Anda di halaman 1dari 30

PROBLEM BASIC LEARNING

SISTEM ENDOKRIN

OLEH
KELOMPOK III

Dewi Susanti Maspeke 841421151


Juniver Verrianyach Pakaja 841421164
Fitria J. Maliki 841421155
Lisnawaty Labansir 841421158
Serly Stibis 841421167
Anis Yulianti 841421156
Irfhan 841421149
Mohamad Sabri Habibie 841421163

Tutor
Ns. Nirwanto K. Rahim, M. Kep

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
SKENARIO 3

Ny. R usia 46 tahun dirawat dengan keluhan utama sesak nafas. Saat dikaji pasien
mengatakan sering merasa berdebar-debar dan berkeringat walau tidak berada dibawa
sinar matahari. Pasien juga mengalami penurunan berat badan sedangkan nafsu makan
meningkat. Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan
aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak sakit berat, sesak dan agitasi, berat badan 45kg dan tinggi badan 150 cm,
BMI 19.5 kg/m2,tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 122x/menit regular, kuat, pernafasan
30x/menit, suhu aksila 380c. Pada daerah leher di dapatkan pembesaran kelenjar tiroid
dengan ukuran 3x2x5cm, tidak nyeri, permukaan rata, batas tegas, tidak menempel dan
jaringan sekitar (dapat digerakan).Selain itu, pada pasien ini juga didapatkan tremor halus.
Dari pemeriksaan hasil laboratorium didapatkan leukositosis (11,600 mg/dL), peningkatan
Total T3(256ng/dL), T4 (20 ug/dL) dan penurunan hasil TSH (0.018µIU/mL).
1. KLARIFIKASI ISTILAH PENTING
a. Agitasi
Agitasi merupakan suatu keadaan dimana pasien terlihat gelisah,
ketidaknyamanan ditandai oleh gerakan motorik yang tidak terkendali yang
dapat mengakibatkan cedera dan ekstubasi (Hellena, dkk ., 2017).
b. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) atau Indeks massa tubuh (IMT) adalah parameter
yang digunakan untuk mengetahui status berat badan seseorang apakah
tergolong normal maupun tidak (underweight, maupun overweight), data
yang diperlukan untuk mencari BMI adalah data selisih antara berat badan
dan tinggi badan. BMI juga dapat digunakan untuk menggambarkan
komposisi tubuh secara kasar, meskipun tidak disertai dengan nilai dari
konstribusi berat dari lemak dan otot (Luh & I Ketut ., 2020).
c. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berada di kedua sisi bawah laring dan
berada di anterior trakea. Kelenjar tiroid adalah salah satu dari beberapa
kelenjar endokrin terbesar dengan berat 15 – 20 gram pada orang dewasa.
Kelenjar ini memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh ismus sehingga
bentuk dan posisi anatomi tiroid memiliki peran fungsional (Darmayanti et
al., 2012). Masingmasing lobus mempunyai ukuran panjang 3 – 4 cm dan
lebar 2 cm (Chandra & Rahman ., 2016).
d. T3 , T4 dan TSH
Hormon tiroid unik karena mengandung 59-65% unsur iodin. Struktur dari
hormon ini, T4 dan T3. Ada 2 jenis hormon utama yaitu tiroksin (thyroxine
= T4 = L3,5,30,50-tetraiodothyronine) dan triiodothyronine (T3 = L-3,5,30-
triiodothyronine). Keduanya tersusun oleh 2 residu tirosil (tyrosyl) yang
terikat melalui ikatan eter dan digantikan oleh 4 atau 3 residu yodium
(iodine). Kuantitatif terbanyak adalah T4 sebagai hormon utama dan sedikit
T3. Tetapi T3 merupakan hormon yang aktif biologis (potensi metabolik 3
kali dari T4), dan T4 dianggap sebagai precursor atau prohormon, yang bila
diperlukan dipecah di jaringan untuk membentuk T3 (Beby Dewi ., 2018).
TSH atau tirotropin merupakan suatu glikoprotein yang disintesis dan
disekresikan oleh tirotrop dari kelenjar hipofisis anterior. Aktivitas tiroid
diatur oleh kebutuhan tubuh akan beredar dalam sirkulasi kurang,
hipotalamus menghasilkan TRH, yang memicu peningkatan kadar TSH
untuk merangsang sekresi tiroid (Ellies, Tunjung ., 2018).
e. Tremor
Tremor adalah penyakit gangguan gerak ditandai dengan bergetarnya
bagian tubuh. Tremor bisa terjadi pada bagian tubuh mana saja. Bagian
tubuh yang paling terjadi adalah pada tangan. Pada 30% kasus, tremor bisa
terjadi pada otot daerah kepala dan leher seperti di otot wajah, rahang,
ataupun pita suara. Tremor disebabkan karena ada masalah pada area otak
dimana mengatur gerakan otot tubuh (Komang, dkk ., 2016)
2. KATA KUNCI
a. Sesak dan agitasi
b. Sering merasa berdebar-debar
c. Penurunan berat badan
d. Mudah lelah
e. Tremor halus
f. Pemeriksaan Fisik :
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 150cm
- Suhu aksila 38oC
- BMI 19,5kg/m2
- Tekanan darah 160/80 mmHg
- Nadi 122x/menit
- Pernapasan 30x/menit
- Leukositosis (11,600 mg/dl)
- Peningkatan total T3(256 ng/dl)
- Penurunan hasil TSH (0,019IU/ml)
g. Pembesaran kelenjar tiroid dengan ukuran 3x2x5cm.
3. MINDMAP

