Anda di halaman 1dari 36

STRATEGI BRAND IMAGE PONDOK PESANTREN DARUL

ULUM DALAM MENIINGKATKAN KUALITAS MUTU


PENDIDIKAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
FATAHILLAH AL ASY’ARI
NIM. 2018129202387

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT KARIMAN WIRAYUDHA SUMENEP
2022

A. Judul Proposal Skripsi


“STRATEGI BRAND IMAGE PONDOK PESANTREN DARUL
ULUM DALAM MENIINGKATKAN KUALITAS MUTU
PENDIDIKAN”

B. Konteks Penelitian
Pondok pesantren telah di kenal di nusantara sejak tahun 1853,
pondok pesantren juga sering di sebut lembaga pendidikan tradisional
yang telah beroperasi di indonesia semenjak sekolah sekolah pola barat
belum berkembang. Lembaga pendidikan ini telah memiliki system
pengajaran yang unik. Pembinaan kader atau pendidikan guru (kiai)
dengan system magang yang spesifik pula. Pengajaran yang ada di dalam
pondok pesantren di lakukan dengan cara non klasikal, pengajarnya
seorang yang menguasai ilmu agama islam melalui kitab kitab agama
islam klasik (kitab kuning) dengan tulisan (aksara) arab dalam bahasa
melayu kuno atau dalam bahasa arab.

Pesantren di indonesia memiliki banyak di golongkan melalui


beberapa macam salah satunya adalah pesantren salafiyah. Yang di
maksud pesantren salafi adalah system pesantren yang tetap
mempertahankan system (materi pengajaran) yang sumbernya dari kitab
kitab klasik islam atau kitab kuning dengan huruf arab gundul (tanpa baris
apapun). Walaupun kadang kadang system madrasah di praktekkan
sekedar untuk memudahkan system sorogan (individual) yang menjadi
sendi utama yang di terapkan. Pengetahuan non agama (ilmu pengetahuan)
tidak di ajarkan.

Tujuan umum suatu pondok pesantren didirikan adalah untuk


mendapatkan peserta didik (santri) serta mencari sebuah nama di
masyarakat luas bahkan di wilayahnya. Agar menghasilkan peserta didik

1
yang berkualitas serta brand image yang baik, maka pondok pesantren
harus mampu meningkatkan kualitas pondok pesantren baik berupa
keilmuan maupun pelayanan dengan cara se efektif dan se efisien
mungkin.

Dalam melakukan pengembangan strategi pemasaran


pembelajaran di pondok pesantren yang bernotabene salafiyah serta
bertujuan brand image itu sendiri dapat di artikan "The set of beliefs
consumers hold about a particular brand" maksudnya, brand image adalah
sejumlah kepercayaan yang di pegang konsumen berkaitan dengan merek.
Pelanggan mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan merek
mengenai di mana posisi setiap merek menurut masing masing atribut.
Kepercayaan merek membentuk citra merek atau brand image. Brand
image adalah persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang di gambarkan
melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan pelanggan, sebagaimana
yang di katakan "Brand image is perceptions about brand as reflected by
the brandassociation held in consumen memory".1

Pada setiap tahunnya peserta didik yang terdapat di pondok


pesantren darul ulum selalu bertambah bahkan bukan hanya dari dalam
kota tetapi juga banyak peserta didik yang dari luar kota dari situlah
peneliti ingin mengetahui strategi brand image yang di terapkan pesantren
darul ulum. Santri di pesantren darul ulum tidak hanya berasal dari daerah
sekitar pesantren saja, tetapi juga berasal dari daerah-daerah lain yang
cukup jauh, misalnya dari pulau-pulau lain bahkan dari luar kota. Ini
menandakan bahwa pesantren darul ulum dengan tipologi salafnya, dan
dengan sistem dan metodologi yang diterapkannya, benar-benar telah
diterima oleh masyarakat.

Alasan meneliti menggunakan judul "Strategi Brand Image


Pondok Pesantren Darul ulum" karena peneliti ingin mengetahui strategi
brand image yang di gunakan dalam mendapatkn peserta didik di pondok

1
P. Joko Subagmo, Brand Image Pesantren,( Jakarta: Rineka Cipta, 1998.) Hal 63.
2
pesantren darul ulum. Pada zaman sekarang sudah terdapat pondok
pesantren modern tetapi mengapa masih banyak masyarakat yang lebih
memilih pondok pesantren salaf yaitu pondok pesantren darul ulum di
bandingkan pondok lainnya.

C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini yaitu "Strategi brand image pondok
pesantren darul ulum dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan".
Dengan rumusan masalah yang di angkat oleh penulis di antaranya;

1. Bagaimana strategi brand image yang di gunakan dalam mendapatkan


peserta didik di pondok pesantren darul ulum?
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan proses
strategi brand image pondok pesantren darul ulum?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi brand image pondok pesantren darul ulum
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam
pelaksanaan proses strategi brand image pondok pesantren darul ulum.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun.

1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai strategi
brand image yang di gunakan lembaga pesantren sebagai cara
membangun image dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan
mempertahankan kepercayaan dan juga memperkaya khasanah
penelitian di kalangan para peneliti.

2. Secara praktis
3
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan informasi
mengenai strategi lembaga pesantren dalam membangun image. Selain
itu dapat juga memberikan masukan untuk lembaga pesantren darul
ulum dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
a. Bagi lembaga
Pengembangan pendidikan di pesantren berjalan optimal
berada di tangan para pendidik dan tenaga kependidikannya dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui strategi brand image yang di
gunakan lembaga pesantren darul ulum.

b. Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan wawasan terkait dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui strategi brand image yang di
hasilkan dalam proses penelitian di madrasah dan pesantren darul
ulum.

c. Bagi Institut Kariman Wirayudha

Penelitian ini bisa menjadi rujukan atau acuan dan


mempermudah penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian.

