan menggunakan pendekatan 11 gordon

Jawab :

A. Identitas

a. Identitas Pasien

1) Nama :-

2) Umur : 39 tahun

3) Agama :-

4) Jenis kelamin : Perempuan

5) Status pendidikan :-

6) Pekerjaan :-

B. Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

1) Keluhan utama : nyeri ulu hati dirasakan 1 minggu yang lalu, memberat ± 1 hari
saat masuk IGD RS

2) Alasan masuk rumah sakit : nyeri ulu hati dirasakan 1 minggu yang lalu

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : -

b. Status kesehatan masa lalu

1) Penyakit yang pernah dialami : Riwayat Maag (+)

2) Pernah dirawat : Apakah pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit

3) Alergi : Apakah klien memiliki riwayat alergi yang berkaitan dengan


obat atau makanan yang dapat mempengaruhi penyakit
4) Kebiasaan : makanan berlemak (+), tidak senang makan sayur (+) Suka telat
makan, tidak berolahraga.
c. Riwayat penyakit keluarga : Apakah anggota keluarga pasien memiliki penyakit ileus
obstruktif yang sama

d. Diagnosa medis dan therapy : Ileus Obstruktif

C. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : Bagaimana persepsi klien terhadap keluhan apa yang dialami
klien, dan tindakan apa yang dilakukan sebelum masuk rumah
sakit

b. Pola Nutrisi-Metabolik :

- Sebelum sakit : Apakah sebelum sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan, apakah pasien mual
saat makan

- Saat sakit : Pasien kehilangan nafsu makan

c. Pola Eliminasi

1. BAB

- Sebelum sakit : Kaji apakah BAB pasien lancar, apakah ada konsistensi, kaji warna dan bau
feses, dan kaji frekuensi feses

- Saat sakit : BAB dirasakan pasien lancar, Terakhir BAB pukul 11.00 wib siang kemaren.
Dan BAB belum ada semenjak dirawat dibangsal.

2. BAK

- Sebelum sakit : Apakah pasien ada kesulitan dalam berkemih, kaji frekuensi, kaji
kekuatan saat berkemih

- Saat sakit : pasien nyeri BAK

d. Pola Aktivitas dan Latihan : pasien tidak berolahraga

e. Pola Kognitif dan Persepsi : Apakah pasien mampu proses berfikir, memori, tingkat kesadaran, dan
kemampuan mendengar, melihat, merasakan, meraba, dan mencium
serta sensori nyeri
f. Pola Persepsi -Konsep Diri : Apakah pasien memiliki kepercayaan agama, faktor budaya dalam
menyikapi penyakit yang sedang dideritanya

g. Pola Tidur dan Istirahat : Apakah pasien ada kesulitan dalam tidur, merasa cemas, nyeri dan
kram abdomen saat tidur sehingga tidur menjadi terganggu

h. Pola Peran- Hubungan : Apakah pasien dapat melakukan peran sebagai seorang istri dan ibu,
apakah ada gangguan terhadap peran yang dilakukan dan bagaimana
hubungan pasien dengan keluarga

i. Pola Seksual-Reproduksi : Apakah hubungan pasien dengan keluarga harmonis, apakah pasien
rutin memeriksa payudara tiap bulan

j. Pola Toleransi Stress- Koping : Apakah pasien dengan lama perawatan, perjalanan penyakit yang
kronis, perasaan tidak berdaya dapat menyebabkan perasaan marah,
cemas, takut, tidak sabaran, mudah tersinggung

k. Pola Nilai- Kepercayaan : Apakah pasien menggambarkan pantangan dalam agama selama sakit,
pengaruh latar belakang sosial, faktor budaya, larangan agama
mempengaruhi sikap tentang penyakit yang sedang diderita pasien

D. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum :-

b. Tanda-Tanda Vital :-

c. Keadaan Fisik

1. Kepala dan Leher :-

2. Dada :-

- Paru :-

- Jantung :-

3. Payudara dan Ketiak :-

4. Abdomen : didapatkan Distensi (+), Peristaltik usus ↓, perkusi terdengar


Hipertymphani, nyeri tekan pada seluruh lapangan perut.
5. Genetalia : : Sfingter ani tidak menjepit kuat, mukosa rektum licin, permukaan
kenyal, terdapat darah berwarna merah gelap bercampur feses pada
handscoon

6. Integumen :-

7. Ekstremitas : Akral hangat CRT <2, oedem (-)

8. Neurologis :-

b. Pemeriksaan Penunjang

Hasil rontgen abdomen didapatkan : Psoas line dan kontur ginjal kiri tertutup bayangan udara
usus. Tampak Dilatasi dan penebalan dinding usus. Udara usus tidak mencapai rektum. Tidak tampak
bayangan radioopak di proyeksi traktus urinarius. kontur corpus vertebra dalam batas normal Kesan :
Ileus Obstruksi. Tampak : multiple air fluid level Kesan : Ileus obstruktif.

4. Buatlah materi edukasi apa yang perlu diberikan pada pasien ileus obstruktif ?

Jawab :
Perencanaan pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien :
1. Kita mengedukasi tentang apa itu penyakit ileus obdtruktif ,jelaskan apa pengertian, penyebab, etiologi,
patofisiologi, pengobatan dll. Karena biasanya pasien ileus obstruktif yang datang ke rumah sakit
biasanya banyak tidak mengenali dan mengetahui tentang penyakitnya
2. Berikan pemahaman kepada pasien tentang tindakan pengobatan penyakitnya serta prosedur
tindakannya.
3. Edukasikan kepada pasien untuk menghindari resiko memperparah penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai