Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

IDENTIFIKASI ALKOHOL DAN ETER

DI SUSUN OLEH:
Zakiatun Nupus (482012007083)
Kelas 3 B Reguler
Prodi S1 Farmasi
Mata Kuliah Kimia Organik 2
DOSEN PEMBIMBING:
Khairul Rizal , M.Farm

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI ALKOHOL DAN ETER

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Agar mahasiswa mampu menentukan kelarutan dari suatu samprl
2. Agar mahasiswa mampu mereaksikan sampel dengan pereaksi Lucas
3. Agar mahasiswa mampu mereaksikan sampel dengan FeCl3
4. Untuk menentukan asam dan basa
5. Untuk mengoksidasi eter

II. DASAR TEORI

Alkohol (R-OH) dan eter (R-O-R) begitu erat hubungannya dengan kehidupan

manusia sehari-hari sehingga orang awam pun kenal akan istilah-istilah dietil eter (eter)

digunakan sebagai pematirasa (anestetik).. 2-propanol (isopropil alkohol atau alkohol gosok)

digunakan sebagai bakterisid,dan masih benyak senyawa alkohol dan eter lainnya. Sedangkan

Fenol (Ar-OH) merupakan senyawa dengan gugus fungsi OH yang terikat dengan cincin

aromatik. Dimana gugus OH merupakan activator kuat dalam reaksi subtitusi aromatik

elektrofilik. Alkohol adalah deriva dan hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun

rantai cabang dari alifatikhirokarbon. Bentuk rantai alkohol yang sering ditemukan adalah yang

mengandung 3 gugus hidroksil dan 1 gugus hidroksi dalam satu rantai karbon.

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan

kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol

yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol

lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang

dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang

lebih luas lagi.

Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik

apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri
terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.Berdasarkan jumlah gugus fungsi –OH,

jenis alkohol:

o Alkohol monovalent : memiliki 1 gugus fungsi –OH

o Alkohol polivalen : memiliki gugus fungsi –OH lebih dari 1

Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus fungsi –

OH.contoh rumus struktur alkohol adalah metanol. Senyawa alkohol sudah banyak di kenal

dan di manfaatkan oleh manusia, baik dalam bentuk minuman,makanan,maupun untuk

keperluan medis. Beberapa jenis makanan dan minuman yang beralkohol yang banyak di

konsumsi orang dihasilkan dari hasil fermentasi karbohidrat, misalnya tape, singkong, anggur

dan lain-lain.

Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol atau air. Kekuatan asam

fenol kira-kira ditengah antara etanol dan asam asetat. Ion fenoksida merupakan asam yang

lemah dibandingkan OH, oleh karena itu,fenoksida dapat diolah dengan seuatu fenol dan

NaOH dalam air.reaktifitas ini sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat lebih

asam dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan oleh resonansi,dengan muatan

negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik. Reaksi alkohol dengan asam kuat

menghasilkan pemindahan (eliminasi gugus fungsi –OH), alkohol dan fenol adalah asam-asam

lemah,tentang keasaman ini dapat diketahui dengan penambahan karbonat dan bikarbonat

membentuk CO2.

Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H, dan O

dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka

eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.


Eter dapat digilongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris. Kalau dalam

rumus umum eter R = R', maka eter tersebut dinamakan eter sederhana atau eter simetrik.

Tetapi bila R ≠ R', dinamakan eter campuran atau eter asimetrik. Di samping yang mempunyai

gugus alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya

dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.

Di antara eter dan alkohol terdapat isomeri gugus fungsi dalam arti keduanya mempunyai

rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda. Contoh untuk isomeri fungsi di

antara eter dan alkohol ini adalah CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH. Perbedaan gugus fungsi

tersebut mengakibatkan adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan kimia pada eter dan alkohol.

Struktur Eter

Eter mempunyai rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebesar 104,5º dan jarak antara

atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi untuk ikatan C-O sangat kecil. Ikatan

oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip. Pada teori ikatan valensi, hibridisasi

oksigen adalah sp3.

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
• Pipet tetes
• Kertas lakmus
B. Bahan
• Aquadest
• Etanol
• Butanol
• Metanol
• Pereaksi Lucas ( ZnCl2 + HCl pekat )
• FeCl3
• H2SO4
• K2Cr2O7
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Oksidasi Eter
Hasil reaksinya : Terdapat aroma manis seperti permen

B. Kertas Lakmus
I. Kertas lakmus warna biru setelah di tetesi eter berubah menjadi warna merah
II. Kertas lakmus warna merah setelah di tetesi eter tetap berwarna merah

A. Kelarutan ( Etanol, Butanol, Metanol )


No Sampel Reaksi yang terjadi warna
1 Air + Etanol Larut Bening
2 Air + Butanol Larut Bening
3 Air + Metanol Larut Bening
4 N - Hexsan + Etanol Tidak larut Bening
5 N - Hexsan + Butanol Larut Bening
6 N -Hexsan + Metanol Tidak larut Bening

