Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Bahasa Inggris C


Kelompok 1
Anggota:
Angelia Kurnia Baharijanto 21202244092 Sara Ndaru Mustikaningrum 21202244088
Diah Puspita Ningrum 21202241114 Satria Adji Surya 21202241111
Nurwahyudi 21202241107 Shafia Najwa Kamila 21202241096
Oke Oktaviana Putri 21202241089 Shofi Falah Dina 21202244091
Rafah Camelia Ditri 21202241086 Syakhilla Eka Putri 21202241085
Rani Prawesti Annisataqwa 21202241081

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA


Periode 1 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

Indonesia pada periode ini menerapkan sistem pemerintahan presidensial dari 18 Agustus
hingga 14 November 1945. Presiden berperan sebagai kepala pemerintahan dan kepala
negara, yang dibantu oleh KNIP dalam pelaksanaan pemerintahan masa peralihan.
Kemudian, diubah menjadi parlementer pada masa kabinet Syahrir yang didasarkan pada
Maklumat Pemerintah pada tanggal 14 November 1945.

Bentuk pemerintahan pada masa ini adalah republik, bentuk negara adalah kesatuan, dan
konstitusinya adalah UUD 1945. Sejak UUD 1945 disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 sebagai hukum dasar negara, jalannya pemerintahan didasarkan kepada
ketentuan yang ada pada UUD 1945. Namun, terjadi banyak gejolak dalam kehidupan
pemerintahan negara Republik Indonesia karena masa ini adalah masa transisi dan revolusi.
Oleh karena itu, pelaksanaan UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara tidak dapat berjalan
secara maksimal.

Pada 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 berlaku Undang-Undang Dasar 1945.
Menurut ketentuan undang-undang dasar ini sistem pemerintahan Indonesia bersifat
presidensial, dalam arti bahwa para menteri tidak bertanggung jawab kepada badan
legislatif, tetapi hanya bertindak sebagai pembantu presiden.

Selanjutnya, pada tanggal 5 Oktober 1945, dikeluarkan maklumat pemerintah yang


menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat, sebagai pimpinan TKR ditunjuk
Supriyadi, yaitu seorang tokoh tentara Pembela Tanah air. Karena Supriyadi gugur dalam
pertempuran melawan Jepang di Blitar, diadakan musyawarah TKR yang dihadiri oleh
para Panglima Divisi dan Residen, terpilihlah Soedirman menjadi Panglima Besar. Beliau
dilantik oleh Presiden Soekarno pada tanggal 18 Desember 1945, dan pada tanggal 3 Juni
1947, TKR resmi menjadi TNI.
Pada tanggal 16 Oktober 1945 Maklumat Wakil Presiden No. X dikeluarkan lagi yang
berisikan bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) bertanggung jawab atas kekuasaan
legislatif dimana para menteri tidak bertanggung jawab lagi kepada presiden, melainkan
kepada KNIP, dimana saat itu belum terbentuk DPR dan MPR. Kemudian dipilihnya Badan
Pekerja untuk membantu dan bertanggung jawab kepada KNIP.

Akan tetapi mulai bulan November 1945, berdasarkan maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Oktober 1945, Pengumuman Badan Pekerja 11 November 1945, dan
Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, tanggung jawab politik terletak di
tangan para menteri. Keadaan ini merupakan awal dari suatu sistem pemerintahan
parlementer yang praktis dipertahankan sampai tahun 1959 pada masa Undang-Undang
Dasar 1945 dinyatakan berlaku kembali, melalui Dekrit Presiden.

Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi peristiwa darurat ketika pemerintah dan lembaga
kepresidenan, di Yogyakarta lumpuh dan tidak bisa bekerja karena terjadi penyerangan
yang disebut agresi Militer Belanda II. Sementara pada saat yang sama, terdapat mandat
darurat yang diberikan sesaat sebelum kejatuhan pemerintahan di Yogyakarta yaitu agar
Indonesia mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di pedalaman
Sumatera (22 Desember 1948 – 13 Juli 1949) untuk mendapat legitimasi yang sah.
Kondisi inilah yang menimbulkan pemerintahan dan juga lembaga kepresidenan ganda.
Sebab pemerintahan darurat itu pun memiliki pimpinan pemerintahan (atau lembaga
kepresidenan) dengan sebutan Ketua Pemerintahan Darurat. Hal inilah yang sering
menimbulkan kontroversi dan polemik berkepanjangan mengenai status pemerintah
darurat dan status ketua pemerintah darurat. Kemudian atas usaha Pemerintah Darurat,
Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya
Belanda. Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta. Pada 13
Juli 1949, berlangsung sidang antara PDRI dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden
Hatta, serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari
PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta. Seusai menyerahkan
kembali kekuasaan Pemerintah Darurat RI, Sjafruddin menjabat sebagai Wakil Perdana
Menteri RI pada 1949, kemudian sebagai Menteri Keuangan antara tahun 1949-1950.

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan masa pemerintahan pada 18 Agustus 1945 - 27
desember 1949 harus berakhir seperti yg sudah disebutkan diatas. Selain itu, sistem
pemerintahan dan organ-organ pelaksana pemerintahan yang belum terbentuk secara
sempurna untuk menjalankan roda pemerintahan secara kukuh. Berlakunya UUD Tahun
1945 pada periode 18 Agustus 1945–27 Desember 1949 telah terjadi perubahan praktik
ketatanegaraan dalam pemerintahan negara Republik Indonesia. Sehingga
penyelenggaraan pemerintahan negara pada kenyataannya tidak sesuai ketentuan dalam
UUD Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang mengatur struktur ketatanegaraan Indonesia
yang menyebabkan masa pemerintahan ini akhirnya diperbaharui.

Anda mungkin juga menyukai