Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGGUNAAN INTRUMENT DERIVATIF SEBAGAI


PENGAMBILAN KEPUTUSAN HEDGING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

Oleh:

Septia Putri Lestari


(43119210023)

Pembimbing

Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolonganNya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Besar 2 ini yang berjudul

“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Intrument Derivatif Sebagai

Pengambilan Keputusan Hedging Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia” dengan baik.

Penulisan ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar 2 pada Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan

karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bekasi, 18 Mei 2022

Septia Putri Lestari

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................1

1.2. Batasan Masalah ..........................................................................11

1.3. Rumusan Masalah ......................................................................12

1.4. Tujuan .........................................................................................12

1.5. Manfaat ........................................................................................12

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory ............14

2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu ...................................................15

2.3. Hipotesis ......................................................................................23

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Penerapan.....................................................................................29

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu ...........................30

3.3. Pembahasan .................................................................................32

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ..................................................................................37

4.2. Saran ............................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perdagangan internasional adalah hal yang datang dan tidak dapat dicegah

di era globalisasi seperti saat ini. Perdagangan internasional atau yang lebih

dikenal dengan perdagangan antar negara telah berkembang pesat seiring

perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan

internasional terjadi karena beberapa faktor seperti, keadaan seperti sumber daya

alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan

adanya perbedaan hasil produksi, adanya keterbatasan produksi, adanya kesamaan

selera terhadap suatu barang, terdapat keinginan membuka kerja sama, hubungan

politik dan dukungan dari negara lain, serta terjadinya era globalisasi sehingga

tidak satu negara pun di dunia yang dapat hidup sendiri (Ball,2001:15).

Perdagangan internasional adalah pendekatan yang konservatif yang bisa

digunakan oleh perusahaan untuk memperluas pasar ke luar negeri dengan

mengekspor atau mendapatkan bahan baku berharga murah dengan mengimpor.

Perdagangan internasional memberikan dorongan kepada perusahaan untuk

menangkap kesempatan dan disaat bersamaan harus mampu meminimalisir risiko.

Manajemen risiko merupakan suatu sistem penting dalam operasional perusahaan.

Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang

mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari

ketidakpastian pada sebuah organisasi (William,2000:27). Manajemen risiko

1
memiliki arti yang lebih luas, yaitu semua risiko yang mungkin terjadi seperti

kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain lain (Salim,2007:19).

Menurut Brigham (2010:216) risiko didefinisikan sebagai suatu halangan;

gangguan; eksposur terhadap kerugian atau kecelakaan, jadi risiko diartikan

sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan.Menurut

Salim (2007 : 4), risiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin

melahirkan kerugian (loss).

Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian bisa berasal

dari fluktuasi aktivitas yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi maka semakin besar

tingkat ketidakpastiannya. Risiko terbesar dalam transaksi perdagangan

internasional adalah risiko dari fluktuasi kurs nilai mata uang asing (valuta asing).

Perubahan nilai mata uang asing yang tak diduga dapat berdampak penting pada

penjualan, harga, dan laba pada perusahaan ekspotir dan importir. Eksposur

merupakan tingkat di manaaliran kas (cash flow) perusahaan dipengaruhioleh

perubahan kurs. Eksposur valuta asing akan dialami oleh perusahaan yang

melakukanpembayaran dan atau menerima pendapatandalam valuta asing.

Eksposur valuta asing timbulkarena kurs valuta asing selalu berubah (Van Horne

dan Wachowiz, 2007: 550).

Ada beberapa cara untuk menghadapi risiko nilai tukar, seperti : lindung

nilai alami, manajemen kas dan penyesuaian transaksi antar perusahaan, lindung

nilai pendanaan internasional serta lindung nilai mata uang asing melalui kontrak

forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang

2
(Van Horne dan Wachowicz, 2007: 558). Tetapi tidak semua perusahaan yang

terpengaruh risiko fluktuasi mata uang asing melakukan tindakan lindung nilai.

Lindung nilai (hedging) adalah suatu strategi yang diciptakan untuk mengurangi

timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap dimungkinkannya

memperoleh keuntungan dari investasi (Brigham dan Houston, 2006: 307).

Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan

dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedging, hedger hanya

memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger memegang

sejumlah aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portofolio hedging

(Schubert, 2011).

Aktivitas hedging dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen

derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual

dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal

tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat

ini. Untuk meminimalkan risiko dari fluktuasi valuta asing tersebut dapat

dilakukan Hedging dengan instrumen derivatif valas yaitu melalui kontrak

forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang

(Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 564).Hedging dengan instrumen derivatif

valas sangat bermanfaat bagi perusahaan yang melakukan transaksi dengan

menggunakan mata uang asing. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan

kebangkrutan, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kredit dari kreditor

dengan lebih mudah, menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok, dan

juga memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga

3
yang lebih rendah (karena risiko yang dirasakan oleh pemberi pinjaman lebih

rendah). Hedging juga dapat memungkinkan perusahaan untuk meramalkan

pengeluaran dan penerimaan kas di masa depan dengan lebih akurat, sehingga

dapat mempertinggi kualitas dari keputusan penganggaran kas (Zhu, 2010).

Aplikasi kebijakan hedging dengan instrumen derivatif valuta asing semakin

meningkat pesat dalam dua dekade terakhir di negara-negara maju. Namun

temuan riset-riset empiris mengenai determinan kebijakan hedging masih relatif

terbatas, dan membutuhkan riset lebih luas terutama di negara-negara berkembang

(Paranita, 2011).Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki pasar

modal dengan karakteristik yang unik dibandingkan dengan negara-negara maju

atau negara-negera berkembang lainnya.

Perusahaan manufaktur Indonesia tercatat sebagai salah satu sektor yang

banyak menggunakan valuta asing dalam aktivitas-aktivitas perusahaan seperti,

impor bahan baku, pengadaan mesin, dan ekspor hasil industri. Transaksi utang

dan piutang dalam bentuk mata uang US Dollar dilakukan hampir semua

perusahaan manufaktur di indonesia. Beberapa perusahaan manufaktur yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia seperti, PT Indofood Sukses Makmur Tbk

(INDF), PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk (ULTJ), dan PT

Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) adalah perusahaan

yang memiliki aktivitas berhubungan langsung dengan eksposur mata uang asing,

karena memiliki utang dan piutang dalam mata uang dolar Amerika. Berikut ini

gambar pergerakan nilai utang dan piutang dalam denominasi US Dollar setelah

dikonfersi dalam bentuk Rupiah.

4
Pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa nilai hutang dan piutang pada

beberapa perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang bernilai mata uang

asing (US Dollar) dapat mengalami fluktuasi nilai saat dikonversi ke dalam mata

uang lokal (Rupiah). Selama tahun 2011–2013, nilai tukar Rupiah cenderung

mengalami depresiasi atau melemah terhadap nilai US Dollar, sehingga terjadi

kenaikan nilai utang dan piutang setelah dilakukan konversi. Dari sisi utang tentu

saja depresiasi nilai tukar Rupiah akan merugikan perusahaan karena nilai hutang

mengalami kenaikan tetapi dari sisi piutang akan menguntungkan perusahaan

karena nilai pengembalian piutang meningkat setelah dikonversi ke mata uang

Rupiah.

Selain didorong oleh faktor-faktor eksternal, perusahaan yang memiliki

eksposur valuta asing juga terdorong melakukan hedging karena beberapa faktor

internal. Pertama, leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk

5
memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Schubert, 2011).Alasan yang kuat

menggunakan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia

bagi pemegang saham. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

menggunakan hutang yang tinggi yang berarti dapat meningkatkan profitabilitas

tetapi di lain pihak juga meningkatkan risiko. Perusahaan yang memiliki eksposur

transaksi akan memiliki hutang dalam denominasi mata uang asing (USdolar)

sehingga memiliki risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Dengan risiko yang

semakin besar maka perusahaan perlu melakukan manajemen risiko untuk

mengurangi dampak buruk risiko tersebut pada perusahaan (Clark, 2005 dan

Bartram et al., 2006). Semakin tinggi DER maka akan semakin besar tindakan

hedging yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk risiko sehingga

aktivitas hedging berhubungan positif dengan DER (Zhu, 2010).

Kedua, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan sumber daya jangka

pendek yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Brigham dan

Houston,2010 : 134). Current ratio merupakan salah satu rasio likuiditas yang

bertujuan untuk melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya.

Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan

semakin berat ketika terdapat hutang jangka pendek dalam denominasi mata uang

asing (US dolar). Nilai hutang akan berfluktuasi seiring dengan pergerakan nilai

tukar mata uang lokal (rupiah) terhadap US dolar. Ketika rupiah terdepresiasi

maka nilai hutang akan meningkat dan ketika rupiah terapresiasi nilai hutang akan

menurun. Keadaan ini menimbulkan risiko yang lebih besar untuk ditanggung

6
perusahaan sehingga perusahaan terdorong untuk melakukan hedging yang dapat

dilakukan dengan instrumen derivatif valuta asing (Guniarti, 2014). Dengan

demikian semakin tinggi nilai current ratio maka semakin rendah aktivitas

hedging yang dilakukan karena risiko yang muncul cenderung rendah dan

sebaliknya (Clark,2006 & Ameer, 2010).

Ketiga, Growth opportunity yang tinggi menunjukkan perusahaan yang

maju dengan kecenderungan kebutuhan dana dalam jumlah yang cukup besar

untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa yang akan datang. Oleh karena

itu, perusahaan akan mempertahankan pendapatan yang diperoleh untuk

diinvestaskan kembali dan pada waktu bersamaan perusahaan akan diharapkan

tetap mengandalkan pendanaan melalui utang yang lebih besar (Schubert,2011).

Growth opportunity diproksikan oleh Market to Book Value, Proksi ini dapat

memberikan gambaran bagaimana investor menghargai perusahaan sehingga

investor bersedia menanamkan modalnya di perusahaan. Nilai pasar yang di

dalamnya terkandung unsur laba bersih perusahaan dan modal perusahaan dapat

mengalami penurunan nilai ketika perusahaan menderita ancaman kesulitan

keuangan dan ancaman kebangkrutan yang lebih besar karena perusahaan

memiliki risiko fluktuasi nilai tukar mata uang dan memiliki eksposur valuta

asing. Sedangkan dalam book value terdapat unsur utang dimana utang dalam

denominasi mata uang asing yang dimiliki perusahaan dapat memberikan

ancaman kesulitan keuangan dan kebangkrutan yang lebih besar pada perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang tinggi

membutuhkantambahan modal dari pihak eksternal dalam jumlah yang kuat untuk

7
membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan. Modal eksternal tersebut dapat

diperoleh dari pihak luar negeri sehingga terdapat risiko perubahan nilai

tukarmata uang. Dengan demikian perusahaan yang memiliki growth opportunity

yang tinggi cenderung menjadi hedger untuk melindungi perusahaannya (Nance et

al., 1993 dan Ameer, 2010) sehingga terdapat hubungan positif antara growth

opportunity dan aktivitas hedging.

Keempat, Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan

suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun

internal (Guniarti,2014). Bahkan ukuran perusahaan dapat pula menciptakan

hambatan masuk bagi perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut.

Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan

lebih berhati-hati dalam menjalankan perusahaan sehingga berdampak perusahaan

tersebut melakukan manajemen risiko yang lebih ketat. Perusahaan yang lebih

besar tentunya memiliki aktivitas operasional yang luas dan lebih berisiko karena

adanya kemungkinan besar untuk bertransaksi hingga ke berbagai negara. Ketika

perusahaan dengan ukuran yang besar beroperasi melintasi berbagai negara akan

melibatkan beberapa mata uang yang berbeda. Dalam kegiatannya akan terdapat

risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih

besar akan lebih banyak melakukan aktivitas hedging dalam rangka melindungi

perusahaan dari risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Nance et al., 1993).

Kelima, kepemilikan manajerial atau kepemilikan saham oleh pihak

manajemen perusahaan akan menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemilik

perusahaan, sehingga dapat mengurangi konflik keagenan. Meningkatnya

8
kepemilikan manajerial maka para manajer perusahaan akan mengurangi perilaku

yang merugikan perusahaan. Didukung oleh penelitian Ahmad (2012) semakin

tinggi rasio kapemilikan manajerial maka akan semakin banyak aktivitas hedging

yang dilakukan perusahaan.

Berikut rata-rata rasio keuangan beberapa perusahaan manufaktur yang tercatat di

BEI pada tahun 2009-2012 dan keputusan hedging nya.

Tabel 1.1

Rata-rata rasio keuangan beberapa perusahaan manufaktur dan keputusan

hedging pada tahun 2011-2013 (%)

N Nama Perusahaan /Kode DE CR MO MTB LnTotalAse Keterangan

o R V t

1 PT Polychem Indonesia 1,76 1,4 0 0,60 29,38 Tidak melakukan

Tbk/ADMG 3 hedging

2 PTAstraOtopartsTbk /AUTO 0,46 1,6 0,02 1,83 29,81 Melakukan hedging

3 PTIndoKordsaTbk/BRAM 0,30 3,0 9,46 1,53 28,43 Melakukan hedging

4 PT Fast Food IndonesiaTbk /FAST 0,70 1,7 0 4,96 28,20 Tidak melakukan

1 hedging

5 PT Indofood Sukses MakmurTbk 0,92 2,0 0,02 1,77 31,71 Melakukan hedging

/INDF 1

6 PT Kalbe Farma Tbk /KBLF 0,29 3,6 0 5,45 29,74 Tidak melakukan

9
1 hedging

7 PT Beton Jaya ManungggalTbk/ BTON 0,28 3,3 9,58 0,81 25,68 Tidak melakukan

hedging

8 PT SMARTTbk /SMAR 1,02 1,7 0 2,15 30,41 Tidak melakukan

9 hedging

9 PT Ultra Jaya MilkTbk /ULTJ 0,52 1,9 17,8 2,25 28,41 Melakukan hedging

0 0

Sumber : data diolah, ICMD.

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa ADMG memiliki DER yang tertinggi

yaitu sebesar 1,76 tetapi tidak melakukan hedging. Sementara itu, BRAM yang

memiliki DER terendah yaitu sebesar 0,30 melakukan hedging. Hal ini

bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin tinggi DER maka semakin

tinggi aktivitas hedging. Begitu juga FAST dan SMAR yang memiliki CR relatif

lebih rendah daripada INDF dan BRAM yaitu sebesar 1,71 dan 1,79 tidak

melakukanhedging, sedangkan INDF dan BRAM yang memiliki CR relatif tinggi

yaitu sebesar 2,01 dan 3,09 melakukan aktivitas hedging. Hal ini bertentangan

dengan teori yang menyatakan semakin rendah CR suatu perusahaan maka

semakin tinggi aktivitas hedging. BTON yang memiliki MO yang relatif tinggi

yaitu sebesar 9,58 tidak melakukan hedging sedangkan BRAM yang memiliki

MO relatif rendah yaitu 0,02 melakukan hedging, hal ini bertentangan dengan

teori yang menyatakan semakin besar MO suatu perusahaan maka semakin tinggi

aktivitas hedging yang dilakukan. Dan KLBF dan FAST yang memiliki MTBV

yang relatif tinggi yaitu 5,45 dan 4,96 tidak melakukan hedging, sementara AUTO

10
dan BRAM yang memiliki MTBV relatif rendah yaitu sebesar 1,83 dan 1,53

melakukan hedging. Hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan semakin

tinggi growth options maka semakin tinggi aktivitas hedging. Begitu juga SMAR

yang memilikifirm size yang diproksikan dengan Ln total aset yang relatif tinggi

yaitu sebesar 30,41 tidak melakukan hedging, sementara itu BRAM yang

memiliki firm sizelebih rendah yaitu sebesar 28,43 melakukan hedging. Hal ini

bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin besar suatu perusahaan

maka semakin tinggi aktivitas hedging. Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih

lanjut.

1.2. Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya

penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih

terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan

tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar derivative valuta asing.

Informasi yang disajikan yaitu : Pengaruh faktor-faktor penggunaan

instrumen derivatif yang terdiri dari: Debt to Equity Ratio (DER), Market to Book

Value (MTBV), Current Ratio (CR), Ukuran Perusahaan, dan Managerial

ownership terhadap Keputusan Hedging perusahaan manufaktur yang terdatar di

Bursa Efek Indonesia

11
1.3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah di uraikan sebelumnya, maka yang menjadi

pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

faktor-faktor penggunaan instrumen derivatif yang terdiri dari: Debt to Equity

Ratio (DER), Market to Book Value (MTBV), Current Ratio (CR), Ukuran

Perusahaan, dan Managerial ownership terhadap Keputusan Hedging perusahaan

manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia?

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh dari faktor-faktor penggunaan instrumen derivatif yang terdiri dari Debt

to Equity Ratio (DER), Market to Book Value (MTBV), Current Ratio (CR),

Ukuran Perusahaan, dan Managerial ownership terhadap Keputusan Hedging

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.5. Manfaat

1.5.1 Kontribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi bagi peusahaan sebagai

salah satu alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan hedging untuk

meminimalisasikan risiko perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan dan

pengaruh. Debt to Equity Ratio (DER), Market to Book Value (MTBV), Current

Ratio (CR), Ukuran Perusahaan, dan Managerial ownership terhadap Keputusan

12
Hedging perusahaan manufaktur. Selain itu untuk para investor sendiri bermanfaat

untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan saat berinvestasi.

1.5.2 Kontribusi Teoritis

Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

referensi bagi mahasiswa atau pembaca lain yang berminat untuk membahas

masalah mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Market to Book Value

(MTBV), Current Ratio (CR), Ukuran Perusahaan, dan Managerial ownership

terhadap Keputusan Hedging perusahaan manufaktur dan dapat menambah

wawasan serta pengetahuan bagi yang membacanya.

13
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

Dalam menyusun suatu penelitian dengan metode pendekatan kuantitatif,

maka diperlukan pengurutan teori yang akan digunakan secara sistematis mulai

dari Grand Theory, Middle Range Theory, dan Operational Theory. Grand theory

pada umumnya adalah teori-teori makro yang mendasari berbagai teori di

bawahnya. Disebut grand theory karena teori tersebut menjadi dasar lahirnya

teori-teori lain dalam berbagai level. Grand Theory di sebut juga makro karena

teori-teori ini berada dilevel makro, bicara tentang struktur dan tidak berbicara

fenomena-fenomena mikro. Middle theory adalah dimana teori tersebut berada

pada level mezzo atau level menengah yang fokus kajiannya makro dan juga

mikro. Sedangkan Operational Theory adalah suatu teori yang berada dilevel

mikro dan siap untuk diaplikasikan dalam konseptualisasi.

Maka dari itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipetakan sebagai

berikut:

Grand Theory ---------------------- Penggunaan Intrument Derivatif

Middle Theory --------------------- Pengambilan Keputusan Hedging

Operational Theory --------------- Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di

BEI

14
2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ahmad (2012) melakukan penelitian tentang factors for using

derivatives: evidence from malaysian non-financial companies dengan

menggunakan metode Logistic Regression menemukan hasil bahwa Leverage,

liquidity, Firm size, managerial ownership berpengaruh negatif sedangkan

market-to-book value berpengaruh positif dengan penerapan hedging dengan

instrumenderivatif.

Clark and Judge (2005) melakukan penelitian tentang Motives for

Corporate Universitas Sumatera Utara Hedging: Evidence From the UK dengan

metode logit regression dengan variable expected financial distress cost, liquidity,

firm size, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara expected

financial distress cost dengan keputusan hedging nilai tukar mata uang asing.

Likuiditas perusahaan juga signifikan menjelaskan hedging mata uang asing.

Eksposur mata uang perusahaan merupakan factor penting dalam melakukan

hedging. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berhubungan positif dengan keputusan hedging.

Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul Corporate Hedging

and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies ANOVA

dan logit regression menemukan hasil bahwa variabel DER, EBIT, growth,

individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

15
perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap

hedging.

Ameer (2010) meneliti hedging yang dilakukan perusahaan non-keuangan

di Malaysia, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan

manajerial, dan ukuran perusahaan, sementara itu growth opportunity

berhubungan negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang

memahami manajemen risiko pada bisnis internasional, dengan derivatif. Para

manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih

posisi dalam pasar derivatif.

Guniarti (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Aktivitas Hedging dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing

(Studi Kasus pada Perusahaan Non financial yang Terdaftar di BEI periode 2007-

2009) dengan menggunakan model regresi logistik menemukan hasil bahwa

variabel leverage, firm size, dan financial distress secara konsisten berpengaruh

positif signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging.

Spano (2004) menunjukkan fakta yang kuat bahwa hedging perusahaan

dilakukan karena biaya financial distress dan scale of economies. Sedangkan

bukti lemah ditunjukkan pada hubungan hedging dengan underinvestment

incentive dan tax incentive to hedge. Hasil penelitian juga memberikan bukti yang

mendukung bahwa holding cash merupakan subtitusi terbaik untuk financial

derivatives dan managerial ownership tidak berefek pada tindakan hedging.

16
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung suka untuk

melakukan hedging. Dan yang terakhir, aktivitas hedging lebih banyak dilakukan

perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar.

Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging

dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan

menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa

Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan

signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage), Firm size

sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak

signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif

dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan hedging dengan instrumen

derivatif valas.

Nance, dan Smithson (1993) hasil penelitiannya adalah perusahaan yang

melakukan hedging memiliki lebih banyak fungsi convex tax, memiliki lebih

sedikit coverage of fixed claims, ukuran perusahaan yang lebih besar, financial

distress lebih besar, memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar, dan

memakai lebih sedikit instrumen pengganti hedging. Hedging juga meningkatkan

nilai perusahaan dengan menurunkan beban pajak.