F. Definisi Istilah
Memahami istilah yang digunakan pada penelitian ini, maka
penulis perlu mengemukakan penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut
agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan, yaitu:

a. Strategi
Strategi adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan kompherensif
yang mengarahkan pilihan pilihan yang menentukan bentuk dan arah
aktivitas- aktivitas organisasi menuju pencapaian tujuan – tujuannya.2

2
Simamora, Hery, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STIE TKPN, 1997, )halm
38
4
Dalam penelitian ini yang dimaksud strategi adalah suatu pola atau
langkah –langkah yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja
oleh kepala madrasah dalam membangun brand image dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan pesantren.

b. Brand Image
1) Brand
Brand (merek ) merupakan salah satu bagian terpentig dari
suatu produk. Merek dapat menjadi suatu nilai tamba bagi produk baik
produk itu yang berupa barang maupun jasa. “ merek adalah istilah,
tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya ini yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari seorang
atau sekelompok penjual, yang membedakan produk atau jasa tersebut
dengan produk lain terutama produk saingannya”.3

Dari uraian pendapat di atas jelas bahwa mutu pendidikan


adalah suatu pilar untuk mengembangkan sumber daya manusia
(SDM). Yang mana suatu masa depan bangsa itu terletak pada
keberadaan kualitas pendidikan yang berada pada masa kini. Suatu
pendidikan yang berkualitas akan muncul apabila terdapat manajemen
sekolah yang bagus. Mutu juga merupakan suatu ajang berkompetisi
yang sangat penting, karena itu merupakan suatu wahana untuk
meningkatkan mutu produk layanan jasa. Dengan demikian,
mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu adalah penting, sebagai
upaya peningkatan masa depan bangsa sekaligus sebagian dari produk
layanan jasa.

Masyarakat memahami brand (merek) dalam pengertian yang


sempit. Mereka memaknai brand sebagai bagian dari produk yang
dapat di ucapkan biasanya berupa nama, misalnya rinso, close-up, blue
band, bimoli, dan lain-lain.
3
Suparyanto. Rw, SE, M.M.,Rosad,S.E,M.M.,Manajeman Pemasaran,( In media 2015,) hal 117.
5
Makna brand sebenarnya lebih luas dari sekedar bagian
produk yang dapat di ucapkan. Pengertian brand (merek) menurut
Undang-undang RI nomor 15 tahun 2001 adalah tanda berupa gambar,
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan di gunakan
dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

Merek (brand) adalah suatu nama, istilah tanda, lambing,


atau desain, gabungan semua yang di harapkan mengidentifikasi
barang atau jasa dari seseorang, penjual atau sekelompok penjual, dan
di harapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk pesaing.4

Dua macam strategi dari merk (brand):

a) Brand extantion strategy, yaitu suatu usaha untuk


menggunakan brand yang sudah berhasil terhadap produk yang
baru.
b) Multibrand strategy, untuk produk yang sejenis yang di berikan
merk yang berbeda individual brand yang maksudnya agar
seolah-olah antara produk tersebut saling bersaing.
2) Image
Pengertian image (citra) Menurut kotler (1992) adalah
kepercayaan, ide, impressi, seseorang terhadap sesuatu sedangkan
pengertian citra menurut Alma, Buchari (1992) citra merupakan
kesan, impressi, perasaan atau persepsi yang ada pada publik
mengenai perusahaan, suatu objek, orang atau lembaga. Bagi
perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri
perusahaan. Persepsi ini di dasarkan pada apa yang masyarakat
ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan.
3) Brand Image

4
Laksana Fajar, Manajemen Pemasaran,Graha ilmu, Yogyakarta 2008, hlm.77

6
Brand image itu sendiri dapat diartikan "The set of beliefs
consumers hold about a particular brand" Maksudnya, brand
image adalah sejumlah kepercayaan yang dipegang konsumen
berkaitan dengan merek. Pelanggan mungkin mengembangkan
serangkaian kepercayaan merek mengenai dimana posisi setiap
merek menurut masing-masing atribut. Kepercayaan merek
membentuk citra merek atau brand image. Setiap pelanggan
memiliki kesan tertentu terhadap suatu merek. Brand image adalah
persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang digambarkan
melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan pelanggan,
sebagaimana yang dikatakan, "Brand Image is perceptions about
brand as reflected by the brand association held in consumen
memory".
Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan brand
image ini adalah sekumpulan persepsi positif yang ada di benak
masyarakat terhadap Pesantren dari berbagai informasi dan
berbagai sumber sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan
kualitas mutu pendidikan untuk pesantren.
4) Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia"mutu"
berarti ukuran baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan). 5
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang
atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian
mutu mencakup input, proses dan output pendidikan. Menurut
Rusman, antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi, agar proses yang baik itu tidak salah
arah, maka mutu dalam artian hasil (output) harus di rumuskan

5
Poewadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia,( jakarta : Balai Pustaka,
2003),hal.788

7
lebih dahulu oleh sekolah dan harus jelas target yng akan di capai
setiap tahun.
Dari uraian pendapat di atas jelas bahwa mutu pendidikan adalah
suatu pilar untuk meningkatkan kualitas mutu yang baik. Yang
mana suatu masa depan bangsa itu terletak pada keberadaan
kualitas pendidikan yang berada pada masa kini. Suatu pendidikan
yang berkualitas akan muncul apabila terdapat manajemen sekolah
yang bagus. Mutu juga merupakan suatu ajang berkompetisi yang
sangat penting, karena itu merupakan suatu wahana untuk
meningkatkan mutu produk layanan jasa. Dengan demikian,
mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu adalasangat sangatlah
. penting, sebagai upaya peningkatan masa depan bangsa sekaligus
sebagian dari produk layanan jasa.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam proposal ini diawali dengan beberapa
BAB diantaranya :

BAB I : Meliputi Judul Proposal , Konteks Penelitian, Fokus


Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Definisi Istilah yang
menjelaskan beberapa arti dari variabel judul penelitian yang
memudahkan dalam memahaminya.