Sesak Nafas

Diabetes Melitus Hipertiroid Struma

Definisi: Struma adalah


Definisi: Diabetes melitus
Definisi: Hipertiroid atau pembesaran kelenjar gondok
(DM) didefinisikan sebagai
hipersekresi hormone tiroid yang disebabkan oleh
suatu penyakit atau gangguan
merupakan sebuah kelainan penambahan jaringan kelenjar
metabolisme kronis dengan
atau gangguan pada kelenjar gondok yang menghasilkan
multi etiologi yang ditandai
tiroid. Gangguan Hipertiroid hormon tiroid dalam jumlah
dengan tingginya kadar gula
muncul karena kelenjar tiroid banyak sehingga menimbulkan
darah disertai dengan
memproduksi hormone tiroid keluhan seperti berdebar-
gangguan metabolisme
lebih dari yang di butuhkan debar, keringat, gemetaran,
karbohidrat, lipid, dan protein
tubuh, terkadang hal tersebut di bicara jadi gagap, mencret,
sebagai akibat insufisiensi
katakan sebagai tirotoksikosis berat badan menurun, mata
fungsi insulin. 
membesar.
LEMBAR CHECKLIST
Manifestasi Diagnosa Medis
Klinis Diabetes Hipertiroid Struma
Melitus
Sesak napas -  

Sering merasa berdebar- -  -


debar dan berkeringat
Penurunan berat badan   

Mudah lelah   
Agitasi   
Pembesaran kelenjar tiroid -  
Tremor halus -  
Pemeriksaan leukositosis (11,600 -  -
mg/dL)
Peningkatan Total T3 (256 -  -
mg/dL)
Penurunan hasil TSH (0, -  -
0.018µIU/mL)
Nadi 122x/menit -  -

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Sesuai dengan skenario, maka pertanyaan yang mungkin muncul yaitu :
1) Mengapa pasien pada kasus sering berkeringat walau tidak berada dibawa
sinar matahari?
2) Mengapa pasien dengan hipertiroid mudah merasakan lelah ?
3) Mengapa hiperteroid banyak terjadi pada wanita daripada lelaki ?

5. JAWABAN PERTANYAAN
1) Manifestasi klinis muncul akibat kelebihannya hormon hipertiroid salah
satunya adalah keringat berlebihan/ hiperhidrosis. Hiperhidrosis
merupakan kondisi berkeringat yang berlebihan dan mengganggu.
Sementara hipertiroid merupakan akibat dari aktivitas hormon tiroid yang
berlebihan. Hiperhidrosis merupakan masalah di kelenjar keringat; karena
itu tidak bisa menyebabkan hipertiroid. Sementara hipertiroid, karena
peningkatan aktivitas hormon tiroid, terjadi kondisi hipermetabolik pada
tubuh yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh sehingganya pasien
hipertiroid sering berkeringat (Ni Made & I Wayang ., 2020).
2) Kelebihan dan kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan kelelahan.
Anda dapat dengan mudah menyingkirkan penyakit ini dengan
pemeriksaan darah. Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu dan terletak di
bagian bawah leher. Fungsi dari kelenjar ini adalah untuk memproduksi
hormon tiroksin. Selain ini kelenjar tiroid bertugas mengontrol tubuh
dalam produksi hormon dan pembakaran energi yang akan membantu
mengatur detak jantung, tekanan darah, serta suhu tubuh. Fungsi kelenjar
tiroid yang meningkat disebut dengan hipertiroid yang bisa menimbulkan
rasa lelah, lemah, dan depresi (Ni Made & I Wayang ., 2020).
3) Hasil pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormone) pada Riskesdas
2007 didapatkan 12,8% laki-lakidan 14,7% perempuan memiliki kadar
TSH rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid. Meski bisa
terjadi pada siapa saja, tetapi hipertiroidisme lebih sering dialami oleh
wanita. Terutama pada wanita hamil, hal ini karena saat hamil, kadar
hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam tubuh wanita akan
meningkat. Hormon ini bisa memicu terjadinya hipertiroidisme, terutama pada
wanita yang sedang hamil bayi kembar, di mana terdapat kadar HCG yang tinggi
(Erna ., 2019)

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


a. Di harapkan bisa mengerti dan mendalami masalah pada pasien dengan
Hipertiroid.
b. Diharapkan bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada kasus diatas.
c. Untuk mengetahui pemeriksaan selanjutnya dan untuk menegakkan
diagnosa dari kasus diatas.
d. Untuk mengetahui apakah adanya penatalaksanaan dari kasus diatas.

