PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
FATAHILLAH AL ASYARI
NIM. 2018129202387
B. Konteks Penelitian
Pondok pesantren telah di kenal di nusantara sejak tahun 1853,
pondok pesantren juga sering di sebut lembaga pendidikan tradisional
yang telah beroperasi di indonesia semenjak sekolah sekolah pola barat
belum berkembang. Lembaga pendidikan ini telah memiliki system
pengajaran yang unik. Pembinaan kader atau pendidikan guru (kiai)
dengan system magang yang spesifik pula. Pengajaran yang ada di dalam
pondok pesantren di lakukan dengan cara non klasikal, pengajarnya
seorang yang menguasai ilmu agama islam melalui kitab kitab agama
islam klasik (kitab kuning) dengan tulisan (aksara) arab dalam bahasa
melayu kuno atau dalam bahasa arab.
1
yang berkualitas serta brand image yang baik, maka pondok pesantren
harus mampu meningkatkan kualitas pondok pesantren baik berupa
keilmuan maupun pelayanan dengan cara se efektif dan se efisien
mungkin.
1
P. Joko Subagmo, Brand Image Pesantren,( Jakarta: Rineka Cipta, 1998.) Hal 63.
2
pesantren darul ulum. Pada zaman sekarang sudah terdapat pondok
pesantren modern tetapi mengapa masih banyak masyarakat yang lebih
memilih pondok pesantren salaf yaitu pondok pesantren darul ulum di
bandingkan pondok lainnya.
C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini yaitu "Strategi brand image pondok
pesantren darul ulum dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan".
Dengan rumusan masalah yang di angkat oleh penulis di antaranya;
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi brand image pondok pesantren darul ulum
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam
pelaksanaan proses strategi brand image pondok pesantren darul ulum.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai strategi
brand image yang di gunakan lembaga pesantren sebagai cara
membangun image dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan
mempertahankan kepercayaan dan juga memperkaya khasanah
penelitian di kalangan para peneliti.
2. Secara praktis
3
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan informasi
mengenai strategi lembaga pesantren dalam membangun image. Selain
itu dapat juga memberikan masukan untuk lembaga pesantren darul
ulum dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
a. Bagi lembaga
Pengembangan pendidikan di pesantren berjalan optimal
berada di tangan para pendidik dan tenaga kependidikannya dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui strategi brand image yang di
gunakan lembaga pesantren darul ulum.
b. Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan wawasan terkait dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui strategi brand image yang di
hasilkan dalam proses penelitian di madrasah dan pesantren darul
ulum.
F. Definisi Istilah
Memahami istilah yang digunakan pada penelitian ini, maka
penulis perlu mengemukakan penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut
agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan, yaitu:
a. Strategi
Strategi adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan kompherensif
yang mengarahkan pilihan pilihan yang menentukan bentuk dan arah
aktivitas- aktivitas organisasi menuju pencapaian tujuan – tujuannya.2
2
Simamora, Hery, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STIE TKPN, 1997, )halm
38
4
Dalam penelitian ini yang dimaksud strategi adalah suatu pola atau
langkah –langkah yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja
oleh kepala madrasah dalam membangun brand image dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan pesantren.
b. Brand Image
1) Brand
Brand (merek ) merupakan salah satu bagian terpentig dari
suatu produk. Merek dapat menjadi suatu nilai tamba bagi produk baik
produk itu yang berupa barang maupun jasa. “ merek adalah istilah,
tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya ini yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari seorang
atau sekelompok penjual, yang membedakan produk atau jasa tersebut
dengan produk lain terutama produk saingannya”.3
4
Laksana Fajar, Manajemen Pemasaran,Graha ilmu, Yogyakarta 2008, hlm.77
6
Brand image itu sendiri dapat diartikan "The set of beliefs
consumers hold about a particular brand" Maksudnya, brand
image adalah sejumlah kepercayaan yang dipegang konsumen
berkaitan dengan merek. Pelanggan mungkin mengembangkan
serangkaian kepercayaan merek mengenai dimana posisi setiap
merek menurut masing-masing atribut. Kepercayaan merek
membentuk citra merek atau brand image. Setiap pelanggan
memiliki kesan tertentu terhadap suatu merek. Brand image adalah
persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang digambarkan
melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan pelanggan,
sebagaimana yang dikatakan, "Brand Image is perceptions about
brand as reflected by the brand association held in consumen
memory".
Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan brand
image ini adalah sekumpulan persepsi positif yang ada di benak
masyarakat terhadap Pesantren dari berbagai informasi dan
berbagai sumber sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan
kualitas mutu pendidikan untuk pesantren.
4) Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia"mutu"
berarti ukuran baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan). 5
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang
atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian
mutu mencakup input, proses dan output pendidikan. Menurut
Rusman, antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi, agar proses yang baik itu tidak salah
arah, maka mutu dalam artian hasil (output) harus di rumuskan
5
Poewadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia,( jakarta : Balai Pustaka,
2003),hal.788
7
lebih dahulu oleh sekolah dan harus jelas target yng akan di capai
setiap tahun.
Dari uraian pendapat di atas jelas bahwa mutu pendidikan adalah
suatu pilar untuk meningkatkan kualitas mutu yang baik. Yang
mana suatu masa depan bangsa itu terletak pada keberadaan
kualitas pendidikan yang berada pada masa kini. Suatu pendidikan
yang berkualitas akan muncul apabila terdapat manajemen sekolah
yang bagus. Mutu juga merupakan suatu ajang berkompetisi yang
sangat penting, karena itu merupakan suatu wahana untuk
meningkatkan mutu produk layanan jasa. Dengan demikian,
mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu adalasangat sangatlah
. penting, sebagai upaya peningkatan masa depan bangsa sekaligus
sebagian dari produk layanan jasa.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam proposal ini diawali dengan beberapa
BAB diantaranya :
8
BAB IV : Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan
H. Kajian Pustaka
1. Brand image pondok pesantren
1. Pengertian Brand
Istilah brand berasal dari kata brandr yang berarti "to
brand", yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi di
Amerika dengan memberi tanda pada ternak-ternak mereka untuk
memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual ke pasar. 6
7
A.B. susanto, Himawan Wijayanko, Power Branding (Membangun Merek Unggul Dan
Organisasi Pendukungnya), (jakarta: PT. Mizan Publika, 2004),hlm.6
9
Sementara itu, De Chernatony dan McDonald
berpendapat bahwa "brand is an identifiable product, service,
person of place, augmented in such a way that the buyer or user
perceives relevant, unique, sustainable added value which match
their needs most closely".8
2. Image
8
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,(jakarta: salemba
Empat,2009)hlm.18
9
Fandy Tjibtono, Brand Management & strategy, (Yogyakarta: Andi,2005), hlm.2 jam
10
dan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu,
sehingga membangun sikap mental. Citra akan diperhatikan public
dari waktu ke waktu dan akhirnya akan membentuk suatu
pandangan positif yang akan dikomunikasikan dari satu mulut ke
mulut yang lain.
10
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, (jakarta: PT.
Prehellindo , 2002), hlm.607
11
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public relation PT Remaja Rosdakarya,
2012 Bandung, hlm.141
11
masyarakat atau konsumen terhadap keberadaan dan sikap perilaku
organisasi tersebut. Citra dapat berupa kesan, perasaan atau
gambaran yang dipersepsikan dari sebuah organisasi yang dinilai.
3. Pondok pesantren
12
1) Abdurrahman Mas'ud , mendefinisikan pesantren refers
to a place where the santri devotes most of hisor her
time to live in and acquire knowledge. Mengacu pada
tempat dimana para santri mencurahkan sebagian besar
waktunya untuk hisor hidup dan memperoleh
pengetahuan.12
2) Imam Zarkasyi, secara definitive mengartikan pesantren
sebagai lembaga pendidikan islam dengan system
asrama atau pondok, dimana kiai sebagai figure
sentralnya, masjid sebagai kegiatan pusat yang
menjiwainya, dan pangajaran agama islam dibawah
bimbingan kiai yang diikuti santri sebagai kegiatan
utamanya.13
3) Abdurrahman Wahid, mendefinisikan pesantren secara
teknis, pesantren adalah tempat dimana santri tinggal.
4) Mahmud Yunus, mendefinisikan sebagai tempat santri
belajar agama islam. Brand image pondok pesantren
adalah persepsi yang dibangun oleh masyarakat
terhadap entitas pesantren yang ada di daerahnya.