17
Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

N Peneliti/ Judul Variable Teknik Hasil Penelitian

o. Tahun Penelitian Penelitian Analisi

s Data

1 Ahmad Factors for Depend Logisti Leverage,

(2012) Using en: c liquidity, Firm

Derivatives: Hedgin Regresi size, managerial

Evidence g on ownership

From Indepen berpengaruh

Malaysian den: negatif sedangkan

Non Laverage, market-to-book

Financial Liquidity,Firm valueberpengaruh

Companies size,

Managerial positif

Ownership,dan dengan penerapan

Market-to- hedging

book- value dengan

18
instrumenderivatif.

2 Paranita Kebijakan Dependen: Logisti DER, firm size,

(2011) Hedging Hedging c secara positif

dengan Independen: Regresi dan signifikan

Derivatif DER, Interest on berhubungan

Valuta Coverage denga hedging.

Asing pada Ratio, Market- MTBV positif

Perusahaan to-Book berhubungan tetapi

Publik di Value of Equity, tidak

Indonesia Current signifikan terhadap

Ratio dan hedging.

Foreign Interst coverage,

Liabilities to CR, foraign

Total Sales. liabilities to total

salesberhubungan

negatif dan

tidak signifikan

terhadap

hedging.

3 Guniarti, Faktor- Dependen: Regresi Variabel leverage,

Fay Faktor Hedging Logisti firm size,

(2011) Yang Independen: k dan financial

Mempengar Growth distress secara

19
uhi Opportunity, konsisten

Aktivitas Leverage, berpengaruh

HedgingDen Liquidity, Firm positif

gan Size,dan signifikan terhadap

Instrumen Financial probabilitas

Derivatif Distress aktivitashedging.L

Valuta iquidity

Asing berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan. Growth

opportunity

berpengayh positif

tidak

signifikan.

4 Ameer Determinant Dependen: Logisti Liquidity,

(2010) s of Hedging c managerial

Corporate Independen: Regress ownership, firm

HedgingPra Liquidity, ion size

ctices Growth Option, berpengaruh

in Malaysia Managerial positif terhadap

Ownership, perilaku hedging,

Firm Size. sedangkan

growth option

20
berpengaruh

negatif.

5 Klimczak Corporate Dependen: Logit DER (Liquidity),

(2008) Hedging Hedging Regress EBIT, growth,

and Risk Independen: ion individual block

Managemen DER,EBIT, ownership, dan

t Theory: Growth, ukuran perusahaan

Evidence Individual Block berpengaruh

from Polish Ownership, positif terhadap

Listed Ukuran perilaku hedging.

Companies Perusahaan Sementara itu,

dan Pembayaran pembayaran pajak

Pajak. berpengaruh

negatif

terhadaphedging.

6 Clark and Motives For Dependen: Logit Terdapat

Judge Corporate Hedging Regress hubungan antara

(2005) Hedging:Ev Independen: ion expected financial

idence Liquidity, distress cost

From The FirmSize, dengan keputusan

UK Expected hedging nilai

Financial tukar mata uang

Distress Cost asing. Likuiditas

21
perusahaan, dan

firm size juga

signifikan

menjelaskan

hedging

mata uangasing.

7 Spano A survey of Dependen: Logit Underinvestment

(2004) the Hedging Regress cost, taxes, cost

theoretical Independen: ion of financial

modelsof Underinvestmen dan distress, leverage

corporate t Cost, Taxes, Probit ,firm size

hedging Cost of Regress berpengaruh positf

Financial ion terhadap kebijakan

Distress,Leverag hedging.

e ,Firm Size

8 Nance, On the Dependen: Logisti Perusahaan yang

dan Determina Hedging c melakukan

Smiths on of Independen: regresio hedging memiliki

(1993) Corporate Convex tax, n lebih banyak

Hedging Coverageof fungsi convex tax,

FixedClaims,Fir memiliki lebih

mSize, Growth sedikit coverage of

Opportunity, fixed claims,

22
Hedging ukuran perusahaan

Substitution, yang lebih

Taxes, Cost of besar, financial

Financial distress lebih

distress besar memiliki

kesempatan

pertumbuhan yang

lebih besar,

dan memakai

lebisedikit

instrumen

pengganti hedging.

Universitas

Sumatera Utara

Hedging juga

meningkatkan nilai

perusahaan dengan

menurunkan

bebanpajak.

2.3. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:93), “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalahpenelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian

23
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Berdasarkan kerangka

konseptual, maka hipotesis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan

instrument derivatif yang terdiri dari Debt to Equity Ratio, Market to Book Value,

Current Ratio, Firm Size, Managerial ownership berpengaruh positif terhadap

keputusan Hedging.

2.3.1. Kerangka Konseptual

Keputusan Hedging

Keputusan hedging adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu kekayaan atau investasi.

Hedgingdalam penelitian ini merupakan lindung nilai yang dilakukan perusahaan

untuk menanggulangi dampak buruk dari eksposur transaksi (hutang dan piutang

yang menggunakan valuta asing) dengan instrumen derivatif valuta asing

(forward, future, option, dan swap). Keputusan hedging juga dipengaruhi

beberapa faktor internal perusahaan.

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Keputusan Hedging

Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu

menjalankan perusahaan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan

operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut,

maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun

semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan

berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar.