7. INFORMASI TAMBAHAN
Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Pada penelitian oleh Wismandari (2018) didapatkan proporsi intoleransi
glukosa pada kelompok hipertiroid adalah 52,5%, dan proporsi intoleransi
glukosa pada kelompok eutiroid/ hipertiroid subklinis adalah 20%. Perbedaan
proporsi pada kedua kelompok ini secara statistik bermakna (p< 0,05). Data
ini menggambarkan bahwa intoleransi glukosa pada hipertiroid baik secara
klinis maupun statistik bermakna. Pasien hipertiroid yang status klinisnya
sudah eutiroid atau hipertiroid subklinis mempunyai risiko yang sama dengan
orang sehat untuk terjadinya intoleransi glukosa. Dengan demikian,
disarankan evaluasi pemeriksaan klinis dan laboratorium intoleransi glukosa
dilakukan pada pasien hipertiroid secara rutin. Selain itu, diperlukan penelitian
lebih lanjut jenis kohort untuk mengkaji lebih jauh faktor-faktor yang
memengaruhi kejadian intoleransi glukosa pada penyakit tiroid.
9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI
Dari Tanda dan Gejala yang terdapat pada kasus di atas maka kami
mendapatkan bahwa kasus tersebut mengarah pada kasus Hipertiroid.
a. Klien mengeluh sesak nafas, sering merasa berdebar-debar dan berkeringat,
penurunan berat badan, mudah lelah, agitasi, tremor halus.
b. Pemeriksaan fisik, TTV dan Laboratorium Tekanan darah 160/80 mmHg,
frekuensi nadi 122x/menit, frekuensi napas 30 x/menit, suhu aksila 38oC.
Pembesaran kelenjar tiroid ukuran 3x2x5cm, pemeriksaan leukositosis
(11,600 mg/dL), peningkatan Total T3 (256ng/dL), penurunan hasil TSH
(0.018µIU/mL).
10. LAPORAN DISKUSI
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hipertiroid atau hipersekresi hormone tiroid merupakan sebuah kelainan
atau gangguan pada kelenjar tiroid. Pada umumnya jenis kelamin perempuan
lebih berpotensi untuk mengalami Hipertiroidisme dari pada pria. Gangguan
Hipertiroid muncul karena kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid lebih
dari yang di butuhkan tubuh, terkadang hal tersebut di katakan sebagai
tirotoksikosis (Haryono & Susanti ., 2019).
B. Etiologi
Menurut Haryono dan Susanti (2019), Penyebab adanya Hipertiroid yaitu
efek dari disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Selain itu,
rendahnya HT akibat malafungsi kelenjar tiroid yang diikuti dengan
peningkatan pada TSH dan TRF karena adanya umpan balik negative HT
terhadap pelepasan keduanya juga merupakan penyebab adanya
Hipertiroidisme. Selain disebabkan oleh malafungsi pada beberapa bagian,
Hipertiroidisme juga disebabkan oleh berbagai macam penyakit, yakni :
1) Penyakit Radang Kelenjar tiroid (Tiroiditis)
Penyakit radang kelenjar tiroid atau dalam dunia kedokteran lebih
dikenal dengan sebutan tiroiditis pada umumnya sering menyerang wanita
atau ibu-ibu yang sudah melahirkan atau dikenaljuga degan tiroiditis
pasca persalinan. Gejala atau tanda dari keadaan tersebut akan tampak
saat ibu yang telah melahirkan berada pada fase awal, biasanya gejala dan
tanda yang muncul adalah keluhan Hipertiroid, Kemudian setelah dua
sampai tiga bulan ibu yang telah melahirkan atau pasien akan
mengeluarkan gejala Hipertiroid.
2) Penyakit Benjolan di leher (Toxic Nodular Goiter)
Penyakit ini merupakan sebuah penyakit yang membuat pasiennya
memilki benjolan pada lehernya. Benjolan yang timbul disebabkan karena
adanya pembesaraan tiroid yang berbentuk sperti biji padat, jumlahnya
bisa hanya satu atau lebih. Nodular atau biji yang dihasilkan itu
sumbernya dari tidak terkontrolnya kelenjar tiroid oleh TSH sehingga
kelenjar menghasilkan hormone tiroid yang berlebih.
3) Penyakit Graves
Penyakit ini merupakan salah penyebab yang paling sering
ditemukan pada pasien Hipertiroid. Graves disebabkan oleh kelenjar tiroid
yang overaktif. Penyebab dari Graves biasanya factor genetis atau factor
turunan, dan lebih sering menyerang perempuan daripada laki-laki.
Perempuan memiliki potensi lima kali lebih besaar daripada pria. Selain
karena factor genetis, penyebab Graves adalah adanya penyakit autoimun,
yang berarti ditemukannya antibody dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating, Selain itu penyebab penyakit Graves adalah immunoglobulin
(TSI antibodies), tyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH reseptor
antibodies (TRAB). factor kecil lainnya yang bisa menyebabkan Graves
adalah stress, merokok, radiasi, kelainan mata penglihatan kabur,
sensitive terhadap sinar, terasa sperti ada pasir dimata, dan mata dapat
menonjol keluar hinga double vision. Akan tetapi sering kali penyakit
mata tidak bergantung pada tinggi rendahnya hormone tiroid, Graves juga
menyebabkan kelainan pada kulit, sperti kulit berubah jadi merah,
kehilangan rasa sakit, dan mengeluarkan keringat yang berlebih.
4) Produksi yang Abnormal pada TSH
Produksi TSH pada kelenjar hipofisis yang dapat menghasilkan
TSH berlebihan mampu membuat tiroid terangsang untuk mengeluarkan
T3 dan T4 yang banyak.
5) Mengonsumsi Yodium berlebih
Mengkonsumsi Yodium secara berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya penyakit Hipertiroid. Kelainan pada fungsi kelenjar tiroid
biasanya timbul di waktu pasien telah memilki kelainan pada kelenjar
tiroidnya.
6) Mengkonsumsi Obat Hormon Tiroid berlebih