BAB II : Meliputi kajian pustaka yang di dalamnya berisi


komponen dan fungsi terkait strategi brand image pesantren dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang di dapat dalam buku refrensi
yang kemudian di gunakan sebagai dasar penelitian maupun dari hasil
penelitian terdahulu.

BAB III : Metode penelitian meliputi jenis dan pendekatan


penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data yang
memaparkan data apa saja yang dikumpulkan dalam penelitian, prosedur
pegumpulan data, analisis data dan pengecekan ke absahan data.

8
BAB IV : Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan

BAB V : Bab Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

H. Kajian Pustaka
1. Brand image pondok pesantren
1. Pengertian Brand
Istilah brand berasal dari kata brandr yang berarti "to
brand", yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi di
Amerika dengan memberi tanda pada ternak-ternak mereka untuk
memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual ke pasar. 6

Menurut penuturan Aaker, brand adalah nama dan atau


simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau
kemasan) untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual tertentu, serta membedakannya dari barang atau jasa yang
dihasilkan para pesaing. Pada akhirnya, brand memberikan tanda
mengenai sumber produk serta melindungi konsumen maupun
produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan produk-
produk Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek
Berbasis Keyakinan,(jakarta: salemba Empat,2009)hlm.18

yang tampak identic.7

Menurut Kotler Bahwa "a brand is aname, term, sign,


symbol, or design or a combination of them, intended to identity
the goods or services, of one seller or group of seller and to
differentiate them from those competitors".
6
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,(jakarta:
salemba Empat,2009)hlm.18

7
A.B. susanto, Himawan Wijayanko, Power Branding (Membangun Merek Unggul Dan
Organisasi Pendukungnya), (jakarta: PT. Mizan Publika, 2004),hlm.6
9
Sementara itu, De Chernatony dan McDonald
berpendapat bahwa "brand is an identifiable product, service,
person of place, augmented in such a way that the buyer or user
perceives relevant, unique, sustainable added value which match
their needs most closely".8

Menurut UU Merek Np. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1,


Brand (merek) adalah "tanda yang berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dn digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa". Definisi ini
memiliki kesamaan dengan definisi American Marketing
Association yang menekankan peranan merek sebagai identifier
dan differentiator. Berdasarkan kedua definisi ini, secara teknis
apabila seorang pemasar membuat nama, logo atau symbol baru
untuk sebuah produk baru, maka telah menciptakan sebuah merek. 9

2. Image

Image (citra) adalah impresi perasaan atau konsepsi yang


ada pada public mengenai organisasi, suatu obyek, orang atau
lembaga. Citra tidak dapat dicetak seperti mencetak barang, tetapi
citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan,
pemahaman seseorang tentang sesuatu.

Sedangkan menurut kotler mendefinisikan image


sebagai bentuk dari keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap
obyek tertentu. Citra terbentuk dari bagaimana lembaga
melaksanakan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan
utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk berdasarkan impresi

8
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,(jakarta: salemba
Empat,2009)hlm.18

9
Fandy Tjibtono, Brand Management & strategy, (Yogyakarta: Andi,2005), hlm.2 jam
10
dan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu,
sehingga membangun sikap mental. Citra akan diperhatikan public
dari waktu ke waktu dan akhirnya akan membentuk suatu
pandangan positif yang akan dikomunikasikan dari satu mulut ke
mulut yang lain.

Menurut Kotler dan Keller, image (citra) adalah


kepercayaan, ide dan kesan yang dipegang oleh seseorang terhadap
suatu obyek. Sebagian besar sikap dan tindakan orang terhadap
suatu obyek dipengaruhi oleh image suatu objek. 10

Image adalah kesan yang diperoleh dari seseorang


berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta
atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu
objek tersebut. Solomon dalam rahmat yang dikutip oleh Soleh
Soemirat menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi
kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak
akan ada teori sikap atau aksi sosila yang tidak didasarkan pada
penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Citra terbentuk
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan
perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita
mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. 11

Image (citra) merupakan pandangan tertentu terhadap


sebuah institusi atau organisasi. Citra lahir dari penilaian

10
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, (jakarta: PT.
Prehellindo , 2002), hlm.607

11
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public relation PT Remaja Rosdakarya,
2012 Bandung, hlm.141

11
masyarakat atau konsumen terhadap keberadaan dan sikap perilaku
organisasi tersebut. Citra dapat berupa kesan, perasaan atau
gambaran yang dipersepsikan dari sebuah organisasi yang dinilai.

3. Pondok pesantren

Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu "pondok" dan


"pesantren" kata "pondok" berasal dari bahasa Arab "funduq" yang
berarti tempat tidur, asrama atau hotel. Sedangkan kata "pesantren"
berasal dari kata dasar "santri" yang mendapat awalan "pe" dan
akhiran "an" menjadi "pesantrian". Orang jawa mengucapkannya
"pesantren" yang berarti "tempat tinggal santri".