24
Penggunaan hutang yang lebih besar dibandingkan dengan kuantitas modal

yang dimiliki tersebut menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya biaya

kebangkrutan, biaya keagenan, tingkat pengembalian bunga yang lebih tinggi, dan

terciptanya asimetri informasi sesuai dengan pernyataan Franco Modigliani dan

Milton Miller (Teori MM). Dengan risiko yang semakin besar tersebut, maka

perusahaan perlu untuk mengambil keputusan yang strategis terkait manajemen

risiko agar meloloskan perusahaan dari adanya risiko tersebut yang dapat

membuat perusahaan bangkrut. Semakin tinggi rasio hutang terhadap modal

sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung perusahaan, sehingga semakin

besar tindakah hedging yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak buruk

risio tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to equity ratio yang diterima

perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk mengambil keputusan

hedging Spano (2004), dan Klimczak(2008).

Pengaruh Market to Book Value terhadap Keputusan Hedging

Pembiayaan eksternal sangatlah penting bagi perusahaankarena hal ini

adalah sumber dana untuk membiayai investasi perusahaan. Pembiayaan eksternal

biasanya sangat mahal. Oleh karena itu, ada kemungkinan bagi perusahaan untuk

tidak melakukan proyek ini (biaya investasi yang tinggi) yang akibatnya tidak

akan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mengurangi ketergantungan pada

pendanaan eksternal yang tinggi yang dapat menyebabkan kurangnya

investasi,Perusahaan bisa menggunakan hedging derivatif untuk memaksimalkan

investasi (Ahmad,2012). Rasio market-to-book value (MTBV) digunakan sebagai

proksi untuk mengukur peluang investasi perusahaan.

25
Pengaruh Current Ratio terhadap Keputusan Hedging

Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk

mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti,

membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio

likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio

lancar, current ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi

ketidakpastian bagi investor, yang mengindikasikan adanya dana menganggur

(idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini

akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan, apabila pembayaran

transaksi dilakukan dengan menggunakan denominasi kurs valuta asing, nilainya

akan lebih besar apabila valuta asing mengalami apresiasi terhadap mata uang

domestik,sehingga risiko meningkat.Dengan demikian semakin tinggi nilai

likuiditas maka semakin rendah aktivitas hedging yang dilakukan karena risiko

kesulitan keuangan yang muncul cenderung rendah. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Clark and Judge (2005) dan Ahmad(2012).

Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging

Semakin besar suatu perusahaan, semakin bertambahnya aktivitas yang

terjadi di dalam perusahaan, sehingga menimbulkan tingginya risiko yang akan

ditanggung oleh perusahaan, terlebih jika perusahaan melakukan aktivitas yang

berkaitan dengan perdagangan internasional.risiko dari fluktuasi kurs yang tidak

dapat diprediksi mengakibatkan perusahaan untuk melakukan manajemen risiko.

26
Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung nilai

(hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat

kecenderungan perusahaan untuk lebih menerapkan kebijakan hedging Paranita

(2011), dan Guniarti (2011).

Pengaruh Managerial Ownership terhadap Keputusan Hedging

Beberapa penelitian terdahulu mendukung bahwa jika manajer memegang

sebagian besar saham yang dimiliki perusahaan maka para manajer akan lebih

intensif untuk melakukan hedging untuk melindungi aset perusahaan

(Ahmad,2012 dan Ameer,2010). Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan

manajerial suatu perusahaan maka semakin tinggi aktivitas hedging yang

dilakukan.

Debt to Equity Ratio (DER)

Market to Book Value

(MTBV)

Keputusan Hedging
Liquidity (Current Ratio-
(HEDG)
CR)

Firm Size (FS)

27
Managerial Ownership

(MO)

28
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penerapan

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi probabilitas pengaruh variabel

debt to equity ratio, current ratio, market to book value, firm size, dan managerial

ownership terhadap pengunaan instrument derivatif sebagai pengambilan

keputusan hedging pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa Efek

Indonesia pada periode 2011-2013.

Populasi penelitian ini sebanyak 170 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

metode purposive sampling, sehingga diperoleh 84 perusahaan sampel untuk 3

tahun pengamatan (2011-2013) dengan 252 observasi (pengamatan). Data

penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan dan diunduh

dari website BEI yaitu www.idx.co.id, dan data dari Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) yang diperoleh dari kantor cabang BEI yang berada di FEB

USU. Teknik analisi data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan

analisis regresi logistik. Proses analasis data dilakukan terlebih dahulu adalah

analisis deskriptif lalu uji hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa debt to equity ratio, current ratio,

dan market to book value diprediksi tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap pengambilan keputusan hedging. Firm size dan managerial ownership

29
diprediksi mempunyai pengaruh dan positif terhadap pengambilan keputusan

hedging.

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ahmad (2012) melakukan penelitian tentang factors for using

derivatives: evidence from malaysian non-financial companies dengan

menggunakan metode Logistic Regression menemukan hasil bahwa Leverage,

liquidity, Firm size, managerial ownership berpengaruh negatif sedangkan

market-to-book value berpengaruh positif dengan penerapan hedging dengan

instrumenderivatif.

Clark and Judge (2005) melakukan penelitian tentang Motives for

Corporate Universitas Sumatera Utara Hedging: Evidence From the UK dengan

metode logit regression dengan variable expected financial distress cost, liquidity,

firm size, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara expected

financial distress cost dengan keputusan hedging nilai tukar mata uang asing.

Likuiditas perusahaan juga signifikan menjelaskan hedging mata uang asing.

Eksposur mata uang perusahaan merupakan factor penting dalam melakukan

hedging. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berhubungan positif dengan keputusan hedging.

Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul Corporate Hedging

and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies ANOVA

dan logit regression menemukan hasil bahwa variabel DER, EBIT, growth,

30
individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap

hedging.