Pada masyarakat Indonesia sering ditemukan pasien Hipertiroid
disebabkan oleh terlalu banyak mengonsumsi obat hormone tiroid, hal
tersebut dikarenakan pasien malas menjalani pengobatan di laboratorium,
dan tidak teraturnya waktu control ke dokter. Sehingga membuat pasien
terus minum obat tiroid tanpa pengawasan yang jelas. Beberapa kasus
juga ditemukan adanya pasien Hipertiroid karena mengonsumsi obat
hormone tiroid berlebih dengan tujuan menurunkan berat badannya, dan
hal itu menyebabkan efek samping timbulnya Hipertiroidisme.
C. Patofisologi
Hipertiroid merupakan tanda dan gejala dari adanya kelebihan hormone
tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Sementara itu, Hipertiroidisme adalah
tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Meski pun
memiliki sebab yang berbeda, tanda dan gejalanya tetap saja sama. Hal
tersebut disebabkan oleh semakin penuhnya ikatan antara T3 dengan reseptor
T3 inti. Meningkatnya tiroid dapat dilihat dari radioactive neck-uptake yang
menunjukkan kenaikan, sedang penyebabnya adalah rangsangan dari TSH
atau TSH-like substance (TSI, TSAb), dan otonomi intrinsic kelenjar (Indra ,
Hermawan ., 2019).
Sementara itu, pada destruksi kelenjar yang terjadi adalah sebaliknya,
yaitu terjadinya kerusakan sel sampai hormone yang disimpan di dalam folikel
akan keluar dan masuk dalam darah, contohnya seperti karena radang,
inflamasi, atau radiasi. Akan tetapi bisa juga dikarenakan pasien mengonsumsi
hormone tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun,
maka dari itu untuk membedakannya sangat diperlukan, karena umumnya
peristiwa kedua ini adalah toksikosis tanpa Hipertiroidisme yang biasa dikenal
dengan self-limiting disease (Indra, Hermawan ., 2019).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Indra, Hermawan (2019) tanda dan gejala yang sering kali muncul
atau ditemukan pada pasien dengan Hipertiroid diklasifikasikan menjadi
delapan, antara lain :
1) Umum
Gejala dan tanda umum yang sering ditemukan adalah pasien merasa letih,
tidak tahan dengan panas atau suhu ruangan normal, mudah berkeringat
dan keringat berlebih, berat badan menurun, dan apatis.
2) Mata
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari mata adalah adanya edema pada
pupil pasien dan edema konjungtiva atau kemosis, penglihatan pasien
kabur, lakrimasi meningkat, terdapat optalmoplegia, proptosis, diplobia,
dan ulserasi kornea.
3) Kulit
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari kulit adalah warna kulit pasien
sedikit kemerahan atau flushing dengan campuran warna salmon, suhu
kulit cenderung hangat, serta memiliki permukaan yang basah dan lunak.
Pada pasien yang sudah tua, ditemukan kondisi kulit yang mengering,
pruritus, miksoedema pretibal, eritmia palmaris, rambut tipis, dan tangan
terus gemetar.
4) Reproduksi
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari reproduksi adalah terjadinya
infertilitas dan oligomenore.
5) Neuromuskuler
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari neuromuskuler adalah pasien
merasa gelisah, gugup, khawatir hingga pasien tidak bisa duduk dengan
tenang. Selain itu, pasien juga mengalami agitasi, psikosis, tremor,
koreoatetosis, kelemahan otot, dan emosional pasien mudah sekali
terangsang.
6) Struma
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari strauma adalah nodosa, terjadinya
difusi tanpa atau dengan bising.
7) Kardiovaskular
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari kardiovaskuler adalah pasien
mengalami sesak napas, palpitasi, sinustakikardi, dan gagal jantung.
8) Gastrointestinal
Gejala dan tanda yang dapat dilihat dari gastrointestinal adalah pasien
merasakan kelelahan otot yang abnormal, diare disertai muntah, serta
penurunan berat badan. Meski pasien mengalami peningkatan pada nafsu
makannya.
E. Komplikasi
Komplikasi pada Hipertiroid sangat beragam, mulai dari yang sederhana
hingga yang sangat mengkhawatirkan atau mengancam nyawa pasien.
Komplikasi yang membuat nyawa pasien terancam adalah terjadinya krisis
tirotoksik atau thyroid strom, oftalmopati graves, infeksi, dermopati graves,
dan kematian akibat penyakit jantung. Komplikasi lain yang seringkali terjadi
dan dalam tahap waspada adalah tremor, agitasi, hipertermia, dan takikardia.
Hal yang dapat menyebabkan komplikasi waspada adalah efek dari pelepasan
TH ke dalam jumlah yang sangat banyak, dan biasanya terjadi di saat pasien
menjalani terapi, pasien sedang menjalani masa pembedahan, atau mungkin
dikarenakan Hipertiroid tidak terdiagnosis sedini mungkin bila tidak di obati
akan menyebabkan kematian (Aini dan Ledy ., 2016).
F. Penatalaksanaan
Menurut Indra, Hermawan (2019) Penatalaksanaan medis terhadap pasien
Hipertiroid tidak jauh berbeda dengan pasien penderita hipotiroid.
Mengklasifikasikan penatalaksanaan medis Hipertiroidisme ke dalam tiga hal,
yakni :
1) Yodium Radioaktif
Tindakan yodium radioaktif di lakukan pada pasien terkena kanker tiroid
terjadi karena adanya pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di dalam
kelenjar tiroid dengan jenis Hipertiroid dan kanker karsinoma.
2) Tirostatiska
Kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol
atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50,
100 mg).

