Dosen Pembimbing :
Dewi Ratna Sari, S.E., M.M.
Disusun oleh :
Fikri Amal Jaehar
A. GeneralManager
B. Secretary
C. General Affair
D. Sales Manajer
E. Sales Rep. Pax
F. Sales Rep. Cargo
G. Sales Office SPV.
H. Finance Manager
I. Accounting SPV.
Tugas-tugasnya
a. General Manager
General manager atau manajer umum adalah manajer yang memiliki
tanggung jawab seluruh bagian / fungsional pada suatu perusahaan atau
organisasi. Manajer umum memimpin beberapa unit bidang fungsi
pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh manajer fungsional.
Adapun Tugasnya yaitu :
- Menyusun rencana kerja serta Activity Plan melalui koordinasi
dengan seluruh unit terkait di perwakilan setempat sesuai dengan
acuan dan ketentuan yang ditetapkan Direksi / Pimpinan Perusahaan.
b. Secretary
Secretary atau sekretaris mempunyai tugas pokok mengatur dan
membantu general manager dalam melaksanakan aktivitas
perusahaan, diantaranya :
- Mengatur jadwal kerja pimpinan
- Mengatur persiapan rapat, seminar, dan presentasi pimpinan
- Membuat surat sesuai arahan pimpinan
c. General Affair
Adapun tugas dari General Affair, diantaranya :
- Menerima tugas dan tanggung jawab yang diberikan atasan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
- Mengurus surat-surat izin, pajak-pajak perusahaan ke Pemerintahan
Daerah.
d. Sales Manajer
Membantu kepala perwakilan dalam menjalankan fungsi penjualan
dalam upaya pencapaian budget penjualan. Adapun tugasnya ialah :
- Mengkoordinir pelaksanaan penjualan agar tercapai sasaran / target
yang ditetapkan perusahaan.
- Mengusulkan budget penjualan, menerapkan target pencapaian,
mempertahankan kinerja dan kualitas pelayanan.
e. Sales Representative Pax
Menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, penjualan, analisa dan
sebagai konsultan kepada konsumen dan mitra usaha dengan tujuan
untuk mencapai target penjualan yang dibebankan kepada
perwakilan. Adapun tugasnya ialah :
- Merumuskan dan mengusulkan paket-paket perjalanan baru
- Menangani market Domestik
- Mengelola situs jejaring sosial, dll
f. Sales Representative Cargo
Membantu Sales Manager dalam pelaksanaan atau peningkatan Sales
Kargo perwakilan dan membina mitra usaha serta pihak ketiga dalam
rangka pemasaran produk kargo Garuda Indonesia. Adapun tugasnya
ialah :
- Melakukan kunjungan atau sales visit ke agent atau mitra usaha,
menginformasikan setiap produk Garuda secara tepat dan benar,
serta membina hubungan baik.
- Menangani cargo udara, baik dalam negeri maupun luar negeri.
g. Sales Office SPV
Adapun tugasnya ialah :
- Mengawasi, melakukan kegiatan reservasi dan ticketing
penumpang.
- Mengadakan dan memelihara hubungan baik dengan customer dan
mitra usaha / relasi.
h. Finance Manager
Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengendalikan
kegiatan akuntansi perwakilan setempat medan guna menyajikan
laporan keuangan yang memenuhi azas relevan yang dapat dipahami,
dapat diuji kebenarannya, netral,tepat waktu, dapat diperbandingkan
dan lengkap. Adapun tugasnya yaitu :
- Membantu General Manager dalam penjabaran perencanaan
perusahaan di Perwakilan Setempat.
- Menjabarkan serta merumuskan kebijakan General Manager
sekaligus membuat strategi pengawasaanya agar tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
i. Accounting SPV
Membantu Finance Manager dalam pelaksanaan pengendalian
akuntansi perwakilan setempat khusus menyangkut akuntansi
penjualan guna laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu. Adapun
tugasnya ialah :
- Membantu Finance Manager dalam pelaksanaan fungsi
pengendalian khusus menyangkut akuntansi penjualan baik dari
kantor penjualan sendiri maupun dari kantor penjualan Agen.