Ameer (2010) meneliti hedging yang dilakukan perusahaan non-keuangan

di Malaysia, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan

manajerial, dan ukuran perusahaan, sementara itu growth opportunity

berhubungan negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang

memahami manajemen risiko pada bisnis internasional, dengan derivatif. Para

manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih

posisi dalam pasar derivatif.

Guniarti (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Aktivitas Hedging dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing

(Studi Kasus pada Perusahaan Non financial yang Terdaftar di BEI periode 2007-

2009) dengan menggunakan model regresi logistik menemukan hasil bahwa

variabel leverage, firm size, dan financial distress secara konsisten berpengaruh

positif signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging.

Spano (2004) menunjukkan fakta yang kuat bahwa hedging perusahaan

dilakukan karena biaya financial distress dan scale of economies. Sedangkan

bukti lemah ditunjukkan pada hubungan hedging dengan underinvestment

incentive dan tax incentive to hedge. Hasil penelitian juga memberikan bukti yang

mendukung bahwa holding cash merupakan subtitusi terbaik untuk financial

31
derivatives dan managerial ownership tidak berefek pada tindakan hedging.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung suka untuk

melakukan hedging. Dan yang terakhir, aktivitas hedging lebih banyak dilakukan

perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar.

Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging

dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan

menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa

Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan

signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage), Firm size

sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak

signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif

dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan hedging dengan instrumen

derivatif valas.

Nance, dan Smithson (1993) hasil penelitiannya adalah perusahaan yang

melakukan hedging memiliki lebih banyak fungsi convex tax, memiliki lebih

sedikit coverage of fixed claims, ukuran perusahaan yang lebih besar, financial

distress lebih besar, memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar, dan

memakai lebih sedikit instrumen pengganti hedging. Hedging juga meningkatkan

nilai perusahaan dengan menurunkan beban pajak.

3.3. Pembahasan

3.3.1. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Pengambilan Keputusan

Hedging

32
Variabel Debt to equity ratio menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

bernilai positif sebesar 0,083 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,316>

0,05yang berarti bahwa variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap

probabilitas pengambilan keputusan hedging. Tingginya DER suatu perusahaan

yang mengindikasikan bahwa besar hutang dibandingkan dengan besar ekuitas

perusahaan. Semakin besar penggunaan hutang oleh sebuah perusahaan maka

semakin besar risiko yang harus diperhatikan perusahaan. Namun disatu sisi

perusahaan tetap membutuhkan hutang untuk menambah modal kerja dan

memanfaatkan modal kerja tersebut untuk meningkatkan keuntungan. Hal ini

menuntut perusahaan untuk bisa mengelola risiko dengan baik, salah satunya

menggunakan kebijakan hedging dengan instrumen derivatif (Klimzack,2008).

Dalam penelitian ini DER tidak berpengaruh secara signifikan namun

memiliki nilai positif terhadap probabilitas penggunaan instrumen derivatif

sabagai pengambilan keputusan hedgingpada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang ditemukan

oleh Ahmad (2012),Paranita (2011),dan Klimzack (2008).

3.3.2. Pengaruh Current Ratio Terhadap Pengambilan Keputusan Hedging

Variabel current ratio menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi bernilai

negatif sebesar 0,081 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,552> 0,05yang

berarti bahwa variabel current ratio tidak berpengaruh terhadap probabilitas

pengambilan keputusan hedging. Currentratio merupakan salah satu rasio

likuiditas yang bertujuan untuk melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap

33
utang lancarnya. Semakin besar CR suatu perusahaan mengindikasikan bahwa

semakin besar kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan masalah likuidasi,

hal ini berarti semakin tinggi nilai CR suatu perusahaan akan berbanding terbalik

atau bernilai negatif terhadap pengambilan keputusan hedging perusahaan tersebut

(Gunniarti,2014).

Dalam penelitian ini CR tidak berpengruh secara signifikan dan bernilai

negatif terhadap pengambilan keputusan hedging pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI. Hal ini didukung oleh hasil peneltiian yang ditemukan oleh

Paranita (2011), namum bertentangan dengan hasil penelitian yang ditemukan

oleh Ameer (2010).

3.3.3. Pengaruh Market to Book Value Terhadap Pengambilan Keputusan

Hedging

Variabel Market to Book Value menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

bernilai positif sebesar 0,044 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,091>

0,05yang berarti bahwa variabel MarkettoBookValuetidak berpengaruh terhadap

probabilitas pengambilan keputusan hedging. Market to book value

mengambarkan kesempatan pertumbuhan perusahaan, semakin besar peluang

pertumbuhan perusahaan semakin besar juga risiko yang dihadapi perusahaan

maka pengambilan keputusan hedging akan semakin besar juga (Ameer,2010).

Dalam penelitian ini MTBV tidak berpengaruh secara signifikan dan

bernilai positif terhadap pengambilan keputusan hedging pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang

34
ditemukan oleh Paranita (2011), namun bertentangan dengan hasil penelitian yang

ditemukan oleh Ahmad (2012) dan Ameer (2010).

3.3.4. Pengaruh Firm Size Terhadap Pengambilan Keputusan Hedging

Variabel FirmSizemenunjukkan bahwa nilai koefisien regresi bernilai

positifsebesar 0,77 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 < 0,05yang berarti

bahwa variabel FirmSize berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas

pengambilan keputusan hedging. Semakin besar suatu perusahaan cendrung

menghadapi risiko yang lebih besar pula, maka semakin besar ukuran perusahaan

akan berprngaruh terhadap pengambilan keputusan hedging nya (Ahmad,2012).