3) Tiroidektomi
Tindakan pembedahan dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis
maupun biokimiawi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Indra, Hermawan (2019) Ada tiga pemeriksaan diagnostic yang
akan dijalani pasien, yakni Pemeriksaan pada TSH (Thyroid Stimulating
Hormone), biasanya hasil menunjukkan TSH yang diproduksi oleh hipofisis
akan menurun. Maka sebab itu, diagnosis Hipertiroidisme selalu dikaitkan
dengan kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan.
1) Pemeriksaan hormone tiroid (T3 dan T4), biasanya hasil menunjukkan
T3 dan T4 akan meningkat. Pasien dengan Hipertiroid harus memiliki
tingkat hormone tiroid yang tinggi, meski begitu tidak menutup
kemungkinan dengan hasil yang menunjukkan rendahnya T3 dan T4.
Hal tersebut jarang ditemukan, kebanyakan orang dengan Hipertiroid
dalam semua pengukuran akan memiliki hormone tiroid tinggi (kecuali
TSH).
2) Pemeriksaan yodium tiroid scan, yang akan menunjukkan apa penyebab
dari Hipertiroidisme. Umumnya tes ini untuk melihat penyebabnya dari
nodul tunggal atau seluruh kelenjar
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer dan sekunder
a. Identitas pasien
Nama :-
JK : Perempuan
Umur : 46 tahun
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama :-
b. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak napas
c. Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian klien juga mengatakan sering merasa berdebar-
debar dan berkeringat walau tidak berada dibawa sinar matahari. Pasien juga
mengatakan ia mengalami penurunan berat badan sedangkan nafsu makannya
meningkat. Selain itu pasien juga mengeluh merasa sangat mudah lelah walau
hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Pasien tampak
agitasi dan didapatkan pasien ini mengalami tremor halus.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
-
e. Aktivitas/ istirahat
Pasien mengeluh merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan aktivitas
yang sangat sederhana dan ringan.
f. Integritas ego
-
g. Eliminasi
-
h. Makanan/cairan
Pasien mengatakan ia mengalami penurunan berat badan sedangkan
nafsu makannya meningkat.
i. Hygine
-
j. Neurosensori
Hasil pengkajian didapatkan pada klien terjadi tremor halus
k. Nyeri/kenyamanan
-
l. Interaksi social
-
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda tanda vital :
TD : 160/80 mmHg
N : 122 x/m
R : 30 x/m
Suhu aksila : 38 °c
TB : 150 cm
BB : 45 kg
BMI : 19.5 kg/m2
b. KU : Lemah
c. Kesadaran : Compos Mentis
d. Kepala dan Leher : Pembesaran kelenjar Tiroid (uk. 3x2x5 cm), tidak
nyeri, permukaan rata, batas tegas, tidak
menempel dan jaringan sekitar (dapat digerakan).
3. Pemeriksaan Penunjang :
- Leukositosis: (11,600 mg/dL)
- Peningkatan Total: T3 (256ng/dL), T4 (20 ug/dL)
- Penurunan hasil TSH (0.018µIU/mL).
PATHWAY