B. Pereaksi Lucas
No Sampel Reaksi yang terjadi warna
1 Lucas + Etanol Kuning
2 Lucas + Butanol Kuning muda
3 Lucas + Metanol kuning

C. Reaksi dengan FeCl3


No Sampel Reaksi yang terjadi Warna
1 FeCl3 + Metanol Tidak terjadi perubahan Kuning muda
warna , tetap kuning muda
, tidak terdapat endapan
,tidak bergas dan tidak ada
lapisan
2 FeCl3 + Etanol berwarna kuning keruh , Kuning keruh
tidak terjadi endapan ,
tidak bergas dan tidak ada
lapisan

3 FeCl3 + butanol terdapat 2 lapisan , tidak Kuning muda


terjadi perubahan warna
tetap kuning muda ,
terdapat endapan dan tidak
larut

D. Oksidasi Eter
Hasil reaksinya : Terdapat aroma manis seperti permen

E. Kertas Lakmus
i. Kertas lakmus warna biru setelah di tetesi eter berubah menjadi warna
merah
ii. Kertas lakmus warna merah setelah di tetesi eter tetap berwarna merah
V. PEMBAHASAN

1) Kelarutan dalam air dan n-heksana

Pada sampel pertama dimasukan air kedalam tabung reaksi


sebanyak 0,5 dicampurkan dengan etanol sebanyak 1 tetes, pada saat
percobaan rekasi yang terjadi menurut hasil pengamatan kami, etanol dan
air bila campurkan menghasilkan larutan yang tercampur sempurna dan
tidak ada sama sekali endapan , warna yang dihasilkan akibat reaksi ini
ialah putih bening. Sesuai dengan teori nya etanol adalah pelarut yang
serba guna, larut dalam air danpelarut organik lainnya.Pada sampel kedua
dimasukkan air kedalam tabung reaksi sebanyak 0,5dicampurkan dengan
metanol sebanyak 1 tetes, pada saat percobaan reaksi yang terjadi menurut
hasil pen gamatan yang kami lakukan, metanol dan air bila
dicampurkan menghasilkan larutan yang tercampur rata, tidak ada sama
sekali endapan, warna yang dihasilakan pun sama dengan sampel pertama
yaitu putih bening. Tidak ada perubahan yang signifikan sampel kedua
dengan sampel pertama, hasil yang diperoleh sama sekali tidsk
berbeda.metanol larut dalam air Pada sampel ketiga dimasukkan air
kedalam tabung reaksi sebanyak 0,5 dicampurkan Dengan butanol
sebanyak 1 tetes, pada saat percobaan reaksi yang terjadi menurut hasil
pengamatan yang kami lakukan, butanol dan air dicampurkan
menghasilkan larutan yang tercampur rata, tidak sama sekali ada endapan.
Warna yang dihasilkan putih bening sesuai dengan teorinya bahwa butanol
larut dalam air Pada sampel kempat dimasukkan N-heksana kedalam
tabung reaksi sebanyak 0,5 ml dicampurkan dengan etanol sebanyak
1 tetes, pada saat percobaan reaksi yang terjadi menurut hasil
pengamatan yang kami lakukan menghasilkan larutan yang tercampur
rata, tidak ada sama sekali endapan , warna yang dihasilkan putih bening.
Berdasarkan teori nya n heksana bila campurkan dengan etanol reaksi yang
terjadi , n-heksana tidak larut tetapi terbentuk 2 lapisan karena perbedaan
sifat kepolarannya. Berbanding terbalik dengan hasil pengamatan
yang kami peroleh Pada sampel kelima dimasukkan n-heksana kedalam
tabung reaksi sebanyak 0,5 ml dicampurkan dengan metanol sebanyak 1
tetes, pada saat percobaan reaksi yang terjadi menurut hasil pengamatan
yang kami lakukan menghasilkan larutan ysng tercampur rata dan tidak
memiliki endapan, dengan warna yang dihasilkan putih bening. .
Berdasarkan teori nya n heksana bila campurkan dengan etanol reaksi
yang terjadi , n-heksana tidak larut tetapi terbentuk 2 lapisan karena
perbedaan sifat kepolarannya. Berbanding terbalik dengan hasil
pengamatan yang kami peroleh Pada sampel keenam dimasukkan n-
heksana kedalam tabung reaksi sebanyak 0,65 ml dicampurkan dengan
butanol sebanyak 1 tetes, pada saat percobaan reaksi yang terjadi menurut
hasil pengamatan yang kami lakukan menghasilkan larutan ysng
tercampur rata dan tidak memiliki endapan, dengan warna yang dihasilkan
putih bening.
2) Alkohol primer, sekunder, dan tersier

Percobaan kedua adalah percobaan menggunakan reagen/pereaksi


lucas. Reagen lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dan
seng klorida. Uji Lucas dalam alkohol adalah tes untuk membedakan
antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Hal ini didasarkan pada
perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan hidrogen halida.
Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas untuk menghasilkan
kekeruhan walaupun tanpa pemanasan, sementara alkohol sekunder
melakukannya dengan pemanasan. Alkohol primer tidak bereaksi dengan
reagen Lucas (Ghalib, 2010).