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pusat


dakwah islam yang sudah ada sejak jaman wali songo. Tradisi pada
waktu itu adalah materi pelajaran yang diberikan kepada santri
terbatas pada ilmu-ilmu agama. Tampaknya tradisi tersebut sampai
sekarang masih diwarisi dan dilestarikan oleh kalangan pesantren
tertentu, terutama "pesantren salafi".

Menurut Suganda Poerbawakadja pondok pesantren


adalah suatu tempat pemondokan bagi pemuda-pemudi yang
mengikuti pelajaran-pelajaran agama islam. Dan pemuda-pemudi
itu dikenal sebagai santri dan tempat tinggal mereka bersama-sama
itu disebut pesantren atau pondok.

Menurut pendapat lain pondok pesantren adalah suatu


tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-
pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat
tinggal.

Sedangkan secara Terminology pengertian pondok


pesantren menurut pendapat para ahli antara lain:

12
1) Abdurrahman Mas'ud , mendefinisikan pesantren refers
to a place where the santri devotes most of hisor her
time to live in and acquire knowledge. Mengacu pada
tempat dimana para santri mencurahkan sebagian besar
waktunya untuk hisor hidup dan memperoleh
pengetahuan.12
2) Imam Zarkasyi, secara definitive mengartikan pesantren
sebagai lembaga pendidikan islam dengan system
asrama atau pondok, dimana kiai sebagai figure
sentralnya, masjid sebagai kegiatan pusat yang
menjiwainya, dan pangajaran agama islam dibawah
bimbingan kiai yang diikuti santri sebagai kegiatan
utamanya.13
3) Abdurrahman Wahid, mendefinisikan pesantren secara
teknis, pesantren adalah tempat dimana santri tinggal.
4) Mahmud Yunus, mendefinisikan sebagai tempat santri
belajar agama islam. Brand image pondok pesantren
adalah persepsi yang dibangun oleh masyarakat
terhadap entitas pesantren yang ada di daerahnya.
Brand image tersebut tentunya sangat dipengaruhi kuat
oleh bagaimana institusi pesantren menampilkan
dirinya, tidak hanya secara fisik melainkan secara moral
perilaku dan kegiatan sehari-harinya. Ada masyarakat
yang memandang bahwa pesantren tertentu merupakan
pesantren salaf, hal ini didasari oleh identifikasi
masyarakat terhadap perilaku para santri dan warga
pesantren yang menunjukkan symbol-symbol perilaku
orang salaf. Ada pula memandang pesantren dengan
citra modern karena memang secara pemikiran dan
12
Ismail SM (ed), Pendidikan Islam, Demokrasi dan Masyarakat Madani, (yogyakarta: pustaka
pelajar, 2000) cet ke-1, hlm.17

Amir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren
13

Modern, (Ponorogo: Gontor press,1996),hlm.5


13
bentuk fisik fasilitas di pesantren tersebut dapat di
kaitkan mengikuti zaman.
a) Bentuk bentuk Pesantren

Dalam buku Sudjuko Prasadjo mengenai profil pesantren


mendefinisikan pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan
tradisional dalam perkembangannya di kelompokkan menjadi
beberapa bentuk. Dalam penyelenggaraan system pengajaran dan
pembinaannya pondok pesantren dewasa ini digolongkan kepada
tiga bentuk.

A. Pondok Pesantren Tradisional


Pondok pesantren tradisional adalah pendidikan dan
pengajaran islam yang pada umumnya Pendidikan dan
pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal
(sorogan) dimana seorang kiai mengajar santri
berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh
ulama besar sejak abad pertengahan sedangkan santri
biasanya tinggal didalam pondok atau asrama dalam
pesantren. Pesantren modal ini masih memegang teguh
penyampaian dengan pola tradisional dalam
mengajarkan nilai-nilai islam, ilmu yang dipelajari pun
sama di semua pesantren model ini yakni kitab yang
dikaji dan perbedaannya pada kyai pada tiap pesantren.
B. Pondok Pesantren Tradisional Modern
Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama islam yang menggabungkan system
madrasi (klasikal) yang mengarah kepada system atau
pola modern dari segi pengajaran dan penyampaiannya.
Ciri model ini adalah peran seorang kyai tidak mutlak
lagi, akan tetapi ada pembagian tugas diantara pengasuh
dan pembina.
C. Pondok Pesantren Modern
14
Pesantren Modern adalah Pesantren yang menggunakan
system baru dari segi pendidikan dan pengajarannya.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Memakai cara diskusi dan tanya jawab dalam setiap
penyampaian materi.
2. Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap
pelajar memperhatikan dan mengajarkan hal-hal
yang nantinya akan dialami oleh mereka dalam
masyarakat ketika mereka berbaur dengan
masyarakat.
3. Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas
mereka, segala sesuatu mengenai kehidupan mereka
diatur dan diselenggarakan oleh mereka sendiri
dengan cara demokrasi, gotong royong, dan dalam
suasana ukhuwah yang dalam control bimbingan
dan pengawasan pengasuh atau pembinanya.
Peranan dan fungsi pondok pesantren di atas terus
berkembang dari masa ke masa. Selagi lembaga
pendidikan pondok pesantren menyelenggarakan
pendidikan keagamaan, pada perkembangan
selanjutnya pesantren membuka lembaga
pendidikan formal, baik yang berafiliasi dengan
pendidikan agama maupun dengan pendidikan
umum atau sekuler.
System pengajarannya disamping menggunakan cara
tradisional (system sorogan, bandongan, wetonan) juga
memakai system modern (pembagian kelas) dengan
menggunakan tingkat kemampuan santri. Pesantren ini
juga mengadakan Pendidikan formal untuk memberikan
keseimbangan antara tuntunan duniawi dan ukhrowi.
4. Mutu Pendidikan
1) Pengertian Mutu Pendidikan
15
Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu
dalam bahasa arab artinya baik, dalam bahasa inggris "quality"
artinya mutu, kualitas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
"mutu" adalah (ukuran), 14 baik buruk suatu benda, taraf atau
derajat (kepandaian, kecerdasan,dsb). Secara istilah mutu
adalah "kualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan".
Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah
memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan.15
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan
output pendidikan.
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar menjelaskan bahwa mutu
pendidikan adalah merupakan kemampuan sistem pendidikan
yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah
faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan tinjauan mutu pendidikan dari segi proses dan
hasil mutu pendidikan dapat dideteksi dari ciri-ciri sebagai
berikut: kompetensi, relevansi, fleksibilitas, efisiensi, berdaya
hasil, kredibilitas. Menurut Mujamil mutu pendidikan adalah
"kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan
sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
belajar seoptimal mungkin.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan mutu
pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan

14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Bandung: Al-Ma'arif, 1984), h.110
15
John M. Echolis, Hasan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (jakarta: Gramedia, 1998), cet. Ke
XVI, h.460
16
pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input,
proses, output dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu
apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan (PAKEM).
2) Karakteristik Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi
input, proses, output, maupun outcome. Ada 13 karakteristik
yang dinilai dalam hal mutu pendidikan yaitu :
a) Kinerja (performan) yaitu berkaitan dengan aspek
fungsional sekolah yang terdiri dari kinerja guru dalam
mengajar. " Guru merupakan salah satu pelaku dalam
kegiatan sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk
mengenal tempat bekerjanya itu. Guru perlu memahami
faktor-faktor yang langsung maupun yang tidak langsung
untuk menunjang proses belajar mengajarnya".
b) Waktu Wajar (timelines) yaitu sesuai dengan waktu yang
wajar meliputi memulai dan mengkhiri pelajaran tepat
waktu, waktu ulangan tepat.
c) Handal (reliability) yaitu usia pelayanan bertahan lama.
Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah menjadi
prinsip agar pihak yang dilayani merasa senang dan puas
atas layanan yang diberikan sehingga menjadi pelanggan
yang baik dan setia.
d) Data tahan (durability) yaitu tahan banting, misalnya
meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan.
e) Indah (aesteties) yaitu misalnya eksterior dan interior
sekolah ditata menarik, guru membuat media-media
pendidikan yang menarik.
f) Hubungan manusiawi (personal interface) yaitu
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme.

17
g) Mudah penggunaannya (easy of use) yaitu sarana dan
prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah
diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam
dikembalikan tepat waktu.
h) Bentuk khusus (feature) yaitu keunggulan tertentu,
misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi
informasi (komputerisasi).
i) Standar tertentu (Comformence to specification) yaitu
memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah telah
memenuhi standar pelayanan sekolah.
j) Konsistensi ( concistency) yaitu keajegan, konstan dan
stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu
hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan
perkataannya.
k) Seragam ( uniformity) yaitu tanpa variasi, tidak tercampur.
Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang
bulu, seragam berpakaian.
l) Mampu melayani (serviceability) yaitu mampu
memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah
menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk
mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa
puas.
m) Ketepatan (acuracy) yaitu ketepatan dalam pelayanan
sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.16
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan.
meningkatkan mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor
input pendidikan dan faktor proses manajemen pendidikan. Input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan terdiri
dari seluruh sumber daya sekolah yang ada. Komponen dan

16
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, ( jakarta : Bumi Aksara,
2006),h. 411
18
sumberdaya sekolah terdiri dari orang (man), dana (money), sarana
dan prasarana (material) serta peraturan (policy).
Dari pengertian di atas maka input pendidikan yang merupakan
faktor mempengaruhi mutu pendidikan dapat berupa :
1) Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah yang terdiri
dari :
a) Kepala sekolah, merupakan guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
b) Guru, adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
c) Tenaga administrasi.
2) Sarana dan prasarana
pembelajaran tidak hanya komponen guru, peserta dan
kurikulum saja, kehadiran sarana dan prasarana pendidikan
sudah menjadi suatu keharusan dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran.17
Sarana dan prasarana pendidikan, merupakan media belajar
atau alat bantu yang pada hakikatnya akan lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan.
3) Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang
turut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan
peserta didik didasarkan atas kriteria yang jelas, transparan dan
akuntabel.
4) Keuangan (Anggaran Pembiayaan)
Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap
peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan adalah anggaran
pendidikan yang memadai. Sekolah harus memiliki dana yang
cukup untuk menyelenggarakan pendidikan. Oleh karena itu
dana pendidikan sekolah harus dikelola dengan transparan dan
efisien.
17
Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2004), h.100
19
5) Kurikulum
Salah satu aplikasi atau penerapan metode pendidikan yaitu
kurikulum pendidikan. Pengertian kurikulum adalah suatu
program atau rencana pembelajaran. Kurikulum merupakan
komponen substansi yang utama di sekolah. Prinsip dasar dari
adanya kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur
pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru 18untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya.
6) Keorganisasian
Pengorganisasian sebuah lembaga pendidikan, merupakan
faktor yang dapat membantu untuk meningkatkan kualitas
mutu dan pelayanan dalam lembaga pendidikan.
Pengorganisasian merupakan kegiatan yang mengatur dan
mengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang
lebih kecil dan lebih mudah untuk ditangani.
7) Lingkungan fisik
Belajar dan bekerja harus didukung oleh lingkungan karena
lingkungan sangat berpengaruh terhadap aktivitas guru, siswa
dalam aktivitas pembelajaran.
8) Perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi
Di samping faktor guru dan sarana lainnya yang berkaitan
dengan dunia pendidikan yaitu faktor eksternal yang berupa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
9) Peraturan
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional dan
untuk menghasilkan mutu sumber daya manusia yang unggul
serta mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan yang
disesuaikan dengan perubahan global dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR RI
pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan undang-undang
Sisdiknas yang baru, sebagai pengganti.
10) Partisipasi atu peran serta masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan diharapkan
menjadi tulang punggung, sedangkan pihak pemerintah sebatas
memberikan acuan dan binaan dalam pelaksanaan program
kegiatan sekolah.
11) Kebijakan pendidikan