- Menjabarkan serta merumuskan kebijakan Finance Manager
sekaligus membuat strategi pengawasannya agar tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Studi empiris tentang EKC sangat banyak, dan tidak semua polutan
mengikuti pola EKC yang baru saja dijelaskan (Lipford dan Yandle, 2010).
Namun banyak penelitian mengabaikan peran sentral lembaga ekonomi yang
mencakup penegakan hak milik ketika memperkirakan hubungan. Hak milik,
pasar terbuka, dan ekonomi swasta yang dinamis adalah institusi ekonomi yang
sangat penting untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi hasil lingkungan.
Pada saat yang sama institusi ekonomi cenderung diabaikan, sejumlah besar
penelitian empiris baru-baru ini menyoroti peran institusi politik dalam
meningkatkan kualitas lingkungan. Salah satu temuan yang konsisten adalah
bahwa institusi politik, korupsi, atau struktur sosial berperan penting dalam
mencirikan hubungan antara aktivitas ekonomi dan kualitas lingkungan dengan
tepat (Panayotou, 1997; Barrett dan Grady, 2000; Bhattarai dan Hammig, 2001;
Bernauer dan Koubi, 2009; Leitao , 2010; Lin dan Liscow, 2013). Belum
studi ini gagal untuk menjelaskan peran lembaga ekonomi dan kebebasan
secara eksplisit dalam model penjelasan mereka meskipun kadang-kadang
mengakui hubungan kausal yang tak terhindarkan ini.
Negosiasi ini tidak mungkin terjadi tanpa hak milik yang kuat. Coase (1960)
mengelaborasi argumen ini dengan mencatat bahwa, pada kenyataannya, di
mana asumsi bahwa biaya transaksi tidak ada tidak akan membuat demikian,
biaya penyelesaian sengketa bisa sangat tinggi. Kelembagaan yang
berkembang dengan baik, yang mempermudah penyelesaian perselisihan,
harus ditempatkan untuk memfasilitasi pergerakan menuju distribusi sumber
daya lingkungan yang efisien.
menjadi linier. Selanjutnya, dalam sebaran partikel halus dan skor dari indeks
EFW untuk 105 negara yang sama pada tahun 2010 ( gambar 2
), hubungan negatif
terlihat jelas. Dan memang, 20 negara dengan peringkat tertinggi menurut indeks
EFW memiliki konsentrasi partikel halus yang hampir 40% lebih rendah dari
konsentrasi di 20 negara yang menempati peringkat terendah (perhitungan
penulis). Sederhananya, negara-negara yang paling bebas memiliki udara yang
lebih bersih daripada negara-negara yang paling tidak bebas.
Hak milik yang kuat dan sistem pengadilan tidak cukup untuk menampung
regulasi informal yang efektif. Peraturan pemerintah formal diketahui secara
tidak sengaja membongkar peraturan informal demi hasil yang lebih rendah
(Meiners dan Yandle, 1999). Dalam perbandingan hukum peraturan formal dan
informal, Posner (1996) mendukung beberapa wawasan efek peraturan formal di
mana pemerintah memiliki tujuan yang sama sebagai individu:
• dalam banyak kasus, peraturan pemerintah dapat membatalkan efek positif dari
peraturan informal;
“anti-kesamaan”.
• pengurangan polusi dan kepatuhan terhadap peraturan adalah biaya kecil bagi
sebagian besar perusahaan pencemar jika dibandingkan dengan langkah
internasional;
Perdagangan yang lebih bebas dapat mengarah pada lingkungan yang lebih
bersih secara keseluruhan untuk beberapa polutan, tetapi mungkin ada lokasi di
mana aktivitas polusi meningkat. Hal ini terjadi melalui difusi teknologi lintas
negara, dan melalui perubahan komposisi industri hanya di beberapa negara
tergantung pada faktor pendukung mereka.