Konsumsi Iodium tinggi Tiroiditis

Hipersekresi hormon

T3 meningkat T4 meningkat

Hipertiroid

Peningkatan Metabolisme

Hipermetabolisme

Efek kalori Pembengkakan kelenjar tiroid Pemakaian Glukosa Kalsium dalam darah Energi terpakai
to to oleh metabolisme
Produksi panas Penekanan jalan napas Kebutuhan nutrisi Otot kekurangan Kalsium to
meningkat to to Tubuh cepat
Hambatan jalan napas Nafsu makan Kerja otot menurun kehilangan energi
Peningkatan to meningkat, BB turun to to
suhu badan to Tremor Mudah lelah
Gangguan pernapasan
to Kesiapan to saat beraktivitas
Peningkatan Agitasi & merasa to
Hipertermi Takipneu
Nutrisi berdebar-debar Keletihan
to
Pola Napas Gangguan
Tidak Efektif
Rasa Nyaman
B. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1. DS : Konsumsi iodium tinggi ; Kode: (D.0005)
tiroiditis Pola napas
- Klien mengeluh sesak
tidak efektif
napas Hipersekresi hormon

DO : T3 dan T4 meningkat
- TTV
R : 30x/menit Hipertiroid

TD : 160/80 Peningkatan metabolisme


N : 122 x/menit
Hipermetabolisme
- Tampak sesak
Pembengkakan kelenjar
- Terdapat tiroid
pembesaran
Penekanan jalan napas
kelenjar tiroid (uk.
3x2x5 cm) Hambatan jalan napas

Gangguan pernapasan

Takipneu

Pola Napas Tidak Efektif

2. DS : Konsumsi iodium tinggi ; Kode: (D.0139)


tiroiditis Hipertermia
- Klien mengeluh
berkeringat walau Hipersekresi hormon
tidak berada dibawa T3 dan T4 meningkat
sinar matahari
Hipertiroid

DO : peningkatan metabolisme
- TTV hipermetabolisme
Suhu aksila : 38 C
N : 122x/menit efek kalori
R : 30 x/menit
TD : 160/80 produksi panas meningkat
mmHg
- Leukositosis peningkatan suhu badan
(11,600 mg/dL)
Hipertermi
- Peningkatan Total:
T3 (256ng/dL), T4
(20 ug/dL)
- Penurunan hasil
TSH
(0.018µIU/mL).
3. DS : Konsumsi iodium tinggi ; Kode : (D.0057)
tiroiditis Keletihan
- Pasien mengeluh
merasa sangat hipersekresi hormon
mudah T3 dan T4 meningkat
lelah walau hanya
Hipertiroid
melakukan aktivitas yang
sangat sederhana Peningkatan metabolisme

dan ringan. Hipermetabolisme


DO :
Energi terpakai oleh
- Klien tampak sakit metabolisme
berat dan sesak Tubuh cepat kehilangan
- Respirasi : 30x/m energi

Mudah lelah saat


beraktivitas

Keletihan
4. DS : Konsumsi iodium tinggi ; Kode : (D0026)
- Klien mengeluh tiroiditis Kesiapan
mengalami Peningkatan
Hipersekresi hormon Nutrisi
penurunan berat
badan sedangkan T3 dan T4 meningkat
nafsu makannya
meningkat. Hipertiroid

DO : Peningkatan metabolisme
- Berat Badan : 45
Hipermetabolisme
kg
- Tinggi Badan : Pemakaian glukosa
150 cm
- BMI : 19.5 kg/m2 Peningkatan kebutuhan
nutrisi

Nafsu makan meningkat,


BB turun

Kesiapan Peningkatan
Nutrisi
5. DS: Konsumsi iodium tinggi ; Kode : (D0074)
- Klien mengatakan tiroiditis Gangguan rasa
sering merasa nyaman
Hipersekresi hormon
berdebar-debar
DO :
T3 dan T4 meningkat
- Klien tampak
agitasi Hipertiroid
- Terdapat
pembesaran Peningkatan metabolisme
kelenjar tiroid (uk.
Hipermetabolisme
3x2x5 cm)
- klien tampak Kalsium dalam darah
mengalami tremor menurun
halus
Kerja otot menurun
- TD : 160/80
mmHg Tremor
- Nadi : 122x/m
Palpitasi & merasa
berdebar-debar

Gangguan rasa nyaman

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan energi dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan klien tampak sesak, pernapasan 30x/menit.
2. Hipertermia b/d proses penyakit dibuktikan dengan hasil pemeriksaan suhu tubuh
meningkat: 38oC, nadi: 122x/menit, pernapasan: 30x/menit.
3. Keletihan b/d kondisi fisiologis dibuktikan dengan klien mengeluh mudah lelah
dan hasil pemeriksaan klien tampak sakit berat, sesak dan agitasi.
4. Kesiapan peningkatan nutrisi b/d perilaku upaya peningkatan kesehatan
dibuktikan dengan klien mengeluh mengalami penurunan berat badan sedangkan
nafsu makannya meningkat.
5. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit dibuktikan dengan Klien mengatakan
sering merasa berdebar-debar