Dalam penelitian ini firm size berpengaruh secara signifikan dan bernilai

positif terhadap pengambilan keputusan hedging pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad (2102), Paranita (2011), Guniarty (2011), Ameer (2010), Klimzack

(2008) dan Clark (2005).

3.3.5. Pengaruh Managerial Ownership Terhadap Pengambilan Keputusan

Hedging

Variabel managerial ownershipmenunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

bernilai positif sebesar 0,12 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,001 < 0,05yang

berarti bahwa variabel managerial ownership berpengaruh secara signifikan

terhadap probabilitas pengambilan keputusan hedging. Kepemilikan manajerial

35
menunjukkan bahwa jumlah saham yang dimiliki oleh para manajer membuat

para manajer akan lebih merasa memiliki perusahaan tersebut dan lebih hati-hati

terhadp risiko dan memilih melakukan tindakan hedging (Ahmad,2012).

Dalam penelitian ini managerial ownershipberpengaruh secara signifikan

dan bernilai positf terhadap pengambilan keputusan hedging pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ahmad (2102), Paranita (2011), Guniarty (2011), Ameer (2010),

Klimzack (2008) dan Clark (2005).

36
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasrkan analisis data dengan regresi logistik, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut; Debt to equity ratio (DER), Current ratio (CR),

Market to book value (MTBV) tidak berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan hedging pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek

indonesia. Hal ini berarti perusahaan cenderung menghadapi tekanan eksternal

yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan hedging, sedangkan Firmsize(FS)

dan Managerial ownership (MO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pengambilan keputusan hedging pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek indonesia. Hal ini berarti semakin besar suatu perusahaan dan semakin

tinggi kepemilikan manajerial suatu perusahaan secara signifikan berpengaruh

semakin tingginya pengambilan keputusan hedging suatu perusahaan.

4.2. Saran

Berdasarkan analisa yang telah penulis lakukan, maka perlu dilakukan

penyempurnaan terhadap penelitian selanjutnya. Adapun saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut; Bagi peneliti sejenis sebaiknya memperluas

penelitian dengan menambah populasi penelitian dari seluruh perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau pada perusahaan non keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek indonesia dengan tahun pengamatan yang lebih panjang

sehingga hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasikan dan akan lebih

37
menggambarkan kondisi sesungguhnya selama jangka panjang. Serta menambah

variabel-variabel lain yang diprediksi mempengaruhi pengambilan keputusan

hedging. Bagi manajemen perusahaan sebaiknya memperhatikan kebijakan

hedging untuk meningkatkan nilai pemegang sahamnya dan menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan hedging untuk mengurangi

risiko keuangan perusahaan. Mengetahui seberapa terlindungnya suatu perusahaan

terhadap risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah informasi penting dan baik

bagi investor. Penulis menyarankan bagi para investor untuk lebih

mempertimbangkan perusahaan yang melakukan tindakan hedging untuk

mengurangi risiko keuangan perusahaan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Munthe, A. E. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan


Intrument
Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ahmad, Noryati dan Balkis Haris, 2012. “Factors for Using Derivatives:
Evidences
From Malaysian Non-Financial Companies”, Research Journal of
Financial
and Accounting. Vol.3, No.9,pp: 79-87.
Ameer, Rashid, 2010. “Determinants of Coporate Hedging Practise in Malaysia”,
International Business Research. Vol.3, No. 2,pp: 120-130
Bartram, S. M., Brown, G. W & Fehle, F. R. 2006. International Evidence on
Financial Derivatives Usage. Working Paper. Lancaster: Lancaster
University, UK.
Clark, Ephraim dan Amrit Judge, 2005. “Motives for Corprate Hedging: Evidence
From The UK”, Annals of financial Economics. Vol.1, No. 1,pp:1-20.
Guniarti, Fay, 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Hedging
Dengan Instrument Derivatif Valuta Asing”, Jurnal Dinamika Manajemen.
Vol. 5, No. 1,pp: 65-79.
Haushalter, David., Sandy Klasa dan William F. Maxwell. 2007. The Influence of
Product Market Dynamics on a Firm’s Cash Holdings and Hedging
Behaviour.Journal of Financial Economics,Vol.84, No.3, pp: 797-825.
Jensen, M. C. Dan William H.M, 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior,
Agency Cost, and Ownership Structure, Journal of Financial Economics,Vol
3,No.1, pp: 305-360.
Klimzack, Karol Mazek, 2008. “Corporate Hedging and Risk Management
Theory:

39
Evidence from Polish Listed Companies”, The Journal Of Risk Finance.
Vol.
9, No. 1, pp:1-33.
Nance, Deana R, Clifford W. Smith,Jr, dan Charles W. Smithson, 1993. “On The
determinant of Corporate Hedging”, The Journal of Finance. Vol. 48, No. 1,
pp:267-284.
Paranita, Ekayana sangkasari, 2011. “Kebijakan Hedging dengan Derivatif Valuta
Asing pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Seminar Nasional Ilmu
Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi UNIMUS
Schubert, L. 2011. Hedge Ratios for short and leveraged Exchange-trade funds.
Atlantic Review of Economic. Vol 1, No 1,pp: 11-34.
Spano, Marcello, 2012. “A Survey of The Theoretical Models of Corporate
Hedging”, Jounala Of Finance. Vol.12, No.1, pp:1-35.
Zhu, M. R. 2010. Corporate Hedging, Financial Distress and Product Marke
Compettition. Working Paper. Austin: University of Texas.

40

Anda mungkin juga menyukai