Selain itu, pemerintah yang lebih besar mungkin memiliki lebih banyak
perusahaan milik negara yang kebal terhadap peraturan informal dan lebih
mungkin untuk mengamankan dana talangan lebih mudah daripada rekan-rekan
sektor swasta mereka sejak negara
3.1 Data
adalah indikator yang baik dari efek buruk polusi udara perkotaan yang
ditanggung oleh individu.
Setelah pemilihan tetap pada akhir 2004, Ukraina menyaksikan protes damai
besar-besaran yang menyebabkan perubahan politik yang dramatis (Kuzio,
2010). Protes ini kemudian dikenal sebagai Revolusi Oranye. Di Ukraina,
Revolusi Oranye merupakan awal dari perubahan drastis menuju liberalisasi
politik dan ekonomi. Untuk tujuan kami, ini adalah kesempatan yang ideal
untuk menyelidiki pengurangan polusi yang terkait dengan perubahan diskrit
dalam kebebasan ekonomi.
1
3 Ukraine
0
2
5
2
0
1
5
1
0
5
Sweden
0
-5
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 201
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
konsentra
si PM Ukraina usia rata-rata ( gambar 4 ). Rata-rata empat tahun PM 10
Perbedaan rata-rata empat tahun ini signifikan secara statistik pada tingkat 1%
menurut uji-T dua sampel Welch (nilai-p = 6,573 10 5 ) Lebih penting lagi, ini
menunjukkan perubahan dari konsentrasi rata-rata PM 10 sebesar 30,7 ke
18 g/m 3
, yang berada di bawah Pedoman Kualitas Udara Organisasi
Kesehatan Dunia (2006) sebesar 20 g/m 3
. Dengan memasukkan data dari
2010, kami menghitung konsentrasi PM 10 rata-rata 5 tahun sebesar 17,5 g/m 3 .
-10
Sweden
-20
-30
-40
Orange Ukraine
Revolutio
-50 n
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 201
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1. Open Skies
A.Pengertian Open Sky
OPEN Sky atau Kebijakan Langit Terbuka adalah perjanjian Internasional
antara 2 negara atau lebih yang mengizinkan pesawat penumpang dan kargo
terbang diatas suatu wilayah tanpa batasan bertujuan untuk mempromosikan
persaingan pasar bebas, pengaturan pemasaran yang kooperatif dengan penetapan
harga yang kompetitif. Pengertian Open sky policy (Kebijakan Udara Terbuka)
ini pada awalnya digulirkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam kompetisinya
menghadapi Eropa; namun didalam perjalanannya, ternyata negara-negara di
Eropa, khususnya Eropa barat, sepakat untuk menjadi suatu uni Eropa yang
bersatu (European Union). Pada berbagai negara, open sky policy ini dapat
mempumyai arti dan bisa diartikan berbeda, dengan demikian cara
menyingkapinya pun akan berbeda pula. Negara-negara dengan ruang udara yang
luas seperti halnya Indonesia, tentu akan sangat berbeda dengan Singapura dalam
mengartikan open sky policy, serta cara menyingkapinya.
Berdasarkan pelaksanaan Peraturan Presiden No.12/ 2016, Indonesia
mengakui keikutsertaannya dalam ASEAN Open Sky Policy walaupun tidak
secara penuh. Kebijakan merupakan perjanjian multilateral dari sepuluh negara
anggota ASEAN untuk menyatukan langit mereka dalam satu pasar penerbangan
tunggal, artinya liberalisasi penerbangan untuk tingkat dan wilayah yang besar.