18
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007), h.5
20
Salah satu peran pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah melakukan desentralisasi pendidikan.
Dengan adanya desentralisasi tersebut, maka berbagai
tantangan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan
mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem
manajemen penyelenggaraan pendidikan.

2. Penelitian Terdahulu

a. Skipsi Idqha Khanifah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan


Ampel Surabaya Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan dengan judul " Strategi Brand Image
Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban" . Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu pendekatan
dengan cara memandang objek kajian dilihat sebagai satuan yang
terdiri dari unsur yang terkait dan mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang ada.

b. Skripsi Yulia Rukmana Mahasiswa Universitas Islam Negeri


Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dengan judul "Strategi
Membangun Brand Image Dalam Meningkatkan Daya Saing
Lembaga Pendidikan". Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian
data deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau
uraian.

c. Skripsi Amiq Syamsa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan


Ampel Surabaya Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan dengan judul " Strategi Brand Image
Dalam Meningkatkan Animo Calon Peserta Didik". Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan berusaha
melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan
dalam bentuk laporan atau uraian.

21
Peneliti sadar bahwa judul penelitian ini tidaklah baru, banyak
penelitian terdahulu yang memiliki judul yang mirip bahkan sama
dengan judul yang peneliti angkat, dari ketiga penelitian terdahulu
diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini adalah dari segi
metode penelitian yang sama-sama menggunkan metode penelitian
kualitatif dan perbedaanya adalah dari segi tempat penelitian dan
waktu penelitian.

I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan untuk
mengetahui Strategi Brand Image Pondok Pesantren Darul Ulum
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan adalah jenis penelitian
kualitatif menurut Strauss dan Corbin adalah jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya.

Penelitian Kualitatif adalah suatu proses penelitian yang


dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif
dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis yang dikumpulkan
terutama data kualitatif. Penelitian ini merupakan suatu proses
penelitian yang mengambil data secara deskriptif untuk
menggambarkan isi data yang ada dalam lembaga pendidikan.

Jenis penelitian ini digunakan oleh peneliti dimaksudkan untuk


memperoleh informasi mengenai strategi brand image pondok
pesantren darul ulum dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan
secara mendalam dan komprehensif.19

2. Kehadiran Penelitian
Peneliti dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian
Kualitatif ini bertindak sebagai partisipan aktif. Peneliti bertindak
sebagai observer pengumpulan data, menganalisis data, dan sekaligus
19
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014),hal.12
22
pelapor hasil penelitian. Dalam hal ini kedudukan peneliti dalam
penelitian merasa akan semakin rumit, dia sekaligus perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, membuat sebuah deskripsi
dalam sebuah analisis data yang didapatkan dilapangan sebagai
penemuan data baik secara wawancara, observasi, maupun secara
dokumentasi. Jadi dalam penelitian kualitatif peneliti wajib hadir
dilapangan untuk menemukan data-data yang diperlukan.

3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di madrasah pesantren darul ulum mengenai
alasan memilih di madrasah pesantren darul ulum karena peneliti ingin
mengangkat bagaimana sebenarnya strategi brand image pondok
pesantren darul ulum dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
Lokasi madrasah ini cukup strategis, mudah dijangkau karena dekat
dengan pemukiman warga, letaknya yang disamping jalan raya,
sehingga banyak transportasi yang melewati madrasah tersebut.
Peneliti mengambil lokasi tersebut karena dilatarbelakangi oleh
beberapa pertimbangan atas dasar topik dalam penelitian ini.
Demikianlah alasan yang peneliti paparkan sehingga madrasah
tersebut merupakan lembaga yang menarik, bagus, dan unik untuk
diteliti.
4. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif adalah data


yang berhubungan dengan proses suatu kejadian. Pemaparan suatu
proses mengenai fenomena tidak dapat dilakukan dalam bentuk ukuran
numerik. Dengan kata lain, peneliti harus dapat menggambarkan
secara nyata tentang kegiatan, prosedur, argumentasi, dan interaksi
yang terjadi dalam konteks lingkungan dimana dan kapan proses itu
berlangsung. Peneliti tidak perlu melakukan intervensi atau
memanipulasi suatu proses kejadian, sebab proses yang terkontrol
tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