D. Perencanaan Keperawatan
No SDKI (Standar SLKI (Standar SIKI (Standar Intervensi
Dx. Diagnosis Luaran Keperawatan Indonesia)
Keperawatan Keperawatan
Indonesia) Indonesia)
1. Kode : (D.0005) Kode : (L.01004) Kode : (I. 01002)
Pola napas tidak Setelah dilakukan Dukungan ventilasi
efektif b/d tindakan 3x24 Tindakan observasi
penurunan energi jam maka pola 1. Identifikasi adanya
dibuktikan dengan: napas membaik Kelelahan otot bantu napas.
dengan kriteria 2. Monitor status respirasi dam
DS : hasil : oksigenasi.
- Klien mengeluh - Dispnea Tindakan terapeutik
sesak napas menurun (5) 1. Pertahankan kepatenan
- Frekuensi jalan napas
DO : napas 2. Berikan posisi semi fowler
- TTV membaik (5) atau fowler.
R : 30x/menit 3. Fasilitasi mengubah posisi
TD : 160/80 senyaman mungkin.
N : 122 x/menit 4. Berikan oksigen sesuai
- Tampak sesak kebutuhan.
Terdapat pembesaran 5. Gunakan bag-valve mask,
kelenjar tiroid (uk. 3x2x5 jika perlu.
cm) Tindakan edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri.
Tindakan kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian bronkodilator,
jika perlu.
2. Kode : (D.0139) Kode : (L.14134) Kode : (I.15506)
Hipertermia b/d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
proses penyakit tindakan 3x24 jam Tindakan observasi
dibuktikan dengan: maka termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
membaik dengan Hipertermia
DS : kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
- Klien mengeluh - Takikardi 3. Monitor kadar elektrolit.
berkeringat walau menurun (5) Tindakan terapeutik
tidak berada - Takipnea 1. Sediakan lingkungan yang
dibawa sinar menurun (5) dingin.
matahari - Suhu tubuh 2. Berikan cairan oral
membaik (5) 3. Ganti linen setiap hari
DO : - Tekanan darah atau lebih sering
- TTV membaik (5) 4. Lakukan pendinginan
Suhu aksila : 38
eksternal misalnya
C
N : 122x/menit (kompres dingin).
R : 30 x/menit 5. Berikan oksigen, jika
TD : 160/80
perlu.
mmHg
- Leukositosis Tindakan edukasi
(11,600 mg/dL) 1. Anjurkan tirah baring
- Peningkatan
Tindakan kolaborasi
Total: T3
(256ng/dL), T4 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
(20 ug/dL) elektrolit intravena, jika perlu.
- Penurunan hasil
TSH
(0.018µIU/mL Kode : (I.02065)
Pemberian Obat Intravena
Tindakan observasi
1. Identifikasi kemungkinan alergi,
interaksi dan kontraindikasi
Obat.
2. Periksa tanggal kedaluwarsa
Obat
3. Monitor tanda vital dan
nilai laboratorium
sebelum pemberian obat.
Tindakan terapeutik
1. Lakukan prinsip enam
Benar.
2. Pastikan ketepatan dan
kepatenan kateter IV
3. Berikan obat IV dengan
kecepatan yang tepat.
Tindakan edukasi
1. Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang diharapkan,
dan efek samping
sebelum pemberian.
2. Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat.
Tindakan kolaborasi
-
3. Kode : (D.0057) Kode : (L.14134) Kode : (I. 05178)
Keletihan b/d kondisi Setelah dilakukan Manajemen Energi
fisiologis dibuktikan tindakan 3x24 jam Tindakan Observasi
dengan: maka tingkat 1. Identifikasi gangguan fungsi
DS : keletihan menurun tubuh yang memgakibatkan
- Pasien mengeluh dengan kriteria kelelahan.
merasa sangat hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan
mudah - Verbalisasi emosional.
lelah walau kepulihan energi
3. Monitor lokasi dan
hanya meningkatt (5) ketidaknyamanan
melakukan - Verbalisasi selama melakukan aktivitas.
aktivitas yang sangatlelah menurun Tindakan Terapeutik
sederhana (5) 1. Sediakan lingkungan yang
dan ringan. - Frekuensi napas nyaman dan rendah
DO : menurun (5) stimulus.
- Klien tampak 2. Berikan aktivitas distraksi
Sakit berat dan yang menenangkan.
Sesak 3. Fasilitasi duduk di sisi
- Respirasi : 30x/m tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Tindakan Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
Tindakan Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Kode : (D0026) Kode : (L.14134) Kode : (I.12395)
Kesiapan peningkatan
Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi b/d perilaku upaya
tindakan 3x24 jam Tindakan observasi
peningkatan maka status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
kesehatan dibuktikan membaik dengan 2. Identifikasi kebutuhan
dengan : kriteria hasil : kalori dan jenis nutrien.
- Berat badan 3. Monitor asupan makanan
DS : membaik (5) 4. Monitor berat badan
- Klien mengeluh
- Indeks Massa Tindakan terapeutik
mengalami
penurunan Tubuh (IMT) 1. Fasilitasi menentukan
berat badan Membaik (5) pedoman diet (mis.
sedangkan - Nafsu makan Piramida makanan)
nafsu
Membaik (5) 2. Berikan makanan tinggi
makannya
meningkat. Serat untuk mencegah
Konstipasi.
DO :
Tindakan edukasi
- Berat Badan :
45 kg 1. Anjurkan posisi duduk,
- Tinggi Badan : jika mampu
150 cm
2. Ajarkan diet yang
BMI : 19.5 kg/m2
diprogramkan
Tindakan kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri).
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan (makanan yang
mengandung goitrogen
seperti kol, brokoli, daun
selada dan kacang polong
serta bahan makanan yang
rendah yodium seperti putih
telur , buah dan sayuran
segar).
5. Kode : (D0074) Kode : (L.09092) Kode : (I.09326)
Gangguan rasa Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
nyaman b/d gejala tindakan 3x24 jam Tindakan observasi
penyakit dibuktikan maka tingkat 1. Identifikasi penurunan
dengan : agitasi menurun tingkat energi,
dengan kriteria ketidakmampuan
DS:
hasil : berkonsentrasi atau
- Klien
mengatakan - Kegelisahan gejala lain seperti merasa
sering merasa menurun (5) berdebar-debar dan tremor
berdebar-debar - Tekanan darah halus.