Brand image tersebut tentunya sangat dipengaruhi kuat
oleh bagaimana institusi pesantren menampilkan
dirinya, tidak hanya secara fisik melainkan secara moral
perilaku dan kegiatan sehari-harinya. Ada masyarakat
yang memandang bahwa pesantren tertentu merupakan
pesantren salaf, hal ini didasari oleh identifikasi
masyarakat terhadap perilaku para santri dan warga
pesantren yang menunjukkan symbol-symbol perilaku
orang salaf. Ada pula memandang pesantren dengan
citra modern karena memang secara pemikiran dan
12
Ismail SM (ed), Pendidikan Islam, Demokrasi dan Masyarakat Madani, (yogyakarta: pustaka
pelajar, 2000) cet ke-1, hlm.17
Amir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren
13
14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Bandung: Al-Ma'arif, 1984), h.110
15
John M. Echolis, Hasan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (jakarta: Gramedia, 1998), cet. Ke
XVI, h.460
16
pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input,
proses, output dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu
apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan (PAKEM).
2) Karakteristik Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi
input, proses, output, maupun outcome. Ada 13 karakteristik
yang dinilai dalam hal mutu pendidikan yaitu :
a) Kinerja (performan) yaitu berkaitan dengan aspek
fungsional sekolah yang terdiri dari kinerja guru dalam
mengajar. " Guru merupakan salah satu pelaku dalam
kegiatan sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk
mengenal tempat bekerjanya itu. Guru perlu memahami
faktor-faktor yang langsung maupun yang tidak langsung
untuk menunjang proses belajar mengajarnya".
b) Waktu Wajar (timelines) yaitu sesuai dengan waktu yang
wajar meliputi memulai dan mengkhiri pelajaran tepat
waktu, waktu ulangan tepat.
c) Handal (reliability) yaitu usia pelayanan bertahan lama.
Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah menjadi
prinsip agar pihak yang dilayani merasa senang dan puas
atas layanan yang diberikan sehingga menjadi pelanggan
yang baik dan setia.
d) Data tahan (durability) yaitu tahan banting, misalnya
meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan.
e) Indah (aesteties) yaitu misalnya eksterior dan interior
sekolah ditata menarik, guru membuat media-media
pendidikan yang menarik.
f) Hubungan manusiawi (personal interface) yaitu
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme.
17
g) Mudah penggunaannya (easy of use) yaitu sarana dan
prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah
diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam
dikembalikan tepat waktu.
h) Bentuk khusus (feature) yaitu keunggulan tertentu,
misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi
informasi (komputerisasi).
i) Standar tertentu (Comformence to specification) yaitu
memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah telah
memenuhi standar pelayanan sekolah.
j) Konsistensi ( concistency) yaitu keajegan, konstan dan
stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu
hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan
perkataannya.
k) Seragam ( uniformity) yaitu tanpa variasi, tidak tercampur.
Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang
bulu, seragam berpakaian.
l) Mampu melayani (serviceability) yaitu mampu
memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah
menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk
mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa
puas.
m) Ketepatan (acuracy) yaitu ketepatan dalam pelayanan
sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.16
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan.
meningkatkan mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor
input pendidikan dan faktor proses manajemen pendidikan. Input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan terdiri
dari seluruh sumber daya sekolah yang ada. Komponen dan
16
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, ( jakarta : Bumi Aksara,
2006),h. 411
18
sumberdaya sekolah terdiri dari orang (man), dana (money), sarana
dan prasarana (material) serta peraturan (policy).
Dari pengertian di atas maka input pendidikan yang merupakan
faktor mempengaruhi mutu pendidikan dapat berupa :
1) Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah yang terdiri
dari :
a) Kepala sekolah, merupakan guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
b) Guru, adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
c) Tenaga administrasi.
2) Sarana dan prasarana
pembelajaran tidak hanya komponen guru, peserta dan
kurikulum saja, kehadiran sarana dan prasarana pendidikan
sudah menjadi suatu keharusan dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran.17
Sarana dan prasarana pendidikan, merupakan media belajar
atau alat bantu yang pada hakikatnya akan lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan.
3) Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang
turut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan
peserta didik didasarkan atas kriteria yang jelas, transparan dan
akuntabel.
4) Keuangan (Anggaran Pembiayaan)
Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap
peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan adalah anggaran
pendidikan yang memadai. Sekolah harus memiliki dana yang
cukup untuk menyelenggarakan pendidikan. Oleh karena itu
dana pendidikan sekolah harus dikelola dengan transparan dan
efisien.
17
Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2004), h.100
19
5) Kurikulum
Salah satu aplikasi atau penerapan metode pendidikan yaitu
kurikulum pendidikan. Pengertian kurikulum adalah suatu
program atau rencana pembelajaran. Kurikulum merupakan
komponen substansi yang utama di sekolah. Prinsip dasar dari
adanya kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur
pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru 18untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya.