23
dipergunakan dalam penelitian ini didasari data sumber yaitu:

a. Sumber data primer


Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
untuk memenuhi tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi dan sampel dalam menentukan
subjek dan sumber data, penelitian kualitatif mengganti istilah
tersebut dengan nara sumber, informan, partisipan, atau sarana
penelitian.
Peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan
informasi dari informan maupun pihak yang bersangkutan dengan
topik penelitian. Sumber data primer penelitian ini yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari pihak madrasah pesantren darul
ulum.
Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil
dari wawancara kepada informan seperti kepala madrasah, wakil
kepala madrasah, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar
sekolah.
b. Sumber Data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang didapatkan dari peneliti
lain yang memiliki tujuan dan penelitian yang mungkin berbeda.
Sumber data sekunder ini bisa diperoleh dari web lembaga, arsip,
buku, serta dokumentasi. Adapun sumber data sekunder yang
dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis seperti
buku, jurnal, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian.
Dalam pelaksanaan pengambilan data, peneliti mengambil
beberapa informan yang di anggap kompeten dalam menghasilkan
data yang relevan dengan judul penelitian. Maka informan
penelitian yang cocok dengan penelitian ini adalah kepala
madrasah, waka kesiswaan, waka humas dan siswa.
5. Prosedur Pengumpulan Data

24
Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
studi dokumentasi, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan
data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik
pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan
lancar.

Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh


informasi yang relevan, akurat dan reliable, teknik yang digunakan
antara lain :

a. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara
sengaja, sistematis, mengenai fenomena social dengan gejala-
gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai Kenyataan yang
diperoleh berdasarkan observasi.20

Teknik observasi digunakan untuk mengetahui secara


langsung bagaimana Strategi Brand Image Pondok Pesantren Darul
Ulum dalam Meningkatkan Kualitas Mutu Pendidikan. Peneliti
akan mempersiapkan lembar observasi. Instrumen yang digunakan
dalam observasi yaitu : tustel/kamera (HP), (terlampir), dan alat
tulis.

b. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21
20
P. Joko Subagyo, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek, (jakarta : Rineka Cipta, 1997),
h.63
21
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h.186
25
Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan terlebih dahulu disusun sedemikian rupa. Fokus
wawancara cara disini lebih di tekankan untuk menggali data lebih
dalam tentang strategi brand image dalm meningkatkan kualitas
mutu pendidikan.

Dalam wawancara ini yang menjadi sasaran wawancara


adalah Kepala Madrasah, dan Guru. Instrumen yang digunakan
dalam wawancara yaitu lembar pedoman wawancara (terlampir),
alat tulis, recorder, dan tustel/kamera (HP).

c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang merupakan surat, catatan harian,
laporan, cenderamata, transkip, dan lain sebagainya. Manfaat
melakukan dokumentasi ini adalah untuk memperkuat data yang
telah di amati dan di wawancarai. Dalam hal ini metode
dokumentasi dapat membantu mengungkap strategi brand image
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di madrasah
pesantren darul ulum.

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data


yang bersumber dari arsip dokumen, meliputi : Buku Profil
Madrasah, Data Guru, Data Siswa, Kalender Pendidikan, Program
Kerja Tenaga Pendidik Madrasah, Hasil Kerja Tenaga Pendidik,
Buku Agenda Kepala Madrasah, Data Sarana dan Prasarana,
Struktur Organisasi Madrasah. Instrumen yang digunakan dalam
dikumentasi yaitu tustel/kamera (HP).

6. Analisis Data
Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mencari, menemukan dan menyusun transkip wawancara,
catatan-catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah

26
dikumpulkan peneliti dengan teknik-teknik pengumpulan data yang
lainnya.

Peneliti diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya


tentang data yang terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data
tersebut secara sistematis guna menginterpretasikan dan menarik
kesimpulan.

Stringer memberikan petunjuk teknis cara menganalisis data ,


yaitu:

a. memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan.


b. menghubungkan hasil temuan dengan pengalaman pribadi.
c. meminta masukan atau pendapat dari teman sebaya yang
bisa dianggap berpikir kritis.
d. kaitkan hasil temuan dengan kajian pustaka.
e. kembalikan pada teori.
Selain itu Mills mengemukakan beberapa teknik analisis data
kualitatif sebagai berikut :
a. mengidentifikasi topic/tema
b. membuat kode data, baik dari hasil survey, observasi,
wawancara, dokumentasi, maupun angket.
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok, seperti apa,
mengapa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana.
d. mereview organisasi unit (misalnya sekolah) yang diteliti.
e. membuat peta konsep.
f. menganalisis faktor-faktor penyebab dan akibat.
g. membuat bentuk-bentuk penyajian dari temuan.
h. mengemukakan hal-hal yang belum ditemukan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan terlebih
dahulu ikhtisarinya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari kriteria yang
diperiksanya dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.

27
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan beberapa
cara menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu :

a. Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) yaitu tingkat kepercayaan suatu
proses dan hasil penelitian. Kriteria yang digunakan adalah lama
penelitian, observasi detail, triangulasi, dan membandingkan
dengan hasil penelitian lain.

b. Keteralihan
Keteralihan (transferability) yaitu apakah hasil penelitian
ini dapat diterapkan pada situasi lain.

c. Keterkaitan

Keterkaitan (dependability) yaitu apakah hasil penelitian


mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data,
membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat
interpretasi untuk menarik kesimpulan.

d. Kepastian

Kepastian (comfirmability) yaitu apakah hasil penelitian


dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai
dengan data yang dikumpulkan dan di cantumkan dalam laporan
lapangan.

Teknik Triangulasi ini bertujuan untuk mengetahui


seberapa besar keabsahan data yang telah diperoleh oleh peneliti
dalam melakukan penelitian, selain itu agar data tersebut lebih
akurat.