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menyiapkan 3 buah


tabung reaksi yang telah diberi sampel dengan etanol, methanol, dan 1
butanol. Masing-masing tabung diisi dengan 0,2 ml pereaksi lucas lalu
masukkan 3-5 tetes etanol, methanol, dan 1 butanol pada tabung yang
telah diberi sampel. Selanjutnya tabung dikocok dan didiamkan selama 3-
5 menit sambal memperhatikan dan mencatat perubahannya.

Adapun hasil pengamatan yang kami dapatkan adalah pada


sampel pertama pereaksi lucas 0,2 ml+etanol 3 tetes hasilnya adalah
cairan tidak tercampur rata karena terdapat endapan putih di bagian bawah
serta cairan berwarna putih keruh. Tapi sampel yang lain juga memiliki
hasil pengamatan yang sama sehingga tidak dapat diindetifikasi jenis
alkohol tersebut.

Berdasarkan teori metanol merupakan alkohol primer. Alkohol


primer tidak bereaksi dengan reagen Lucas (Hart, 2005). Seharusnya
metanol tetap berwarna bening. Sedangkan juga merupakan alkohol
primer yang seharusnya juga tidak bereaksi dengan reagen Lucas sehingga
tetap. Adapun 1 butanol juga merupakan alkohol primer dimana hasilnya
seharusnya berwarna. Hasil yang didapatkan berbeda dengan apa yang
dijelaskan di literatur. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu:
• Faktor Alat
Tabung reaksi atau botol tempat bahan yang digunakan mungkin
saja tidak bersih saat dicuci sehingga zat/larutan sebelumnya masih
terdapat di dalam tabung reaksi.

• Faktor Bahan
Bahan yang digunakan mungkin terkontaminasi dengan
zat/larutan lain. Hal ini bisa terjadi di saat memipet bahan yang hendak
digunakan. Pipet yang digunakan bisa tertukar dengan pipet bahan lain
atau pipet tidak bersih saat dicuci 3. Faktor Manusia Kemungkinan
praktikan kurang teliti saat memipet bahan.
3) Reaksi denagn FeCL3

senyawa alkohol dan fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan


untuk beraksi dengan fenol (alkohol alifatik) dan tidak beraksi dengan
alkohol alifatik. Adanya reaksi ditandai dengan melihat perubahan warna
sesaat setelah dicampurkan. Jika bereaksi larutan akan berubah warna
menjadi merah sampai ungu kehitaman.Pada percobaan ini disiapkan 3
buah tabung reaksi. Tabung (1) diidi dengan metanol,tabung (2) diisi
dengan fenol masing-masing 1 ml. Ke dalam masing- masing tabung
reaksi ditambhakan beberapa tetes FeCl3.Dari hasil percobaan pada
Metanol, etanol, dan 1-butanol setelah dicampurkan dengan FeCl3,
larutan menjadi berubah warna menjadi kuning dan kuning keruh. Hal ini
menunjukkan bahwa etanol, 1–butanol tidak bereaksi dengan FeCl3. Hal
ini sesuai dengan teori, bahwa alkohol tidak dapat bereaksi dengan FeCl3.
Warna kekuning-kuningan berasal dari larutan FeCl3 bukan hasil reaksi.

VI. KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:

1) Alkohol dan fenol memiliki kemiripan dalam sifat kimia maupun sifat
fisika, hal ini didasarkan pada kelarutannya dalam air yang bersifat polar,
dan kelarutannya dalam n-Heksana yang bersifat nonpolar.
2) Alkohol primer, sekunder, dan tersier dapat dibedakan dengan
menggunakan pereaksi Lucas (ZnCl2 + HCl pekat). Alkohol tersier lebih
cepat bereaksi dibandingkan dengan alkohol sekunder, dan alkohol primer
bereaksi lebih lambat dibandingkan dengan alkohol sekunder. Sehingga
urutan kecepatan reaksi dapat dituliskan sebagai: alkohol tersier > alkohol
sekunder > alkohol primer.
3) Alkohol dan fenol bereaksi dengan FeCl3 dilihat dari perubahan warna
yang terjadi, yang disebabkan reaksi oksidasi-reduksi pada alkohol
sehingga dapat diketahui kekuatan alkoksinya
• Lampiran

Anda mungkin juga menyukai