DO : Membaik (5) 2. Periksa ketegangan otot,


- Klien tampak - Nadi radial frekuensi nadi, tekanan
agitasi membaik (5) darah dan suhu sebelum
- Terdapat
dan sesudah latihan.
pembesaran
kelenjar tiroid 3. Monitor respons terapi
(uk. 3x2x5 cm) Relaksasi.
- klien tampak
Tindakan terapeutik
mengalami
tremor halus 1. Berikan informasi tertulis
- TD : 160/80 tentang persiapan dan
mmHg
prosedur teknik relaksasi
- Nadi : 122x/m
2. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Tindakan edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
Batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. Musik,
meditasi napas dalam)
2. Anjurkan mengambil posisi
Nyaman.
3. Anjurkan sering mengulangi
Atau melatih teknik yang
dipilih
Tindakan kolaborasi
-

E. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah pelaksanaan pelaksanaan
Tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
implementasi keperawatan terhadap pasien secara urut sesuai prioritas
masalah yang sudah dibuat dalam rencana tindakan asuhan keperawatan.
(Burhanudin, dkk. 2020).
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi
ini menilai respon pasien yang meliputi subyek, obyek, pengkajian kembali
(assessment), rencana tindakan (planning). Dalam evaluasi perawat
menentukan respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan mengetahui
sejauh mana tujuan telah tercapai. Jika hasil tidak terpenuhi, revisi mungkin
diperlukan dalam pengkajian (pengumpulan data), diagnosis keperawatan,
perencanaan, atau implementasi. Evaluasi juga merupakan penilaian ulang
dan menginterpretasikan data baru yang berkelanjutan untuk menentukan
apakah tujuan tercapai sepenuhnya, sebagian atau tidak sama sekali. Evaluasi
memastikan bahwa klien menerima perawatan yang tepat dan kebutuhannya
terpenuhi. (Burhanudin, dkk. 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Beby, Dewi. (2018).Perbandingan Kadar T3, T4, Ft4, Tsh Pada Penderita Sirosis
Hati Berdasarkan Childpugh Score. Tesis Magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Burhanudin, dkk. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi Keperawatan. Bandung.


Media Sains Indonesia

Chandra & Rahman. (2016). Fungsi Tiroid Pasca Radioterapi Tumor Ganas
Kepala dan Leher. Jurnal Kesehatan Andalas, 5 (3) , halaman 745-751.

DPP PPNI, Tim Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Ellies, Tunjung. (2018). Laporan Penelitian “Hubungan Kadar Tsh Terhadap


Kadar Ft4 Pada Pasien Tiroid Di Bangkalan. Lembaga Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Haryono, R., & Susanti, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Hellena, dkk.(2017). Perbandingan Pengukuran Status Sedasi Richmonagitation


Sedation Scale (Rass) Danramsaysedation Scale (Rss) Pada Pasien Gagal Nafas
Terhadap Lama Weaning Ventilator. Jurnal Riset Kesehatan, 6 (1), halaman 32 –
39.

Luh & I Ketut. (2020). Korelasi Antara Body Mass Index (BMI) Dengan Blood
Pressure (BP) Berdasarkan Ukuran Antropometri Pada Atlet. Jurnal Kesehatan
Perintis (Perintis’s Health Journal),7 (1), halaman 32-40.

Ni Made & I Wayan. (2020). Hipertiroidismee Graves Disease:Case Report.


Jurnal Kedokteran Raflesia, 6 (1), halaman 30-35.

Wismandari. (2018). Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada


Pasien Hipertiroid. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 5(1), halaman 35-41.

Indra, Hermawan. (2019).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Tiroidektomi


Dengan Nyeri Akut Di Ruang Marjan Bawah Rsud Dr. Slamet Garut. Karya Tulis
Ilmiah Program Studi Diploma Iii Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bhakti Kencana Bandung.

Anda mungkin juga menyukai