28
J. Daftar Pustaka

29
P. Joko Subagmo, Brand Image Pesantren,( Jakarta: Rineka Cipta, 1998.) Hal 63
Simamora, Hery, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STIE TKPN,
1997, )halm 38.
Suparyanto. Rw, SE, M.M.,Rosad,S.E,M.M.,Manajeman Pemasaran,( In media
2015,) hal 117.
Laksana Fajar, Manajemen Pemasaran,Graha ilmu, Yogyakarta 2008
poewadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, jakarta : Balai Pustaka,
2003,hal.78
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,
(jakarta: salemba Empat,2009)hlm.18
Suparyanto. Rw, SE, M.M.,Rosad,S.E,M.M.,Manajeman Pemasaran, In media
2015, hal 117.
Laksana Fajar, Manajemen Pemasaran,Graha ilmu A.B. susanto, Himawan
Wijayanko, Power Branding Membangun Merek Unggul Dan
Organisasi Pendukungnya (jakarta: PT. Mizan Publika, 200,h4lm.6
Andi M Sadat, Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,
(jakarta: salemba Empat,2009)hlm.18
Fandy Tjibtono, Brand Management & strategy, (Yogyakarta: Andi,2005), hlm.2
Barnawi & Mohammad Arifin, Branded school: Membangun
Sekolah Unggul Berbasis Peningkatan Mutu,(Yogyakarta ar-ruz
media 2013
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium,
(jakarta: PT. Prehellindo , 2002), hlm.607
Ismail SM (ed), Pendidikan Islam, Demokrasi dan Masyarakat Madani,
(yogyakarta: pustaka pelajar, 2000) cet ke-1, hlm.17
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public relation PT Remaja
Rosdakarya, 2012 Bandung, hlm.114
Am ir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis
Pesantren Modern, (Ponorogo: Gontor press,1996),hlm.5
John M. Echolis, Hasan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (jakarta: Gramedia,
1998), cet. Ke XVI, h.460 Husaini Usman, Manajemen Teori,

30
Praktek dan Riset Pendidikan, ( jakarta : Bumi Aksara, 2006),h.
411
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana
Prenada Group, 2007), h.5
Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia
(Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004), h.100
Afrizal, Metode, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers,
2014),hal.12
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h.186
P. Joko Subagyo, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek, jakarta : Rineka
Cipta, 1997), h.63.

31
Lampira-Lampiran
Pedoman Observasi

1. Keadaan lingkungan madrasah pesantren darul ulum

2. Keadaan masyarakat di sekitar

3. Proses kegiatan belajar mengajar

4. Keadaan siswa

32
Pedoman Wawancara

1. Kepala sekolah

a. Bagaimana sejarah berdirinya madrasah pesantren darul ulum?

b. Bagaimana kinerja guru/ustad di madrasah pesantren darul ulum?

c. Apa saja faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja


pendidikan madrasah pesantren darul ulum?

d. Bagaimana solusi untuk meningkatkan menurunnya kinerja dalam


pendidikan madrasah pesantren darul ulum?

e. Bagaimana dampak strategi image dalam meningkatkan mutu


pendidikan di madrasah pesantren darul ulum?

f. Apa saja bentuk kontribusi masyarakat dalam membantu


meningkatkan mutu pendidikan madrasah pesantren darul ulum?

2. Guru/ustad
a. Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya strategi brand image
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan madrasah pesantren
darul ulum?
b. Bagaimana pendapat anda mengenai peningkatan mutu pendidikan
madrasah pesantren darul ulum?
c. Apa dampak yang terjadi dari strategi brand image untuk
meningkatkan mutu pendidikan madrasah pesantren darul ulum?
d. Apa saja faktor penghambat dari peningkatan mutu pendidikan
madrasah pesantren darul ulum?
3. Masyarakat Pesantren
a. Apa yang anda pahami tentang pentingnya pendidikan?
b. Bagaimana pendapat anda mengenai strategi brand image untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan di madrasah pesantren
darul ulum?
c. Bagaimana kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ulum?
33
d. Apa saja faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja
pendidikan madrasah tsanawiyah Mambaul Ulum ?
e. Bagaimana solusinya untuk meningkatkan menurunnya kinerja
dalam pendidikan madrasah tsanawiyah Mambaul Ulum?
f. Bagaimana dampak manajemen sumber daya manusia dalam
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah tsanawiyah mambaul
ulum?
g. Apa saja bentuk konstribusi masyarakat dalam membantu
meningkatkan mutu pendidikan madrasah tsanawiyah Mambaul
Ulum?

4. Guru

a. Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya Manajemen SDM


dalam meningkatkan mutu pendidikan Madrasah Tsanawiyah
Mambaul Ulum?

b. Bagaimana pendapat anda mengenai peningkatan mutu pendidikan


Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ulum?

c. Apa dampak yang terjadi dari Manajemen SDM Untuk


meningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Mambaul
Ulum ?

d. Apa saja faktor penghambat dari peningkatan mutu pendidikan di


Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ulum?

5. Masyarakat

a. Apa yang ada pahami tentang pentingnya pendidikan?

b. Bagaimana pendapat anda mengenai manajemen SDM untuk


peningkatan mutu pendidikan Madrasah Tsanawiyah Mambaul
Ulum?

34
Pedoman Dokumentasi

1. Profil Madrasah Pesantren

2. Visi misi

3. Letak geografis

4. Struktur organisasi

5. Data Guru/ Ustadz Aktif dan Tidak Aktif

6. Angket

7. Sarana dan Prasarana

35

Anda mungkin juga menyukai