Dengan meningkatkan konektivitas yang juga menekan harga penerbangan di
negara-negara anggota ASEAN ini menargetkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Dikutip dari Indonesia-Invesment.com, Agoes Soebagio, Kepala
Kerjasama & Humas Civil Aviation Authority (CAA) dari Kementerian
Perhubungan Indonesia, menjelaskan meskipun Indonesia mengikuti Open Sky
Policy, namun bukan berarti penerbangan di kawasan ASEAN bebas bisa terbang
ke Indonesia. Hanya lima bandara Indonesia yang tercantum dalam kebijakan ini
yaitu: Bandara Internasional Soekarno-Hatta , Bandara Internasional Kualanamu
(Sumatera Utara), Bandara Internasional Juanda (Jawa Timur), Bandara
Internasional Ngurah Rai (Bali), dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
(Sulawesi Selatan).
Saat ini Indonesia menerapkan pembatasan terhadap maskapai
penerbangan asing yang beroperasi di Indonesia. Kebijakan ini dimaksudkan
untuk melindungi bisnis penerbangan dalam negeri. Akses bagi maskapai asing
untuk melayani rute dalam negeri dilarang, sementara penerbangan internasional
diatur di bawah perjanjian bilateral. Untuk menyiasati kebijakan ini, agar dapat
beroperasi di Indonesia, perusahaan penerbangan asing harus membeli, memiliki
dan mengoperasikan maskapai penerbangan yang berbasis di Indonesia terlebih
dahulu.
Open Sky Policy menyebabkan bertambahnya permintaan untuk jasa
penerbangan internasional dan menciptakan bisnis untuk perusahaan
pengangkutan udara. Disisi lain, penerbangan jelas masih perlu mentaati slot
pendaratan atau lepas landas yang diberikan oleh otoritas dari lima bandara
tersebut. Slot selalu dibatasi untuk maskapai tertentu dengan semua bandara di
seluruh dunia karena keterbatasan kapasitas.Kebijakan ini memang tidak
sepenuhnya diberlakukan, pasalnya ada kekhawatiran yang nampak bahwa
maskapai penerbangan di Indonesia tidak cukup kompetitif untuk bersaing dengan
maskapai dari negara lain di Asia Tenggara untuk pangsa pasar di rute regional.
https://www.psychologymania.com/2013/08/pengertian-manajemen-
transportasi.html
https://www.belajarsipil.com/2014/01/15/pengertian-dan-tujuan-manajemen-
sistem-transportasi/
https://blogagusmunawar.blogspot.com/2013/04/manajemen-transportasi.html
https://www.workmate.asia/id/blog/memahami-manajemen-transportasi-dan-
distribusi
https://www.cambridge.org/core/journals/american-journal-of-international-law/
article/abs/freedom-of-the-air-and-the-convention-on-the-law-of-the-sea/
A241FF230B88720FA1B9E194AEC316C0
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2539809
https://scholarlypublishingcollective.org/psup/transportation-journal/article-
abstract/49/4/24/292211/Air-Transport-Liberalization-and-Its-Impacts-on
https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/13_Emmy%20Latifah.pdf
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/article/download/5756/9845
https://media.neliti.com/media/publications/14982-ID-tinjauan-hukum-
internasional-mengenai-asean-open-sky-dan-dampaknya-bagi-indonesi.pdf
https://ruangrakyat.com/open-sky-policy-liberalisasi-penerbangan-indonesia/
https://www.academia.edu/es/47402805/
Kebijakan_Open_Sky_Bagi_Perkembangan_Dan_Pertumbuhan_Industri_Penerba
ngan_Dari_Perspektif_Hukum_Dan_Kerjasama_Internasional_Kajian_Indonesia_
Malaysia_Dan_Vietnam
https://www.slideshare.net/Conorpurcell/open-skies?qid=fd0f5cad-efba-4a96-
8759-48672561424e&v=&b=&from_search=1
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180725/98/820504/hadapi-pasar-tunggal-
penerbangan-asean-ap-i-tingkatkan-kapasitas-dan-sistem-bandara
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Tunggal_Penerbangan_Perbara
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200919/98/1293932/indonesia-hapus-asean-
single-aviation-market-ini-risikonya