6) Keorganisasian
Pengorganisasian sebuah lembaga pendidikan, merupakan
faktor yang dapat membantu untuk meningkatkan kualitas
mutu dan pelayanan dalam lembaga pendidikan.
Pengorganisasian merupakan kegiatan yang mengatur dan
mengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang
lebih kecil dan lebih mudah untuk ditangani.
7) Lingkungan fisik
Belajar dan bekerja harus didukung oleh lingkungan karena
lingkungan sangat berpengaruh terhadap aktivitas guru, siswa
dalam aktivitas pembelajaran.
8) Perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi
Di samping faktor guru dan sarana lainnya yang berkaitan
dengan dunia pendidikan yaitu faktor eksternal yang berupa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
9) Peraturan
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional dan
untuk menghasilkan mutu sumber daya manusia yang unggul
serta mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan yang
disesuaikan dengan perubahan global dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR RI
pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan undang-undang
Sisdiknas yang baru, sebagai pengganti.
10) Partisipasi atu peran serta masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan diharapkan
menjadi tulang punggung, sedangkan pihak pemerintah sebatas
memberikan acuan dan binaan dalam pelaksanaan program
kegiatan sekolah.
11) Kebijakan pendidikan
18
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007), h.5
20
Salah satu peran pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah melakukan desentralisasi pendidikan.
Dengan adanya desentralisasi tersebut, maka berbagai
tantangan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan
mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem
manajemen penyelenggaraan pendidikan.
2. Penelitian Terdahulu
21
Peneliti sadar bahwa judul penelitian ini tidaklah baru, banyak
penelitian terdahulu yang memiliki judul yang mirip bahkan sama
dengan judul yang peneliti angkat, dari ketiga penelitian terdahulu
diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini adalah dari segi
metode penelitian yang sama-sama menggunkan metode penelitian
kualitatif dan perbedaanya adalah dari segi tempat penelitian dan
waktu penelitian.
I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan untuk
mengetahui Strategi Brand Image Pondok Pesantren Darul Ulum
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan adalah jenis penelitian
kualitatif menurut Strauss dan Corbin adalah jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya.
2. Kehadiran Penelitian
Peneliti dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian
Kualitatif ini bertindak sebagai partisipan aktif. Peneliti bertindak
sebagai observer pengumpulan data, menganalisis data, dan sekaligus
19
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014),hal.12
22
pelapor hasil penelitian. Dalam hal ini kedudukan peneliti dalam
penelitian merasa akan semakin rumit, dia sekaligus perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, membuat sebuah deskripsi
dalam sebuah analisis data yang didapatkan dilapangan sebagai
penemuan data baik secara wawancara, observasi, maupun secara
dokumentasi. Jadi dalam penelitian kualitatif peneliti wajib hadir
dilapangan untuk menemukan data-data yang diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di madrasah pesantren darul ulum mengenai
alasan memilih di madrasah pesantren darul ulum karena peneliti ingin
mengangkat bagaimana sebenarnya strategi brand image pondok
pesantren darul ulum dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
Lokasi madrasah ini cukup strategis, mudah dijangkau karena dekat
dengan pemukiman warga, letaknya yang disamping jalan raya,
sehingga banyak transportasi yang melewati madrasah tersebut.
Peneliti mengambil lokasi tersebut karena dilatarbelakangi oleh
beberapa pertimbangan atas dasar topik dalam penelitian ini.
Demikianlah alasan yang peneliti paparkan sehingga madrasah
tersebut merupakan lembaga yang menarik, bagus, dan unik untuk
diteliti.
4. Sumber Data
23
dipergunakan dalam penelitian ini didasari data sumber yaitu:
24
Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
studi dokumentasi, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan
data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik
pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan
lancar.
a. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara
sengaja, sistematis, mengenai fenomena social dengan gejala-
gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai Kenyataan yang
diperoleh berdasarkan observasi.20
b. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21
20
P. Joko Subagyo, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek, (jakarta : Rineka Cipta, 1997),
h.63
21
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h.186
25
Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan terlebih dahulu disusun sedemikian rupa. Fokus
wawancara cara disini lebih di tekankan untuk menggali data lebih
dalam tentang strategi brand image dalm meningkatkan kualitas
mutu pendidikan.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang merupakan surat, catatan harian,
laporan, cenderamata, transkip, dan lain sebagainya. Manfaat
melakukan dokumentasi ini adalah untuk memperkuat data yang
telah di amati dan di wawancarai. Dalam hal ini metode
dokumentasi dapat membantu mengungkap strategi brand image
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di madrasah
pesantren darul ulum.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mencari, menemukan dan menyusun transkip wawancara,
catatan-catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah
26
dikumpulkan peneliti dengan teknik-teknik pengumpulan data yang
lainnya.
27
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan beberapa
cara menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu :
a. Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) yaitu tingkat kepercayaan suatu
proses dan hasil penelitian. Kriteria yang digunakan adalah lama
penelitian, observasi detail, triangulasi, dan membandingkan
dengan hasil penelitian lain.
b. Keteralihan
Keteralihan (transferability) yaitu apakah hasil penelitian
ini dapat diterapkan pada situasi lain.
c. Keterkaitan
d. Kepastian
28
J. Daftar Pustaka
29
P. Joko Subagmo, Brand Image Pesantren,( Jakarta: Rineka Cipta, 1998.) Hal 63
Simamora, Hery, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STIE TKPN,
1997, )halm 38.
Suparyanto. Rw, SE, M.M.,Rosad,S.E,M.M.,Manajeman Pemasaran,( In media
2015,) hal 117.
Laksana Fajar, Manajemen Pemasaran,Graha ilmu, Yogyakarta 2008
poewadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, jakarta : Balai Pustaka,
2003,hal.78
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,
(jakarta: salemba Empat,2009)hlm.18
Suparyanto. Rw, SE, M.M.,Rosad,S.E,M.M.,Manajeman Pemasaran, In media
2015, hal 117.
Laksana Fajar, Manajemen Pemasaran,Graha ilmu A.B. susanto, Himawan
Wijayanko, Power Branding Membangun Merek Unggul Dan
Organisasi Pendukungnya (jakarta: PT. Mizan Publika, 200,h4lm.6
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,
(jakarta: salemba Empat,2009)hlm.18
Fandy Tjibtono, Brand Management & strategy, (Yogyakarta: Andi,2005), hlm.2
Barnawi & Mohammad Arifin, Branded school: Membangun
Sekolah Unggul Berbasis Peningkatan Mutu,(Yogyakarta ar-ruz
media 2013
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium,
(jakarta: PT. Prehellindo , 2002), hlm.607
Ismail SM (ed), Pendidikan Islam, Demokrasi dan Masyarakat Madani,
(yogyakarta: pustaka pelajar, 2000) cet ke-1, hlm.17
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public relation PT Remaja
Rosdakarya, 2012 Bandung, hlm.114
Am ir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis
Pesantren Modern, (Ponorogo: Gontor press,1996),hlm.5
John M. Echolis, Hasan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (jakarta: Gramedia,
1998), cet. Ke XVI, h.460 Husaini Usman, Manajemen Teori,
30
Praktek dan Riset Pendidikan, ( jakarta : Bumi Aksara, 2006),h.
411
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana
Prenada Group, 2007), h.5
Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia
(Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004), h.100
Afrizal, Metode, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers,
2014),hal.12
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h.186
P. Joko Subagyo, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek, jakarta : Rineka
Cipta, 1997), h.63.
31
Lampira-Lampiran
Pedoman Observasi
4. Keadaan siswa
32
Pedoman Wawancara
1. Kepala sekolah
2. Guru/ustad
a. Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya strategi brand image
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan madrasah pesantren
darul ulum?
b. Bagaimana pendapat anda mengenai peningkatan mutu pendidikan
madrasah pesantren darul ulum?
c. Apa dampak yang terjadi dari strategi brand image untuk
meningkatkan mutu pendidikan madrasah pesantren darul ulum?
d. Apa saja faktor penghambat dari peningkatan mutu pendidikan
madrasah pesantren darul ulum?
3. Masyarakat Pesantren
a. Apa yang anda pahami tentang pentingnya pendidikan?
b. Bagaimana pendapat anda mengenai strategi brand image untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan di madrasah pesantren
darul ulum?
c. Bagaimana kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ulum?
33
d. Apa saja faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja
pendidikan madrasah tsanawiyah Mambaul Ulum ?
e. Bagaimana solusinya untuk meningkatkan menurunnya kinerja
dalam pendidikan madrasah tsanawiyah Mambaul Ulum?
f. Bagaimana dampak manajemen sumber daya manusia dalam
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah tsanawiyah mambaul
ulum?
g. Apa saja bentuk konstribusi masyarakat dalam membantu
meningkatkan mutu pendidikan madrasah tsanawiyah Mambaul
Ulum?
4. Guru
5. Masyarakat
34
Pedoman Dokumentasi
2. Visi misi
3. Letak geografis
4. Struktur organisasi
6. Angket
35